• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi lokasi Penelitian

4.1. Profil Informal

Informan pertama

“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elie”

Nama : Abdul karim

Usia : 59 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku : Melayu

Tamatan : SMA

Jenis pekerjaan : Bilal mesjid Penghasilan : Rp. 1500.000

Bapak Karim adalah seorang tokoh masyarakat di kelurahan Hamdan, beliau sudah 40 tahun tinggal di kelurahan Hamdan. Bapak karim sehari-hari berprofesi sebagai marbot mesjid, bilal mayat dan pembawa acara pengantin melayu. Peneliti memilih bapak karim sebagai tokoh masyarakat disebabkan hampir seluruh masyaraka mengenalnya. Apabila masyarakat Badur mengalami musibah seperti kemalangan atau perkelahian mereka selalu mengadu kepada saya untuk mencari pemecahan masalahnya.

Berdasarkan wawancara dengan bapak karim mengatakan masyarakat yang tinggal dikampung badur ini dikenal dengan dua kategori yaitu masyarakat atas dan masyarakat bawah.Masyarakat atas di dominasi oleh masyarakat menengah dan masyarakat elite. Sedangkan masyarakat badur bawah seperi kami lah maksud bapak karim masyarakat pribumi..Bapak karim juga mengatakan masyarakat atas itu baik dalam bertentangga walaupun kamu tidak saling mengenal, mereka tidak

menyusahkan atau tidak merepotkan anggota masyarakat yang lain. Apabila bertemu di jalan sebagai sarana masyarakat atas dan bawah bertegur saat sapa. Biasanya betemu di kede pada saat membeli sarapan pagi atau membeli pulsa. Jika bertemu hanya senyum saja, saya tidak mengenal masyarakat tionghoa ini semua namun karena mereka terkadang lewat di depan musola sering membunyikan klakson jadi saya mengenal mobil dan BK nya,, tibaa-tiba tak berapa lama kemudian lewat sebuah mobil CRV bapak karim mengatakan itu dia salah seorang cina yang tinggal di perumahan elite.

Bapak karim juga mengatakan jika bertemu bersikap biasa saja seperti senyum kadang dia membunyikan mengklakson mobil saya lambaikan tangan begitulah, seperti kita berperilaku dengan jiran tetangga biasanya. Jika bertemu dengan masyarakat elite hanya begitu saja tidak pernah lebih jauh seperti mengobrol itu tidak pernah lah, cina ini mana suka bahas masalah dengan kita. Adapun bertemu hanya di mesjid pada saat dia ingin memberi sumbangan sembako biasanya diantar ke mesjid, itu pun yang mengantar biasanya ajudannya bukan orang yang bersangkutan lalu pergi itu saja tidak ada yang lain

Bapak Karim juga mengatakan jarang dapat melakukan kegiatan bersama dengan masyarakat atas. Apabila ada kegiaan yang sering mengikuti masyarakat badur bawah dan masyarakat menengah lainnya. Jika masyarakat yang rumahnya berpagar tinggi sangat tertutup tidak pernah ikut kegiatan bersama kami. kegiataan yang sering kami mengadakan gotong royong dua minggu sekali atau sebulan sekali. Saya dengan masyarakat yang lain bersama-sama membersihkan sampah dari sungai, parit dan mesjid. Masyarakat yang diatas rata-rata pengusaha tidak ada waktu untuk mengikuti kegiatan bersama kami. Terkadang ada sebagian yang

