• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

5.1 Efisiensi Produksi

5.1.1 Produktivitas bahan baku

Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan mengukur produktivitas bahan baku. Menurut Bayangkara (2008) cit. Hijayati, Moch dan Achmad (2014) Untuk pengukuran produktivitas bahan baku (PB) digunakan rumus:

Perhitungan produktivitas bahan baku tandan buah segar pada dasarnya sama dengan perhitungan rendemen CPO. Perhitungan rendemen CPO diperoleh dengan cara membandingkan produksi CPO dengan tandan buah segar yang diolah dan dijadikan dalam bentuk persentase. Dengan demikian apabila telah didapatkan produktivitas bahan baku dan rendemen CPO akan sama dengan hasil produktivitas bahan baku. Produktivitas bahan baku tandan buah segar dilihat dari rencana dan realisasi bahan baku yang digunakan dan produksi CPO yang dihasilkan. Berikut ini data pemakaian bahan baku tandan buah segar dan produksi CPO yang dihasilkan tahun 2012- 2013.

Tabel 9. Data rencana dan realisasi pemakaian bahan baku tandan buah segar dan produksi CPO tahun 2012- 2013

Tahun

Rencana Rencana Realisasi Realisasi

Bahan Baku

Perhitungan target produktivitas bahan baku tandan buah segar tahun 2012 sampai 2013 dibawah ini:

Perhitungan aktual produktivitas bahan baku tandan buah segar tahun 2012 sampai 2013 dibawah ini:

Tabel 10. Perhitungan selisih target dan realisasi produktivitas pemakaian bahan baku tandan buah segar PT. AMP Plantation

Tahun Target (T) Realisasi (R) Selisih (R- T) Keterangan

2012 19% 18,77% -0,23% Belum efisien

2013 19% 20,31% 1,31% Sudah efisien

2014 19% 19,28% 0,28% Sudah efisien

Sumber: Data diolah

Produktivitas pemakaian bahan baku tandan buah segar dapat dilihat pada tabel 10. Tahun 2013 sampai 2014 dinilai telah efisien. Hal ini dikarenakan produktivitas penggunaan bahan baku tandan buah segar aktual melebihi persentase produktivitas yang dianggarkan sehingga selisihnya bernilai positif.

Namun pada tahun 2012 produktivitas bahan baku belum efisien karena produktivitas penggunaan bahan baku aktual selisihya bernilai negatif. Suryani, Moch dan Dwiatmanto (2015) menyatakan pemakaian bahan baku dikatakan efisien jika persentase realisasi produktivitas sama dengan persentase target produktivitas atau jika persentase realisasi produktivitas lebih tinggi daripada persentase target produktivitas. sebaliknya selisih yang bernilai negatif (-) dianggap belum efisien.

Tahun 2012 produktivitas pemakaian bahan baku tandan buah segar di PT.

AMP Plantation belum efisien. Penyebab belum efisiennya produktivitas pemakaian bahan baku tandan buah segar ini disebabkan oleh bahan baku itu sendiri. Kualitas bahan baku tandan buah segar mempengaruhi rendemen, jika rendemen rendah maka produksi yang didapatkan juga rendah dan sebaliknya jika rendemen tinggi maka produksi juga akan tinggi. Kualitas tandan buah segar dilihat tingkat kematangannya, hal ini sesuai dengan pendapat Fauzi, dkk (2014) apabila panen dilakukan dalam keadaan lewat matang rendemen minyaknya sudah mulai menurun. Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Jika rendemen minyak kelapa sawit yang diperoleh rendah maka produktivitas pemakaian bahan baku juga tidak efisien.

Faktor lain yang menyebabkan tidak efisiennya pemakaian bahan baku tandan buah segar adalah mesin pengolahan TBS menjadi CPO. Hal ini didukung oleh Putri (2012) cit. Devani dan Marwiji (2014) melakukan penelitian tentang analisis kehilangan minyak (oil losses) yang terdapat pada empty bunch, press dan final effluent dengan cara ekstraksi menggunakan alat sokletasi. Dari hasil penelitian diperoleh kadar kehilangan minyak yang tinggi mempengaruhi efisiensi produksi pengolahan. Hal ini disebabkan oleh setiap peralatan yang tidak memiliki kemampuan dan kapasitas design yang optimal, dan kualitas tandan buah segar, sehingga kehilangan minyak yang dihasilkan menjadi tinggi dan rendemen yang dihasilkan semakin menurun.

Perhitungan rendemen dan produktivitas pada dasarnya sama sehingga berdasarkan Tabel 10 rendeman CPO dapat dilihat pada kolom realisasi pemakaian bahan baku. Rendemen merupakan perolehan dari minyak sawit mentah/crude palm oil (CPO) ataupun inti sawit/palm kernel dari proses pengolahan tandan buah segar (TBS) yang seharusnya dicapai pada produksi kelapa sawit yang dinyatakan dengan satuan persen (Naibaho (1996) cit. Julia (2009). Rendemen didapatkan dengan cara produksi CPO yang didapatkan dibagi dengan jumlah bahan baku yang dipakai dan dikali 100%.

