• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ciamis Selayang Pandang

Kota Ciamis adalah ibukota Kabupaten Ciamis yang dikenal dengan sebutan

“Kota Pensiunan” karena suasananya yang asri dan tenang, jauh dari kemacetan

dan kebisingan. Suasana tersebut membuat Kota Ciamis diasumsikan sebagai tempat yang cocok bagi pensiunan untuk menghabiskan masa tuanya. Selain itu perkembangan pembangunan dan perekonomian di Kota Ciamis tidak banyak mengubah wajah Kota Ciamis dari waktu ke waktu.

Kabupaten Ciamis semula bernama Kabupaten Galuh. Kabupaten Galuh memiliki sejarah panjang mulai masa kerajaan, kekuasaan Mataram, Kompeni dan Hindia Belanda, pendudukan Jepang, kemerdekaan sampai sekarang. Kerajaan Galuh merupakan wilayah kerajaan yang subur makmur dipimpin oleh Ratu Galuh. Pada masa kekuasaan Mataram daerah-daerah Priangan yang semula berstatus kerajaan diubah menjadi Kabupaten, sehingga Kerajaan Galuh menjadi Kabupaten Galuh. Kabupaten Galuh memiliki wilayah yang luas yaitu dari Cijolang sampai pantai selatan dan dari Citanduy sampai perbatasan Sukapura. Kabupaten Galuh dimasukkan ke dalam wilayah administratif Cirebon.

Pada masa kepemimpinan Bupati R.A.A. Kusumadiningrat (1853) dibangun pusat pemerintahan kabupaten dengan mendirikan Keraton Selagangga sebagai tempat tinggal bupati, selanjutnya dibangun Gedung Kabupaten (gedung DRPD sekarang), Masjid Agung, Kantor Asisten Residen (gedung kabupaten sekarang), tangsi militer, penjara, kantor telepon, rumah kontrolir, dan lain-lain. Wilayah ini merupakan pusat pemerintahan, perekonomian dan pelayanan yang menjadi cikal bakal Kota Ciamis.

Pada masa pemerintahan Adipati Jayanegara ibukota Kabupaten Galuh dipindahkan ke Barunay (Imbanagara sekarang). Peristiwa itu terjadi pada 12 Juni 1642, selanjutnya ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Ciamis sebagai Hari Jadi Ciamis. Pada masa pemerintahan Bupati R.T.A. Sastrawinata (1914-1935), tepatnya tahun 1915 Kabupaten Galuh dilepaskan dari wilayah administratif Cirebon, masuk ke dalam wilayah Keresidenan Priangan dan Kabupaten Galuh resmi menjadi Kabupaten Ciamis.

Awalnya Kabupaten Ciamis memiliki wilayah yang terdiri dari 40 kecamatan dan pada akhirnya menjadi 26 kecamatan. Hal ini terjadi karena Kabupaten Ciamis mengalami dua kali pemekaran wilayah yaitu Kota Banjar dan Kabupaten Pengandaran. Status Kota Banjar semula sebagai Kota Administratif, berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2002 menjadi Kota Banjar yang terdiri dari empat kecamatan. Selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012 Pangandaran resmi menjadi Kabupaten Pangandaran yang terdiri dari 10 kecamatan.

Kota Ciamis diapit oleh dua wilayah dengan kegiatan perekonomian yang berkembang pesat yaitu Kota Tasikmalaya (sebelah barat) dan Kota Banjar (sebelah timur). Kota Tasikmalaya dan Kota Banjar berkembang menjadi simpul ekonomi menyebabkan posisi Kota Ciamis menjadi “tanggung” sehingga hanya berfungsi sebagai wilayah perlintasan. Posisi ini menyebabkan perkembangan Kota Ciamis terbatas dan cenderung lambat, karena rangsangan pertumbuhan

26

pusat-pusat aktifitas ekonomi kurang berkembang dibandingkan dengan wilayah lain.

