Skripsi Penelitian
JARAK SOSIAL MASYARAKAT PINGGIRAN/KUMUH DAN MASYARAKAT ELITE
(Studi Dekriptif Jl. Badur Linkungan 10, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun)
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
SITI KHADIJAH DAMANIK
110901058
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin
hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun
kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam
kehidupan sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya
perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau
jarak psikologis. Jarak sosial menyebabkan adanya perbedaan perlakuan dalam
berinteraksi dengan anggota masyarakat berdasarkan kesamaan dan perbedaan
agama, suku, kelas sosial dan ras.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode kualitatif untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai
kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat. Adapun informan
dalam penelitian ini masyarakat Badur atas dan Badur bawah yang sudah 20 tahun
tinggal di Badur, memiliki lahan pemukiman sendiri dan tidak memiliki lahan
pemukiman sendiri.Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur Lingkungan 10,
Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun.
Dari hasil analisi diperoleh bahwa jarak sosial terjadi dalam masyarakat
disebabkan banyak factor diantaranya, sikap tertutup terhadap ruang-ruang sosial
yang ada dimasyarakat menyebabkan terjadi pemisahan interaksi dalam
masyarakat sehingga jarang dapat bertemu untuk berinteraksi menciptakan pola
interaksi bersifat disharmonisasi. Disharmonisasi ditandai dengan tidak saling
mengenal anggota masyarakat yang berada dalam satu kawasan lingkungan. Salah
satu factor yang menyebabkan semakin melebarnya jarak sosial dimasyarakat
perbedaan kekayaan sehingga menciptakan aturan dalam berinteraksi.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan dan dapat juga menyelesaikan skripsi yang berjudul “Jarak Sosial Masyarakat Elite Dan Masyarakat Pinggiran/Kumuh”( studi deskriptif di Jl. Badur, Lingkungan 10 Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun). Skripsi ini
penulis persembahkan kepada kedua orang tua saya Bapak Budi Amin Damanik
dan Ibu Nurida atas kasih sayang, doa dan motivasi yang selalu diberikan kepada
saya dalam menyelesaikan perkuliahan hingga menyelesaikan penyusunan skripsi
ini dan juga kepada adik saya adinda Indah Budi Ati Damanik yang salalu
memberikan dukungan motivasi.
Penulisan skripsi disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar
sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas
Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi
hambatan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman,dan
materi penulis. Namun berkat pertolongan dan kehendak Allah SWT yang selalu
memberikan kekuatan, ketabahan dan keyakinan kepada penulis dan juga seluruh
teman dan sahabat yang selalu memberikan motivasi dan dukungan pada saat
penulis mengalami kesulitan, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran
dan motivasi serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang
1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, sebagai anggota penguji
(Reader) yang banyak memberikan motivasi dan nasehat kepada penulis.
2. Ibu lina Sudarwati Msi sebagai ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Dra. Muba Simanjuntak sebagai Sekretaris Departemen Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Linda Elida, M.Si sebagai dosen pembimbing penulis, yang
memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi.
Sekaligus sebagai dosen wali penulis yang selalu memberikan motivasi
dan nasehat kepada penulis semenjak awal perkuliahan serta sampai pada
penyelesaian skripsi. Dimana dengan begitu banyak kesibukan beliau
masih bersedia meluangkan waktu kepada penulis.
5. Kepada seluruh staf pengajar dan administrasi FISIP USU khusus
Departemen Sosiologi, buat kak Feny dan kak Beti saya ucapkan terima
kasih atas bantuannya.
6. Secara khusus dan teristimewa kepada orang tua saya Ayahanda Bapak
Budi Amin Damanik dan Ibunda Nurida yang seluruh cinta dan kasih
selalu ada untuk penulis.
7. Kepada adinda saya tercinta Indah Budi Ati Damanik yang selalu
memberikan motivasi, semangat, kasih sayang dan doa yang tidak terbatas
bagi penulis.
8. Kepada sahabat terbaik penulis abang Joega Asnawi yang selalu
memberikan dorongan dan semangat serta bantuan moril, kepada penulis
dalam menyelesaikan penulis.
9. Kepada teman-teman saya, Ririn, Sandi, Ayu, Novi dan Ulfa terima kasih
atas doa dan dukungan, persahabatan dan menjadi kenangan terindah yang
tidak mungkin dilupakan penulis
10.Kepada teman-teman seperjuangan Stambuk 2011 : Samuel, Melda,
Wahyudi, Anita, Putri, Arizaldi, Dona, May, Safrillah, Hisbul, Ismi,
Rency, Grety, Balqis, John, Sarah, Angela, Andriani, Nidia, Erawati,
Carlina , Ello, Katy, Maiusnah, dan teman yang tidak bisa saya sebutkan
satu persatu, terima kasih atas dukungan, saran dan doanya.
11.Kepada teman taman bermain TK Ganbare Putri, Dea, Awa dan Bang
Sahrul terima kasih atas doa, motivasi dan dukungan yang diberikan
kepada penulis.
12.Kepada Ibu kepala lingkungan 10 Kelurahan Hamdan Ibu Emi terima
kasih atas bantuan dan waktunya dan terima kasih penulis ucapkan kepada
seluruh informan yang telah meluangkan waktu memberikan informasi
yang sesuai dengan permasalahan penelitian sehingga penulis dapat
menyusun laporan penelitian berbentuk skripsin ini.
Akhirnya penulis menyadari tidak akan mampu membalas segala kebaikan
yang telah diberikan, karena tanpa peran kalian semua penulis tidak akan mampu
menyelesaikan skripsi. Semoga segala kebaikan dan ketulusan ini, diberikan
rahmat dan hidayah dari Allah SWT.