baik, menyumbang makanan dan minuman untuk kami namun hanya beberapa kali saja. Rumah didepan musola kia baik orangnya, jika akan diadakan pemilihan umum dia selalu di halaman depan rumahnya. Dulu di depan halaman nya dibuat tempat bermain bola voly namun sekarang sudah tidak lagi, masyarakat bawah banyak yang tidak mau bermain voly. Pada saat ada permain bola voly disitulah biasa ngumpul nya antara masyarakat atas dan masyarakkat bawah, namun ya begitu hanya masyarakat atas yang menengah saja yang mau bergabung, Berbeda dengan masyarakat atas yang tinggal di perumah sebelah, kami sama sekali tidak pernah berkumunikasi dengan mereka, jika pernah hanya mengantarkan surat undangan pemilu sajalah, itu pun mereka susah sekali membuka pintunya. Sampai-sampai saja bilang saya tidak minta sumbangan hanya mengantar undangan pemilu saja, akhirnya saya pulang dimaki-maki sama dia. Masyarakat cina berprasangka negative saja dengan kita mereka mengganggap kita minta uang mereka. Sehingga mereka selalu takut jika kita datang kerumahnya Mereka jika di undang atas pesta perkawinan masyarakat bawah masih mau datang. Begitulah penuturan bapak karim mengenai hubungan sosial dengan masyarakat badur atas.

Informan kedua

“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elite dan menengah

Nama : Lidi Hana S Umur : 42 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pekerjaaan : buruh cuci

Ibu Hana adalah wakil kepling di badur bawah. Ibu hanya sering membantu anggota masyarakat dalam membuat KTP, KK atau menyampaikan informasi mengenai program bantuan dari pemerintah dari ibu kepala lingkungan. Ibu Hana sudah dari kecil tinggal di badur semenjak menikah dengan suami kira-kira sudah 40 tahun tinggal di badur. Ibu Hana mengatakan saya dipercaya sebagai wakil kepling untuk masyarakat badur bawah agar urusan masyarakat badur lebih gampang jika ada yang mau buat KTP dan KK melalui saya data setelah itu saya berikan kepada ibu kepling. Selama saya tinggal di badur ini saya kenal masyarakat atas dan bawah meskipun tidak tahu mananya. Jika masyarakat badur bawah hampir seluruhnya saya kenal, tetapi jika masyarakat badur atas hanya sebagian saja yang saya kenal disebabkan diatas itu masyarakat sudah campuran ada etnis tionghoanya. Salah satu masyarakat yang tinggal di Saija kebanyakan etnis cina, dan di gang buntu itu masyarakat campuran terdiri dari pendatang anak kost, masyarakat etnis tionghoa dan masyakat pribumi. Jika masyarkat badur bawah hampir setiap hari bertemu saya tidak betah dirumah biasanya ngumpul-ngumpul setelah selesi nyuci, bisa dikatakan masyarakat badur bawah ini semua kompak-kompak tertutama ibu-ibunya.

Ibu Hana juga mengatakan selama tinggal di badur semua aman-aman saja ,tetapi itulah banyak masyarakat luar tertutama pemuda-pemuda yang datang kemari jadi kurang aman. Disini sampai pagi masih rame, banyak anak muda yang suka datang kemari seperti biasalah dek, disini semua ada kadang mereka hanya nongkrong atau membeli makan jadi selalu ramai. Jika rasa nyaman ibu rasa

nyaman saja saya sudah lama tinggal disini. Ibu rasa kurang nyaman tinggal disini banyak pengaruh kurang baik dari lingkung terhadap masyarakatnya. Anak –anak disini banyak yang rusak karena pengaruh narkoba, masih kecil saja permainan mereka sudah berjudi guli begitulah dek, ibu juga tidak bilang memang sudah zamannya lah.

Ibu Hana mengatakan masyarakat badur ada dua dek ada badur bawah ya kami lah yang dekat sungai dan badur atas mereka yang rumahnya di atas. Jika masyarakat badur atas ada sebagian yang saya kenal, namun jika pendatang hanya kenal begitu saja. Sebagian masyarakat atas orang kaya ada juga yang saya kenal dek, namun tidak dekat. Saya pernah bekerja pada masyarakat atas tapi sudah lama sekali sekarang tidak lagi majikan saya dahulu juga sudah pindah dek. Jika bertemu dengan mereka biasanya di jalan pada saat saya lewat saija hanya senyum saja tetapi kami tidak pernah sampai berbicara apalagi bercerita.