Letak Geografis dan Administrasi Kota Ciamis

Kota Ciamis adalah salah satu wilayah perkotaan Kabupaten Ciamis yang berperan sebagai ibukota Kabupaten Ciamis. Kota Ciamis merupakan pusat pemerintahan, perekonomian dan pelayanan. Secara geografis Kota Ciamis

terletak pada 7°18‟42,64”-7°21‟45,90” LS dan 108°17‟25,72”-108°24‟13,98” BT.

Adapun wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Ciamis adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Sadananya dan Kecamatan Baregbeg - Sebelah Selatan : Kabupaten Tasikmalaya

- Sebelah Timur : Kecamatan Cijeungjing - Sebelah Barat : Kecamatan Cikoneng

Secara administratif luas wilayah Kota Ciamis adalah 5.968,6 ha yaitu 4,2% dari luas wilayah Kabupaten Ciamis. Berdasarkan RDTR Kabupaten Ciamis, Kota Ciamis terdiri dari 4 (empat) kecamatan yang terdiri dari 20 (dua puluh) desa/kelurahan. Rincian wilayah Kota Ciamis adalah Kecamatan Ciamis meliputi 12 (dua belas) kelurahan dan desa, Kecamatan Cijeungjing 3 (tiga) desa, Kecamatan Sadananya 2 (dua) desa dan Kecamatan Baregbeg 3 (tiga) desa. Luas desa/kelurahan dapat dilihat dalam Tabel 4 dan Gambar 5.

Tabel 4 Luas Wilayah Kota Ciamis No

Kecamatan Desa / Kelurahan Luas Wilayah (ha)

Persentase Wilayah (%)

1 Ciamis Desa Imbanagara Raya 200,4 3,36

2 Ciamis Desa Cisadap 376,1 6,30

3 Ciamis Desa Imbanagara 241,0 4,04

4 Ciamis Kelurahan Sindangrasa 329,8 5,53

5 Ciamis Desa Panyingkiran 232,6 3,90

6 Ciamis Desa Pawindan 192,6 3,23

7 Ciamis Kelurahan Linggasari 258,5 4,33

8 Ciamis Kelurahan Ciamis 351,7 5,89

9 Ciamis Kelurahan Benteng 288,0 4,83

10 Ciamis Kelurahan Cigembor 390,6 6,54

11 Ciamis Kelurahan Kertasari 286,5 4,80

12 Ciamis Kelurahan Maleber 235,8 3,95

13 Cijeungjing Desa Dewasari 329,0 5,51

14 Cijeungjing Desa Utama 213,0 3,57

15 Cijeungjing Desa Handapherang 527,7 8,84

16 Baregbeg Desa Mekarjaya 399,3 6,69

17 Baregbeg Desa Beregbeg 305,7 5,12

18 Baregbeg Desa Sukamaju 374,4 6,27

19 Sadananya Desa Sukajadi 215,4 3,61

20 Sadananya Desa Mekarjadi 220,7 3,70

Jumlah 5.968,6 100

27 Gambar 5 Peta Batas Administrasi Kota Ciamis

28

Kondisi Fisik Kota Ciamis Topografi dan Hidrologi

Kota Ciamis terletak pada lahan dengan morfologi datar-bergelombang sampai pegunungan. Kemiringan lereng berkisar 2-40% dengan sebaran antara 2–15% tersebar pada wilayah Kecamatan Ciamis dan 15–40% tersebar pada wilayah kecamatan lain. Kota Ciamis terletak pada dataran rendah dengan ketinggian antara 76-325 mdpl, sedangkan pusat kegiatan dan pemerintahan tersebar pada wilayah kecamatan dengan ketinggian rata – rata 200 mdpl.

