BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Profesionalisme Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013:51) mengemukakan bahwa
profesionalisme berasal dari istilah profesional dasar katanya adalah profession (profesi). Dalam bahasa inggris , professionalism secara
leksikal berarti sifat profesional. Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan, atau rangkaian kualitas yang menandai suatu profesi.
Menurut Sedarmayanti (2010:96) berpendapat bahwa
profesionalisme merupakan pilar yang akan menempatkan birokrasi
sebagai mesin efektif bagi pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik.
Profesionalisme merupakan performance quality dan sekaligus
sebagai tuntutan perilaku profesional dalam melaksanakan tugasnya. Konsekuensinya guru sebagai profesional dituntut untuk bisa bekerja dalam koridor profesionalisme. Guru adalah pekerja profesi oleh karena itu harus menjunjung profesionalisme.Menurut Kusuma (2012:14) mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah tanggung jawab untuk berperilaku yang lebih baik dari sekedar mematuhi undang-undang dan peraturan masyarakat yang ada.
Berbicara tentang profesionalisme guru tentunya berhubungan dengan kompetensi yang di miliki oleh guru sebagai tenaga pendidik. Yang harus memiliki kemampuan pedagogic, emosional serta
kemampuan sosial, guru juga diharapkan mampu menjadi tenaga pendidik yang profesional. Seperti yang teramanat pada UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen yang berbunyi : “guru merupakan bagian dari sebuah profesi dan dituntut untuk dapat profesional”. Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013:50) menjelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan yang dilakukan seseorang yang menjadi sumber pendapatan yang memerlukan suatu keahlian dan keterampilan, kemahiran, atau kecakapan, yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan yang mempunyai keterkaitan dengan suatu pekerjaan seseorang. Sementara itu, guru profesional adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran.
Kompetensi yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis,. Dengan demikian, pengertian guru profesional adalah orang yang mempunyai kemampuan dan keahlian serta keterampilan khusus dalam bidang keguruan, yang telah terdidik dan terlatih sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan kemampuan secara maksimal sesuai bidang yang dimilikinya.
Kemampuan guru dalam meningkatkan profesionalnya tidak hanya berguna bagi dirinya. Seperti yang dikenal saat ini bahwa, keprofesionalan seorang guru dibuktikan dengan sertifikat profesi
(sertifikasi). Melalui sertifikat tersebut pula, guru mendapatkan manfaat
berupa tunjangan yang ditujukan untuk terus meningkatkan
profesionalismenya. Untuk menanggapi hal tersebut, diberlakukanlah
sejumlah UU dan PP dalam pengaturan profesionalisme seorang guru dan dosen.
UU republik indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 39 ayat (2), menyatakan bahwa guru adalah tenaga profesional yang bertugas melaksanakan dan merencanakan proses pembelajaran, memberikan nilai dari hasil pembelajaran, melaksanakan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan mengabdi kepada masyarakat, terutama bagi pengajar di perguruan tinggi. Dalam keterangan lain menjelaskan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 menyebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Hal tersebut sebagai penerjemahan pasal ’42 UU RI Tahun 2003 yang menjelaskan syarat bagi pendidik yang harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikat sesuai dengan kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru
Menurut Purwanto dalam Ali Muhson (2014:98) disadari atau tidak guru dimasa depan akan semakin berat. Guru tidak hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja, melainkan juga harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya. Tugas tersebut meliputi mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan dalam menjalani hidup (life skills), dan nilai serta
beliefs.Melihat tugas yang semakin berat tersebut, maka sudah
selayaknya bila kemampuan profesional guru juga ditingkatkan agar mereka mampu menjalankan tugas dengan baik. Terkait dengan hal ini guru tersebut harus mau membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik disamping harus pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapan masyarakat. Menurut Purwanto dalam Ali Muhson (2014:98) dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus selalu berusaha melakukan lima hal. Yaitu:
a. Memahami tuntutan standar profesi yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama karena: pertama, Persaingan global memungkinkan adanya mobilitas guru lintas negara.Kedua,Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan
masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik.
Cara yang pertama untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
b. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan dipenuhi kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar dan kuat yang memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain untuk memenuhi
sertifikasi.
c. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau
networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah
dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi dibidang profesinya.
d. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang dan profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan sekolah sebagai
pelayanan publik didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada publik.
e Mengadopsi inovasi atau pengembangan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard
technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang
teknologi pendidikan (soft technologies).
Beberapa upaya diatas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang menjanjikan artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa harus kesejahteraan guru yang harus ditingkatkan? Hal ini mengandung implikasi yang sangat luas. Di satu sisi, dengan kesejahteraan guru yang memadai akan mampu mendukung kinerja guru secara optimal. Guru tidak lagi memikirkan bagaimana mencari “pekerjaan sampingan” untuk mempertahankan dan membiayai kehidupan keluarganya, melainkan mampu terfokus pada pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya dalam membina anak didiknya. Sementara itu, di sisi lain, dengan kesejahteraan guru yang menjanjikan, maka guru akan menjadi sebuah profesi yang banyak dikejar oleh generasi mendatang, terutama generasi muda yang memiliki potensi dan termasuk dalam kategori unggul. Dengan adanya bibit unggul tersebut maka guru di masa depan bukanlah dimiliki oleh orang-orang yang terpaksa atau
dipaksa menjadi guru, melainkan dimiliki oleh orang-orang yang benar-benar memiliki kualitas dan kompetensi yang tinggi. Dengan demikian, kata kunci dari upaya peningkatan profesionalisme guru adalah meningkatkan kesejahteraan guru.