• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS SEKUNDER UNDUR-UNDUR LAUT FAMILI HIPPIDAE DARI PANTAI SELATAN JAWA

SELATAN JAWA, INDONESIA

7 PRODUKTIVITAS SEKUNDER UNDUR-UNDUR LAUT FAMILI HIPPIDAE DARI PANTAI SELATAN JAWA

TENGAH

Pendahuluan

Produktivitas sekunder adalah pembentukan biomasa heterotrofik pada waktu tertentu. Benke (1993 in Benke & Huryn 2007) menyatakan bahwa produktivitas sekunder adalah kecepatan organisme heterotrop mengubah energi kimia dari bahan organik yang dimakan menjadi simpanan energi kimia baru di dalam tubuhnya. Energi kimia dalam bahan organik yang berpindah dari produsen ke organisme heterotroph (konsumen primer) dan dari konsumen sekunder ke tersier dipergunakan untuk aktivitas hidup dan hanya sebagian yang dapat diubah menjadi energi kimia yang tersimpan di dalam tubuhnya sebagai produktivitas. Perkiraan produktivitas sekunder telah digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang isu-isu ekologi seperti transfer energi dalam komunitas, pengelolaan sumber daya perairan, analisis rantai makanan (Benke 1998 in Petracco et al. 2003), dan siklus hidup biota perairan (Sarda et al. 2000 in Petracco et al. 2003).

Produktivitas sekunder tahunan adalah jumlah dari semua biomasa yang dihasilkan (produksi) oleh suatu populasi selama satu tahun, termasuk produksi yang tersisa pada akhir tahun dan semua produksi yang hilang selama periode ini. Hilangnya produktivitas dapat disebabkan oleh kematian (misalnya karena penyakit, parasitisme, kanibalisme, dan predasi), hilangnya cadangan jaringan (misalnya molting dan kelaparan), dan emigrasi. Produktivitas atau produksi sekunder merupakan parameter kunci dalam ekologi populasi (Sardá et al. 2000) dan merupakan gabungan pengukuran dari kelimpahan, biomasa, laju pertumbuhan, reproduksi, kelulushidupan, dan periode perkembangan hidup (Benke 1993). Pemahaman tentang produktivitas sekunder berkaitan dengan pemahaman hubungan antara produktivitas dan biomasa. Produktivitas sekunder sangat dipengaruhi oleh biomasa, sedangkan rasio produktivitas sekunder dan biomassa (P/B) dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh, dan suhu (Benke & Huryn 2010). Nilai rasio P/B menunjukkan umur populasi, dan populasi dari pantai tropis cenderung menunjukkan nilai P/B jauh lebih tinggi (Vellso & Sallorenzo 2010).

Produktivitas sekunder dapat digunakan sebagai variabel respon dari naik- turunnya kuantifikasi pada rantai makanan, efek populasi, pengaruh gangguan alam, tumpang tindih relung, kompetisi makanan, dan penurunan keanekaragaman hayati (Benke & Whiles 2011). Produktivitas dapat membantu memvalidasi gangguan karena perubahan pada makanan yang dapat meningkatkan takson secara signifikan dalam produksi avertebtara (Benke & Huryn 2010)

Produktivitas juga merupakan ukuran penting untuk memahami peran populasi dalam komunitas, dan terkait dengan komponen penting dalam populasi seperti densitas, biomasa, tingkat pertumbuhan, dan reproduksi (Benke 1993, 1996 in Veloso & Sallorenzo 2010). Produktivitas populasi bervariasi secara temporal sebagai konsekuensi perubahan kepadatan dan struktur populasi seperti selama periode rekrutmen (Veloso & Sallorenzo 2010). Penurunan nilai produktivitas

dapat mengubah struktur energetika komunitas ikan dan rantai makanan di laut (Rose et al. 2010).

Pengukuran produktivitas sekunder merupakan perhitungan yang menjadi dasar penggambaran dinamika suatu ekosistem. Peningkatan produktivitas sekunder suatu lingkungan umumnya akan meningkatkan ketersediaan makanan, sehingga potensi biomassa juga akan semakin meningkat. Ekosistem yang berbeda dengan kondisi lingkungan yang berbeda akan menggambarkan produktivitas sekunder yang berbeda pula. Laju produktivitas sekunder akan tinggi jika faktor- faktor lingkungan cocok dan optimal. Konsumen akan memanfaatkan energi yang diperoleh dari produsen, kemudian mengubahnya menjadi jaringan tubuh. Namun tidak semua energi tersebut mampu diubah menjadi jaringan tubuh, karena salah satunya akan sangat bergantung pada kemampuan biota atau kosumen tersebut dalam mengolah dan mengasimilasi makanannya.

