KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang atas perkenan-Nya lah maka Tim Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Tengah dapat menyusun Kajian Fiskal Regional untuk Triwulan II Tahun 2013.
Penyusunan Kajian Fiskal Regional ini merupakan bagian tugas jajaran Ditjen Perbendaharaan yang merupakan amanah dari Menteri Keuangan agar Jajaran Ditjen Perbendaharaan di daerah dapat menjadi representasi Menteri Keuangan dan mampu menjalin kerjasama dan sinergi yang harmonis dalam mengelola fiskal di daerah.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada : 1. Gubernur Kalimantan Tengah;
2. Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Tengah;
3. Dr. Harin Tiawon, SE.,MP., Regional Economist wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah;
4. Ketua Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah beserta jajarannya; 5. Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah beserta Jajarannya; 6. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah; 7. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, dan 8. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu;
yang telah memberikan dukungan, terutama memberikan data yang kami butuhkan sehingga kajian ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dengan berbagai keterbatasan, kajian ini dapat digunakan berbagai pihak yang memerlukan baik internal maupun eksternal Kementerian Keuangan, termasuk Pemerintah Daerah, sehingga dapat meningkatkan peran dan kinerja APBN sebagai stimulus fiskal di daerah dalam rangka mendorong terwujudkan 3 pilar peran dan fungsi APBN, yaitu pro growth, pro poor dan pro job, yang bermuara kepada terciptanya kesejahteraan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah.
Disamping itu, melalui kajian ini diharapkan seluruh jajaran Ditjen Perbendaharaan mampu mengembangkan pemikiran yang bersifat proaktif, responsif dan analitis terhadap peran dan tugas di masa-masa mendatang dengan lebih baik, sehingga peran dan harapan Ditjen Perbendaharaan sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah dapat terwujud dengan baik.
Palangkaraya, Maret 2014 Kepala Kanwil DJPBN Provinsi Kalteng
L u d i r o
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GRAFIK vi
DAFTAR TABEL viii
RINGKASAN EKSEKUTIF xii
BAB I PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI REGIONAL 1
A. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1
B. Struktur Perekonomian 2
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2
2. Pertambangan dan Penggalian 4
3. Industri Pengolahan 5
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5
5. Bangunan 6
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7
7. Pengangkutan dan Akomodasi 8
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9
9. Jasa-Jasa 10
C. Inflasi 11
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Kalimantan Tengah 12
a. Sisi Permintaan 12
b. Sisi Penawaran 13
c. Gini Ratio 14
d. Perbankan 15
BAB II PERKEMBANGAN INDIKATOR DEMOGRAFIS DAN SEKTOR TERPILIH 19
A. Perkembangan Indikator Demografis 19
1. Pertumbuhan Penduduk 19
3. Kesejahteraan 25
B. Perkembangan Indikator Sektoral Terpilih 29
1. Sektor Kesehatan 29
2. Sektor Pendidikan 31
3. Sektor Pertanian 32
4. Sektor Perhubungan 36
BAB III PERKEMBANGAN FISKAL REGIONAL 38
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 38
1. Pendapatan Negara 38
2. Belanja Pemerintah Pusat 40
3. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Bagian Anggaran (Kementrian/ Lembaga)
41
4. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja 41
5. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Fungsi 42
6. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Jenis Kewenangan 42
7. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan Anggaran 44
a. Kebijakan Penghematan dan Dampaknya 44
b. Pagu Blokir 44
c. Proses Pengadaan Barang dan Jasa 45
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 46
1. Profil APBD 46
a. Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi 47
b. Profil APBD Berdasarkan Berbagai Klasifikasi 48
c. Profil APBD Berdasarkan Klasifikasi Urusan 49
2. Belanja Daerah Menurut Klasifikasi Fungsi 50
a. Belanja Pelayanan Publik dan Birokrasi 50
b. Belanja Bidang Infrastruktur 51
c. Belanja Bidang Kesehatan 51
d. Belanja Bidang Pendidikan 52
e. Belanja Bidang Pertanian 53
Perkembangan Surplus/ Defisit APBD 54
a. Dana Alokasi Umum 55
b. Dana Alokasi Khusus 56
c. Dana Bagi Hasil 57
3. Alokasi Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama 58
BAB IV PERKEMBANGAN PENGELOLAAN BLU DAN MANAJEMEN INVESTASI 66
A. Pengelolaan BLU 66
1. BLU Pusat 66
2. BLU Daerah 66
a. Profil dan Jenis Layanan BLU Daerah 66
b. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP dan RM BLU Daerah 67
c. Jenis Layanan BLUD 67
d. Analisis Legal 69
B. Manajemen Investasi 69
BAB V FISKAL REGIONAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP PEREKONOMIAN
KALIMANTAN TENGAH
72
A. Pendapatan Pusat dan Daerah 72
1. Pajak dan Pendapatan Asli Daerah 72
2. Rasio Pendapatan Per Kapita 73
B. Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah 73
1. Ruang Fiskal Daerah 73
2. Kemandirian Daerah 74
C. Belanja Pusat dan Daerah 75
1. Rasio Belanja 75
2. Rasio Belanja terhadap Jumlah Penduduk 76
3. Rasio Belanja Pegawai 77
4. Rasio Belanja Modal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 78
4. Rasio Belanja Modal Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah 78
D. Surplus / Defisit Terhadap Pendapatan 79
1. Perkembangan Surplus / Defisit APBD 79
a. Ratio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan 79
c. Rasio Surplus/Defisit terhadap PDRB 81
2. Perkembangan Pembiayaan 81
a. Ratio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan 81
b. Ratio Keseimbangan Primer 81
E. Analisis Kondisi Perekonomian Provinsi Kalimantan Tengah 82
1. Rencana Pembangunan Daerah 82
a. Bidang Infrastruktur 83
b. Bidang Ekonomi Kerakyatan 83
c. Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 83
d. Masalah Bidang Pendidikan 84
e. Masalah Bidang Kesehatan 84
2. Kinerja Bidang Ekonomi 85
BAB VI PENUTUP 99
A. Aspek Perekonomian 99
B. Aspek Sosial Kependudukan 100
C. Perkembangan Sektor Strategis 101
D. Badan Layanan Umum dan Investasi Pemerintah 103
E. Aspek Fiskal Regional 103
F. Tantangan Pembangunan Menuju Perekonomian yang Sehat, Inklusif dan Berkelanjutan
104
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik I.1 PDRB Menurut Harga Konstan Provinsi Kalimantan Tengah 1
2. Grafik I.2 Pertumbuhan PDRB Tahun 2012 dan 2013 Provinsi Kalimantan Tengah (Q to Q)
1
3. Grafik I.3 Laju Pertumbuhan Sub Sektor Listrik dan Air Bersih , 2008-2012 (%) 6 4. Grafik I.4 Sumber Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
2008-2012 (%)
7
5. Grafik I.5 Sumber Pertumbuhan Sektor Pengangkutan, 2008-2012 (%) 8
6. Grafik I.6 Sumber Pertumbuhan Sektor Keuangan dan Jasa-Jasa, 2008-2012 (%)
10
7. Grafik I.7 Inflasi di Kalimantan Tengah dan Inflasi Nasional Tahun 2012 hingga Tahun 2013
13
8. Grafik I.8 Gini Ratio Provinsi Kalteng dibandingkan Nasional 2007 - 2013 14
9. Grafik II.1 Peta Provinsi Kalimantan Tengah 19
10. Grafik II.2 Perbandingan Penduduk Laki-laki dan Perempuan Kalimantan Tengah Tahun 2012
21
11. Grafik II.3 Perbandingan Persentase dan Jumlah Penduduk Miskin Nasional dan Kalimantan Tengah
25
12. Grafik II.4 Perbandingan IPM Kalimantan Tengah, Nasional dan Regional Kalimantan
28
13. Grafik II.5 Perkembangan Jumlah Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di Kalimantan Tengah Tahun 2007-2012
29
14. Grafik II.6 Jumlah Tenaga Kesehatan (Dokter, Bidan, Perawat) di Kalimantan Tengah Tahun 2011-2012
30
15. Grafik II.7 Perkembangan AHH Tahun 2004-2012 dan IMR Tahun 2010-2012 30
16. Grafik II.8 Rata-rata Lama Sekolah (atas) dan Angka Melek Huruf (bawah) di Kalimantan Tengah Tahun 2010-2012
33