Wilayah Kota Ciamis dialiri oleh sungai utama yaitu Sungai (DAS) Citanduy yang mengalir dari Gunung Cakrabuana (hulu) di Kabupaten Tasikmalaya dan bermuara di Sagara Anakan Provinsi Jawa Tengah dengan anak- anak sungaimya terdiri dari Cimuntur, Cijolang dan Ciseel. DAS Citanduy secara nasional dikategorikan sebagai DAS kritis dengan indikator kekritisan antara lain fluktuasi debit sungai, tingkat erosi dan sedimentasi yang cukup tinggi (± 5 juta ton/tahun) serta produktivitas yang relatif rendah. Di bagian selatan mengalir Sungai Cimedang dengan anak-anak sungainya yang terdiri dari sungai Cikondang, Cibegal, Cipaledang, Cibungur, Citatah I, Citatah II, Cigugur, Ciharuman, Cigembor, Cikuya, Cijengkol, Cimagung dan Cicondong.

Kabupaten Ciamis sebagai wilayah yang dilalui banyak aliran sungai mendapatkan keuntungan menjadi wilayah yang subur dan tidak mempunyai masalah kekurangan air. Hal ini menyebabkan Kabupaten Ciamis tumbuh menjadi wilayah pertanian yang potensial.

Tanah

Kota Ciamis mengandung jenis tanah Ultisols dan Inceptisols. Ultisols menempati sebagian besar Kota Ciamis. Ultisols merupakan jenis tanah yang tidak subur tapi sesungguhnya apabila iklim mendukung dengan perlakuan khusus dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian potensial. Perlakuan khusus tersebut yaitu pemupukan, pemberian kapur, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan teknik budidaya tanaman tumpang sari, terasering, drainase dan pengolahan tanah seminim mungkin.

Sebagian kecil Kota Ciamis mengandung jenis tanah Inceptisols, terutama di pinggiran kota seperti di Desa Cisadap, Desa Imbanagara Raya, Desa Imbanagara, Desa Panyingkiran, Desa Pawindan, sebagian Desa Linggasari, sebagian Kelurahan Benteng serta sebagian kecil Kelurahan Cigembor. Jenis tanah Inceptisols cocok untuk tanaman perkebunan sehingga di wilayah tersebut banyak terdapat kebun rakyat.

Iklim dan Curah Hujan

Kota Ciamis mempunyai iklim panas (tropis), menurut klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson, Kabupaten Ciamis pada umumnya mempunyai tipe iklim C (agak basah). Berdasarkan RTRW Kabupaten Ciamis tahun 2011–2032, rata-rata curah hujan di wilayah Kota Ciamis antara 13,6 – 20,7 mm/hari. Selama tahun 2002–2012 rata-rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 272 mm dan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 4,43 mm (Pokja Sanitasi Kab. Ciamis, 2013). Curah hujan bulanan Kota Ciamis tersaji pada Lampiran 2.

29

Kondisi Sosial Kota Ciamis Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Ciamis dari tahun 2011–2014 meningkat sebesar 7.167 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,75% (Gambar 7). Jumlah penduduk Kota Ciamis pada tahun 2011 adalah 134.660 jiwa dan tahun 2014 adalah 141.827 jiwa. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan jumlah penduduk selengkapnya disajikan pada Tabel 5 dan Gambar 6.

Tabel 5 Jumlah Penduduk Kota Ciamis Tahun 2011 - 2014

No Kecamatan Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa)

