• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN FISKAL REGIONAL

B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

1. Profil APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan bagian dari pelaksanaan peran Pemerintah untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi

regional suatu wilayah. Pada prinsipnya, sesuai

dengan peraturan

perundangan, pelimpahan

wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah diikuti dengan pelimpahan kewenangan dalam hal pendanaan. Pemerintah Daerah dianggap paling mengetahui mengenai dirinya sendiri dan arah pembangunan yang ingin dicapainya. Kebijakan dalam penentuan APBD diharapkan dapat mendorong berbagai indikator ekonomi regional yang menjadi tolok ukur perekonomian suatu daerah di Provinsi Kalimantan Tengah. Di Kalimantan Tengah terdapat 15 Pemerintah Daerah yang terdiri dari 1 Pemerintah Provinsi yaitu Pemprov Kalimantan Tengah, 1 Pemerintah Kota Yaitu Pemerintah Kota Palangka Raya dan 13 Pemerintah Kabupaten yaitu Pemkab Barito Selatan, Pemkab Barito Utara, Pemkab Murung Raya, Pemkab Barito Timur, Pemkab Kapuas, Pemkab Pulang Pisau, Pemkab Kotawaringin Timur, Pemkab Kotawaringin Barat, Pemkab Katingan, Pemkab Gunung Mas, Pemkab Lamandau, Pemkab

Grafik III.4 Persentase Kontribusi Pendapatan Daerah (%)

(sumber: DJPK dan Pemda)

Grafik III.5 Persentase Pagu Komponen Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung terhadap Total

Belanja

(sumber: DJPK dan Pemda)

Seruyan, dan Pemkab Sukamara.

a. Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi

Sesuai klasifikasi ekonomi profil APBD Provinsi Kalteng beserta seluruh Daerah Tingkat II yang ada di wilayahnya adalah sebagaimana dalam Tabel III.7.

Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan Pemerintah Daerah di Kalimantan Tengah merencanakan kebijakan defisit yang dicerminkan dari lebih besarnya belanja bila dibandingkan dengan besarnya pendapatan. Untuk menutup defisit tersebut, sebagian besar Pemerintah Daerah menggunakan SiLPA tahun sebelumnya.

Pada tahun tahun 2012 komponen dana perimbangan mencapai sebesar 81,48 % dari total pendapatan. Sedangkan PAD hanya memberikan kontribusi sebesar 10%. Tetapi pada tahun 2013, komponen dana perimbangan

menurun kontribusinya menjadi 77,43%

sedangkan komponen PAD meningkat menjadi

12,12 % dari total pendapatan. Kemudian pada tahun 2014, dari kesepuluh Pemda yang memberikan data APBD tahun 2014, didapat bahwa peran dana perimbangan hanya sebesar 68,97 % dari pendapatan sedangkan peran PAD adalah sebesar 14,92% dari pendapatan.

Pada tahun 2012, komposisi antara pagu belanja tidak langsung dengan pagu belanja langsung hampir berimbang. Namun demikian, komponen belanja langsung tetap masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan komponen belanja tidak langsung. Hal yang sama dijumpai pada perilaku pagu APBD tahun 2013 yaitu komponen belanja langsung lebih besar bila dibandingkan dengan komponen belanja tidak langsung. Bahkan ada peningkatan besaran komponen belanja langsung dimana pada tahun 2012 hanya sebesar 51,32% dari belanja meningkat di tahun 2013 menjadi 53,91% dari belanja. Pada tahun 2014, dari 10 Pemda yang tersedia datanya, diketahui bahwa peranan komponen belanja langsung juga masih

Grafik III.6 Pagu APBD Kalimantan Tengah Menurut Fungsi

(sumber: DJPK dan Pemda)

Grafik III.7 Persentase APBD Kalimantan Tengah Menurut Fungsi (%)

(sumber: DJPK dan Pemda)

lebih tinggi yaitu sebesar 55,30% dari keseluruhan belanja.

b. Profil APBD Berdasarkan Berbagai Klasifikasi

Menurut fungsinya, APBD di wilayah Kalimantan Tengah dibagi menjadi 9 (sembilan) fungsi pemerintahan. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pelayanan umum, fungsi ketertiban dan keamanan, fungsi ekonomi, fungsi lingkungan hidup, fungsi perumahan dan fasum, fungsi kesehatan, fungsi pariwisata dan budaya, fungsi pendidikan dan fungsi perlindungan sosial.