17. Grafik II.9 Perbandingan Luas Panen dan Produksi Padi di Kalimantan Tengah Tahun 2008-2012
34
18. Grafik II.10 Perbandingan NTP Nasional dan Kalimantan Tengah Jan-Nov (2007=100) dan Des (2012=100) Tahun 2013
19. Grafik III.1 Perbandingan Realisasi Anggaran per Triwulan (Tidak Kumulatif) Provinsi Kalimantan Tengah TA. 2011 - 2013
40
20. Grafik III.2 Perbandingan Komposisi Pagu per Jenis Belanja Provinsi Kalimantan Tengah TA. 2011—2013
42
21. Grafik III.3 Pergerakan Dana Blokir pada DIPA per Bulan Tahun 2013 44
22. Grafik III.4 Persentase Kontribusi Pendapatan Daerah 47
23. Grafik III.5 Persentase Pagu Komponen Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
47
24. Grafik III.6 Pagu APBD Kalimantan Tengah Menurut Fungsi 48
25. Grafik III.7 Persentase APBD Kalimantan Tengah Menurut Fungsi 48
26. Grafik III.8 Urusan Dominan terhadap Total Belanja Tahun 2011-2013 50
27. Grafik III.9 Perbandingan Komposisi Dana Transfer Kalimantan Tengah Tahun 2013 dan 2014
55
28. Grafik III.10 Pagu dan Realisasi Dana Transfer Kalimantan Tengah Tahun 2013 55
29. Grafik III.11 Komposisi pagu DBH Tahun 2013 dan 2014 58
30. Grafik III.12 Perbandingan pagu Dana DK TP UB terhadap Dana Transfer 58
31. Grafik III.13 Perkembangan Pagu Dana Dekon TP UB Tahun 2013 dan 2014 59
32. Grafik III.14 Perkembangan Realisasi Dana Dekon TP UB Tahun 2011, 2012, dan 2013
59
33. Grafik V.1 Rencana Pembangunan Provinsi Kalimantan Tengah 81
34. Grafik V.2 Perekonomian Kalteng terhadap Kalimantan dan Nasional 85
DAFTAR TABEL
1. Tabel I.1 PDRB Menurut Harga Konstan dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah
2
2. Tabel I.2 Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Kalimantan dan Nasional Triwulan IV Tahun 2013 (%)
2
3. Tabel I.3 Laju Pertumbuhan dan Distribusi NTB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan, 2008 – 2012 (%)
3
4. Tabel I.4 Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan NTB Sektor Pertambangan dan Penggalian, 2008-2012 (%)
4
5. Tabel I.5 Laju Pertumbuhan Sektor Bangunan, 2008-2012 (%) 6
6. Tabel I.6 Struktur Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Sektor / Lapangan Usaha
10
7. Tabel I.7 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (%) 12
8. Tabel I.8 Gini Ratio Provinsi Kalteng 14
9. Tabel I.9 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah
15
10. Tabel I.10 Sebaran Kredit di Kab/Kota berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Juta) 17
11. Tabel II.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Kalimantan Tengah, Regional Kalimantan, dan Nasional
20
12. Tabel II.2 Beberapa Indikator Kependudukan per Kabupaten/Kota 20
13. Tabel II.3 Perbandingan Beberapa Indikator Ketenagakerjaan Nasional dan Kalimantan Tengah
22
14. Tabel II.4 Perbandingan TPAK dan TPT Regional Kalimantan 23
15. Tabel II.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Prov. Kalteng 2011-2013 24
16. Tabel II.6 Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Prov. Kalimantan Tengah 24
17. Tabel II.7 Perbandingan Jumlah (dalam Ribuan) dan Persentase Penduduk Miskin Regional dan Nasional
26
18. Tabel II.8 Beberapa Indikator Kemiskinan Provinsi Kalimantan Tengah 26
19. Tabel II.9 Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011-2012
20. Tabel II.10 Beberapa Indikator Pendukung IPM Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011-2012
28
21. Tabel II.11 Perbandingan Jumlah Sekolah dan Guru (Negeri dan Swasta) di Kalimantan Tengah Tahun 2011-2012
31
22. Tabel II.12 Angka Partisipasi Sekolah di Kalimantan Tengah Tahun 2010-2012 32 23. Tabel II.13 Angka Partisipasi Sekolah Regional Kalimantan Tahun 2010-2012 32 24. Tabel II.14 Rumah Tangga Pertanian Menurut Subsektor Kabupaten Tahun
2013
33
25. Tabel II.15 Luas Panen dan Produksi Padi Menurut Kabupaten Tahun 2012 34
26. Tabel II.16 Perbandingan Luas dan Produksi Beberapa Komoditi Perkebunan Di Kalimantan Tengah Tahun 2010-2013
35
27. Tabel II.17 Perbandingan NTP Regional Kalimantan Jan-Nov 2013 (2007=100) dan Des 2013-Jan 2014 (2012=100)
35
28. Tabel II.18 Perkembangan Panjang Jalan Berdasarkan Kewenangan dan Permukaan Jalan di Kalimantan Tengah Tahun 2011-2012
36
29. Tabel II.19 Perkembangan Jumlah Kendaraaan di Kalimantan Tengah Tahun 2011-2012
37
30. Tabel III.1 Perbandingan APBN Provinsi Kalimantan Tengah TA. 2011—2013 38
31. Tabel III.2 Pendapatan Pajak dan PNBP Provinsi Kalimantan Tengah TA. 2011—2013
39
32. Tabel III.3 Perbandingan Pagu berdasarkan Sumber Pembiayaan Provinsi Kalimantan Tengah TA.2011—2013
40
33. Tabel III.4 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran per
Kementerian/Lembaga (7 K/L Pagu Terbesar) Kalimantan Tengah TA. 2011—2013
41
34. Tabel III.5 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran per Fungsi Provinsi Kalimantan Tengah TA. 2011—2013
43
35. Tabel III.6 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran per Jenis Kewenangan Provinsi Kalimantan Tengah TA. 2011—2013
43
36. Tabel III.7 APBD Kalimantan Tengah Menurut Klasifikasi Ekonomi 46
37. Tabel III.8 Komposisi Pagu APBD Provinsi Kalimantan Tengah Menurut Urusan
50
38. Tabel III.9 Panjang jalan di Kalimantan Tengah 51
39. Tabel III.10 Pertumbuhan Tenaga Kesehatan di Kalimantan Tengah 52
40. Tabel III.11 Berobat dan Penolong Persalinan Pertama Balita 52
41. Tabel III.12 Beberapa Indikator pendidikan di Kalimantan Tengah 53
Tengah
43. Tabel III.14 Realisasi Pembiayaan Surplus/Defisit Pemda se-Kalimantan Tengah 54
44. Tabel III.15 Pagu dan Realisasi DAU Tahun 2013 dan Pagu tahun 2014 56
45. Tabel III.16 Pagu dan Realisasi DAK Tahun 2013 dan 2014 56
46. Tabel III.17 Pagu dan Realisasi DBH Tahun 2013 dan 2014 57
47. Tabel III.18 Pagu dan Realisasi Dana Penyesuaian Tahun 2013 dan 2014 58
48. Tabel IV.1 Profil dan Jenis Layanan BLU Daerah di Provinsi Kalimantan Tengah 67
49. Tabel IV.2 Perkembangan Aset Badan Layanan Umum Daerah Tahun 2012 67
50. Tabel IV.3 Perkembangan Realisasi Anggaran Badan Layanan Umum Daerah 67
51. Tabel IV.4 Jenis Layanan Badan Layanan Umum Daerah 67
52. Tabel IV.5 Analisis Legal Aspek Pengelolaan BLU Daerah Di Provinsi Kalimantan Tengah
69
53. Tabel IV.6 Profil Penerusan Pinjaman di Provinsi Kalimantan Tengah s.d. Desember 2013
70
54. Tabel IV.7 Perkembangan Bunga, Denda, dan Jasa Lainnya s.d. Desember 2012
70
55. Tabel IV.8 Perkembangan Bunga, Denda, dan Jasa Lainnya s.d. Semester II Tahun 2013
71
56. Tabel V.1 Rasio Pendapatan 72
57. Tabel V.2 Rasio Ruang Fiskal Daerah (Pagu 2013) 74
58. Tabel V.3 Rasio Realisasi DK/TP/UB terhadap APBD Tahun 2013 75
59. Tabel V.4 Rasio Pagu Total Belanja Terhadap Jumlah Penduduk Tahun 2013 76
60. Tabel V.5 Rasio Realisasi Belanja Pegawai Tahun 2013 77
61. Tabel V.6 Rasio Realisasi Belanja Modal Tahun 2013 78
62. Tabel V.7 Rasio Surplus/Defisit Terhadap Pendapatan Total Tahun 2013 79
63. Tabel V.8 Rasio Keseimbangan Primer Tahun 2013 80
64. Tabel V.9 Rencana Pembangunan Jangka Menengan Provinsi Kalimantan Tengah
83
65. Tabel V.10 Pertumbuhan Ekonomi Kalteng Per Jenis Penggunaan 2008-2013 88
66. Tabel V.11 Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan 2002-2013 89
67. Tabel V.12 Distribusi Penyerapan Anggaran per Triwulan 91
68. Tabel V.13 PDRB menurut Sektoral 92
69. Tabel V.14 Penduduk Produktif Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013 94
RINGKASAN EKSEKUTIF
Provinsi Kalimantan Tengah memiliki 13 kabupaten dan 1 kota
dan merupakan
provinsi terluas ketiga di Indonesia setelah Papua dan Kalimantan Timur dengan luas wilayah mencapai lebih kurang 159.601 Km². Sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah
merupakan daerah
dataran rendah dengan topografi yang praktis relatif datar mulai dari wilayah bagian selatan, tengah dan menerus dari barat hingga ke timur. Jumlah penduduk Kalimantan Tengah pada tahun 2012 adalah sebanyak 2.283.687 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,08%.