2011 2012 2013 2014

1 Ciamis Desa Imbanagara

Raya 6.036 6.249 7.113 6.288

2 Ciamis Desa Cisadap 5.963 5.967 5.997 6.020

3 Ciamis Desa Imbanagara 6.727 6.869 6.572 6.975

4 Ciamis Kelurahan Sindangrasa 9.869 9.980 9.959 9.843

5 Ciamis Desa Panyingkiran 5.528 5.639 5.075 5.852

6 Ciamis Desa Pawindan 4.115 4.443 4.269 4.295

7 Ciamis Kelurahan Linggasari 6.666 6.696 6.697 6.682

8 Ciamis Kelurahan Ciamis 19.472 19.629 19.320 19.164

9 Ciamis Kelurahan Benteng 4.307 4.448 4.427 4.613

10 Ciamis Kelurahan Cigembor 4.363 4.446 4.489 4.493

11 Ciamis Kelurahan Kertasari 10.424 10.431 12.206 12.249

12 Ciamis Kelurahan Maleber 10.069 10.110 10.744 9.979

13 Cijeungjing Desa Dewasari 6.095 7.409 6.574 7.323

14 Cijeungjing Desa Utama 3.273 3.760 3.667 3.711

15 Cijeungjing Desa Handapherang 5.469 6.541 6.136 6.135

16 Baregbeg Desa Mekarjaya 3.639 3.622 3.605 3.632

17 Baregbeg Desa Baregbeg 5.859 5.977 6.164 6.169

18 Baregbeg Desa Sukamaju 5.919 5.901 6.800 6.352

19 Sadananya Desa Sukajadi 5.576 5.564 5.240 6.100

20 Sadananya Desa Mekarjadi 5.291 5.366 5.003 5.952

Jumlah 134.660 139.047 140.057 141.827

Sumber: BPS Kab. Ciamis (2015)

Penduduk Kota Ciamis tersebar tidak merata, ditunjukkan dengan jumlah penduduk di pusat Kota Ciamis lebih besar dibandingkan dengan wilayah lain. Pusat Kota Ciamis meliputi Kelurahan Ciamis 19.164 jiwa, Kelurahan Kertasari 12.249 jiwa, Kelurahan Maleber 9.979 jiwa, dan Kelurahan Sindangrasa 9.843 jiwa. Jumlah penduduk di wilayah lain kurang dari 8.000 jiwa.

Kepadatan penduduk tertinggi di Kelurahan Ciamis yaitu 54 jiwa/ha disusul oleh Kelurahan Kertasari 43 jiwa/ha dan Kelurahan Maleber 42 jiwa/ha. Wilayah lain Kota Ciamis mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang masih rendah yaitu dibawah 30 jiwa/ha. BPS (2013) menyatakan bahwa kepadatan penduduk

30

ideal maksimal adalah 40 orang per hektar (1000 orang per kilometer persegi). Kepadatan penduduk Kota Ciamis Tahun 2014 tersaji pada Gambar 7.

Gambar 6. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Ciamis Tahun 2011 – 2014

Gambar 7 Kepadatan Penduduk Kota Ciamis Tahun 2014

Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk Kota Ciamis didominasi oleh tamatan SD dan SLTA yaitu sebesar 52,11%. Apabila dilihat dari posisi wilayah dan fasilitas

130.000 132.000 134.000 136.000 138.000 140.000 142.000 144.000 2011 2012 2013 2014 - 10 20 30 40 50 60 Imbanagara Raya Cisadap Imbanagara Sindangrasa Panyingkiran Pawindan Linggasari Ciamis Benteng Cigembor Kertasari Maleber Dewasari Utama Handapherang Mekarjaya Baregbeg Sukamaju Sukajadi Mekarjadi Jiwa Jiwa

31 pendidikan yang lengkap mulai dari TK/PAUD sampai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, kondisi ini sangat timpang dan tidak sesuai dengan status yang disandang oleh Kota Ciamis.

Jumlah sekolah pada tiap tingkatan pendidikan adalah TK 56 unit, SD 51 unit, SLTP sebanyak 17 unit, SLTA sebanyak 20 unit dan Perguruan Tinggi 3 unit. Fasilitas yang lengkap seharusnya dimanfaatkan masyarakat dengan sebaik- baiknya untuk meningkatkan sumber daya manusia. Rendahnya tingkat pendidikan mempengaruhi terhadap kualitas dan daya saing sumber daya manusia. Hal itu salah satu penyebab perkembangan Kota Ciamis lambat karena kurangnya daya dukung oleh sumber daya lokal sebagai pelaku pembangunan.

Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk wilayah Kota Ciamis mempunyai mata pencaharian pada sektor pertanian, perdagangan dan jasa lainnya. Sektor pertanian adalah mata pencaharian yang mendominasi yaitu 12.982 orang dan paling sedikit adalah sektor peternakan yaitu 174 orang. Dominasi sektor pertanian menunjukkan bahwa pertanian merupakan kegiatan utama yang menopang kehidupan masyarakat, hal itu tidak sesuai dengan kriteria suatu wilayah perkotaan. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah menyatakan bahwa kota adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan, jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

Kondisi Perekonomian

Perkembangan ekonomi di suatu wilayah dapat ditunjukkan dengan peningkatan nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) karena PDRB merupakan gambaran nyata hasil aktifitas pelaku ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Angka PDRB dapat dijadikan indikator: 1) pertumbuhan ekonomi daerah, 2) peranan sektor lapangan usaha terhadap perekonomian suatu daerah, 3) tingkat kemakmuran masyarakat, dan 4) tingkat inflasi secara umum (BPS, 2013).

Kecamatan Ciamis mengalami kenaikan nilai PDRB paling tinggi dibandingkan kecamatan lain yaitu 14,20%. Kecamatan Ciamis sebagai pusat perkotaan mempunyai potensi lebih besar untuk berkembang dibandingkan dengan kecamatan lainnya, ditandai dengan berkembangnya fasilitas perbelanjaan skala modern. Kecamatan Baregbeg tahun 2012 mengalami kenaikan PDRB sebesar 11,59%, Kecamatan Cijeungjing sebesar 9,41%, dan Kecamatan Sadananya sebesar 8,48%. Kenaikan PDRB Kota Ciamis tersaji pada Tabel 6. Tabel 6 PDRB Kecamatan di wilayah Kota Ciamis Tahun 2012-2013

Kecamatan Tahun Kenaikan

(%) 2012 2013 Ciamis 2.216749,307 2.531.612,807 14,20 Sadananya 320.580,872 347.779,869 8,48 Baregbeg 570.801,135 636.935,232 11,59 Cijeungjing 622.378,295 424.927,449 9,41

32

Salah satu penunjang pembangunan daerah adalah tersedianya sarana ekonomi mendukung perputaran ekonomi masyarakat. Kegiatan perekonomian di Kota Ciamis terdiri dari perdagangan dan perindustrian. Kegiatan perekonomian perdagangan, pertokoan, pergudangan dan jasa lainnya berkembang di setiap jalan utama.

BPS (2015) menyatakan bahwa sarana pemasaran di Kota Ciamis berjumlah 957 buah yang terdiri dari supermarket, pasar permanen, restoran, dan toko. Kegiatan perdagangan dan jasa di Kota Ciamis berkembang linier sepanjang ruas Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Ahmad Yani, Jalan R.E Martadinata, dan Jalan Ir. H. Juanda. Selain itu di Kota Ciamis terdapat sebanyak 231 industri kecil dan mikro, terdiri dari industri kimia buatan, agro, hasil hutan serta makanan dan minuman. Sarana penunjang lainnya untuk kelancaran ekonomi di Kota Ciamis terdapat lembaga keuangan baik berbentuk bank ataupun non bank. Berdasarkan BPS (2015) terdapat 13 lembaga keuangan berbentuk bank dan 26 non bank.

33

5 RTH DAN PROBLEMATIKANYA

Ciamis Menuju Kota Hijau: Latar Belakang RTH Kota Ciamis

Kota Ciamis membangun RTH publik pertama pada tahun 1990. Pembangunan RTH berawal dari keprihatinan terhadap lingkungan Kota Ciamis yang semakin gersang, panas serta tidak tertata dengan baik. Pemerintah Kabupaten Ciamis saat itu melakukan penataan Kota Ciamis, terutama pembangunan RTH dengan memanfaatkan lahan pemerintah. Selain itu kondisi sosial menjadi salah satu alasan penataan kota yaitu keprihatinan terhadap keterbatasan penduduk asli Ciamis untuk menikmati fasilitas pemerintah dibandingkan pendatang.