Ibu juga mengatakan jarang bertemu dengan masyarakat atas khusus etnis tionghoa. Setahu ibu mereka sibuk sekali bekerja keluar rumah pun mereka jarang, hanya satu-satulah yang ibu nampak sering jalan-jalan pagi atau sore-sore. Di badur memang sering mengadakan kegiatan, terutama badur bawah seperti kegiatan gotong royong, tempat kami tinggak sarangnya sampah jika sungai sudah banyak sampah biasanya kami bersama-sama membersihkannya. Selama ibu tinggal di badur belum ada kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat atas khusu etnis tionghoa. Seperti yang kita ketahui etnis tionghoa mereka kurang terbuka dengan kami dek, biasanya orang cina memang begitu, ada juga sebagian masyarakat atas yang elite orang kita tapi sama sajalah tertutup juga mereka sibuk bekerja kadang pulang sudah malam kapan lagi ingin bertemu. Jika mereka pergi

menaiki mobil sedangkan kami jalan jarang kami bisa tegur sapa, kadang jika ada yang kenal bertemu dijalan mereka membunyikan klakson ibu hanya senyum saja, seperti itu saja kami biasanya bertemu.

Ibu hana juga menganggap masyarakat etnis tionghoa di badur atas baik dan ramahnya sebenarnya jika kita bersikap baik dengan mereka, mereka juga akan begitu dek, selama saya tinggal disini belum pernah terjadi keributan dengan mereka. Kami sesama masyarakat badur meskipun tidak dekat namun tetap bersikap baik dengan tetangga yang diatas. Ibu hanya juga mengatakan meskipun begitu orang cina disini mau membantu, sebentar lagi akan mengadakan acara 17 agustus biasanya kami kerumah mereka memberikan proposal dikasih juga sama mereka biasanya anatara Rp. 100-000-Rp. 300.000 tiap rumah dek. Kegiatan acaranya sering kami adakan di badur bawah yang menghadiri sebagian masyarakat atas yang biasa saja dan menengah lah, jika yang masyarakat kaya jarang mereka ke bawah. Dibadur ini sering banjir apabila terjadi hujan deras rumah kami selalu terendam banjir, biasanya kami mengungsi ke atas di mesjid atau dikantor PTPN V dek, tidak pernah di rumah masyarakat cinanya. Mana mungkin lah dek dirumah mereka mana mau mereka menampung kami.Namun jika diundang ke acara pesta pernikahan masyarakat badur bawah mereka selalu datang berbaur juga dengan kami, tidak menyendirilah mereka. Ibu Hana juga menuturkan kami yang tidak pernah mendapat undangan dari mereka, sebab mereka jarang mengadakan acara dirumah dan kami tidak pernah diundang di acara mereka.

“Masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal di badur namun tidak bertemu dengan masyarakat elite” 3. Nama : Kariti Umur : 55 tahun Agama : Islam Suku : Padang Pendidikan : SD Penghasilan : Rp. 1500.000 Pekerjaan : Pedagang

Ibu Kariti adalah satu warga masyarakat sudah lama tinggal di badur bawah sejak dia menikah dengan suaminya, ia mengaku lebih dari 20 tahun tinggal di badur. Ibu kariti berkerja sebagai penjual sambal lauk, kue dan buah-buahan di badur bawah. Ibu kariti berjualan dari pagi hari hingga sore. Ia menjajakan dagangannya didepan rumahnya. Ibu kariti juga mengatakan walaupun sudah lama tinggal namun hanya sebagian mengenal masyarakat atas khusus masyarakat elite. “saya sudah lama tinggal dibadur namun jarang bertemu dengan mereka (masyarakat elite). Kami berbeda dengan mereka tidak mungkin dapat bertemu. Kita orang susah malu berkunjung kerumah mereka. Jika bertemu saat saya lewat depan rumah mereka ada sebagian yang saya kenal saling memberikan senyum tidak pernah menyapa atau mengobrol dengan mereka. Meskipun kami tidak saling mengenal namun mereka baik, apabila terjadi banjir besar di Badur mereka mau memberi bantuan seperti roti kaleng, makanan uang dlln. Biasanya juga mereka membantu jika kami mengadakan acara seperti acara 17 agustus.