Kota Palangka Raya sebagai ibukota Kalimantan Tengah memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi, yakni sebanyak 96 orang per kilometer persegi dari rata-rata tingkat kepadatan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah 14 orang per Km². sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Murung Raya yakni sebanyak 4 orang perKm². Penyebaran penduduk pun tidak merata
karena hanya terkonsentrasi pada wilayah aliran sungai maupun di kota-kota besar. Di regional Kalimantan, walaupun dari sisi
luas wilayah, Kalimantan Tengah merupakan provinsi terluas kedua setelah Kalimantan Timur namun
Kalimantan Tengah memiliki jumlah penduduk paling sedikit.
mayoritas penduduk Kalimantan Tengah merupakan penduduk muda karena yaitu 66% berusia 15-64 tahun dengan jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada penduduk perempuan (sex ratio: 109). Kombinasi potensi sumber daya yang melimpah dan penduduk usia produktif yang tinggi tersebut diharapkan dapat menjadi pendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Tengah. Permasalahan kependudukan dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan di Indonesia dan
“Tingkat Pengangguran Terbuka di Kalimantan Tengah juga lebih rendah jika
dibandingkan TPT secara nasional. Hal tersebut menunjukkan tingkat penyerapan angkatan kerja yang sangat tinggi. Dengan
kata lain, Kalimantan Tengah juga memberikan kontribusi positif terhadap penurunan tingkat pengangguran secara
nasional.” negara-negara berkembang pada umumnya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi sehingga memicu peningkatan jumlah angkatan kerja namun belum dapat diimbangi oleh ketersediaan lapangan kerja. Kondisi ini rentan untuk menimbulkan gejolak sosial di masyarakat karena permasalahan tenaga kerja termasuk isu yang sensitif.
Kondisi
ketenagakerjaan di Kalimantan Tengah sedikit berbeda jika dibandingkan dengan kondisi ketenagakerjaan secara nasional. Tahun 2012, walaupun terdapat peningkatan jumlah
penduduk yang berusia di atas 15 tahun namun jumlah Angkatan Kerja menurun sehingga memicu penurunan pada TPAK.Demikian pula, walaupun pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun namun jumlah angkatan kerja justru semakin menurun dan jumlah penduduk Bukan Angkatan Kerja mengalami peningkatan. meskipun terjadi
penurunan angkatan kerja namun Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kalimantan Tengah lebih tinggi dibandingkan dengan TPAK secara nasional walaupun hingga tahun 2013, TPAK di Kalimantan Tengah terus mengalami penurunan. Kondisi ini tentunya dapat meningkatkan beban yang ditanggung oleh penduduk Angkatan Kerja karena jumlah penduduk usia produktif yang tidak bekerja semakin meningkat. Tingkat Pengangguran
Terbuka di
Kalimantan Tengah juga lebih rendah jika dibandingkan TPT secara nasional. Hal tersebut menunjukkan tingkat penyerapan angkatan kerja yang sangat tinggi. Dengan kata lain, Kalimantan Tengah juga memberikan kontribusi positif terhadap penurunan tingkat pengangguran secara nasional.
Secara nasional, jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun semakin menurun. Namun demikian, jumlah dan persentase penduduk miskin di regional Kalimantan pada tahun 2013
cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun 2012 kecuali Kalimantan Selatan yang secara konsisten mengalami penurunan. Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Tengah pada tahun 2013 mengalami kenaikan dibandingkan penduduk miskin pada tahun 2012.Kenaikan tersebut dipicu oleh bertambahnya penduduk miskin di daerah perkotaan sementara jumlah penduduk miskin di pedesaan mengalami penurunan. Tingkat kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun hal ini dibuktikan dengan IPM Kalimantan Tengah yang selalu di atas IPM rata-rata nasional. Tahun 2012, IPM Kalimantan Tengah menduduki peringkat ketujuh nasional dan kedua di regional Kalimantan setelah Kalimantan Timur.
Dalam rangka implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD) Tahun 2010-2015, Provinsi Kalimantan Tengah banyak memiliki program unggulan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu program yang dijalankan adalah Program Mamangun
Tuntang Mahaga Lewu (PM2L), yaitu program
pembangunan yang dilaksanakan secara bersama-sama, baik pemerintah, masyarakat dan pengusaha. Demikian pula, terdapat
Program Kalteng Barigas (Kalteng Sehat) dan Kalteng Harati (KaltengCerdas/Pintar). Untuk tahun 2013, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah memperkenalkan program unggulan baru yaitu Kalteng Besuh (Kalteng Kenyang). Program ini difokuskan untuk meningkatkan ketahanan pangan (bidang pertanian dan perikanan) serta sekaligus mewujudkan kedaulatan pangan sehingga Kalimantan Tengah dalam memenuhi kebutuhan pangan tidak lagi tergantung dengan daerah lain. Program-program yang dicanangkan oleh Gubernur Kalimantan Tengah ini bersinergi dengan program-program yang telah ditetapkan pemerintah pusat dalam rangka mendukung pembangunan dan kemandirian daerah.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan sebuah gambaran makro mengenai hasil dari proses pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh seluruh stake holders, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu gambaran dari peningkatan kemakmuran dan taraf hidup. Karena itu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan serta cepat daripada laju pertumbuhan penduduknya merupakan salah
satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Y on Y di Provinsi Kalimantan Tengah cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan maupun Nasional, Pertumbuhan ekonomi Kalteng tercatat mencapai 7,3 persen. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalteng begitu menggembirakan dibandingkan dengan provinsi lainnya di pulau Kalimantan, Kalteng mengungguli 3 provinsi tetangganya, Kalimantan Selatan (Kalsel), Kalimantan Barat (Kalbar) dan Kalimantan Timur (Kaltim) pada pertumbuhan ekonomi di 2013. Laju inflasi Kalteng sampai dengan triwulan IV -2013 mencapai 6,79%, yang mana lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (8,38%) dengan distribusi pendapatan menunjukkan ketimpangan yang semakin
Berdasarkan data APBD Tahun 2014 menurut klasifikasi ekonomi dapat disimpulkan bahwa pada umumnya Pemerintah Daerah yang ada di Kalimantan Tengah merencanakan untuk melakukan defisit APBD yang terlihat dari besarnya belanja bila dibandingkan dengan besarnya pendapatan. Untuk menutup defisit, kebanyakan Pemerintah Daerah lebih mengutamakan penggunaan SILPA Tahun Sebelumnya.
Titik berat alokasi APBD pada hampir semua pemda yang ada di Kalimantan Tengah adalah pelayanan umum, perumahan dan fasilitas umum, dan pendidikan. Saat ini proporsi pembagian belanja menurut klasifikasi urusan pada seluruh Pemda di Provinsi Kalimantan Tengah masih timpang. Beberapa urusan mendapatkan alokasi dana yang sangat berlimpah sementara urusan yang lain hanya mendapatkan alokasi yang minim. 3 (tiga) urusan dominan yang menjadi perhatian utama Pemerintah Daerah adalah Pemerintahan Umum, Pendidikan, dan Pekerjaan Umum.
Alokasi dana transfer yang diterima oleh para pemerintah daerah di Kalimantan Tengah terdiri dari dana perimbangan dan dana penyesuaian.Prosentase dana transfer masih didominasi oleh Dana Alokasi Umum dengan
“Pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Y on Y di Provinsi Kalimantan
Tengah cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan maupun Nasional,
Pertumbuhan ekonomi Kalteng tercatat mencapai 7,3 persen.”
komposisi mencapai 73% pada tahun 2014. Sedangkan sisanya adalah DAK, DBH dan dana penyesuaian. Komposisi DAU, DAK dan DBH sedikit mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2013. Sedangkan DAK dan Dana Penyesuaian mengalami kenaikan.