Pembangunan RTH tersebut bukan perkara yang mudah, karena lahan untuk membangun RTH saat itu digunakan sebagai pasar dan pertokoan. Langkah awal yang dilakukan pemerintah adalah memindahkan pasar untuk dijadikan Taman Rafflesia. Taman Rafflesia sebagai RTH publik pertama yang berfungsi sebagai taman kota juga sebagai alun-alun kota. Konsep alun-alun sebagai RTH berupa taman kota selain memiliki fungsi ekologi dan estetika juga berfungsi sebagai kawasan rekreatif dan sosialisasi, tempat dimana orang dapat merasakan suasana aman dan damai melalui suasana indah yang ditimbulkan (Sancho et al., 2005)

Pembangunan RTH selanjutnya adalah Taman Lokasana dan Stadion Galuh, selanjutnya dibangun RTH–RTH publik lain dengan memanfaatkan lahan- lahan kosong milik pemerintah untuk dijadikan taman dan hutan kota. RTH publik tersebut dikukuhkan secara hukum dengan menerbitkan surat keputusan bupati yang menegaskan tentang peruntukan lahan yang ditunjuk sebagai kawasan hutan kota, sedangkan untuk taman kota sampai saat ini belum dikukuhkan secara legal. Peraturan Menteri Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota menyatakan bahwa hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Hutan kota berfungsi untuk: 1) memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, 2) meresapkan air, 3) menciptakan keseimbanngan dan keserasian lingkungan fisik kota, dan 4) mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Pemerintah Kabupaten Ciamis menunjuk tempat-tempat tertentu sebagai Kawasan Hutan Kota yaitu dengan membentuk Keputusan Bupati Ciamis Nomor 522/Kpts.896-Huk/2007 tentang Penunjukan Tempat-Tempat Tertentu sebagai Kawasan Hutan Kota Kabupaten Ciamis yang terdiri dari 3 (tiga) lokasi yaitu Karangkamulyan (Kecamatan Cijeungjing) seluas 25 ha, Imbanagara (Kecamatan Ciamis) seluas 2,5 ha dan Baregbeg (Kecamatan Baregbeg) seluas 2,1 ha.

Pada tahun 2012 berdasarkan usulan DCKKTR, Bupati mengeluarkan Keputusan Bupati Ciamis Nomor 593/Kpts.258-Huk/2012 tentang Penetapan Penggunaan Tanah Milik Pemerintah Kabupaten Ciamis untuk RTH yang terletak di Kelurahan Cigembor Kecamatan Ciamis dengan luas + 1,2 ha. Selanjutnya tahun 2013 atas usulan DISHUTBUN, Bupati Ciamis mengeluarkan Keputusan Bupati Ciamis Nomor 660/Kpts.140-Huk/2013 tentang Penunjukan Blok Jaha Kelurahan Linggasari Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis sebagai Hutan Kota seluas 2 ha.

34

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2002 tentang Hutan Kota mensyaratkan hutan kota paling sedikit 10% dari luas wilayah perkotaan. Hutan kota yang dibutuhkan Kota Ciamis berdasarkan luas wilayah (5968,8 ha) adalah 59,7 ha, sedangkan luas hutan kota yang terdapat di Kota Ciamis seluas 32,8 ha. Dengan demikian Kota Ciamis masih kekurangan 26,8 ha. Pertambahan luas RTH publik Kota Ciamis tersaji pada Gambar 8.