Secara nominal, setiap tahunnya belanja menurut fungsi selalu mengalami kenaikan. Namun demikian, untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai proporsi sebenarnya, perlu dibandingkan jumlah pagu APBD perfungsi dibandingkan dengan total pagu seluruh fungsi. Dengan demikian, apabila dibandingkan proporsi masing-masing fungsi dari tahun ke tahun, akan

terlihat apakah pagu belanja menurut suatu fungsi itu meningkat atau justru menurun.Grafik berikut menggambarkan mengenai hal tersebut.

Menurut grafik di atas, alokasi APBD yang paling besar adalah untuk fungsi pelayanan umum sebesar 29,90% pada tahun 2012 dan 29,46% pada tahun 2013. Fungsi pendidikan menempati urutan kedua dengan persentase masing-masing 25,23% pada tahun 2012 dan sebesar 23,27% pada tahun 2013. Fungsi perumahan dan fasilitas umum menempati urutan ketiga dengan persentase 17,69% pada tahun 2012 dan sebesar 21,23% pada tahun 2013. Sedangkan fungsi yang paling kecil mendapatkan alokasi APBD adalah fungsi pariwisata dan budaya sebesar 0,6 % baik tahun 2013 maupun tahun 2012. Dari komposisi di atas, terlihat bahwa prioritas pendanaan hampir semua Pemda di Kalimantan Tengah adalah fungsi pelayanan umum, perumahan dan fasilitas umum, dan pendidikan sedangkan fungsi pariwisata dan budaya menempati urutan terendah dalam prioritas pendanaan.

Untuk pagu pendidikan, secara umum telah memenuhi batasan minimal alokasi pagu pendidikan yaitu sebesar 20% dari APBD. Sedangkan untuk kesehatan, sesuai dengan UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pagu belanja kesehatan untuk daerah adalah sekurang-kurangnya 10 % dari APBD. Dengan demikian, selama periode tahun 2011-2013, target pagu belanja kesehatan untuk seluruh Pemda di Kalimantan Tengah belum memenuhi batasan minimal sesuai dengan undang-undang tersebut.

c. Profil APBD Berdasarkan Berbagai Klasifikasi Urusan

Menurut urusan, APBD dibagi ke dalam 35 (tiga puluh lima) urusan. Urusan tersebut adalah Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan Umum, Perumahan, Penataan Ruang, Perencanaan Pembangunan, Perhubungan, Lingkungan Hidup, Pertanahan, Kependudukan dan Catatan Sipil, Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Sosial, Tenaga Kerja, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Penanaman Modal, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga, Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri,

Pemerintahan Umum, Kepegawaian,

Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Statistik, Kearsipan, Komunikasi dan Informatika, Ketahanan Pangan, Perpustakaan, Pertanian, Kehutanan, Energi dan Sumberdaya Mineral,

Pariwisata, Kelautan dan Perikanan,

Perdagangan, Perindustrian, dan Transmigrasi.

Berdasarkan data, saat ini proporsi pembagian belanja menurut klasifikasi urusan pada seluruh Pemda di Provinsi Kalimantan Tengah

menunjukkan bahwa beberapa urusan

mendapatkan alokasi dana yang cukup besar sementara urusan yang lain mendapatkan alokasi yang relatif kecil.