Dari seluruh komponen pendapatan daerah, komponen dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan daerah Pemprov Kalteng untuk Tahun 2013. Sedangkan komponen PAD hanya memberikan kontribusi sebanyak 38,34%, yang sebagian besar berasal dari pajak daerah. Retribusi daerah merupakan komponen PAD yang memberikan kontribusi paling sedikit dibanding komponen lainnya.
Berdasarkan data APBN, terdapat 41 kementerian negara/lembaga yang mengelola dana APBN di Provinsi Kalimantan Tengah. Pagu tertinggi adalah Kementerian Pekerjaan Umum disusul oleh Kementerian Perhubungan karena sebagian besar proyek fisik dilaksanakan oleh kementerian tersebut. Proyek-proyek fisik yang dilaksanakan antara lain pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional, pengelolaan daerah aliran sungai, dan peningkatan sarana prasarana perhubungan udara dan perhubungan laut.
Komposisi APBN per jenis belanja selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (kecuali untuk belanja bantuan sosial), komposisi terbesar Belanja Pemerintah Pusat adalah untuk belanja modal. Belanja modal pemerintah merupakan sarana pemerintah untuk menstimulasi pertumbuhan perekonomian karena berefek langsung kepada perekonomian masyarakat. Dari segi penyaluran belanja APBN, terutama belanja barang dan belanja modal, perilaku belanja belum berada dalam kondisi ideal. Penyaluran belanja meningkat pesat di bulan Desember 2013.
Pengeluaran pemerintah, baik yang disalurkan melalui APBN maupun APBD, merupakan salah satu faktor penggerak roda perekonomian di suatu wilayah. Untuk itu pengelolaan APBN/APBD yang berkualitas dan berkelanjutan perlu dilakukan untuk meningkatkan peran pengeluaran pemerintah dalam rangka memperbaiki kualitas kesejahteraan masyarakat yang dicerminkan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial. Berbagai capaian indikator ekonomi dan sosial di Propinsi Kalimantan Tengah yang semakin membaik tersebut tentunya perlu diperlihara dan ditingkatkan di masa-masa mendatang. salah satu peran pemerintah dalam rangka
menjaga dan meningkatakan berbagai capaian indikator ekonomi dan sosial tersebut adalah melalui berbagai kebijakan fiskal. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan fiskal di daerah diharapkan dapat berperan dalam menciptakan sinergi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan efisiensi alokasi sumber daya ekonomi dan pola distribusi penyerapan APBN maupun APBD yang semakin baik. Dalam rangka meningkatkan peran APBN/APBD sebagai salah satu unsur/komponen pembentuk pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, perlu kiranya diupayakan sinkronisasi dan harmonisasi dalam tahap perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan anggaran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan memperhatikan karakterisitik, potensi dan keunggulan daerah setempat. Melalui harmonisasi dan sinkronisasi tersebut diharapkan akan terjadi efisiensi alokasi anggaran serta penyerapan anggaran yang sedemikian rupa sehingga APBN/APBD berkontribusi optimal bagi masyarakat, yang dicerminkan dari semakin membaiknya berbagai indikator ekonomi dan sosial suatu wilayah.
“Pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah sebagai
penentu kebijakan fiskal di daerah diharapkan dapat berperan dalam
menciptakan sinergi untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan efisiensi alokasi sumber daya ekonomi dan pola
distribusi penyerapan APBN
maupun APBD yang semakin baik.”
BAB I
PERKEMBANGAN INDIKATOR MAKRO EKONOMI REGIONAL
Grafik I.1 PDRB Menurut Harga Konstan Provinsi Kalimantan Tengah (dalam miliar rupiah)
(sumber: BPS Kalteng) 20,000.00 25,000.00 2012 2013 PDRB
Grafik I.2 Pertumbuhan PDRB Tahun 2012 dan 2013 Provinsi Kalimantan Tengah (Q to Q)
(sumber: BPS Kalteng) -4.00 -3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 Tw I 2 0 12 Tw II 2 01 2 Tw II I 2 01 2 Tw IV 2 0 1 2 Tw I 2 0 13 Tw II 2 01 3 Tw II I 2 01 3 Tw IV 2 0 1 3 PDRB
A.
Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)
Sejak tahun 2010 sampai dengan 2013 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Kalimantan
Tengah selalu mengalami peningkatan.
Berdasarkan harga konstan 2000 PDRB Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2012 mencapai 21,42 T meningkat di tahun 2013 menjadi 22,999 T. Peningkatan PDRB ini ternyata berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan tengah yang pada tahun 2012 mencapai 6,69% berdasarkan harga konstan 2000 meningkat menjadi 7,37% di tahun 2013.
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah gambaran makro mengenai hasil dari proses pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh
seluruh stake holders, baik pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan suatu gambaran dari peningkatan kemakmuran dan taraf hidup. Karena itu pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan serta cepat daripada laju pertumbuhan penduduknya merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi tersebut secara riil dari tahun ke tahun tergambar melalui penyajian PDRB atas dasar harga konstan.
Tabel I.1 PDRB Menurut Harga Konstan dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 2012 – 2013 Uraian Tahun 2012 2013 PDRB Menurut Harga Konstan 21,42 T 22,99 T Pertumbuhan Ekonomi Kalteng 6,69 % 7,37 % (sumber: BPS Kalteng)
Tabel I.2 Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Kalimantan dan Nasional Triwulan IV Tahun 2013 (%)
Pertumbuhan Ekonomi Q to Q Y on Y Cum to Cum Kalbar 3,68 6,37 6,08 Kaltim 1,19 1,69 1,59 Kalsel -5,15 5,4 5,18 Kalteng -1,73 8,61 7,37 Kalimantan 0,17 3,78 3,49 Nasional -1,42 5,72 5,78 (sumber: BPS Kalteng) Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan
Tengah untuk tahun 2013 mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2012 yaitu semula 6,69% (yoy) menjadi sebesar 7.37% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan di tahun 2013 ini dipicu oleh tingginya kegiatan ekonomi di Kalimantan Tengah baik dari segi konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, maupun dari net ekspor. Disamping itu kondisi permintaan domestik di tahun 2013 cenderung
meningkat dan menjadi faktor pemicu
percepatan ekonomi secara agregat.
Pada tahun 2013 laju pertumbuhan ekonomi Y on Y di Provinsi Kalimantan Tengah cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan maupun Nasional, meskipun jika dibandingkan dengan triwulan III, laju pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tahun
2013 di Kalimantan Tengah mengalami
penurunan sebagaimana tabel berikut ini:
B.
Struktur Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha dibagi menjadi sembilan sektor dan masing-masing sector produksi dirinci menjadi sub sektor. Pembagian menjadi sub sektor tersebut merupakan standarisasi secara nasional sehingga PDRB Kalimantan Tengah dapat dibandingkan secara nasional dan internasional. Analisis perkembangan PDRB Kalimantan Tengah setiap sektor diuraikan sebagai berikut :
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Kalimantan Tengah masih mengandalkan sektor pertanian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor ini bahkan perekonomian Kalimantan Tengah sensitive sekali terhadap perubahan sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) dan perkebunan karena kedua sektor ini memberikan kontribusi yang relatif besar dan
Tabel I.3 Tabel Laju Pertumbuhan dan Distribusi NTB Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan, 2008-2012 (%
Sektor/Sub Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 Laju Pertumbuhan Pertanian Tabama Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan -0,43 -10,38 2,63 -2,04 -17,43 13,95 3,22 4,81 3,80 3,21 -13,83 7,90 2,91 -0,11 8,66 -1,07 -7,54 -2,75 3,21 -5,81 4,71 6,31 -1,90 7,12 4,05 8,52 2,72 7,78 -3,65 4,26 Distribusi Terhadap PDRB Pertanian Tabama Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan 29,50 5,22 12,66 4,10 2,41 5,10 28,15 5,29 11,73 4,24 1,95 4,94 28,51 5,06 12,66 4,21 1,69 4,90 28,38 4,60 12,96 4,14 1,57 5,11 27,99 4,64 12,36 4,16 1,37 5,46 (sumber: BPS Kalteng)
merupakan sub sektor yang menjadi lapangan usaha utama masyarakat yang bekerja.
Sub sektor perkebunan berkontribusi sebesar 44,16 persen pada pembentukan NTB (Nilai Tambah Bruto) sektor pertanian, dan menyumbang sebesar 12,36 persen terhadap PDRB Kalimantan Tengah pada tahun 2012. Dengan peranan yang sebesar itu menjadikan sub sektor ini sektor unggulan bagi perekonomian Kalimantan Tengah. Komoditas unggulan di sub sektor ini adalah kelapa sawit dan karet. Pada
tahun 2012, pertumbuhan sub sektor
perkebunan agak melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (2,72%) dan member kontribusi pada pertumbuhan PDRB Kalimantan Tengah sebesar 0,41 persen.