Apabila terjadi kemalangan di masyarakat bawah masyalat atas ada juga yang berdatangan namun kebanyakan hanya yang muslin saja, disebabkan masyarakat atas campuran ada sebagian yang muslim, sedangkan yang cina tidak pernah, kita kan beda dengan mereka mana mau mereka datang. Ibu kariti juga mengatakan meskipun sudah lama bertentangga dengan masyarakat atas namun tidak memiliki teman yang tinggal di badur atas sehingga saya tidak pernah berkunjung kerumah masyarakat atas. Berdasarkan penuturan ibu kariti “masyarakat atas sangat tertutup jika tidak ada kepentingan sangat sulit menjumpai mereka.

Di badur sendiri memiliki perkumpulan seperti gotong royong, perwiritan dan STM. Saya sendiri tidak ikut wirit dek tidak ada yang jaga warung, saya hanya ikut STM saja. Gotong royong disini biasaya hanya masyarakat bawah saja sedangkan masyarakat atas manalah mereka mau, apalagi cina-cina mereka sudah punya pembantu untuk membersihkan rumah mereka ujar ibu kariti. Selama saya tinggal di badur nyamanlah saya sudah lama tinggal disini dek jadi uda terbiasa, disini sampai malam pun rame kalau malam banyak pemuda yang datang ke badur ini. keamanan ibu rasa kurang aman sering juga kehilangan sepeda motor disini dek, namanya banyak yang datang kemari. Jika terjadi keributan pernah juga biasanya anak muda masalah apa saya juga tidak terlalu tahu, namun yang sering terjadi keributan ibu-ibu karena masalah anak nya berantam.

Informan keempat

“Masyarakat sudah 20 tahun tinggal badur namun tidak pernah bertemu masyarakat elite”

Umur : 20 tahun

Agama : Islam

Suku : Minang

Pendidikan : Sekolah Dasar Penghasilan : Rp. 2000.000 Pekerjaan : Pedagang Bensin

Maya adalah salah seorang masyarakat yang tinggal di pemukiman bawah, ia bekerja sehari-hari sebagai penjual bensin. Maya mengatakan saya tidak pernah bertemu dengan masyarakat pemukiman elite disebelah, disebabkan mereka sangat tertutup dan jarang dirumah. Namun walaupun tidak pernah bertemu saya merasa senang bertetangga dengan mereka karena mereka sopan dan tidak pernah membuat keributan di Badur. Apabila bertemu hanya masyarakat atas menegah sesekali bertemu di jalan kami biasanya saling memberikan senyum saja. Sebab saya juga jarang keatas sehingga tidak ada yang saya kenal.

Maya juga mengatakan jika masyarakat atas menengah sebagaian mereka mau menjalin interaksi dengan kami, jika kami memberi undangan mereka mau datang. Namun jika masyarakat atas mengundang masyarakat bawah itu jarang terjadi, masyarakat atas jika mengadakan acara di gedung tidak pernah dirumah. Selain itu masyarakat pemukiman atas kebanyakan etnis tionghoa, mereka sangat tertutup sehingga kami jarang berinteraksi. Maya juga mengatakan saya tidak memiliki teman di pemukiman atas, disebabkan saya jarang keatas.