Pagu berdasarkan klasifikasi menurut urusan pada 15 Pemda di Kalimantan Tengah tahun 2011 berjumlah Rp10,1 triliun, tahun 2012 berjumlah Rp11,6 triliun, tahun 2013 berjumlah Rp14,98 triliun. Khusus tahun 2014, hanya 5 Pemda saja yang memberikan informasi mengenai APBD berdasarkan urusan dengan nilai pagu keseluruhan Rp4,3 triliun. Apabila pagu menurut masing-masing urusan dibagikan dengan total pagu keseluruhan, maka akan didapatkan hasil sebagaimana tercantum dalam Tabel III.8.

Berdasarkan tabel di atas, terdapat 3 (tiga) urusan dominan yang menjadi perhatian utama Pemerintah Daerah di Kalimantan Tengah. Ketiga urusan tersebut adalah Pemerintahan Umum, Pendidikan, dan Pekerjaan Umum. Sedangkan perkembangan 3 (tiga) urusan dominan tersebut sejak tahun 2011 hingga 2013 adalah sebagaimana tertuang dalam Grafik III.8.

Tabel III.8 . Komposisi Pagu APBD Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Urusan (%) Urusan 2011 2012 2013 2014 1 Pendidikan 25.60 24.62 22.65 25.56 2 Kesehatan 8.52 8.03 7.51 9.86 3 Pekerjaan Umum 17.86 17.61 21.39 19.64 4 Perumahan 0.04 0.08 0.20 0.49 5 Penataan Ruang 0.34 0.37 0.14 0.44 6 Perencanaan Pembangunan 1.21 1.16 1.09 1.02 7 Perhubungan 1.70 1.51 1.31 1.10 8 Lingkungan Hidup 1.07 1.06 1.06 0.67 9 Pertanahan 0.04 0.05 0.13 0.00 10

Kependudukan dan Catatan

Sipil 0.52 0.54 0.47 0.54

11 Pemberdayaan Perempuan 0.34 0.40 0.37 0.42

12

Keluarga Berencana dan

Keluarga Sejahtera 0.18 0.17 0.17 0.06

13 Sosial 0.65 0.72 0.79 0.65

14 Tenaga Kerja 0.57 0.52 0.46 0.34

15

Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah 0.46 0.50 0.44 0.42

16 Penanaman Modal 0.07 0.08 0.10 0.06

17 Kebudayaan 0.22 0.32 0.28 0.41

18 Pemuda dan Olah Raga 0.47 0.46 0.60 0.41

19

Kesatuan Bangsa dan Politik

Dalam Negeri 1.07 1.12 1.09 1.15 20 Pemerintahan Umum 25.86 28.45 28.36 24.11 21 Kepegawaian 0.11 0.06 0.00 0.00 22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 0.91 0.83 0.79 1.14 23 Statistik 0.01 0.01 0.01 0.00 24 Kearsipan 0.05 0.06 0.06 0.05

25 Komunikasi dan Informatika 0.10 0.16 0.11 0.04

26 Ketahanan Pangan 0.54 0.57 0.60 0.48

27 Perpustakaan 0.17 0.16 0.17 0.14

28 Pertanian 3.76 3.46 3.15 2.96

29 Kehutanan 4.39 3.78 3.43 4.41

30

Energi dan Sumberdaya

Mineral 0.91 0.95 1.08 1.77

31 Pariwisata 0.34 0.32 0.32 0.14

32 Kelautan dan Perikanan 1.08 1.04 0.86 0.83

33 Perdagangan 0.44 0.43 0.43 0.53

34 Perindustrian 0.29 0.28 0.24 0.12

Grafik III.8 Urusan Dominan terhadap Total Belanja Tahun 2011-2013

(sumber: DJPK dan Pemda)

2011 2012 2013 Pendidikan 25.60 24.62 22.65 Pemerintahan Umum 25.86 28.45 28.36 Pekerjaan Umum 17.86 17.61 21.39 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 P e rs e n ta se

Dari grafik di atas terlihat bahwa porsi alokasi dana urusan pendidikan semakin menurun dari tahun ke tahun meskipun masih sesuai dengan yang ditetapkan

Undang-Undang (minimal 20%).