Penyebab pertumbuhan sub sektor perkebunan
yang melambat adalah penurunan harga CPO (Crude Palm Oil), yang merupakan produk olahan dari kelapa sawit, di pasar dunia. Penurunan harga ini dikarenakan kenaikan produksi CPO di Malaysia. Penyebab lainnya adalah kenaikan persediaan kedelai, sebagai barang substitusi CPO, di Amerika Serikat. Kenaikan harga tersebut berpengaruh terhadap permintaan CPO dan produksi kelapa sawit di Indonesia dan juga Kalimantan Tengah.
Sedangkan sub sektor tabama menyumbang sebesar 16,59 persen terhadap NTB sektor pertanian dan 4,64 persen terhadap PDRB Kalimantan Tengah pada tahun 2012. Pada tahun 2010 dan 2011, sub sektor ini tumbuh negative, maka pemerintah Kalimantan Tengah melakukan recovery dan perluasan lahan sawah untuk mendorong produksi padi. Sehingga pada tahun 2012, sub sektor tabama tumbuh sebesar 8,52
persen dan member kontribusi pada
pertumbuhan total sebesar 0,38 persen. Pertumbuhan ini adalah pertumbuhan tertinggi sub sektor tabama selama kurun sepuluh tahun terakhir.
Sub sektor kehutanan menjadi penyumbang terkecil dari sektor pertanian. Sektor ini menyumbang 1,37 persen terhadap PDRB Kalimantan Tengah, dan 4,88 persen terhadap NTB sektor pertanian dengan kontribusi yang semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini dikarenakan sub sektor kehutanan mengalami
Tabel I.4 Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan NTB Sektor Pertambangan dan Penggalian, 2008-2012 (%)
Sektor/Sub Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 Share
2012 Laju Pertumbuhan
Pertambangan dan Penggalian Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian 6,69 - 6,13 16,15 11,46 - 11,39 12,43 11,78 - 11,87 10,37 16,52 - 16,90 10,65 8,70 - 8,97 4,22 Distribusi Terhadap PDRB
Pertambangan dan Penggalian Pertambangan Migas Pertambangan Non Migas Penggalian 0,58 - 0,50 0,08 1,00 - 0,93 0,07 1,09 - 1,03 0,06 1,60 - 1,53 0,06 0,92 - 0,89 0,03 100 - 96,74 3,26 (sumber: BPS Kalteng) pertumbuhan negatif dalam negatif dalam kurun
waktu lima tahun terakhir. Semakin
berkurangnya produksi hasil hutan menjadi penyebab utama pertumbuhan negatif pada sub sektor kehutanan. Selain itu dengan ditetapkannya Kalimantan Tengah sebagai proyek percontohan REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation) ikut memberikan andil dalam pertumbuhan negatif sub sektor kehutanan.
2 Pertambangan dan Penggalian
Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian di Kalimantan Tengah secara bertahap mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sektor ini didorong oleh pertumbuhan sub sektor pertambangan non migas yang mendominasi 96,74 persen sektor pertambangan dan penggalian pada tahun 2012. Di Kalimantan Tengah tidak terdapat sub sektor pertambangan migas hingga tahun 2012.
Pada tahun 2004, kontribusi sub sektor pertambangan non migas terlihat secara nyata dimana pada tahun tersebut sektor ini mulai mengalami pertumbuhan tinggi, yaitu sebesar 38,46 persen. Dan pertumbuhan tertingginya pada tahun 2005 yang sebesar 81,99 persen. Pertumbuhan sub sektor pertambangan non migas ini cukup berfluktuatif. Setelah mengalami pertumbuhan drastis, sub sektor ini mengalami perlambatan mulai tahun 2008 yang tumbuh sebesar 6,13 persen. Pertumbuhan sub sektor ini kemudian kembali meningkat pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang mencapai 16,9 persen. Kemudian melambat lagi di tahun 2012 yaitu sebesar 8,97 persen.
Pertumbuhan sub sektor pertambangan non migas tersebut meningkatkan kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kalimantan Tengah. Pada tahun 2008 peranan sub sektor ini terhadap PDRB Kalimantan Tengah sebesar 7,06 persen meningkat menjadi 9,20 persen tahun 2012. Pada tahun ini, sub sektor pertambangan non migas
member kontribusi
pertumbuhan PDRB
Kalimantan Tengah
sebesar 0,89 persen. Sub sektor penggalian pada periode 2008-2011
juga mengalami pertumbuhan relative tinggi yang hampeir tiap tahun berada di atas 10 persen, namun pada tahun 2012 hanya tumbuh 4,22 persen. Tingginya pertumbuhan sub sektor penggalian ini disebabkan oleh meningkatnya proyek-proyek pembangunan fisik di Kalimantan Tengah, seperti sarana jalan, perumahan dan infrastruktur lainnya. Meskipun demikian, peranan sub sektor penggalian terhadap PDRB Kalimantan Tengah masih relatif kecil dimana pada tahun 2012 peranannya di bawah 1 persen dan memberi kontribusi pertumbuhan PDRB Kalimantan Tengah sebesar 0,03 persen.
3 Industri Pengolahan
Sektor industri ini merupakan salah satu sektor yang seringkali digunakan sebagai indicator kemajuan suatu Negara/daerah dalam konsep ilmu ekonomi. Semakin besar peranan sektor
industri dalam pembentukan PDB/PDRB
menunjukkan tingkat kemajuan negara/daerah tersebut. Hal ini karena sektor industri merupakan kombinasi antara teknologi tinggi dan tenaga kerja terdidik (high skill labor) dalam proses pembentukan NTB (nilai tambah bruto). Disamping ini pada sektor ini juga terbentuk NTB yang relatif lebih besar dibanding pada sektor
primer (pertanian dan
pertambangan/penggalian). Dari peranan sektor industri yang masih relatif kecil dibandingkan sektor-sektor lainnya dapat dikatakan bahwa Kalimantan Tengah masih tergolong sebagai provinsi yang sedang berkembang karena masih
mengandalkan sektor primer (terutama sektor
pertanian) sebagai penggerak utama
perekonomian.
Di Kalimantan Tengah,sektor industri hanya mencakup sub sektor industri pengolahan non migas, karena belum adanya sub sektor industri migas. Industri non migas ini didominasi oleh industri barang dari kayu dan industri makanan, minuman dan tembakau.
4 Listrik, Gas dan Air Bersih
Kontribusi sektor listrik dan air bersih terhadap PDRB Kalimantan Tengah adalah yang terkecil. Peranan sektor listrik dan air bersih dalam kurun waktu lima tahun terakhir memberikan kontribusi di bawah 1 persen setiap tahunnya dan merupakan yang terkecil dibanding sektor-sektor lainnya. Namun seluruh sektor ekonomi sangat memerlukannya dalam proses produksi barang dan jasa. Sektor ini merupakan pendorong aktivitas proses produksi baik dunia usaha, pemerintahan maupun pemenuhan kebutuhan masyarakat. Produksi listrik sebagian besar dihasilkan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sebagian oleh non PLN sedangkan air bersih yang dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Di Kalimantan Tengah tidak terdapat sub sektor gas.
Laju pertumbuhan pada sektor ini pada tahun 2012 mencapai 8,41 persen. Pertumbuhan sub sektor listrik sebesar 7,77 persen dan sub sektor air bersih sebesar 9,42 persen. Pertumbuhan
Grafik I.3 Laju Pertumbuhan Sub Sektor Listrik dan Air Bersih 2008-2012 (%) (sumber: BPS Kalteng) 0.97 4.34 5.87 9.05 7.77 6.52 1.96 6.78 9.15 9.42 -1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 1 2 3 4 5 Listrik Air Bersih
Tabel I.5 Laju Pertumbuhan Sektor Bangunan 2008-2012 (%) Sektor/Sub Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 Laju Pertumbuhan 13,77 9,53 6,56 9,07 8,36 Sumber Pertumbuhan 0,69 0,51 0,37 0,51 0,48 Distribusi terhadap PDRB 5,97 5,91 5,56 5,52 5,53 (sumber: BPS Kalteng)
tinggi di sektor ini dalam lima tahu terakhir karena membaiknya jaringan instalasi listrik dan air bersih sehingga mampu melayani masyarakat sebagai pengguna layanan listrik dan air bersih dalam jumlah banyak.