Penelitian mengenai produktivitas sekunder pada biota perairan kelompok krustasea secara internasional sebenarnya sudah banyak dilakukan, namun khusus penelitian tentang produktivitas undur-undur laut famili Hippidae, belum banyak dilakukan, termasuk di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa undur-undur laut mempunyai peran penting dalam rantai makanan di daerah intertidal. Undur-undur laut berperan sebagai penyedia makanan untuk konsumer pada tingkat trofik yang lebih tinggi seperti burung laut, ikan dan predator lainnya. Salah satu cara untuk memperlihatkan fungsi ekologi undur-undur laut tersebut pada rantai makanan salah satunya adalah dengan mengestimasi produktivitas sekunder yang dihasilkan oleh undur-undur laut. Parameter-parameter yang digunakan untuk menentukan produktivitas sekunder, yaitu biomasa, produktivitas, dan rasio P/B.

Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi produktivitas sekunder yang dihasilkan oleh undur-undur laut famili Hippidae, yaitu Emerita emeritus dan Hippa adactyla dari pantai selatan Jawa Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang terukur dalam menilai fungsi ekologi dari undur- undur laut di ekosistem intertidal.

Bahan dan Metode

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biota undur-undur laut famili Hippidae, yaitu E. emeritus dan H. adactyla yang ditangkap di kedua lokasi penelitian sebagaimana tersebut pada Bab 2. Metode yang digunakan adalah metode survei atau sampling selama satu tahun atau 12 bulan.

Sebagaimana telah disampaikan pada Bab 2, pengambilan contoh undur- undur laut dilakukan dengan metode swept area menggunakan alat tangkap tradisional nelayan yang disebut sorok. Luas sapuan sorok adalah 3 000 meter x 0.6 meter di lokasi penelitian pantai Bocor, Kebumen, dan 2 000 meter x 0.6 meter di lokasi penelitian pantai Bunton, Cilacap. Undur-undur laut yang tertangkap, dipisahkan per jenis dan per jenis kelamin. Kemudian diawetkan dengan direndam menggunakan alkohol teknis 10%, lalu seluruh undur-undur laut contoh dibawa ke Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Sesampainya di laboratorium, bahan pengawet diganti seluruhnya dengan alkohol teknis 96%. Beberapa kegiatan

selanjutnya yang dilakukan di laboratorium adalah pengukuran panjang karapas atau carapace length (CL) dan penimbangan bobot basah.

Analisis data yang dilakukan selanjutnya adalah analisis sebaran frekuensi panjang, penghitungan densitas, biomassa (B), produktivitas sekunder (P), dan rasio antara produktivitas sekunder dengan biomassa (P/B). Sebaran frekuensi panjang dianalis menggunakan data panjang karapas undur-undur laut. Sebaran frekuensi panjang yang digunakan untuk menghitung produktivitas sekunder ini mengacu pada sebaran frekuensi panjang yang sudah dianalis pada Bab 6 sebelumnya.

Estimasi produktivias sekunder populasi undur-undur laut dihitung dengan metode modifikasi Hynes atau metode frekuensi-panjang atau size-frequency method (Hynes & Coleman 1968; Hamilton 1969; Benke 1979; Menzie 1980). Metode size-frequency mengasumsikan bahwa distribusi size-frequency ditentukan dari contoh yang dikumpulkan sepanjang tahun mendekati kurva mortalitas rata- rata kelompok. Rumus perhitungan produktivitas sekunder mengacu kepada Benke (1979), yaitu sebagai berikut:

��

=

×

Rumus perhitungan produktivitas sekunder undur-undur laut adalah sebagai berikut:

= ∑

����−�

× ∆

×

Keterangan: P = produktivitas (g.m-2.thn-1); Ni = densitas pada selang kelas ke-i (ind.m-2); Wi = berat basah rata-rata pada selang kelas ke-i (gram); Wrata-i = massa yang hilang pada selang kelas ke-i (gram); ΔNi = jumlah densitas yang hilang pada selang kelas ke-i (ind.m-2); JK = jumlah kelas

Untuk mengetahui nilai berat rata-rata pada laju pertumbuhan biomasa dari semua individu dalam populasi diperlukan rasio produktivitas dengan biomasa adalah sebagai berikut:

� =

� � � ��

Hasil dan Pembahasan Biomassa (B) tahunan

Hasil perhitungan biomassa (B) tahunan undur-undur laut famili Hippidae yang ditemukan di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 27.