Medan, 2015
BAB IV DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPESTASI DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….26
4.1 2. Letak dan Batas Wilayah ………27
4.1 .3 Keadaan Demografi ...…...………28
4.1.3.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin …………28
4.1.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ………..29
4.1.3.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ………30
4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku ……….31
4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian .………32
4.1.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .….33 4.1.4. Sarana Umum Kelurahan Hamdan ……….34
4.1.4.1. Sarana Kesehatan ………34
4.1.4.2. Sarana Peribadatan ………35
4.2. Profil Informan………36
4.3. Hasil Interprestasi Data ………67
4.3.1 Kondisi Sosial Masyarakat Badur Bawah dan Badur Atas …….67
4.3.1.1. Kondisi Sosial Masyarakat Pemukiman Pinggiran .……71
4.3.1.2. Kondisi Sosial Masyarakat Pemukiman Atas ………….73
4.3.1.3. Kondisi Sosial yang Kurang Nyaman dan Aman ………74
4.3.2 Pola Interaksi Masyarakat Badur Atas dan Badur Bawah ……..76
4.3.2.1 Proses Interaksi Bersifat Disharmonis .………77
4.3.3 Ruang Sosial Sudah Tersedia Masyarakat Tidak Membuka Diri ………...80
Table 4.1.4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ..………..29
Table 4.1.4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ....………..31
Tabel 4.1.4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Enis ..………32
Tabel 4.1.4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian .………..33
ABSTRAK
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin
hubungan dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun
kelompok dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam
kehidupan sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya
perbedaan perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau
jarak psikologis. Jarak sosial menyebabkan adanya perbedaan perlakuan dalam
berinteraksi dengan anggota masyarakat berdasarkan kesamaan dan perbedaan
agama, suku, kelas sosial dan ras.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Metode kualitatif untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai
kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat. Adapun informan
dalam penelitian ini masyarakat Badur atas dan Badur bawah yang sudah 20 tahun
tinggal di Badur, memiliki lahan pemukiman sendiri dan tidak memiliki lahan
pemukiman sendiri.Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur Lingkungan 10,
Kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun.
Dari hasil analisi diperoleh bahwa jarak sosial terjadi dalam masyarakat
disebabkan banyak factor diantaranya, sikap tertutup terhadap ruang-ruang sosial
yang ada dimasyarakat menyebabkan terjadi pemisahan interaksi dalam
masyarakat sehingga jarang dapat bertemu untuk berinteraksi menciptakan pola
interaksi bersifat disharmonisasi. Disharmonisasi ditandai dengan tidak saling
mengenal anggota masyarakat yang berada dalam satu kawasan lingkungan. Salah
satu factor yang menyebabkan semakin melebarnya jarak sosial dimasyarakat
perbedaan kekayaan sehingga menciptakan aturan dalam berinteraksi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri menjalin hubungan
dengan individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun kelompok
dengan kelompok dalam kehidupan sosial. Namun tidak jarang dalam kehidupan
sosial terdapat banyak perbedaan sehingga menimbulkan adanya perbedaan
perlakuan dalam hubungan sosial inilah yang disebut jarak sosial atau jarak
psikologis. Jarak sosial menunjukkan penerimaan seseorang terhadap orang lain
dalam hubungan terjadi diantara mereka. Secara definisi jarak sosial adalah sejauh
mana orang bersedia untuk menerima dan bergaul dengan orang-orang yang
memiliki karakteristik sosial yang berbeda. Salah satu bentuk jarak sosial dapat
dilihat dalam dimensi Rasisme yang dikenal dengan sistem apartheid. Sistem
apartheid memisahkan masyarakat berdasarkan warna kulit, sehingga ada
anggapan kulit putih lebih unggul dari pada kulit hitam (white supremy). System
apartheid menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap individu dari golongan
rasisme tersebut yang mengakibatkan ada diskriminasi. (Sunarto :2004).
Menurut Edward T. Hall dalam (Sunarto 2004 ) jarak social merupakan suatu jarak orang berinteraksi satu sama lain dalam satu wilayah geogerafis yang berdekatan berbicara tetapi tidak saling menyentuh. Pemahaman lain menurut Dobb (1985) jarak sosial adalah perasaan tertentu yang memisahkan individu dari kelompok lain dengan suatu tingkat penerimaan tertentu (atribut yang melekat dalam diri mereka).Jarak sosial
kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola hubungan
berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu. Apabila dalam hubungan sosial
antara individu memiliki banyak kesamaan maka hubungan sosial yang
berlansung diantara mereka dekat, sebalik apabila terdapat banyak perbedaan akan
menimbulkan adanya jarak sosial dalam hubungan sosial yang terjalin. Jarak
sosial dapat dilihat dalam dimensi suku atau etnis, agama dan ras. Perbedaaan
dalam sosial budaya menyebabkan keberagaman dalam setiap elemen struktur
masyarakat. Stratifikasi memperlihatkan adanya pembedaan dalam masyarakat
berdasarkan tingkat kekayaan, kekuasaan, pekerjaan, pendidikan dan lainnya.
Indonesia dikenal dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya satu
dalam perbedaan, seharus dapat dipedomani agar tidak ada perbedaan dalam
masyarakat sehingga hubungan sosial yang terjalin dimasyarakat berjalan
harmonis. Namun nyatanya masih banyak masyarakat yang membedakan-bedakan
berdasarkan persamaan dan perbedaan sehingga menimbulkan adanya
pengelompokan dalam hubungan sosial yang dikenal dengan jarak sosial.Jarak
sosial dalam masyarakat dalam dapat dihilangkan apabila sesama anggota
masyarakat menghilangkan sikap etnosentrisme atau kesukuan sehingga tidak ada
perbedaan dalam hubungan sosial yang berlangsung. Di masyarakat sendiri
sebenarnya sudah terdapat ruang-ruang sosial yang dapat dijadikan sebagai sarana
meminimalkan terjadinya jarak sosial diantara masyarakat, ruang sosial menjadi
wadah tempat bertemu masing-masing anggota masyarakat dari berbagai elemen
yang ada. Ruang sosial dalam penelitian ini merupakan wadah yang terbentuk
secara alamiah dimasyarakat yang berfungsi mempertemukan seluruh elemen
beribadah seperi mesjid, gereja, kuil wihara dln. Selain itu dapat berupa ruang
publik seperti taman, jalan raya, rumah sakit, rumah makan, dln.Namun tidak
jarang kehadiran ruang-ruang sosial dijadikan tempat yang membedakan antara
golongan masyarakat berdasarkan kesamaan dan perbedaan ekonomi, suku,
agama dan ras dan golongan.