5 Bangunan
Kinerja sektor bangunan mampu mendorong perekonomian tumbuh lebih cepat karena output sektor ini, yaitu pembangunan fisik konstruksi, berpengaruh langsung terhadap sektor-sektor
produksi lainnya. Sejalan dengan
pertumbuhannya, peranan sektor ini terhadap
pembentukan PDRB Kalimantan Tengah
meningkat dari tahun ke tahun. Prioritas pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam membuka keterisolasian daerah-daerah pedalaman yang berdampak pada pembangunan infrasstruktur jalan dan jembatan merupakan pendorong utama tumbuhnya sektor konstruksi pada lima tahun
terakhir. Disamping meningkatkan investasi baik bangunan untuk tempat tinggal, jasa akomodasi maupun investasi pada perusahaan-perusahaan besar dan sedang juga menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya peranan sektor bangunan terhadap perekonomian Kalimantan Tengah.
Sejak tahun 2008 sampai tahun 2012, sektor ini selalu menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan sektor ini pada periode 2007-2008 berada pada level 13 persen, dan pada periode 2009-2010 mengalami perlambatan. Hal ini dipengaruhi oleh terjadinya penurunan pembangunan konstruksi pada sektor swasta karena pengaruh krisis finansial global yang terjadi pada perekonomian nasional menjelang tahun 2008 yang kemudian juga berpengaruh ke Kalimantan Tengah walaupun relatif kecil. Tahun 2011 sektor bangunan mampu bangkit dan tumbuh 9,07 persen dan tahun 2012 sebesar 8,36 persen. Sektor ini mampu memberi kontribusi pada PDRB Kalimantan Tengah sebesar 0,48 persen.
Grafik I.4 Sumber Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, 2008-2012 (%)
(sumber: BPS Kalteng)
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran
Dalam siklus ekonomi, sub sektor perdagangan berperan sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Sedangkan sub sektor hotel dan restoran merupakan penunjang terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya. Seringkali tingkat kemajuan sektor ini digunakan sebagai indikator dalam mengukur tingkat kemajuan ekonomi suatu daerah.
Dorongan pertumbuhan sektor ini lebih dipengaruhi oleh pertumbuhan sub sektor perdagangan, karena dominasinya dalam pembentukan NTB (Nilai Tambah Bruto) sektor ini. Sub sektor perdagangan berkontribusi sebesar 92,25 persen pada pembentukan NTB sektornya, dan menyumbang sebesar 19,61 persen terhadap PDRB Kalimantan Tengah pada tahun 2012. Besarnya kontribusi NTB sub sektor perdagangan ini menunjukkan betapa pentingnya
peranannya terhadap perekonomian
KalimantanTengah. Hal ini ditunjukkan pula oleh penyerapan tenaga kerja sektor perdagangan,
hotel, dan restoran yang merupakan
penyumbang terbesar kedua setelah sektor pertanian terhadap total tenaga kerja di Kalimantan Tengah. Penyelenggaraan beberapa even besar yang berskala regional, nasional, bahkan internasional mendorong pertumbuhan sub sektor hotel dan restoran.
Pada tahun 2012 pertumbuhan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran adalah sebesar
8,67 persen dan memberi kontribusi
pertumbuhan PDRB Kalimantan Tengah sebesar
1,61%. Sektor ini merupakan sumber
pertumbuhan terbesar bagi perekonomian Kalimantan Tengah di tahun 2012. Bila dilihat sub sektornya, sub sektor perdagangan yang tumbuh 8,48% memberi kontribusi pertumbuhan PDRB Kalimantan Tengah sebesar 1,44%, sub sektor hotel sebesar 0,03% dan sub sektor restoran sebesar 0,14 persen. Peranan kedua sub sektor ini tidak mengalami perubahan yang signifikan dari tahun ke tahun, walaupun pertumbuhannya relatif tinggi yaitu sebesar 10,9% untuk sub sektor hotel dan 10,61% untuk sub sektor restoran.
Grafik I.5 Sumber Pertumbuhan Sektor Pengangkutan, 2008-2012 (%)
(sumber: BPS Kalteng)
7 Pengangkutan dan Akomodasi
Sektor ini terdiri dari kegiatan angkutan dan jasa penumpang pengangkutan (darat, laut, sungai, udara) serta komunikasi. Kegiatan pengangkutan meliputi angkutan barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya atas dasar suatu
pembayaran.Sektor pengangkutan dan
komunikasi memliki peranan sebagai pendorong aktivitas di setiap sektor ekonomi. Dalam era globalisasi peranan sektor ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa komunikasi yang menjadikan dunia tanpa batas. Sub sektor pengangkutan berperan sebagai jasa pelayanan bagi mobilitas perekonomian.
Sektor pengangkutan dan komunikasi pada periode 2008-2012 menunjukkan pertumbuhan positif dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 16,03%. Pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2008 tersebut didorong oleh tingginya pertumbuhan sub sektor angkutan
darat sebagai dampak dari semakin
meningkatnya akses transportasi darat antar daerah karena pembangunan infrastruktur jalan, bahkan sampai desa-desa. Keterbukaan akses jalan darat ini menyebabkan angkutan
penumpang dan barang yang tadinya
menggunakan jalur sungai beralih ke jalur darat. Pada tahun 2011 sektor ini mengalami pertumbuhan 2,91 persen meskipun terjadi penurunan pada sub sektor angkutan sungai (-17,27%) sebagai dampak semakin membaiknya
infrastruktur jalur darat dan mulai terbukanya keterisolasian daerah. Dan pada tahun 2012, sektor ini tumbuh 6,79%, dengan sub sektor angkutan sungai yang tumbuh negatif (-3,32%). Sementara, pada tahun 2012 angkutan darat, angkutan laut dan angkutan udara masing-masing tumbuh sebesar 11,45%; 4,67%; dan 6,57%.
Pertumbuhan sub sektor komunikasi juga mengalami pertumbuhan relatif tinggi pada periode lima tahun terakhir yang selalu di atas 10% dan pada tahun 2012 mengalami pertumbuhan sebesar 13,66%. Pertumbuhan sektor komunikasi ini dipengaruhi oleh penggunaan telepon seluler yang semakin meluas seiring dengan semakin luasnya jaringan telekomunikasi hingga ke pedesaan.
Peranan sektor pengankutan dan komunikasi dalam perekonomian Kalimantan Tengah cukup signifikan dan merupakan kontributor kelima terbesar dalam pembentukan PDRB. Tahun 2012 kontribusinya mencapai 8,2%. Sub sektor yang paling banyak memberikan kontribusi pada sektor ini adalah sub sektor pengangkutan,
terutama angkutan darat dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan.
Semakin terbukanya jalan darat ke desa-desa di
Kalimantan Tengah mendorong sebagian
masyarakat untuk lebih memanfaatkan
transportasi darat daripada sungai. Kondisi ini menyebabkan semakin meningkatnya kontribusi sub sektor angkutan darat terhadap PDRB dan sebaliknya kontribusi sub sektor angkutan sungai mengalami penurunan. Demikian juga dengan kontribusi angkutan udara walaupun masih relatif kecil akan tetap terus meningkat seiring dengan semakin ramainya penerbangan, baik antar daerah di Kalimantan Tengah, maupun antara Kalimantan Tengah dengan daerah lain di Indonesia. Sementara itu meningkatnya kontribusi angkutan laut lebih dipengaruhi oleh peningkatan angkutan barang terutama hasil-hasil bumi dari Kalimantan Tengah, sedangkan angkutan penumpang melalui laut semakin menurun seiring dengan menurunnya tarif penumpang angkutan udara.
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan atau disebut juga sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun penyalurannya kembali. Menurut teori ekonomi modern,
pertumbuhan ekonomi akan sangat tergantung oleh pertumbuhan ekonomi moneter/keuangan. Dengan kata lain, pertumbuhan sektor riil tidak lepas dari pengaruh pertumbuhan sektor moneter, meskipun kebenaran teori ini masih tergantung pada struktur perekonomian.
Dilihat dari perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2012 pertumbuhan sektor ini mencapai 12,61%. Meskipun hanya berkontribusi sebesar 6,07 persen terhadap PDRB Kalimantah Tengah, namun sektor ini mampu
memberi sumber pertumbuhan terhadap
pertumbuhan PDRB Kalimantan Tengah sebesar 0,81%
Menurut sub sektornya, pertumbuhan sub sektor bank dan lembaga keuangan bukan bank mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi, dimana pada tahun 2012 pertumbuhan kedua sub sektor ini masing-masing sebesar 18,35% dan 12,41%. Semakin membaiknya kinerja sektor ini merupakan sinyal perkembangan aktivitas ekonomi. Lembaga pembiayaan baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank yang dibutuhkan dalam mendukung aktivitas pada sektor riil menunjukkan perkembangan yang cukup besar pada tahun 2012, dimana bertambahnya bank-bank komersial yang mulai beroperasi.