Gambar 27. Biomassa tahunan undur-undur laut Emerita emeritus dan Hippa adactyla dari pantai Cilacap dan Kebumen

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa secara keseluruhan populasi Emerita emeritus dari pantai Bunton Cilacap mempunyai biomassa tahunan paling tinggi, yaitu sebesar 21.15 g/m2. Jika dibandingkan antar jenis undur-undur laut famili Hippidae, biomassa tahunan yang dihasilkan populasi E. emeritus lebih tinggi dari biomassa tahunan yang dihasilkan oleh populasi Hippa adactyla di kedua lokasi penelitian. Biomassa tahunan H. adactyla secara populasi jauh lebih rendah dari E. emeritus, yaitu hanya mencapai 1.08 g/m2 di pantai Bocor Kebumen dan 6.04 g/m2 di pantai Bunton Cilacap.

Nilai biomassa tahunan E. emeritus yang jauh lebih besar dari H. adactyla makin menegaskan bahwa lokasi penelitian yang merupakan daerah intertidal bagian atas atau dekat pantai adalah habitat utama dari undur-undur laut E. emeritus. Tingginya biomassa tahunan E. emeritus dibanding H. adactyla dipengaruhi oleh tingginya kelimpahan dan jumlah E. emeritus yang tertangkap di lokasi penelitian. Kelimpahan dan jumlah undur-undur laut yang tertangkap berpengaruh langsung terhadap biomassa undur-undur laut. Makin tinggi kelimpahan dan jumlah undur-undur laut yang tertangkap, maka akan makin tinggi pula biomassa undur-undur laut, begitu juga sebaliknya. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2 bahwa kelimpahan dan jumlah undur-undur laut E. emeritus yang tertangkap di lokasi penelitian jauh lebih tinggi dari undur-undur laut H. adactyla, baik secara total maupun setiap bulan pengamatan. Hal ini menunjukkan pula bahwa undur-undur laut E. emeritus mendominasi populasi undur-undur laut famili Hippidae di lokasi penelitian.

Berdasarkan jenis kelamin, maka terlihat bahwa undur-undur laut betina mempunyai biomassa tahunan yang lebih besar daripada undur-undur laut jantan di kedua lokasi penelitian, baik pada E. emeritus maupun H. adactyla. Kemudian berdasarkan lokasi penelitian, maka biomassa tahunan undur-undur laut famili Hippidae yang ditemukan di pantai Bunton Cilacap lebih besar dari yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen, baik pada Emerita emeritus maupun Hippa adactyla.

- 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Emerita emeritus_Kebumen Hippa adactyla_Kebumen Emerita emeritus_Cilacap Hippa adactyla_Cilacap B io m a ss a T a h u n a n ( g /m 2)

Selain dipengaruhi oleh jumlah individu yang tertangkap, besaran biomassa tahunan undur-undur laut juga dipengaruhi oleh berat rata-rata individu yang tertangkap. Pada Bab 2 telah dijelaskan bahwa selama penelitian, undur-undur laut betina selalu ditemukan dengan jumlah yang lebih dari jantan dengan perbandingan persentase rata-rata hasil tangkapan adalah 18.4-21.9% untuk jantan dan 78.1- 81.6% untuk betina. Kemudian berat rata-rata undur-undur laut betina yang tertangkap juga lebih tinggi dari jantan di kedua lokasi penelitian dan pada kedua jenis undur-undur laut famili Hippidae. Berat rata-rata E. emeritus betina adalah 5.82 g/ekor, sedangkan berat rata-rata jantan adalah 5.20 g/ekor. Adapun berat rata- rata H. adactyla betina adalah 5.67 g/ekor, sedangkan berat rata-rata jantan adalah 4.90 g/ekor. Berat rata-rata undur-undur laut betina yang lebih besar dari jantan juga dipengaruhi oleh fakta bahwa sebagian besar undur-undur laut betina yang tertangkap dalam keadaan bertelur. Kondisi inilah yang menghantarkan undur- undur laut betina mempunyai biomassa tahunan lebih besar dari undur-undur laut jantan. Biomassa tahunan jantan lebih kecil daripada biomassa tahunan betina juga dapat dihubungkan dengan kinerja pertumbuhan yang lebih tinggi pada betina dan mempunyai tingkat pertumbuhan berat spesifik lebih tinggi pada betina.