Pasar merupakan salah satu ruang sosial yang ada di masyarakat dimana
tempat bertemu berbagai anggota masyarakat dari berbagai elemen sosial untuk
melakukan transaksi jual-beli, namun saat ini pasar juga membedakan pengunjung
yang dapat masuk kedalamnya berdasarkan kelas sosial. Saat ini perbedaan kelas
sosial menjadi jurang pemisah antara masyarakat, dimana mayarakat digolongan
menjadi tiga yaitu; masyarakat ekonomi rendah, masyarakat ekonomi menengah
dan masyarakat ekonomi atas.
Kota medan dengan luas wilayah 265. 10 Km2 dengan jumlah penduduk
237,56 juta jiwa (BPS, 2013) dengan jumlah tingkat pertumbuhan penduduk
sebesar 1.49 % per tahun. Tinggi angka pertumbuhan penduduk berkaitan dengan
pertambahan aktivitas yang ada di kota khsusus dalam kegiatan sosial-ekonomi.
Masyarakat akan berebut dalam bidang pekerjaan agar mendapatkan penghasilan
yang besar sehingga harus mengalah pihak lawannya dengan meningkat
pendidikan yang tinggi, dalam pencapaian dimenangkan oleh masyarakat kelas
atas, sedangkan masyarakat kelas bawah dengan segala ketebatasnnya bekerja
menjadi buruh atau pekerja kasar. Adanya perbedaan pekerjaan akan
menyebabkan perbedaan penghasilan yang menciptakan masyarakat elite yang
dapat memenuhi kebutuhan pokok serta kebutuhan akan barang mewah.
lahan terjadi penyempitan lahan untuk pemukiman maupun diperuntukan
pengembangan pertumbuhan ekonomi. Masyarakat yang tidak mampu membeli
lahan akan menempati kawasan yang tidak terpakai menciptakan berdirinya
kawasan lingkungan kumuh.
Pemukiman kumuh adalah suatu lingkungan pemukiman yang mengalami
penurunan kualitas kehidupan fisik, budaya dan social sehingga tidak layak
menjadi tempat tinggal. Pemukiman kumuh tidak jarang berdiri bersebelahan
dengan pemukiman elite maupun gedung-gedung mewah. Salah satu berada di
Kelurahan Hamdan kecamatan Medan Maimun terdapat kawasan kumuh yang
dikenal dengan kampung Badur berada berdampingan dengan pemukiman
masyarakat elite. Kebutuhan akan pemukiman semakin meningkat memunculnya
fenomena gated community (kumunitas berpagar). Model Gated community
memiliki ciri mempunyai tapal batas yaitu gerbang perumahan sebagai akses
masuk dimana manusia tinggal dan melaksanakan kehidupannya.
Fenomena gated community di kota –kota menunjukkan pembatasan ruang yang sengaja dibuat untuk melambangkan pemisahan interaksi dengan masyarakat
lain. Masyarakat yang tinggal dalam gated community cenderung menjalin
hubungan sosial dengan masyarakat yang memiliki model hunian yang sama,
walaupun hubungan yang terjalin antara masyarakat sekitar hanya berupa
pertemuan selintas tanpa adanya ikatan emosional dalam berinteraksi. Perbedaan
pemukiman juga berpengaruh dalam interaksi yang terjalin antara kedua
kelompok yang berbeda. Adapun dampak langsung terhambatnya interaksi sosial
karena membatasi diri dengan lingkungan sekitar. Peningkatkan kumunitas
masyarakat bahwa jika mereka mengaku orang kaya maka harus membeli rumah
dan tinggal di kawasan elite dan sebaliknya jika mereka mengindentifikasi tidak
kaya maka mereka memilih kawasan menengah lainnya atau pun kawasan kumuh
(slum settlement). Kesadaran yang sudah dimiliki menciptakan adanya segregasi
yang membentuk adanya pengelompokkan dalam masyarakat.(jurnalsospol.fisipol
.ugm.ac.id/index.php/jsp/article/view/74/65).
Segregasi sosial merupakan adanya perbedaan kehidupan yang seolah-olah
harus benar dibedakan antara dua kehidupan yang berbeda. Segresasi
menciptakan adanya bentuk pola yang terkotak-kotak dalam masyarakat sehingga
mengharuskan pemisahan dalam masyarakat karena adanya perbedaan dalam
struktur sosial di masyarakat.Segregasi dapat digolongan menjadi dua bentuk
yaitu segregasi yang terkonstruksi dan segregasi yang alami. Segregasi yang
terkonstuksi yakni adanya kesadaran dalam masyarakat sehingga menciptakan
segregasi. Masyarakat yang mengidentifikasi bahwa mereka kaya akan memilih
bentuk hunian yang mencerminkan status sosial mereka, sedangkan segregasi
yang terbentuk secara alami yakni pemisahan yang terjadi karena adanya
keterpaksaan dalam masyarakat sehingga mereka memilih hidup mengelompok
dalam satu kawasan yang sesuai dengan kondisi sosial ekonomi mereka.
Berdasarkan hasil observasi langsung dilapangan menunjukkan kampung
secara jelas adanya segregasi sosial antar kehidupan masyarakat kaya dan miskin.
Segregasi yang terbentuk secara alami masyarakat memiliki kesadaran yang
terkonstruksi mereka hidup mengelompok bersama anggotanya berdasarkan
kesamaan. Masyarakat kaya atau elite dapat dilihat dalam penelitian dari bentuk
pengintai (cctv) dan hampir setiap rumah memiliki garansi mobil serta setiap
rumah memiliki bak sampah. Sedangkan masyarakat miskin tinggal dilahan yang
tidak terpakai, berbahan dasar kayu dan papan, berada di pinggir sungai,
masing-masing rumah memiliki bertangga, ukuran rumah yang sempit (satu ruangan
menampung segala aktivitas), padat penduduk, sulit air bersih.