Sedangkan grafik porsi pemerintahan umum meningkat pada tahun 2012 dan kemudian menurun di tahun 2013. Kemudian untuk pekerjaan umum, peningkatan yang besar terjadi pada tahun 2013.

2. Belanja Daerah Menurut

Klasifikasi Fungsi

a. Belanja Pelayanan Publik dan Birokrasi

Sesuai dengan tabel IV.2 pada bab IV, urusan pemerintahan memiliki porsi anggaran terbesar pada APBD. Pada

Tabel III.9 Panjang jalan di Kalimantan Tengah (km)

(Sumber: Data Olahan)

tahun 2011, kontribusi urusan pemerintahan adalah 25,86% dari APBD. Pada tahun 2012, alokasinya menurun menjadi 28,45% dan semakin menurun pada tahun 2013 menjadi 28,36%. Indikator baik atau tidaknya belanja pelayanan publik dapat dilihat dari tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah.

b. Belanja Bidang Infrastruktur

Bila dikaitkan dengan urusan infrastruktur

yang dibangun di

Kalimantan Tengah,

urusan yang berkaitan dengan infrastruktur adalah urusan pekerjaan umum. Alokasi untuk urusan pekerjaan umum pada tahun 2011 adalah sebesar 17,86% dari APBD, tahun 2012 adalah 17,61% dari APBD dan tahun 2013 adalah 21,39%. Pada tahun 2012 terjadi pertumbuhan panjang jalan sebesar 1,8 %. Pada tahun 2012 kontribusi belanja urusan pekerjaan umum justru menurun sebesar -0,28%. Namun perlu diingat, walaupun dana untuk pekerjaan umum relatif besar, didalamnya juga termasuk dana untuk perawatan infrastruktur. Dana yang tersedia untuk belanja infrastruktur tidak harus digunakan untuk membangun jalan baru.

Kondisi untuk tahun 2013, perbaikan untuk jalan penghubung antar kabupaten relatif sudah baik.

Sebagai contoh, jalan yang menghubungkan antara Kota Palangka Raya dengan Kabupaten Barito Selatan sudah cukup baik. Jalur ini penting karena tidak hanya menghubungkan Kota Palangka Raya dengan Kabupaten Barito Selatan, tetapi juga menghubungkan Kota Palangka Raya dengan Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Barito Timur dan Kabupaten Murung Raya.

c. Belanja Bidang Kesehatan

Sebagaimana ditampilkan dalam tabel IV.2 pada bab IV urusan belanja kesehatan pada tahun 2011 hanya mencapai 8,52% dari pagu APBD. Kemudian pada tahun 2012 menurun menjadi 8,03% dari pagu APBD dan semakin menurun pada tahun 2013 menjadi 7,51% dari APBD. Sedangkan kondisi untuk tahun 2014 adalah sebesar 9,86% (catatan hanya terdiri dari 5 Pemda). Sejak tahun 2011-2013 secara

keseluruhan Kalimantan Tengah belum

memenuhi batasan minimal pagu belanja kesehatan yaitu sebesar 10% dari APBD.

Pada tahun 2011, pertumbuhan tenaga kesehatan menurun yaitu sebesar minus 2,41%

Tabel III.10 Pertumbuhan Tenaga Kesehatan di Kalimantan Tengah

(Sumber: Diolah dari Kalimantan Tengah Dalam Angka 2013)

Tabel III.11 Berobat dan Penolong Persalinan Pertama Balita

(Sumber: BPS Provinsi Kalteng)

dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 12,68%. Pada tahun 2012 kontribusi APBD kesehatan turun 0,49%. Walaupun kontribusi belanja kesehatan menurun, pertumbuhan tenaga kesehatan pada tahun 2012 justru meningkat.