Penelitian tentang biomassa tahunan pada undur-undur laut famili Hippiadae, sebagai bagian dari penelitian tentang produktivitas sekunder tahunan, belum banyak dilakukan. Berdasarkan studi literatur diketahui bahwa penelitian produktivitas sekunder pernah dilakukan pada undur-undur laut genus Emerita, meliputi E. holthuisi, E. brasiliensis, dan E. analoga, namun tidak dijumpai hasil penelitian produktivitas sekunder pada undur-undur laut genus Hippa. Apabila hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil penelitian produktivitas sekunder undur- undur laut pada genus Emerita yang lain, maka didapatkan informasi bahwa biomassa tahunan E. emeritus dari pantai Bunton Cilacap lebih besar nilainya dari biomassa tahunan pada E. holthuisi, yaitu 0.55 g/m2 (Ansell et al. 1978 in Petracco et al. 2003). Namun jika dibandingkan dengan nilai biomassa tahunan E. brasiliensis, maka biomassa tahunan E. emeritus dari pantai Bunton Cilacap besarannya lebih kecil dari biomassa tahunan E. brasiliensis yang ditemukan di pantai Prainha Brasil, yaitu 4.91–23.09 g/m2 (Petracco et al. 2003), juga lebih kecil dari besaran biomassa tahunan E. brasiliensis yang ditemukan di pantai Rio de Janeiro Brasil, yaitu 32.24-41.74 g/m2 (Gianuca 1985 in Petracco et al. 2003; Veloso et al. 2010). Biomassa tahunan E. emeritus dari pantai Bunton Cilacap nilainya juga jauh lebih kecil dari E. analoga, yaitu sebesar 603.66 g/m2 (Conan et al. 1976 in Petracco et al. 2003).

Berdasarkan informasi di atas dapat dilihat bahwa besaran biomassa tahunan undur-undur laut berbeda-beda untuk setiap jenis atau spesies dan untuk setiap ekosistem dan lokasi geografis, walaupun pada jenis yang sama seperti pada E. brasiliensis dan E. emeritus serta H. adactyla di kedua lokasi penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbedaan besaran biomassa tahunan undur-undur laut secara umum dapat dipengaruhi oleh perbedaan jenis atau spesies, ekosistem, dan letak geografis undur-undur laut.

Produktivitas sekunder (P) tahunan

Hasil perhitungan produktivitas sekunder (P) tahunan undur-undur laut famili Hippidae disajikan pada Gambar 28.

Gambar 28. Produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut Emerita emeritus dan Hippa adactyla dari pantai Cilacap dan Kebumen

Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa undur-undur laut Emerita emeritus dari pantai Bunton Cilacap mempunyai produktivitas sekunder tahunan paling tinggi, yaitu 55.87 g/m2/tahun. Nilai produktivitas sekunder tahunan populasi E. emeritus ini jauh lebih tinggi dari produktivitas sekunder tahunan populasi Hippa adactyla, baik yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen (4.07 g/m2/tahun) maupun di pantai Bunton Cilacap (12.09 g/m2/tahun).

Berdasarkan jenis kelamin, produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut betina secara umum nilainya lebih tinggi dari produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut jantan di kedua lokasi penelitian, baik pada E. emeritus maupun H. adactyla, kecuali pada betina H. adactyla dari pantai Bocor Kebumen yang nilai produktivitas sekundernya lebih rendah dari jantan. Kemudian berdasarkan lokasi penelitian, produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut famili Hippidae yang ditemukan di pantai Bunton Cilacap lebih tinggi nilainya dari yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen, baik pada E. emeritus maupun H. adactyla.

Tingginya nilai produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut E. emeritus dibanding H. adactyla, undur-undur laut betina dibanding jantan, dan undur-undur laut dari pantai Bunton Cilacap dibanding dari pantai Bocor Kebumen secara langsung dipengaruhi oleh nilai biomassa tahunan masing-masing. Semakin tinggi nilai biomassa tahunannya, maka nilai produktivitas sekunder tahunannya juga akan semakin tinggi.