Gambar 8 Luas RTH publik Kota Ciamis

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Ciamis dalam Penataan RTH

Penambahan luasan RTH Kota Ciamis terus ditingkatkan oleh pemerintah, salah satunya dengan penunjukkan daerah-daerah tertentu menjadi RTH publik. Perencanaan kawasan RTH telah tercantum pada RTRW Kabupaten Ciamis 2011- 2031. RTRW Ciamis menentukan Kota Ciamis sebagai PKL (pusat kegiatan lokal) dengan fungsi pusat pelayanan skala kabupaten. Lokasi penentuan RTH di Kota Ciamis dalam RTRW tidak ditentukan secara detail karena RTHKP diterangkan secara khusus dalam RDTR Kota Ciamis.

Rancangan penataan RTH juga telah tercantum pada RDTR Kota Ciamis 2012-2032, terdapat zona RTH yang bertujuan untuk mempertahankan dan melindungi lahan untuk rekreasi di luar bangunan, sarana pendidikan, dan meningkatkan nilai-nilai keindahan visualnya. RDTR mengatur penggunaan lahan terutama taman atau ruang terbuka, lahan perorangan yang pembangunannya harus dibatasi dengan menerapkan kebijakan ruang terbuka, serta perlindungan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan publik. Peta rencana kawasan RTHKP Kota Ciamis tersaji pada Lampiran 3.

Rencana penambahan luasan RTH dalam bentuk hutan kota, taman kota, dan sempadan sungai di wilayah perkotaan. Rencana lokasi penambahan RTH terdapat di semua wilayah Kota Ciamis walaupun dalam jumlah kecil. Rencana pengembangan RTH hanya pada lahan milik pemerintah di wilayah Kota Ciamis. RPJMD menargetkan pencapaian RTH publik sampai 2019 adalah 1,44%.

Pemerintah Kabupaten Ciamis telah mencantumkan isu strategis ketersediaan RTH pada RPJMD 2014-2019. RTH pada urusan penataan ruang dinyatakan sebagai upaya menyeimbangkan penggunaan ruang perkotaan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penataan RTH terdapat pada misi 3 RPJMD yaitu meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur serta pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Misi 3 bertujuan menyediakan infrastruktur yang mendukung aktivitas ekonomi, sosial dan budaya serta

33 34 35 36 37 38 39 2010 2011 2012 2013 2014 2015 ha

35 meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dengan sasaran meningkatnya RTH yang dikelola pemerintah. Strategi yang digunakan adalah perluasan jumlah RTH yang dikelola pemerintah daerah dengan cara revitalisasi RTH.

Berdasarkan isu strategis pada RPJMD maka disusun program prioritas pelaksanaan penataan RTH. Setelah program prioritas diketahui maka dibuat alokasi pagu indikatif untuk setiap program. Pagu indikatif program merupakan jumlah dana yang tersedia untuk mendanai program prioritas tahunan yang penghitungannya berdasarkan standar satuan harga yang ditetapkan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. lndikasi rencana program prioritas pemerintah Kabupaten Ciamis berisi program-program untuk mencapai visi dan misi pembangunan.

Program kegiatan penataan RTH terdapat pada instansi DCKKTR, DISHUTBUN, dan BPLH. Program kegiatan dengan pagu indikatif telah ditetapkan pada setiap instansi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Tapi penataan RTH Kota Ciamis lebih ditekankan pada peningkatan kualitas dengan melakukan revitalisasi RTH, yaitu dengan perbaikan sarana RTH serta penanaman di wilayah RTH publik. Penambahan kuantitas (luas) RTH hanya dilakukan apabila terdapat program dan bantuan dari pemerintah pusat.

Kondisi Kota Ciamis yang masih hijau dan asri menyebabkan RTH bukan merupakan isu utama dalam perkembangan pembangunan. Pelaksanaan penambahan RTH publik di Kota Ciamis selama ini hanya berdasarkan pada ketersediaan program pemerintah pusat ataupun provinsi. Salah satunya adalah keikusertaan program P2KH, pada kesempatan tersebut pemerintah menetapkan Cigembor sebagai hutan kota. Demikian juga penentuan Blok Jaha sebagai hutan kota karena terdapat program Hutan Kota pada pemerinjtah provinsi yang dilaksanakan oleh DISHUTBUN.