Angka harapan hidup Kalimantan Tengah memang selalu meningkat setiap tahunnya. Tidak ada Kabupaten di Kalimantan Tengah yang

menurun angka harapan hidupnya.

Meningkatnya angka harapan hidup memang terkait juga dengan peningkatan kesehatan masyarakat. Tetapi kesehatan masyarakat juga tidak hanya bergantung pada fasilitas kesehatan

yang ada. Kesehatan masyarakat juga bergantung pada lingkungan sekitarnya terutama rumah tinggalnya. Rumah tinggal yang layak dan sehat

akan semakin menunjang kesehatan

penghuninya.

Perbaikan sarana/prasarana kesehatan merupakan salah satu program yang menjadi prioritas

utama Pemprov

Kalteng melalui

Kalteng Barigas. Salah satu bentuk dari program ini adalah kartu Kalteng Barigas yang memberikan jaminan bagi warga Kalteng untuk dapat berobat di rumah sakit.

Walaupun telah memiliki Program Kalteng Barigas, sayangnya masih banyak penduduk yang menggunakan jasa dukun bersalin untuk menolong kelahiran. Hal ini berarti Pemerintah perlu untuk meningkatkan kesadaran kesehatan yang sesuai standar nasional dan juga menyediakan tenaga kesehatan ke seluruh pelosok Kalimantan Tengah.

d. Belanja Bidang Pendidikan

Berdasarkan alokasi belanja daerah menurut urusan, porsi pagu belanja urusan pendidikan terhadap pagu belanja keseluruhan pada tahun 2011 adalah sebesar 25,6%. Kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi 24,62% dan pada tahun 2013 menjadi 22,65%. Walaupun anggaran

Tabel III.12 Beberapa Indikator pendidikan di Kalimantan Tengah

(Sumber: BPS Provinsi Kalteng)

Tabel III.13 Ketersediaan Komoditas Pangan Utama Tahun 2013 di Kalimantan Tengah

(Sumber: BPS Provinsi Kalteng)

menurun pada tahun 2012, pada tahun 2012 justru terjadi peningkatan angka melek huruf baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu juga terjadi kenaikan angka rata-rata lama sekolah. Sayangnya, angka partisipasi sekolah untuk tingkat SLTP dan SLTA justru menurun.

Secara umum dengan menurunnya anggaran belanja pendidikan sementara disisi lain angka partisipasi sekolah meningkat dan angka buta huruf menurun, maka hal ini merupakan suatu prestasi yang positif. Namun perlu diingat bahwa masih banyak faktor lain yang menyebabkan membaiknya pendidikan di Kalimantan Tengah.

Membaiknya sektor pendidikan tampaknya tidak terlepas dari program

Kalteng Harati yang

dicanangkan oleh Pemprov Kalteng. Program ini dilakukan khusus untuk meningkatkan pendidikan warga Kalteng. Walaupun

program ini adalah program pemerintah provinsi, program ini didukung oleh kabupaten/kota se-Kalimantan Tengah.

Namun demikian, walaupun Kalimantan Tengah memiliki program Kalteng Harati, masih ada indikator pendidikan yang kurang baik yaitu angka rata-rata lama sekolah. Memang ada kenaikan angka rata-rata lama sekolah, tetapi program nasional adalah wajib belajar 9 tahun yang berarti Pemerintah daerah se-Kalteng masih perlu bekerja lebih keras untuk mencapai target tersebut.

e. Belanja Bidang Pertanian

Berdasarkan alokasi belanja daerah menurut urusan, porsi pagu belanja urusan pertanian terhadap keseluruhan pagu belanja hanya 3,76% pada tahun 2011 dan turun menjadi 3,46% pada tahun 2012 dan semakin turun menjadi 3,15% pada tahun 2013. Porsi belanja pertanian relatif kecil jika dibandingkan dengan pagu belanja urusan pemerintahan umum, pendidikan, dan pekerjaan umum/infrastruktur. Hal ini bertolak belakang dengan kenyataan bahwa komponen penyumbang PDRB menurut harga konstan, nilai