Grafik I.6 Sumber Pertumbuhan Sektor Keuangan dan Jasa-Jasa, 2008-2012 (%)
(sumber: BPS Kalteng)
Tabel I.6 Struktur Perekonomian Berdasarkan PDRB Menurut Sektor / Lapangan Usaha
No. Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan La ju P er tu m b u h an 20 12 ( % ) Su m b er P er tu m b u h an 20 12 ( % ) La ju P er tu m b u h an 20 13 ( % ) Su m b er P er tu m b u h an 20 13 ( % ) 2012 2013 2012 2013 1 Pertanian 15,607.04 17,220.50 6,224.14 6,436.57 4.05 1.21 3.41 0.99 2 Pertambangan dan Penggalian 5,557.54 6,323.25 2,303.19 2,656.79 8.7 0.92 15.35 1.65 3 Industri Pengolahan 3,902.43 4,221.54 1,535.31 1,582.63 2.15 0.16 3.08 0.22
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 382.4 441.93 99.03 106.76 8.41 0.04 7.8 0.04
5 Bangunan 3,089.59 3,424.50 1,246.38 1,319.38 8.36 0.48 5.86 0.34
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 11,864.26 13,648.97 4,050.24 4,337.34 8.67 1.61 7.09 1.34
7
Pengangkutan dan
Komunikasi 4,579.87 5,590.75 1,689.36 1,878.80 6.79 0.54 11.21 0.88
8
Keuangan, Persewaan, &
Jasa Persh 3,392.34 3,949.94 1,444.65 1,613.06 12.61 0.81 11.66 0.79
9 Jasa-jasa 7,510.12 8,694.10 2,828.16 3,068.35 7.1 0.93 8.49 1.12
PDRB 55,885.58 63,515.47 21,420.48 22,999.68 6.69 6.69 7.37 7.37
(sumber: BPS Kalteng) Dua sub sektor lainnya yaitu sub sektor sewa
bangunan dan jasa perusahaan juga mengalami pertumbuhan positif pada kurun waktu 2008-2012, namun pertumbuhannya relatif lebih rendah dibanding dua sub sektor sebelumnya. Pada tahun 2012 pertumbuhan sub sektor sewa bangunan dan jasa perusahaan masing-masing sebesar 8,88% dan 4,3%.
9 Jasa-jasa
Pada klasifikasi ini sektor jasa-jasa digolongkan menjadi dua sub sektor yaitu jasa pemerintahan umum dan jasa swasta. Jasa pemerintahan umum mencakup administrasi pemerintahan dan pertahanan serta jasa pemerintahan lainnya seperti jasa pendidikan, kesehatan, dan kemasyarakatan lainnya. Sub sektor jasa swasta
meliputi jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan budaya, jasa perorangan dan rumah tangga. Pada tahun 2012 pertumbuhan sektor ini sebesar 7,1% dan memberi kontribusi pada pertumbuhan PDRB sebesar 0,93%. Kontriibusi sektor-sektor jasa terhadap pembentukan PDRB Kalimantan Tengah merupakan yang terbesar ketiga dengan
kontribusi sebesar 13,34 persen. Dari dua sub sektor yang membentuk sektor ini, sub sektor jasa pemerintahan umum dan pertahanan memberikan kontribusi terbesar. Kontribusi sub sektor pemerintahan umum dan pertahanan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun sedangkan sub sektor jasa swasta tidak mengalami perubahan yang berarti selama kurun waktu lima tahun terakhir.
Secara keseluruhan, struktur perekonomian berdasarkan PDRB menurut sektor/lapangan usaha dapat dilihat dalam Tabel I.6.
Pada tahun 2012 laju pertumbuhan tertinggi di Kalimantan Tengah berasal dari sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan laju pertumbuhan sebesar 12,61%. Sedangkan pada tahun tersebut laju pertumbuhan terendah berasal dari sektor industri pengolahan dengan laju pertumbuhan sebesar 2,15%. Namun dari porsi sumber pertumbuhan, pada tahun 2012 sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki sumber pertumbuhan 1,61% merupakan sektor/lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar. Sedangkan sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor yang memiliki sumber pertumbuhan terkecil yaitu 0,04 %.
Kemudian untuk tahun 2013, laju pertumbuhan dan sumber pertumbuhan tertinggi di Kalimantan Tengah berasal dari sektor pertambangan dan penggalian dengan laju pertumbuhan sebesar 15,35% dan sumber pertumbuhan sebesar 1,65%.
Sedangkan pada tahun tersebut laju
pertumbuhan terendah berasal dari sektor industri pengolahan dengan laju pertumbuhan sebesar 3,08%. Namun dari porsi sumber pertumbuhan, listrik, gas, dan air bersih yang memiliki sumber pertumbuhan 0,04% merupakan sektor/lapangan usaha yang memiliki kontribusi terkecil.
C.
Inflasi
Jika ditinjau dari inflasi kumulatifnya, inflasi Kalteng sampai dengan triwulan IV 2013 mencapai 6,78%, yang mana lebih rendah dibandingkan inflasi nasional (8,38%) namun lebih tinggi dari rata rata inflasi Kalteng pada periode yang sama 3 tahun sebelumnya (2010– 2012) yaitu 6,64%. Ditinjau secara tahunan, inflasi Kalteng pada triwulan IV 2013 mencapai 6,78% (year on year) masih dalam range proyeksi inflasi sebesar 6,52+1% (year on year) sebagaimana terdapat pada Kajian Ekonomi Regional periode triwulan III tahun 2013. Inflasi tahunan tersebut juga lebih tinggi daripada rata-ratanya selama 3 tahun pada priode yang sama (6,64%), serta masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 8,38% (year on year).
Meredanya inflasi Kalteng tidak terlepas dari realisasi inflasi Kota Palangka Raya dan Sampit masing-masing sebesar 6,45% dan 7,25%. Inflasi terbesar di Kota Palangka Raya dan Sampit tersebut masing-masing terjadi pada
Tabel I.7 Perkembangan Inflasi Tahun Kalender (%) Wilayah 2013 Rata2 Inflasi Triwulan IV (2010-2012) Tw-II Tw-III Tw-IV
Palangka Raya 2,58 4,77 6,45 7,17
Sampit 3,97 6,64 7,25 5,94
Kalteng 3,17 5,57 6,78 6,64
Nasional 3,35 7,57 8,38 5,02
(sumber: KER Bank Indonesia Triwulan IV) Desember 2013 dengan inflasi bulanan mencapai 1,47% dan 1,03% (month to month) sehingga inflasi Kalteng pada bulan tersebut mencapai 1,28%.
Di triwulan IV 2013 laju inflasi IHK Kalteng tercatat 6,79% (yoy), sementara di triwulan sebelumnya mencapai 5,57%. Tingkat inflasi di periode ini lebih tinggi dibandingkan rata -rata inflasi triwulan IV sepanjang tahun 2010-2012, yakni sebesar 6,64%.
Dari realisasi inflasi Kalteng sebesar 6,79%, Kota Palangka Raya mengalami inflasi 6,45% sementara inflasi kota Sampit sebesar 7,25% . Rata -rata inflasi triwulan IV tahun 2010 sampai dengan 2012 di Kota Palangka Raya mencapai 7,17% dan Sampit 5,94% (yoy). Tingkat inflasi yang terjadi di Kota Palangka Raya berada di bawah level rata -rata inflasi triwulan IV dalam 3 tahun terakhir. Hal yang berbeda terjadi pada realisasi inflasi Sampit yang lebih tinggi dibandingkan rata -ratanya.