Informan kelima

Nama :Yuma atau Ummi

Umur :45 tahun

Pendidikan :SMA

Pekerjaan :Pedagang sate

Ibu Yuma adalah anggota perwiritan di kampong Badur, ia mengatakan sering bertemu dengan masyarakat pemukiman atas baik masyarakat elite dan masyarakat menengah. Ibu Yuma mengatakan jika bertemu dengan masyarakat elite biasanya dijalan, hanya senyum sajalah. Walaupun bertemu kami tidak pernah sampai berkenalan siapa namanya. Jika masyarakat menengah sebagian ada yang sering kebawah untuk belanja sayur sering juga kami bertemu, seperti ibu makliang jika ingin belanja sayur ke bawah atau mencari pembantunya yang belum datang sering datang kerumah pembantunya. Ibu Yuma juga mengatakan dulunya kami pernah juga berkunjung dengan masyarakat elite yang di atas pada waktu mereka kemalangan, kami datang memberikan ucapan belasengkawa. Namun saat ini kami tidak pernah lagi berkunkung karena tidak pernah mereka mengalami kemalangan mungkin sudah tidak boleh mengadakan dirumah di bawa kewihara langsung. Jika bertemu masyarakat elite yang saya kenal bertegur sapa saja sebab dia tidak tahu nama saya begitu saya sebaliknya. Tapi kebanyakan masyarakat pemukiman elite sudah banyak yang pindah digantikan dengan yang baru jadi tidak saling kenal.

Dulu kita bebas masuk ke pemukiman mereka namun saat ini sudah ada palang pintunya, diatas sering terjadi kemalingan sehingga dibuat palang pintu. Setiap malam ada yang meronda diatas berasal dari masyarakat bawah juga. Jika pembantu mereka mau jugalah diajak ngobrol misalnya bertemu pada saat beri

sarapan di kedai nasi yang diatas, namum majikakan nya kami tidak pernah bertemu. Mereka sibuk bekerja jika pulang kerja juga malam, jadi tidak pernah bertemu. Bagaimana mau bertemu mereka mengendari mobil yang tertutup kaca, mana mungkin kami bisa saling mengenal, terkadang saya mau mengantar undangan pemilu meminta tanda tangan nya saja sulit bertemu. Namun ada sebagian masyarakat elite mau memberi sumbangan kepada kami, seperti hari raya idul fitri dan tahun baru kami di beri macam-macamlah sembako seperti: beras, minyak goreng,susu,roti dan kain sarung. Jika kami ingin mengadakan kegiatan seperti 17 Agustus kemarin kami membawa proposal mau juga mereka memberi sumbangan. Jika masyarakat bawah mengadakan acara pesta pernikahan sebagian masyarakat elite yang kami undang dan masyarakat menengah juga kami undang mereka mau datang, namun yang pasti datang masyarakat menengahnya. Tapi kami tidak pernah diundang oleh masyarakat elite pada saat acara mereka. Mereka kebanyakan etnis tionghoa manalah mau mengundang kami, mereka juga tidak pernah mengadakan acara dirumah.

Kami disini sering mengadakan kegiatan seperti posyandu, gotong royong, dln. Seminggu yang lalu kami mengadakan posyandu lansia kami undang semua masyarakat bawah maupun masyarakat atas, tetapi biasaya yang kami undang masyarakat atas yang menengah jika yang masyarakat elite sudah pasti tidak bisa datang, mereka sibuk. Jika perwiritan ibu-ibu diadakan seminggu sekali setiap hari sabtu pukul 3 sore, yang mengikuti campuran ada masyarakat badur bawah ada juga masyarakat badur atas. Namun kebanyakan masyarakat atas yang menengah jika yang masyarakat elite kebanyakan etnis tionghoa, yang muslim hanya ada 2 keluarga kalau saya tidak salah hitung. Jika pun ada mereka tidak

pernah mengikuti perwiritan kami hanya ikut STM saja. Jika masyarakat ata menengah mereka masih mau berbaur dengan kami, baik masyarakat etnis tionghoa seperti ibu pekliang namun jika yang masyarakat elite sangant tertutup disebabkan mereka sangat sibuk bekerja. Begitulah penuturan ibu Yuma.