Menurut salah seorang pejabat DCKKTR, Agus Taopik mengungkapkan:

“...Kita (pemerintah) belum menyusun perencanaan RTH dalam bentuk

masterplan. Pengembangan RTH selama ini hanya berdasarkan pada program pemerintah pusat seperti P2KH. Apabila pada program tersebut terdapat ketentuan penambahan RTH, maka dilakukan penambahan. Tapi apabila tidak ada program maka tidak ada penambahan (RTH) dalam bentuk luasan. Selama ini pemerintah hanya terbatas pada pemeliharaan RTH yang

sudah ada...”

Penataan RTH Kota Ciamis terkesan tidak terencana dengan baik dari bentuk RTH, penunjukkan lokasi serta target pencapaiannya. Waktu yang diperlukan serta tahapan pencapaian RTH 30% Kota Ciamis belum ditargetkan oleh pemerintah. Berdasarkan penelusuran dokumen perencanaan penataan RTH pada DCKKTR, belum terdapat perencanaan RTH secara terstruktur dalam bentuk rencana induk (masterplan). Walaupun penataan RTH publik telah tercantum pada RTRW, RDTR serta disusun dalam RPJMD yang diwujudkan pada program kegiatan, tapi karena belum disusun secara khusus maka penataannya belum terarah. Isu tentang RTH telah tercantum dalam dokumen perencanaan pembangunan pemerintah Kabupaten Ciamis, karena belum terdapat rencana induk maka pelaksanaan penataan RTH belum optimal.

Rancangan perencanaan RTH Kota Ciamis yang tersedia disusun dan ditetapkan langsung oleh pemerintah, belum melibatkan masyarakat ataupun

36

komunitas hijau di dalamnya. Penyusunan rancangan RTH publik merupakan domain pemerintah karena penambahan kawasan RTH pada lahan milik pemerintah. Oleh karena itu masyarakat atau komunitas hijau tidak dilibatkan secara aktif. Selain itu pemahaman tentang RTH pada masyarakat masih rendah sehingga menimbulkan kesulitan dalam penyusunan rancangan RTH. Dengan demikian masyarakat dan komunitas hijau berada pada posisi non partisipatif pada penyusunan perencanaan RTH.

Kabupaten Ciamis pada lima tahun terakhir giat melaksanakan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan menitikberatkan terhadap peningkatan infrastruktur dengan tetap memperhatikan kualitas lingkungan seperti yang tercantum dalam misi Pembangunan Kabupaten Ciamis tahun 2014-2019

yaitu “Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur serta Pengelolaan

Lingkungan Hidup Yang Berkelanjutan”. Upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur yang mendukung pertumbuhan, kelancaran aktivitas sosial, dan perekonomian yang mengacu pada RTRW Kabupaten Ciamis.

Pemerintah Kabupaten Ciamis merancang perkembangan pembangunan dengan mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan hidup. Hal itu diwujudkan dengan mengintegrasikan pembangunan Kota Ciamis yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta mengusung konsep “Eco Green Development” yaitu pengembangan kota berwawasan lingkungan yang hijau sebagai kota yang berkelanjutan (DCKKTR, 2012).

Penataan RTH Kota Ciamis dilaksanakan melalui program kegiatan pada beberapa instansi pemerintah Kabupaten Ciamis yaitu DISHUTBUN, DCKKTR dan BPLH. Instansi-instansi tersebut sebagai pelaksana penataan RTH yang mempunyai kewenangan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) masing-masing.

Kewenangan DISHUTBUN sebagian besar mengelola hutan rakyat, sedangkan kegiatan di wilayah Kota Ciamis hanya mengelola hutan kota.

Dokumen terkait