Sejarah lahirnya kampung Badur berdasarkan penuturan salah seorang
masyarakat yang tinggal di badur, ibu Poniah mengatakan kami sudah
bertahun-tahun tinggal di badur. Berawal dari ayah saya orang pertama yang membuka
lahan disini, dulunya ini lahan kosong yang tidak terpakai kemudian kami dirikan
rumah sampai saat ini sudah berdiri banyak rumah disini. Masyarakat badur
dibedakan menjadi dua golongan yang dikenal dengan masyarakat badur bawah
mereka yang menenpati rumah di tepi atau pinggir sungai dan mayarakat atas
mereka yang mendirikan rumah di atas tanah.
Dari segi pendidikan masyarakat Badur bawah didominasi tamatan SMP dan
SMA kebanyakan bekerja dibidang jasa dan perdangan. Hal ini juga didorong
oleh letak wilayah kampung Badur berada di pusat kota dikelilingi oleh
gedung-gedung perkantoran, perumahan elite, restoran, rumah sakit dan pusat
perbelanjaan sehingga masyarakat mudah mencari pekerjaan. Kebanyakan mereka
bekerja di sektor informal seperti ; pengemudi becak, pedagang kaki lima, buruh
cuci, buruh bangun dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan masyarakat badur atas
yang banyak bekeja di perusahaan sendiri, pemilik toko, pegawai swasta, PNS,
Mayoritas etnis yang menempati kawasan bawah kebanyakan terdiri dari suku
minang, jawa, batak dan campuran. Sedangkan etnis masyarakat atas terdiri dari
Padang, Jawa, Tionghoa, India dan campuran lainnya. Perbedaan suku atau enis
menciptakan adanya keberagaman kebudayaan di kampung Badur,
masing-masing anggota masyarakat harus memahami akan perbedaan nilai dan
kebudayaan yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat yang ada di Badur agar
terbentuk kesatuan dalam keberaganm dikampung Badur.
Hasil observasi langsung dilapangan yang menjadi salah satu ruang sosial
yang dapat mempertemukan masyarakat bawah dan masyaraka atas hanyalah jalan
yang sering dilewati masyarakat atas pada saat mereka hendak pergi keluar. Jalan
menjadi sarana bertemu masyarakat Badur atas dan Badur, namun interaksi yang
terjadi hanya tegur sapa saja tanpa ada interaksi yang intens. Akibat jarangnya
masyarakat atas dan masyarakat bawah bertemu menyebabkan kurang kedekatan
diantara mereka, serta sikap tertutup yang ditunjukkan masyarakat atas terhadap
masyarakat bawah juga menyebabkan terjadinya perbedaan perlakuan dalam
interaksi antara masyarakat atas dan masyarakat bawah.Hal ini dapat terjadi
karena kedua kelompok masyarakat memiliki memiliki latar belakang yang
berbeda sehingga terjadi ketidaksesuaian dalam bersikap, bertutur kata, bahasa
yang digunakan, nilai yang di pedomani, cara berpakaian, berpenampilan dan lain
sebagainya. Jarak social yang melatarbelakngi ketidakevektifan dalam
berinteraksi antara kedua kelompok masyarakat ini menyebabkan ketertarikan
saya ingin melakukan penelitian mengenai jarak social masyarakat kumuh (slum
peneliti mengangkat judul penelitian mengenai “Jarak Sosial Masyarakat Kumuh Dan Masyarakat Elite “
1.2Perumusan Masalah
Sebuah penelitian harus memiliki batasan –batasan permasalahan yang harus diamati atau diteliti agar penelitian tersebut dapat terfokus dalam satu
permasalahan yang dapat diselesaikn dan peneliti tidak lari dari jalur yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu berdasarkan uraian yang telah di paparkan dalam latar
belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
:
1. Bagaimana jarak sosial dalam masyarakat elite dan masyarakat slum area ?
2. Apa saja factor yang mempengaruhi terjadi jarak sosial antara masyarakat
atas dan masyarakat pinggiran/kumuh ?
1.3 Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah yang akan diteliti pada sebuah penelitian,
maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan penelitian yang sejalan
dengan perumusan masalah penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian
untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh mengenai kondisi jarak sosial
masyarakat kumuh (slum area) dengan masyarakat menengah, masyarakat elite,
serta menjelaskan factor yang bekontributif dalam penghambat interaksi social
1.4 Manfaat Penelitian
Mamfaat penelitian merupakan sesuatu yang diharapakan ketika sebuah penelitian
telah selesai dilaksanakan. Adapun yang menjadi maafaat penelitian ini dilakukan
adalah:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan kajian
ilmiah bagi mahasiswa Sosiologi khusus nya mata kuliah Sosiologi
Perkotaan serta hasil penelitian menjadi bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya yang mengkaji persoalan yang terkait dengan
penelitian ini.
2. Mamfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengatasi
ketidakharmoninsa hubungan sosial yang terjadi antara kedua
masyarakat yang berbeda secara status ekonomi,agama, dan suku
agar dapat tercapai keharmonisan dalam hubungan sosial di
masyarakat serta dapat dijadikan bahan rujukan dan saran bagi
Pemerintah Kota Medan dalam menciptakan harmonisasi sosial
masyarakat majemuk sehingga setiap kelompok masyarakat secara
sosial budaya dan status sosial ekonomi berbeda dapat hidup
berdampingan rukun dan damai.
1.5 Definisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual yang merujuk pada
Dalam sosiologis, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi
(suyanto,2005:49). Defenisi konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
a. Masyarakat pemukiman kumuh yaitu kelompok masyarakat yang
menempati daerah pemukiman kumuh disebabkan keterbatasan dalam
pemenuhan kebutuhan. Pemukiman kumuh dalam penelitian berdiri diatas
lahan yang bukan milik dan haknya tanpa izin dari pemiliknya.
Pemukiman kumuh dalma penelitian ini terlihat dari bentuk huniannya,
berbahan dasar kayu serta bertangga, berdiri di pinggir sungai, padat
penduduk, memiliki ukuran 3x4 (satu ruangan menampung segala
aktivitas)
b. Masyarakat menengah yaitu kelompok masyarakat yang dapat memenuhi
kehidupan ekonomi tanpa keterbatasan. Dalam penelitian ini masyarakat
ekonomi menengah dilihat dari kondisi hunianya, berbahan dasar batu,
berdinding semen, berpagar, berdiri di atas tanah milik pribadi.
c. Masyarakat pemukiman elite yaitu kelompok masyarakat yang memiliki
kedudukan yang lebih tinggi status sosial ekomoni di masyarakat.