Rendemen yang ditargetkan oleh group Wilmar adalah 19 %. Pada tahun 2012 rendemen yang dicapai oleh perusahaan adalah 18,78% jika dibandingkan dengan target perusahaan maka belum mencapai target. Rendemen tahun 2013 adalah 20,32% jika dibandingkan dengan target maka sudah melebihi target yang ditetapkan perusahaan. Dan pada tahun 2014 rendemen yang didapat sudah memenuhi target perusahaan yaitu 19%. Namun jika dibandingkan dengan

rendemen yang seharusnya diperoleh berdasarkan literatur belum tercapai.

Menurut Fauzi (2014), rendemen tertinggi terdapat pada varietas tenera (22- 24%). Hasil CPO yang diharapkan oleh setiap pengelola sawit adalah rendemen minyak yang tinggi (20-24%) dengan kadar ALB yang rendah (< 5%) serta kadar air yang rendah (< 0,15%). Rendemen minyak yang tinggi dapat diperoleh dari buah yang matang (fraksi 2 dan 3) selain itu buah yang telah lepas dari tandan buah (berondolan) akan memiliki kandungan minyak yang tinggi (Budiyanto, Devi dan Faren, (2003) cit. Julia (2009). Perbandingan rendemen minyak yang diperoleh perusahaan dan dibandingkan dengan target internal dan eksternal perusahaan dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan rendemen yang diperoleh dengan target internal dan eksternal perusahaan 20,32% dengan perbandingan antara pemakaian bahan 373.665 ton dengan produksi CPO 75.921 ton. Jika dibandingkan dengan rata- rata rendemen minyak kelapa sawit PT. Incasi raya Group tahun 2013 adalah 18,84% dari jumlah total tandan buah segar 335.306,18 ton dan produksi CPO 63.174,36 ton. Jika dibandingkan dengan PT. Incasi Raya Group rendemen minyak di PT. AMP Plantation lebih tinggi.

Persentase minyak pertandan adalah 24,4% dengan jenis Deli dura dan Psifera Marihat (Tim penulis PS, 1993). Varietas kelapa sawit yang di pakai di

PT. AMP Plantation adalah Marihat yang rata- rata berat tandan buah segar 22 kg.

Jika dikonversikan dalam 1 ton tandan buah segar terdapat 45 buah tandan buah segar. Kandungan minyak dalam 1 tandan buah adalah 5,388 kg, dengan demikian kandungan minyak dalam 1 ton tandan buah segar adalah 241,5 kg/ton.

Jika produksi CPO dihitung berdasarkan kandungan minyak pertandan yaitu 24,4% dan dibandingkan dengan produksi CPO yang tercapai oleh perusahaan memiliki selisih produksi yang tinggi. Jika rendemen CPO yang dicapai oleh perusahaan berdasarkan kandungan minyak pertandan maka produksi CPO akan meningkat. Tetapi untuk mencapai rendemen 24,4% tidak mudah untuk dicapai karena ada beberapa hal yang bisa menyebabkan rendahnya rendemen yaitu:

1. Penyebab utama rendahnya rendemen adalah kualitas tandan buah segar yang tidak bagus. Tandan buah segar yang belum matang dan lewat matang akan mempengaruhi rendemen yang diperoleh. Hal ini didukung oleh pendapat (Tim Penulis PS, 1993) pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak. Tandan buah yang masih mentah sangat sedikit mengandung minyak. Pengolahan tandan buah mentah akan menghasilkan minyak dalam jumlah kecil. Hal ini menyebabkan pasokan TBS dengan proporsi buah mentah yang tinggi akan menyebabkan turunnya rendemen.

2. Mesin yang digunakan untuk pengolahan bisa menyebabkan kehilangan minyak. Kehilangan minyak bisa saja terjadi pada proses pengepresan, jika mesin pengepresan daging buah sawit mengalami kerusakan hal itu akan menyebabkan minyak terbuang di ampas. Dengan demikian setiap 2 jam

sekali dilakukan pengambilan pengambilan sampel untuk melihat kehilangan minyak di setiap mesin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Putri ((2012) cit. Devani dan Marwiji (2014) bahwa setiap peralatan yang tidak memiliki kemampuan dan kapasitas desain yang optimal sehingga kehilangan minyak yang dihasilkan menjadi tinggi dan rendemen yang dihasilkan semakin menurun.

3. Kesalahan lain bisa disebabkan bagian sortasi yang kurang teliti dalam memisahkan buah. Sehingga buah yang masuk ke pabrik tidak seragam kualitasnya maka hal ini bisa bisa menyebabkan rendemen rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan penyebab kurang optimalnya bagian sortasi memisahkan buah karena buah yang dibongkar dalam jumlah banyak.

Dokumen terkait