Tabel III.14 Realisasi Pembiayaan Surplus/Defisit Pemda se-Kalimantan Tengah (Rp)

No. Pemda Pendapatan Belanja Surplus/Defisit

1 Prov. Kalimantan Tengah

2,809,123,829,320 2,928,771,236,023 (119,647,406,703) 2 Kab. Kapuas 1,127,994,203,254 1,076,194,626,482 51,799,576,772

3 Kab. Kotawaringin Barat

874,552,480,664 916,577,980,225 (42,025,499,560)

4 Kab. Kotawaringin Timur

1,118,672,947,476 1,110,556,809,766 8,116,137,710

5 Kota Palangka Raya

874,865,012,605 849,908,281,664 24,956,730,941 6 Kab. Sukamara 530,015,131,729 513,119,933,187 16,895,198,542 7 Kab. Lamandau 557,816,638,556 532,944,433,294 24,872,205,262

8 Kab. Gunung Mas

665,635,608,610 673,889,609,827 (8,254,001,216)

9 Kab. Pulang Pisau

636,602,361,995 805,796,601,228 (169,194,239,233)

10 Kab. Murung Raya

868,135,805,990 803,522,577,073 64,613,228,917

11 Kab. Barito Utara

780,558,777,585 660,769,077,962 119,789,699,623 12 Kab. Katingan 769,751,502,255 586,932,837,137 182,818,665,118 13 Kab. Seruyan 801,995,341,208 756,286,762,562 45,708,578,646 Jumlah 12,415,719,641,246.00 12,215,270,766,429 200,448,874,817

(Sumber: BPS Provinsi Kalteng)

terbesar adalah dari sektor pertanian. Namun demikian pada akhir tahun 2013, NTP di Kalteng mencapai 102,41 yang berarti petani pada umumnya tidak merugi. Kondisi ini tidak dijumpai pada tahun 2012 dimana pada tahun itu NTP tidak pernah melebihi 100.

Dari segi pemenuhan komoditas pangan utama sendiri, untuk kebutuhan berupa beras dan jagung, Kalimantan Tengah telah mampu

memenuhi bahkan mengalami surplus.

Sayangnya, untuk komoditas berupa kedelai dan daging sapi justru mengalami defisit.

Besarnya surplus beras dikarenakan produksi

yang melimpah dari Kabupaten Kapuas. Kabupaten Kapuas memang merupakan sentra beras Kalimantan Tengah. Sesuai keterangan dari Dinas Pertanian Provinsi Kalteng, pelaksanaan Program Kalteng Besuh diawali di Kabupaten Kapuas. Besarnya surplus jagung dikarenakan besarnya produksi

jagung di Kabupaten Barito Utara. Surplus jagung Kabupaten Barito Utara pada tahun 2013 mencapai 1.224 ton. Dengan demikian, lebih dari separuh surplus jagung Kalimantan Tengah disuplai oleh Kabupaten Barito Utara.

f. Perkembangan Surplus/Defisit APBD

Sampai dengan akhir tahun 2013 realisasi APBD dari 13 Pemda yang tersedia datanya pada umumnya mengalami surplus kecuali untuk empat Pemda yaitu Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, dan tiga Pemerintah Kabupaten yaitu Kotawaringin Barat, Gunung Mas dan Pulang Pisau. Sedangkan untuk surplus

Grafik III.9 Perbandingan Komposisi Dana Transfer Kalimantan Tengah Tahun 2013 dan 2014 (%)

(sumber: DJPK) 13 74 5 8 2013 12 73 6 9 2014 DBH DAU

Grafik III.10 Pagu dan Realisasi Dana Transfer Kalimantan Tengah Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)

(sumber: DJPK)

terbesar adalah Kabupaten Katingan yaitu Rp. 182,82 Miliar.

Dokumen terkait