Masyarakat elite dalam penelitian ini dilihat dari bentuk huniannya
berbahan dasar batu, berdinding batu, bepagar tinggi dilengkapi kamera
cctv.
d. Ruang sosial adalah suatu wadah yang terbentuk secara alamiah sebagai
sarana untuk mempertemukan masyarakat dalam satu keadaan (setting)
dijadikan sebagai ruang sosial yaitu; jalan, musola dan kegiatan
kemasyarakat yang ada di badur.
e. Interaksi sosial adalah hubungan timbale balik antara individu dengan
individu maupun individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi
satu sama lain. Dalam penelitian ingin dilihat pola interaksi yang terjadi
antara masyarakat pemukiman pinggiran (slum area) dan pemukiman elite.
f. Segregasi sosial adalah adanya pembeda yang seakan benar-benar harus
dibedakan antara dua kehidupan yang berbeda. Segresasi menciptakan
adanya bentuk pola yang terkotak-kotak dalam masyarakat sehingga
mengharuskan pemisahan dalam masyarakat karena adanya perbedaan
dalam struktur sosial di masyarakat. Segregasi dalam penelitian ini adanya
bentuk pemukiman yang mengelompok antara masyarakat elite dan
masyarakat kumuh.
g. Disharmonisasi adalah pola hubungan interaksi antara individu dengan
individu yang tidak berjalan harmonis.
h. Jarak sosial adalah adalah perbedaan perlakuan sikap dan tindakan dalam
suatu hubungan sosial karena adanya norma-norma yang mengatur dalam
hubungan sosial tersebut. Jarak sosial melandasi adanya perbedaan
hubungan antara kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan pola
BAB II
TINJAUN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Simbolik
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan suatu pendekatan yang di
kenal dengan pendekatan interaksional simbolik. Salah satu tokoh pelopor teori
interaksionisme simbolik dengan pandangan tenteng sosiologi interpetatif yang
sedikit banyaknya terispirasi dari tokoh kennamaan Marx Weber dengan tindakan
socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang
berdasarkan makna subjektif yang diberikan individu. Dan tindakan ini
memperhatikan unsur tindakan orang lain. Yang setelah meninggalnya Mead
dikembangkan oleh teman sejawatnya Herbert Blumert yang kemudian lebih
dikenal dengan interaksionisme simbolik adalah suatu pendekatan yang di bangun
atas dasar formasi social dari symbol – symbol, makna - makna yang dipahami bersama, dan penggunaan dalam komunikasi, baik di dalam diri self maupun di
dalam orientasi self terhadap orang lain, dalam berbagai interaksi di antara agen – agen atau pelaku- pelaku sosial.
Interaksionisme simbolis yang diketengahkan Blumer (Poloma 2010 :258)
bertumpu pada tiga premis :
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada
pada sesuatu itu bagi mereka.
2. Makna tersebut berasal dari “interaksi sosial” seseorang dengan orang lain. 3. Makna-makna tersebut di sempurnakan di saat proses interaksi sosial
Teoritisi Interaksionisme simbolik memusatkan perhatian terutama pada
dampak dari makna dan symbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Simbol
dan arti memberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial manusia dan pada
interaksi sosial manusia. Dalam melakukan tindakan seorang actor mencoba
menafsirkan pengaruhnya terhadapa actor lain yang terlibat. Dalam proses
interaksi sosial manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang
yang lain yang terlibat. Dengan kata lain dalam interaksi sosial para aktor terlibat
dalam proses saling memengaruhi. Manusia mempunyai kemampuan dalam
menggunakan arti dan makna symbol maka manusia mempunyai kemampuan
dalam membuat pilihan tindakan di mana mereka terlibat. Dalam teoritisi interaksi
simbolik aktor setidak mempunyai kebebasan dalam membuat pilihan yang unik
dan bebas. W.I Thomas dan Dorothy Thomas membantu menekan kemampuan
kreatif manusia dalam konsep mereka tentang “definisi situasi “. Menurut W.I
Thomas bila manusia telah mendefenisikan situasi sebagai sesuatu yang nyata
maka akibatnyapun nyata”. Thomas mengatakan “individu mendefinisikan situasi
secara spontan yang memungkinkan mereka mengubah dan memodifikasi arti dan
symbol”.
2.2 Jarak sosial
Konsep jarak sosial menurut Edward T. Hall dalam (Suanarto: 2004)
merupakan suatu jarak orang berinteraksi satu sama lain dapat berbicara secara
wajar tetapi tidak saling menyentuh. Menurut Utoyo dalam (ayu kartika:2010)
jarak social merupakan hubungan yang dapat di terima Individu dengan anggota
kelompok primer. Kelompok primer dalam jarak sosial dalam jarak sosial disebut
juga dengan face to face group merupakan suatu hubungan kelompok sosial yang
paling sederhana dimana anggotanya saling mengenal serta adanya kerja sama
yang erat. Dalam kamus sosiologi jarak sosial (sosial distance) mengacu pada
perasaan yang terpisah atau bejarak di antara kelompok-kelompok sosial. istilah
ini untuk mengidinkasi tingkat keterpisahan atas kedekatan antar anggota
kelompok etnis yang berlainan. Menurut Emory S. Borgadus (1882-1972) jarak
sosial digunakan untuk mengukur jauh atau dekatnya kedekatan emosi antara
individu dengan individu lain. Jarak sosial dapat dilihat dari indikator perilaku
menjauhi kelompok lain, perilaku berteman dan bergaul dengan teman sendiri dan
bemukim hanya dengan anggota kelompok sendiri. Jarak sosial melandasi adanya
perbedaan hubungan antara kelompok- kelompok masyarakat yang menciptakan
pola hubungan berdasarkan adanya kriteria-kriteria tertentu.