Informan keenam

“masyaraka yang tinggal 20 tahun di badur tetapi tidak pernah bertemu

Nama : Halimahtu Sakdiah

Usia : 43 tahun

Pekerjaan : Pembantu rumah tangga

Pendidikan : SMP

Suku : aceh

Berdasarkan penuturan ibu Atu nama panggilan sehari-hari ia mengatakan hanya sebagian mengenal masyarakat pemukiman atas itu pun jika masyarakat menengahnya saja, tetapi jika masyarakat elite tidak pernah tahu saya. Saya juga sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu untuk berkumunikasi dengan mereka. Masyarakat atas campuran tetapi kebanyakan cina mereka sangat tertutup. Saya sudah 25 tahun tinggal disini tetapi kami tidak pernah saling kenal. Kegiatan bersama yang sering diadakan di badur gotong royong, biasanya setiap hari minggu namun tidak tentu juga. Kadang sebulan sekali atau dua minggu sekali. Biasaya yang ikut kegiatan gotong royong masyarakat badur bawah saja, kalo cina-cina dia atas tidak mungkin mereka semua orang penting. Namun ada

sebagian yang baik juga, tidak pelitlah jika kami mengadakan acara selalu mengantar proposal ke rumah mereka, Alhamdulillah selalu dikasih. Saya tidak tahu berapa saja sumbangan mereka tetapi kadang mereka kasih antara Rp. 100.000-Rp. 500.000. setahu saya masyarakat pemukiman elite kebanyakan pengusaha sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk bergabung dalam kegiatan kami. Mereka juga sangat tertutup, biasanya jika ingin bertemu mereka harus membuat proposal itu pun biasanya diwakili saja oleh anak buahnya tidak pernah majikan secara langsung, sehingga kami juga tidak pernah tahu seperti apa wajaahnya.

Informan masyarakat pemukiman menegah Informan ketujuh

“masyarakat yang sudah 20 tahun tinggal dihamdan pernah bertemu masyarakat bawah (slum area) dan masyarakat elite

Nama : Liang

Usia : 53

Agama : Budha

Suku : Tionghoa

Pendidikan : SD

Pekerjaan :Ibu rumah tangga

Ibu liang salah salah satu etnis tionghoa yang mau berbaur dengan masyarakat setempat. Ibu liang mengatakan, sudah 25 tahun sejak menikah pindah ke badur

atas. Ibu makliang termasuk masyarat tionghoa menengah. Sehari-hari ia mengurus cucunya disebabkan suaminya sudah meninggal. Dia mengatakan mengenal masyarakat badur bawah dan masyarakat badur atas. Ibu makliang juga mengatakan pernah berkunjung ke badur bawah jika malas ke pasar untuk membeli sayur saya beli di kedai di bawah saja dari pada repot- repot kata ibu liang.

Menurut saya ibu-ibu di badur bawah baik mereka kompak-kompak, saya sering datang belanja kebawah ketika mereka sedang ngumpul-ngumpul di warung buk umi. Tetapi saya tidak pernah gabung dengan mereka jika sudah selesai belanja ya langsung pulang kerumah. Ibu liang juga mengatakan saya biasanya duduk dengan ibu-ibu badur atas jika ke bawah saya jarang gabung dengan mereka. Saya merasa lebih nyaman saja dengan mereka ketimbang di badur bawah. Udara di bawah sangat lembab dan kotor saya tidak tahan lama-lama berada di sana. Masyarakat atas hampir rata-rata saya kenal dek, saya juga hobby jalan biasanya ke warung gorengan ibu jasmine saya bawa cucu duduk di sana. Saya lebih sering duduk di atas di warung ibu jasmine.

Di badur ini setahu saya khusus badur atas masyarakat campuran ada yang etnis cina, jika etnis cina disini semua orang penting pemilik perusahaan setahu saya. Kadang jika berjumpa dengan mereka saya tegur sapa juga, tetapi yang jalan kaki atau sering keluar naik becak saya berteman juga mereka, namun untuk yang menaiki mobil jarang saya berinteraksi, saya juga tidak kenal kaca mobil tertutup warna hitan tidak tahu siapa yang berada dalam mobil tersebut. Disini tidak perumahan cina-cina kebanyakan tinggal di jalan depan ini dek, jalan saija itu buka perumahan mereka patungan mendirikan portal karena disini rawan

kerampokan minta izin nya mereka saya ibu kepling untuk mendiri portal atau