Sebagaimana disampaikan pada subbab sebelumnya bahwa penelitian tentang produktivitas sekunder tahunan pada undur-undur laut belum banyak dilakukan. Hasil studi literatur hanya didapatkan informasi hasil penelitian produktivitas sekunder pada undur-undur laut genus Emerita, meliputi E. holthuisi, E. brasiliensis, dan E. analoga, dan tidak dijumpai hasil penelitian produktivitas

- 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 Emerita emeritus_Kebumen Hippa adactyla_Kebumen Emerita emeritus_Cilacap Hippa adactyla_Cilacap Pro d u k tiv ita s S ek u n d er (g /m 2 /Th n )

sekunder pada undur-undur laut genus Hippa. Jika dibandingkan hasil-hasil penelitian tersebut dengan hasil penelitian saat ini, sebagaimana pada biomassa tahunan, maka didapatkan pula nilai produktivitas sekunder tahunan E. emeritus dari pantai Bunton Cilacap yang lebih besar dari E. holthuisi, yaitu 6.93 g/m2/tahun (Ansell et al. 1978 in Petracco et al. 2003); relatif seragam dengan nilai produktivitas sekunder tahunan E. brasiliensis yang ditemukan di pantai Prainha Brasil, yaitu 39.86–156.07 g/m2/tahun (Petracco et al. 2003); lebih kecil dari nilai produktivitas sekunder tahunan E. brasiliensis yang ditemukan di pantai Rio de Janeiro Brasil, yaitu 96.80-238.50 g/m2/tahun (Veloso et al. 2010; Gianuca 1985 in Petracco et al. 2003); dan juga lebih kecil dari nilai produktivitas sekunder tahunan E. analoga, yaitu sebesar 247.50 g/m2/tahun (Conan et al. 1976 in Petracco et al. 2003).

Berdasarkan informasi di atas juga dapat dijelaskan bahwa nilai produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut berbeda-beda untuk setiap jenis atau spesies dan untuk setiap ekosistem dan lokasi geografis, walaupun pada jenis yang sama seperti pada E. brasiliensis dan E. emeritus serta H. adactyla di kedua lokasi penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut secara umum dapat dipengaruhi oleh perbedaan jenis atau spesies, ekosistem, dan letak geografis undur-undur laut.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa undur-undur laut mempunyai peran secara ekologi dalam mempertahankan keseimbangan rantai makanan sebagai konsumen tingkat pertama atau produsen bagi konsumen level di atasnya pada tropik level di daerah intertidal atau daerah pantai berpasir. Peran ekologi undur-undur laut tersebut akan semakin tinggi pada daerah intertidal yang dijumpai undur-undur laut dengan kelimpahan dan populasi yang cukup tinggi seperti di pantai Bunton Cilacap.

Rasio P/B

Hasil perhitungan rasio antara produktivitas sekunder tahunan dengan biomassa tahunan (P/B) undur-undur laut famili Hippidae disajikan pada Gambar 29.

Gambar 29. Rasio P/B tahunan undur-undur laut Emerita emeritus dan Hippa adactyla dari pantai Cilacap dan Kebumen

- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Emerita emeritus_Kebumen Hippa adactyla_Kebumen Emerita emeritus_Cilacap Hippa adactyla_Cilacap Ra sio P /B T a hu na n

Rasio P/B adalah nilai berat rata-rata pada laju pertumbuhan biomasa dari semua individu dalam populasi. Nilai rasio P/B adalah suatu nilai dengan unit per waktu, karena setiap unit waktu dapat digunakan sebagai nilai, maka dapat dilakukan penghitungan rasio P/B tahunan, P/B mingguan, P/B harian dan seterusnya. Pada penelitian ini, nilai rasio P/B dihitung dengan satuan waktu tahunan atau rasio P/B tahunan dikarenakan data yang digunakan untuk menghitung rasio P/B adalah data selama satu tahun pengamatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi undur-undur laut Hippa adactyla yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen secara umum mempunyai rasio P/B tahunan paling tinggi, yaitu 3.76. Di pantai Bocor Kebumen, populasi H. adactyla mempunyai rasio P/B tahunan yang lebih besar dari populasi E. emeritus, sedangkan di pantai Bunton Cilacap, populasi Emerita emeritus mempunyai nilai rasio P/B tahunan lebih besar dari populasi H. adactyla. Nilai rasio P/B H. adactyla lebih besar dari E. emeritus disebabkan karena H. adactyla, terutama yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen, masih banyak yang berukuran kecil atau masih muda. Berdasarkan hasil penelitian, undur-undur H. adactyla yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen, sekitar 60% mempunyai panjang karapas kurang dari 25 mm atau tergolong masih berukuran kecil atau muda. Kenyataan tersebut dipertegas oleh Petracco et al. (2003) yang menyatakan bahwa nilai rasio P/B tahunan pada biota tinggi karena didominasi oleh biota ukuran muda. Faktor lain yang mempengaruhi rasio P/B tahunan adalah ketersediaan makanan di pantai lokasi studi. Ketersediaan makanan merupakan faktor kunci yang mempengaruhi nilai produktivitas sekunder (Downing 1984 in Petracco et al. 2003). Perairan yang mempunyai produktivitas sekunder yang tinggi menunjukkan bahwa perairan tersebut, terutama pada zona surfing, diperkirakan memiliki nilai produktivitas primer yang tinggi dan memiliki ketersediaan makanan yang baik untuk undur- undur laut (Petracco et al. 2003).