Jarak sosial dalam penelitian ini digunakan untuk mengambarkan
hubungan sosial yang terjalin diantara masyarakat yang berbeda, berdasarkan
kriteria diantara :
1. Keakraban dalam hubungan sosial diantara masyarakat pemukiman
kumuh, masyarakat menengah dan masyarakat elite
2. Pola interaksi yang terjalin diantara ketiga golongan masyarakat yang
berbeda.
3. Kedekatan yang terjalin antara masyarakat kumuh, menengah, dan elite
2.3 Interaksi Sosial
Interaksi social merupakan bagian dari proses- proses social sebagai pengaruh
kehidupan social. Interaksi social merupakan hubungan antara manusia yang sifat
dari hubungan tersebut bersifat dinamis artinya hubungan itu selalu mengalami
dinamika. Interaksi social berasal dari kata “antar” dan “aksi” yaitu aksi dan reaksi. Ketika dua orang bertemu, berjabat tangan dan saling berbicara bahkan
samapai terjadi perkelahian. dalam peristiwa tersebut salah satu pihak
memberikan aksinya kemudian pihak lain memberikan respon (reaksi) terhadap
aksi tersebut maka dari sini kegiatan aksi reaksi terjadi, maka peristiwa tersebut
di sebut interaksi socia. Interaksi social merupakan kegiatan manusia dan manusia
bukan manusia dengan benda mati. Dengan demikian selama ada aksi dan reaksi
tidak antar manusia, maka aktivitas tersebut bukan interaksi social .(Kolip dan
Elly.M, 2011).
Dari paparan tersebut dapat disimpulkan interaksi sosial merupakan
hubungan timbal balik antara individu dengan individu individu dengan
kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Interaksi social akan
berlangsung apabila seorang Individu melakukan, tindakan dan tindakan tersebut
menimbulkan reaksi Individu lain. Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua
syarat terjadinya interaksi social yaitu terjadi kontak social dan kumunikasi.
Terjadi kontak social tidaklah semata-mata tergantung pada tindakan, tetapi
tergantung pada adanya anggapan terhadap tindakan tersebut. Sedangkan aspek
terpenting dalam kumunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada
sesuatu atau perilaku orang lain.(Bagong,2004 :16).
Dalam interaksi sosial juga memilikin aturan, dan aturan itu dilihat dalam
Thomas mengenai ruang Hall membagi ruang dalam interaksi menjadi empat
batasa yaitu :
a) Jarak intim berkisar antara 0-18 inci menunjukkan adanya keterlibatan
tubuh individu dalam beinteraksi.
b) Jarak pribadi berkisar antara 18 inchi – 4 kaki hubungan interaksi yang saling menyentuh, misalnya bersalaman.
c) Jarak sosial atau jarak psikologis 4 kaki -10 kaki , dimana seseorang
mulai merasa cemas saat orang lain memasuki wilayahnya (zona
transaksi personal.) orang yang berinteraksi tidak saling menyentuh.
d) Jarak public beriksar 10 kaki-tidak terbatas, interaksi yang dilakukan di
depan umum seperti politikus.(Kamanto-Sunarto 2004:41)
Pada dimensi waktu ini terlihat adanya batasan toleransi waktu yang
dapat mempengaruhi bentuk interaksi. Aturan yang terakhir adalah dimensi
situasi yang dikemukakan oleh W.I. Thomas. Definisi situasi merupakan
penafsiran seseorang sebelum memberikan reaksi. Definisi situasi ini dibuat oleh
individu dan masyarakat. Seseorang mendefiniskan tindakan berdasarkan situasi
yang ditafsirkan tanpa memandang penafsiran individu yang lain. Interaksi social
tidak cukup hanya dijelaskan sebagai hubungan timbal-balik antar manusia
berdasarkan pola-pola tertentu, maka interaksi social memiliki ciri-ciri tertentu
tertentu yaitu :
a. Harus ada pelaku yang jumlahnya lebih dari satu kriteria ini merupakan
persyaratan mutlak sebab tidak mungkin terjadi aksi dan reaksi dari
b. Ada kumunikasi antar pelaku dengan menggunakan symbol-simbol
tertentu.Yang dimaksud symbol dalam hal ini adalah benda, bunyi, gerak
atau tulisan yang memiliki arti. Adapun kumunikasi merupakan hubungan
timbale balik seseorang atau sekelompok dengan pihak lain menggunakan
symbol- symbol yang berupa suara, tulisan, gerakan sehingga kedua belah
pihak saling menafsirkan dilakukan pihak lain.
c. Ada dimensi waktu (yaitu, lampau kini, dan mendatang) yang menetukan
sifat aksi sedang berlangsung. Interaksi social akan senantiasa terjadi
dalam kuru dan waktu, artinya kapan dan dimana-mana.(Kolip dan Elly.M,
2011).
Interaksi social adalah bentuk social, yaitu pengaruh timbal balik antara
berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto interaksi sosial
merupakan bentuk yang tampak apabila orang sering mengadakan hubumgan baik
secara individu maupun secara kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi social
dapat berupa kerja sama (cooeperation), persaingan (competition), pertentangan
(conflict) dan akomodasi (akomodation). Adapun penjelasannya sebagai berikut :
kerjasama (coorperation) merupakan bentuk interaksi yang dilakukan oleh
Individu dengan Individu maupun individu dengan kelompok yang didorong
kesamaan tujuan yang di peroleh dalam kelompok tersebut. Menurut Charles
H.Cooley kerja sama timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
Persaingan (competition) merupakan proses social dimana orang perorangan
atau kelompok manusia yang terlibat dalam proses tersebut saling berebut
keuntungan melalui bidang kehidupan tertentu tanpa menggunakan ancaman atau
kekerasan.
Pertentangan (conflict) merupakan interaksi social yang berlangsung antara
masing-masing pihak karena adanya perbedaan penafsiran terhadap perilaku
Individu sehingga menimbulkan ketidak serasian diantara
kepentingan-kepentingan maka unruk mencapai tujuan saling menghancurkan, menyingkirkan,
mengalahkan pihak lawan.
Akomodasi (acomodation) merupakan bentuk interaksi social untuk
meyelesaikan suatu pertikaian atau konflik. Biasanya komodasi di awali dengan
upaya-upaya oleh pihak bertikai untuk saling mengurangi pertentangan diantara
kedua belah pihak.