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi di Kabupaten Kalimantan Tengah:
a. Sisi Permintaan
Dari sisi permintaan, meningkatnya tekanan inflasi antara lain dipengaruhi oleh naiknya ekspektasi masyarakat khususnya sepanjang November - Desember. Inflasi pada bulan tersebut berada di atas rata -rata inflasi akhir tahun dalam 3 tahun terakhir. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah bersama Tim Pengendali Inflasi Provinsi Kalteng untuk menjaga ekspektasi harga di masyarakat, antara lain dalam bentuk himbauan serta informasi harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok melalui media massa secara intens, hingga inisiatif untuk mengadakan Pasar Alternatif yang beroperasi selama sebulan - yakni pertengahan Desember sampai dengan awal Januari- yang berfungsi sebagai penyeimbang harga kebutuhan pokok yang berlaku di pasar tradisional. Lokasi pasar penyeimbang yang berdekatan dengan salah satu pasar tradisionil terbesar di kota Palangka Raya tersebut sangat diminati oleh masyarakat karena harga yang dijual lebih murah 10-20% dibandingkan harga di pasar tradisional. Adapun komoditas yang diperdagangkan adalah beberapa jenis komoditas yang sering memicu inflasi, antara lain Beras, Minyak Goreng, Cabe Merah, Cabe Rawit, Bawang Merah, Bawang
Grafik I.7 Inflasi di Kalimantan Tengah dan Inflasi Nasional Tahun 2012 hingga Tahun 2013
(sumber: BPS Kalteng) -2 -1 0 1 2 3 4 Ja n u ar i 2 01 2 A p ri l 2 01 2 Ju li 2 01 2 O kt ob er 2 01 2 Ja n u ar i 2 01 3 A p ri l 2 01 3 Ju li 2 01 3 O kt ob er 2 01 3 Kalteng Nasional
Ras, Telur Ayam Ras, Ketimun, Minyak Tanah dan Susu.
Meningkatnya ekspektasi mas yarakat terhadap inflasi diperkuat oleh hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah, sebagai indikator dini yang mencerminkan ekspektasi konsumen terhadap harga-harga dan kondisi permintaan. Hasil SK di triwulan IV -2013 mengindikasikan bahwa masyarakat cenderung memiliki ekspektasi adanya kenaikan harga memasuki awal triwulan III lalu. Ekspektasi konsumen tersebut diduga masih dibayangi oleh tingginya harga -harga kebutuhan pokok yang terjadi akibat hari besar keagamaan yaitu Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Ekspektasi kenaikan harga semakin terjaga, seiring dengan berkurangnya pengeluaran konsumen rumah tangga secara umum baik untuk aktivitas transportasi yang menggunakan premium atau solar maupun biaya pemenuhan kebutuhan makanan sehari-hari seiring turunnya penggunaan terhadap minyak tanah. Konsumsi rumah tangga terhadap elpiji semakin meningkat tinggi jika dibandingkan kondisi awal tahun, dimana terjadi kendala pasokan akibat gelombang laut tinggi.
b. Sisi Penawaran
Sedangkan dari sisi penawaran, pergerakan inflasi dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan yang masuk dari pulau Jawa baik melalui pelabuhan
Trisakti-Banjarmasin maupun pelabuhan Sampit. Terutama untuk komoditas bahan makanan seperti bawang merah dan cabai rawit. Bersamaan dengan itu, sejumlah komoditas yang dihasilkan sendiri seperti beras, dan daging ayam ras dan ikan-ikanan (sungai dan laut) pasokan semakin terbatas di pasar sehingga mempengaruhi kenaikan harga.
Laju inflasi di Provinsi Kalimantan Tengah meskipun masuk dalam golongan inflasi ringan tetapi pada tahun 2012 masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata – rata inflasi nasional. Dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 diperoleh data – data seperti tercantum dalam Grafik I.5.
Pada grafik tersebut, terlihat perbandingan antara inflasi di Kalimantan Tengah dengan inflasi nasional. Inflasi di Kalimantan Tengah sangat bergantung pada inflasi nasional. Bahkan pada kondisi tertentu, kenaikan inflasi di Kalimantan Tengah sangat ekstrim terutama pada bulan
Grafik I.8 Gini Ratio Provinsi Kalteng dibandingkan Nasional 2007 - 2013
(sumber: BPS Provinsi Kalteng)
0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 2 00 7 2 00 8 2 00 9 2 01 0 2 01 1 2 01 2 2 01 3 Kalimantan Tengah INDONESIA
Tabel I.8 Gini Ratio Provinsi Kalteng
Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Kalbar 0.309 0.31 0.32 0.37 0.40 0.38 0.396 Kalteng 0.297 0.29 0.29 0.30 0.34 0.33 0.350 Kalsel 0.341 0.33 0.35 0.37 0.37 0.38 0.359 Kaltim 0.334 0.34 0.38 0.37 0.38 0.36 0.371 INDONESIA 0.364 0.35 0.37 0.38 0.41 0.41 0.413
(sumber: Bappenas, diolah) Januari 2013. Hal ini disebabkan pada bulan
Januari 2013 terdapat komoditas yang mengalami kenaikan harga secara ekstrim seperti cabe rawit, bawang merah dan bawang putih. Kondisi alam seperti gelombang laut yang tinggi juga menghambat pasokan komoditas dari daerah lain. Hingga Bulan Juni 2013, laju inflasi “year on year” telah mencapai 6,11 %. Hal ini perlu mendapat perhatian lebih serius karena target inflasi nasional adalah 7,2 %.
c. Gini Ratio
Meningkatnya ketimpangan di Indonesia belakangan ini bukan disebabkan oleh “orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin”, karena kemiskinan terus mengalami trend yang
menurun. Artinya, penduduk di golongan pendapatan bawah juga mengalami kenaikan kesejahteraan.
Sejak tahun 2012 sampai dengan 2013 distribusi pendapatan di Provinsi Kalimantan Tengah menunjukkan ketimpangan yang rendah karena 40% penduduk berpenghasilan rendah menerima bagian pendapatan nasional diatas 17% dan rasio gini yang mendekati 0 sebagaimana terlihat pada grafik I.6.
Dari tabel tersebut dapat diinterpretasikan bahwa dari tahun 2007 sampai dengan 2013 Provinsi Kalimantan Tengah memiliki gini ratio terendah dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Kalimantan. Hal in berarti bahwa Provinsi Kalimantan Tengah memiliki ketimpangan distribusi pendapatan yang tidak mencolok. Dengan kata lain, Provinsi Kalimantan Tengah memiliki pemerataan distribusi pendapatan yang paling bagus diantara seluruh provinsi di Kalimantan, meskipun jika dilihat sejak tahun 2009 gini ratio di Kalimantan Tengah mengalami kenaikan yang sangat kecil dan tidak signifikan.
Tabel I.9 Perkembangan Kelembagaan Perbankan di Provinsi Kalimantan Tengah Jenis Bank 2012 2013 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 1. Bank Pemerintah - Jumlah Bank 4 4 4 4 4 4 4 4 - Jumlah Kantor *) 117 117 117 117 121 122 122 122
2. Bank Pemerintah Daerah
- Jumlah Bank 1 1 1 1 1 1 1 1
- Jumlah Kantor 33 33 34 34 35 35 35 35
3. Bank Swasta Nasional
- Jumlah Bank 7 7 7 7 8 8 8 8
- Jumlah Kantor 30 30 33 33 35 43 43 43
4. Bank Perkreditan Rakyat
- Jumlah Bank 4 4 4 4 4 4 4 4
- Jumlah Kantor 4 4 4 4 4 4 4 4
5. Bank Syariah
- Jumlah Bank 2 2 3 3 3 4 4 4
- Jumlah Kantor 8 9 10 10 11 11 11 11
(sumber: KER Bank Indonesia) Gini ratio Provinsi Kalimantan Tengah yang relatif
lebih kecil jika dibandingkan dengan provinsi lain di seluruh Kalimantan dan rata-rata nasional mengindikasikan bahwa kesenjangan distribusi pendapatan di Kalimantan dapat diminimalisir. Dengan berbanding lurusnya antara kenaikan laju pertumbuhan ekonomi dengan rendahnya gini ratio di Kalimantan Tengah, hal ini berarti bahwa kenaikan laju pertumbuhan ekonomi/PDRB tersebut dapat dinikmati secara merata di seluruh sektor/lapangan usaha yang menjadi unsur pembentuk struktur perekonomian.
d. Perbankan
Peran Perbankan dalam mendukung aktivitas ekonomi Kalimantan Tengah (Kalteng) masih menunjukkan perkembangan yang positif sejalan dengan kontribusinya yang terus meningkat sejalan dengan arah ekspansi ekonomi dalam 10 tahun terakhir. Sejalan dengan itu, tren pertumbuhan berbagai indikator utama yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), dan kredit
masih cenderung meningkat meskipun melambat pada triwulan I V-2013.
Ekspansi kelembagaan perbankan dapat dijadikan sebagai salah satu tolak ukur peningkatan aktivitas ekonomi di suatu daerah. Meskipun demikian keterjangkauan perbankan ke daerah-daerah yang belum terlayani oleh jasa keuangan masih perlu ditingkatkan. Peran intemediasi perbankan harus terus didorong, selain untuk mengedukasi masyarakat juga sebagai upaya meminimalisir praktik-praktik yang menyerupai bank namun pada akhirnya memberikan dampak kerugian bagi masyarakat.
Sampai dengan triwulan IV 2013 jumlah bank di Kalteng adalah 19 bank yang terdiri dari 12 (dua