Rasio P/B tahunan merupakan gambaran kemampuan pulih dari suatu populasi. Hasil penelitian (Gambar 33) menunjukkan bahwa secara populasi, H. adactyla di pantai Cilacap mempunyai kemampuan pulih lebih cepat dari H. adactyla di pantai Kebumen, sedangkan E. emeritus di pantai Kebumen mempunyai kemampuan pulih lebih cepat dari E. emeritus di pantai Cilacap. Berdasarkan jenis kelamin, rasio P/B tahunan undur-undur laut jantan secara umum lebih tinggi dari rasio P/B tahunan undur-undur laut betina di kedua lokasi penelitian, baik pada E. emeritus maupun H. adactyla, dengan nilai rasio P/B tahunan tertinggi didapatkan pada H. adactyla jantan yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen, yaitu sebesar 5.95. Kondisi ini juga diduga dikarenakan undur-undur laut H. adactyla jantan yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen didominasi oleh undur-undur laut ukuran kecil atau muda, yaitu sekitar 77% mempunyai panjang karapas kurang dari 25 mm.

Nilai rasio P/B undur-undur laut pada penelitian ini lebih kecil dari nilai rasio P/B pada E. holthuisi sebesar 12.60 (Ansell et al. 1978 in Petracco et al. 2003) dan E. brasiliensis yang ditemukan di pantai Prainha Brasil sebesar 6.77-9.55 (Gianuca 1985 in Petracco et al. 2003; Petracco et al. 2003), namun lebih besar dari nilai rasio P/B pada E. brasiliensis yang ditemukan di pantai Rio de Janeiro Brasil sebesar 2.31 (Veloso et al. 2010) dan E. analoga sebesar 0.41 (Conan et al. 1976 in Petracco et al. 2003). Perbedaan nilai-nilai rasio P/B antar jenis undur-undur laut di atas dipengaruhi oleh perbedaan spesies, lingkungan, dan kondisi iklim.

Selain menggambarkan kemampuan pulih suatu populasi, nilai rasio P/B juga dapat menunjukkan umur populasi (Vellso & Sallorenzo 2010). Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diduga umur populasi dari undur-undur laut per jenis per lokasi penelitian. Estimasi umur populasi undur-undur laut E. emeritus yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen adalah sekitar 2 generasi per tahun; sedangkan E. emeritus

yang ditemukan di pantai Bunton Cilacap mempunyai dugaan umur populasi sekitar 3 generasi per tahun. Adapun undur-undur laut H. adactyla diduga mempunyai umur populasi sekitar 4 generasi per tahun untuk yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen dan sekitar 2 generasi per tahun untuk yang ditemukan di pantai Bunton Cilacap. Dugaan umur populasi undur-undur laut dari hasil penelitian ini lebih rendah dari dugaan umur populasi undur-undur laut E. brasiliensis sebesar 7 sampai 8 generasi per tahun (Petracco et al. 2003).

Simpulan

Nilai produktivitas sekunder yang dihasilkan oleh undur-undur laut di kedua lokasi penelitian membuktikan bahwa undur-undur laut mempunyai peran secara ekologis yang terukur dalam rantai makanan di perairan pantai selatan Jawa Tengah. Populasi undur-undur laut di pantai Bunton Cilacap mempunyai nilai produktivitas sekunder yang lebih tinggi dari populasi undur-undur laut di pantai Bocor Kebumen. Populasi undur-undur laut di pantai selatan Jawa Tengah mempunyai dugaan umur populasi 2-4 generasi per tahun dengan dugaan umur populasi tertinggi pada H. adactyla dari pantai Bocor Kebumen, yaitu 4 generasi per tahun.