• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil Penelitian

IV.1.1. Profil Balai Karantina Ikan Polonia Medan

Balai Karantina Ikan Polonia Medan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kelautan Perikanan di bawah Pusat Karantina Ikan di Jakarta. Keberadaan Balai Karantina Ikan Polonia mempunyai arti sangat penting dan strategis dalam hubungannya dengan lalu lintas komoditas perikanan yang berlangsung di wilayah kerjanya karena menjadi filter pertama dalam mencegah masuk, keluar atau tersebarnya hama penyakit ikan karantina ke dan keluar Indonesia. Dengan semakin meningkatnya peluang masuk dan tersebarnya hama penyakit ikan berbahaya ke wilayah Indonesia sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha perikanan menuntut Balai Karantina Ikan untuk dapat menyelenggarakan kegiatan perkarantinaan ikan dengan baik dan optimal. Dengan demikian diperlukan penataan penyelenggaraan karantina ikan dengan menggunakan pendekatan sistem perkarantinaan yang komprehensif berorientasi kepada pembangunan sistem dan usaha perikanan.

Pada awalnya Balai Karantina Ikan Polonia merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yaitu berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 519/KPTS/OT-210/BK-1/8/1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Karantina Ikan membawahi lima stasiun, salah satunya Stasiun

Karantina Ikan Polonia Medan dengan wilayah kerja meliputi Daerah Istimewa Aceh, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Tanjung Pinang dan Batam.

Mulai 1 April 1995 diberlakukan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 800/KPTS/05-210/12/2004 tentang Reorganisasi Satuan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pusat Karantina Pertanian. Dalam struktur yang baru Karantina Ikan terdiri dari dua Balai, tujuh Stasiun dan lima Pos Karantina Ikan dan beberapa wilayah kerja yang berkedudukan di lokasi satuan kerja unit pelaksana teknis. Dalam keputusan ini Stasiun Karantina Ikan Polonia membawahi dua wilayah kerja yaitu Blang Bintang Aceh dan Wilayah Kerja Teluk Nibung Tanjung Balai Asahan.

Dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan, institusi karantina ikan beralih kedudukan dari naungan Departemen Pertanian ke Depertemen Kelautan dan Perikanan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.24/MEN/2001 dibentuklah Pusat Karantina Ikan yang berada di bawah Sekretariat Jenderal Departemen Kelautan dan Perikanan. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.29/MEN/2002 dibentuk Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan sebanyak 41 UPT yang terdiri dari 2 Balai, 7 Stasiun Kelas I, 5 Stasiun Kelas II dan 27 Pos Karantina Ikan yang salah satunya adalah Stasiun Karantina Ikan Kelas I Polonia Medan dengan wilayah kerja meliputi:

1. Bandara Polonia Medan.

2. Bandara Binaka, Gunung Sitoli. 3. Bandara Pinang Sore, Sibolga. 4. Pelabuhan laut Belawan, Medan. 5. Pelabuhan laut Gunung Sitoli, Nias.

6. Pelabuhan Laut Kuala Tanjung. 7. Pelabuhan Laut Sibolga, Sibolga. 8. Pelabuhan Laut Pangkalan Brandan. 9. Pelabuhan Laut Pangkalan Susu. 10.Kantor Pos Besar Medan.

Setelah keluarnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.32/MEN/2004 tentang Perubahan Struktur Organisasi pada Karantina Ikan Polonia di mana status yang sebelumnya merupakan unit eselon IV.a Stasiun Karantina Ikan Kelas I menjadi unit eselon III.a Balai Karantina Ikan dengan wilayah kerja pelabuhan Belawan.

Terjadinya peningkatan status eselonisasi kantor dan makin besarnya tanggung jawab yang diemban seiring dengan meningkatnya lalu lintas komoditi perikanan menuntut profesionalisme karantina ikan untuk lebih tanggap dan cermat dalam penyelenggaraan perkarantinaan. Paradigma baru penyelenggaraan perkarantinaan ikan yang dibangun adalah sebagai berikut:

1. Peranan karantina selain sebagai komponen perlindungan kelestarian sumberdaya hayati juga sebagai instrumen ekonomi (economic tool).

2. Orientasi pembangunan karantina diutamakan untuk membangun sistem perkarantinaan yang efektif mendukung pelayanan karantina di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran komoditas perikanan.

3. Tindakan karantina merupakan suatu sistem pengelolaan resiko (risk

4. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk melakukan sendiri proses tindakan karantina.

5. Mengembangkan organisasi perkarantinaan yang modern, lintas sektoral dan kaya fungsi.

Dari uraian di atas dirumuskan visi karantina ikan yaitu “Mewujudkan

Karantina Ikan Polonia yang Modern, Tangguh, Profesional, dan Terpercaya”.

Makna yang terkandung dalam rumusan visi tersebut adalah:

1. Modern : Dalam penyelenggaraan Karantina Ikan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.

2. Tangguh : Karantina Ikan mampu berperan sebagai filter yang efektif

terhadap penyebaran hama penyakit ikan yang berbahaya, sehingga mampu melindungi dan menjaga kelestarian sumber daya hayati perikanan.

3. Profesional : Dalam penyelenggaraan Karantina Ikan didukung oleh personil

yang mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang baik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang memadai sehingga mampu memberikan pelayanan jasa Karantina Ikan secara prima.

4. Terpercaya : Dalam penyelenggaraan Karantina Ikan menggunakan

metoda-metoda standar internasional sehingga mampu memberikan jaminan kualitas melalui pemberian sertifikat kesehatan ikan.

Untuk mewujudkan visi tersebut maka Karantina Ikan mengemban misi sebagai berikut:

1. Melindungi dan menyelamatkan kelestarian sumber daya hayati perikanan melalui pelaksanaan tindakan karantina.

2. Mengembangkan dan meningkatkan teknologi perkarantinaan nasional dalam rangka meningkatkan daya saing melalui pemeriksaan laboratorium sesuai standar internasional.

3. Memfasilitasi kelancaran perdagangan/pemasaran produk-produk usaha perikanan melalui sertifikasi karantina.

4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui sumber daya manusia karantina yang profesional.

5. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan.

Misi tersebut di atas dijabarkan atau diimplementasikan dalam tujuan jangka waktu satu sampai lima tahun dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki sebagai berikut:

1. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penyelenggaraan perkarantinaan ikan dalam kerangka perlindungan dan penyelamatan kelestarian sumber daya hayati perikanan dari serangan hama dan penyakit ikan/hama penyakit ikan karantina.

2. Meningkatkan fungsi pelayanan melalui pemanfaatan sistem informasi karantina ikan.

3. Meningkatkan kinerja secara profesional dengan pemanfaatan sumber daya organisasi.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pembinaan hukum penyelenggaraan perkarantinaan ikan.

5. Mengembangkan teknik dan metode karantina ikan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan mengacu pada standar dan prosedur operasional yang berlaku internasional.

6. Meningkatkan kerjasama kemitraan dengan lembaga penelitian pemerintah dan swasta serta perguruan tinggi dalam peningkatan kemampuan diagnosis hama dan penyakit ikan/hama dan penyakit ikan karantina.

7. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia karantina ikan.

8. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan ikan.

Visi, misi dan tujuan yang disusun tersebut merupakan penjabaran dari Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 menjadi acuan bagi setiap pegawai dalam menjalankan tugas perkarantinaan yaitu pelaksanaan tindakan karantina berupa pemeriksaan, pengasingan pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan.

Dokumen terkait