Manusia sebagai mahkluk social tidak dapat hidup sendiri melainkan, ia
membutuhkan orang lain untuk berinteraksi guna memenuhi kebutuhan dasar akan
hidupnya. Interaksi social tidak terbatas oleh waktu dan tempat terjadinya,
melainkan interaksi dapat terjadi kapan dan dimana saja. Interaksi sangat penting
dalam aktivitas-aktivitas social merupakan hubungan dinamis yang menyangkut
hubungan Individu dengan Individu maupun Individu dengan kelompok sehingga
membentuk hubungan social yang di dahului oleh kontak social dengan adanya
kumunikasi secara langsung atau tidak langsung.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi interaksi social dalam hubungan maupun
1. Kedekatan : hubungan kedekatan akan terkait dengan factor geografis. Di
suatau tempat tertentu anggota kelompok menjalin interaksi lebih banyak
di banding antar kelompok diluar daerahnya. Hal ini lah yang
memunculkan adanya kelompok dalam in group dan kelomok luar out
group. Ikatan kelompok dalam bermain dapat tercermin dari perasaan
ikatan solidaritas, kesamaan identitas, karakter dan sebagainya. Dalam
kelompok ini tersusun atas Individu yang saling beriteraksi. Semakin dekat
jarak geografis antara dua orang semakin mungkin memiliki tingkat
keseringan berinteraksi seperti berbicara, melihat dan bersosialisasi
2. Kesamaan : selain hubungan kedekatan secara fisik, terdapat factor kesamaan antar mereka yang menyebabkan timbulnya rasa keanggotaan.
Ada kecenderungan manusia untuk memilih berhubungan dengan orang
yang memiliki kesamaan seperti kesamaan minat, agama,nilai, usia,
tingkat pendidika dan karakter personal lainnya. (Elly M. dan Usman
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di lakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualittaif. Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini
bermaksud untuk memahami fenomena atau kejadian tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha
untuk menggambarkan fenomena-fenoma yang terkait dengan masalah penelitian.
Menurut Keirl dan Miller dalam (Moleong,2006) yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya.
Penelitian deskriptif kualitatif juga bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi dan fenomena realitas sosial yang ada di
masyarakat, yang menjadi objek penelitian dan menarik realitas itu ke permukaan
sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi,
situasi atau ataupun fenomena tertentu (Bungin,2007:68).
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, beserta
jalan dan kotanya. Dalam penelitian ini lokasi akan dilaksanakan di jalan Badur
pertimbangan merupakan suatu kawasan yang mencerminkan polarisasi
masyarakat kota. Polarisasi kehidupan masyarakat kota dapat dilihat dari
keberagaman bentuk hunian dan kehidupan sosial masyarakat yang terlihat dari
bentuk infastruktur bangunan, sosial-ekonomi masyarakatnya. Kelurahan Hamdan
memperlihatkan permasalahan pemukiman kumuh yang berada bersampingan
dengan pemukiman elite, hal ini menyebabkan saya tertarik untuk melakukan
penelitian di lokasi ini.
3.2 Unit Analisis dan Informan
Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan tertentu yang
dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informan yang menjadi sumber
informan dalam penelitian ini adalah:
3.3.1.Unit Analisis
Karakteristik dari penelitian kualitatif adalah menggunakan apa yang
dimaksud dengan unit analisis. Unit analisis masalah kualitatif terdiri dari tingkat
mikro, yaitu pikiran dan tindakan individu, sampai dengan konteks yang paling
makro, yaitu sistem dunia (Burham Bungin, 2007).
3.3.2 Informan
Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi yang aktual
dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Informan adalah orang yang
diperkirakan menguasai dan memahami data, ataupun fakta dari suatu objek
penelitian (Bungin ;2007). Adapun yang menjadi informan dalam peneltian ini
Masyarakat yang tinggal di lingkungan 10 sebanyak 413 KK dan memiliki
kriteria yaitu :
1. Sudah lebih 20 tahun tinggal di badur
2. Masyarakat yang mengenal dan pernah bertemu dengan masyarakat
pemukiman kumuh, menengah dan elie
3. Masyarakat tidak mengenal masyarakat pemukiman kumuh,
menengah dan masyarakat elite
1. Kepala Lingkungan 10 (kepling)
2. Masyarakat pemukiman bawah (slum area) 5 orang
Kriteria pemukiman slum area dalam penelitian ini diliha dari
kondisi hunian yakni :
1. Berdiri di atas lahan yang bukan milik dan hak nya
2. Berbahan dasar kayu/ papan dan setengah batu
3. Kondisi hunian yang padat penduduk
4. Memiliki ukuran 3x4 kecil (satu ruangang menampung semua
aktivitas)
5. Setiap rumah memilki bertangga
6. Status kepemilikan tanah yang tidak jelas
7. Memiliki rumah sendiri tetapi tidak memiliki hak tanah
3. Masyarakat pemukiman menengah 5 orang
Kriteria masyarakat pemukiman menengah dalam penelitian ini
yakni :
1. Memiliki rumah dan tanah sendiri
3. Berbahan dasar batu bata
4. Masyarakat pemukiman elite 4 orang
Masyarakat pemukiman elite dalam penelitian ini dilihat dari
kondisi hunian:
1. Rumah dan tanah milik sendiri
2. Kondisi hunian berpagar tinggi dilengkapi ccv
3. Memiliki garansi mobil
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa tehnik
penelitian sebagai upaya untuk mendapatkan dan memperoleh informasi
yang diperlukan. Pada tahap ini peneliti akan melakukan observasi
wawancara, serta mencatat dokumen-dokumen yang mendukung proses
penelitian. Adapun tehnik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
3.4.1 Data Primer
Teknik pengumpulan data primer adalah data yang langsung ditemukan
dilapnangan pada saat peneliti melakukan kegiatan penelitian langsung ke lokasi
penelitian.
Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara:
1. Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
gejala-gejala yang terwujud dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat/komuniti yang
ingin diteliti. Dalam hal ini peneliti dapat melihat dan mengamati secara langsung
ruang-ruang sosial seperti; jalan, tempat beribadah, pusat perbelanjaan yang dapat
mempertemukan masyarakat kumuh, masyarakat menengah dan masyarakat elite.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa menggunakan
pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dengan informan telibat
dalam kehidupan sosial. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan
data dengan cara wawancara. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara
terhadap anggota masyarakat yang bertempat tinggal di jalan Badur lingkungan
10, Kelurahan Hamdan, Kecamatan Medan Maimun.
3.4.2 Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang
diperoleh secara tidak langsung dari objek melalui dukumenntasi. Dukumentasi
merupakan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan kepada subjek penelitian, namun melalui dokumen. Dokumen yang
digunakan dalam penelitian ini berupa laporan, buku, jurnal, majalah, surat kabar,
dan internet yang berkaitan langsung dan dianggap relevan dengan rumusan
masalah yang diteliti.
3.5 Interpretasi Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik
umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi
dan dibuat kategori-kategori. Kemudian dari pengelompokan data tersebut,
data-data tersebut diabstraksikan dan dikaitkan antara yang satu dengan yang lainnya
sebagai satu kesatuan kejadian dan fakta yang terintegrasi.
Data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu
dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian.
Setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelolah, kemudian
dilakukan interpretasi data mengacu pada tinjauan pustaka. Sedangkan hasil
observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. Akhir dari semua proses
ini dalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa
yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan-kesimpulan
(Faisal,1989 ).
3.6 Keterbatasan Penelitian
Selama dalam penelitian ini, penulis mempunyai banyak kendala-kendala
dan keterbatasan penulis dalam mendapatkan data. Keterbatasan dalam penelitian
ini mencakup kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti dalam
melakukan penelitian ilmiah. Terutama dalam melakukan wawancara mendalam
terhadap informan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengalaman dan keterbatasan
waktu yang dimiliki informan dalam proses wawancara yang dikarenakan
kesibukan informan sehari-hari.
Terlepas dari permasalahan teknis penulisan dan penelitian, peneliti
menyadari keterbatasan mengenai metode menyebabkan lambatnya proses
penelitian yang dilakukan, dan masih adanya keterbatasan bahan pendukung
penelitian ini semaksimal mungkin agar data bersifat valid dan tujuan yang ingin
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jalan Badur lingkungan 10 Kelurahan Hamdan
Kecamatan Medan Maimun. Kelurahan Hamdan terdiri dari 10 lingkungan
memiliki jumlah penduduk 86.18 dengan 2.158 KK. Sejarah pemukiman
masyarakat Badur berdasarkan penuturan salah seorang informan yang sudah
lama tinggal di Badur berawal dari lahan kosong yang tidak terpakai mereka
membuka lahan menjadi pemukiman sehingga tidak berselang lama banyak
masyarakat lain yang mengikuti membuka lahan menjadi menjadi pemukiman
sampai saat ini dikenal dengan kampung Badur. Masyarakat Badur sebenarnya
sudah mendapat peringatan dari pemerintah Kota Medan agar pindah ke rumah
susun yang sudah disediakan yakni rusun Awa dan rusun Awi, namun mereka
menolak. Masyarakat Badur lebih memilih tinggal menetap disebabkan berada di
pusat kota sehingga memudahkan akses kemana saja, dikelilingi oleh
gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, restoran, dan perumahan elite menjadi
lebih mudah mencari pekerjaan terutama untuk ibu-ibu sehingga mereka bisa
menjadi buruh cuci, pembantu, pedagang keliling dlln.
Kelurahan Hamdan yang berada di pusat kota dikelilingi gedung
perkantoran, pemukiman elite, rumah sakit, sekolah, restoran, dan tempat hiburan
sehingga tipologi di kelurahan Hamdan mayoritas penduduk bekerja di sektor jasa
dan perdagangan. Mayoritas penduduk Badur Lingkungan 10 terdiri dari suku
yang tercatat 413 kepala keluarga, namun yang tercatat sudah pindah sekarang
kira –kira 265 kepala keluarga.
Masyarakat Badur berdasarkan lokasi pendirian pemukiman digolongan
menjadi dua yakni badur atas dan badur bawah. Masyarakat badur atas dan badur
bawah berada dalam satu lingkungan yang berdekatan namun saling
mengelompok.Pengelompokan pemukiman dapat diobservasi langsung
masyarakat elite lokasi pemukiman diatas tanah sedangkan masyarakat miskin
dibawah dengan pendirian pemukiman diatas sungai. Kondisi hunian juga sangat
berbeda, pemukiman masyarakat badur atas berbahan dasar batu, berdinding
tembok, serta berpagar sedangkan pemukiman masyarakat bawah berbahan dasar
kayu, papan dan setengah batu, serta memiliki tangga.
4.1.2 Letak dan batas wilayah
Kelurahan Hamdan merupakan bagian dari kecamatan Medan Maimun yang
berdiri pada tahun 1968 memiliki luas wilayah 52,50 ha. Dengan beriklim tropis
dataran rendah rawan banjir. Kelurahan Hamdan memiliki 10 lingkungan yang
menjadi tempat penelitian berada di jalan Badur lingkungan X. Jarak dari kantor
lurah Hamdan ke kantor Camat Medan Maimun pemerintah 100 M. Jarak dari
kantor Lurah Hamdan ke kantor pusat pemerintahan kota adalah sekitar 1 km.
Kelurahan Hamdan memiliki batas wilayah :
Sebelah Utara berbatas dengan : Kelurahan Petisah Tengah
Sebelah Timur berbatas dengan : Kelurahan Sukaraja dan Aur
Sebelah Barat berbatas dengan : Kelurahan Madras Hulu dan Kel. Jati
4.1.3 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk kelurahan Hamdan 8.168 jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki 3.928 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 3.928 yang
tersebar di 10 lingkungan yang terdiri dari 2158 (kk) dengan jarak 1 km dari
pusat kota. (sumber data kelurahan Hamdan, juni 2014)
4.1.3.1Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Perbandingan jenis kelamin jumlah penduduk antara laki-laki dan
perempuan di kelurahan Hamdan di dominasi oleh jenis kelamin perempuan
dengan jumlah 4.240 jumlah persentasi 52% dan 3.928 jumlah penduduk laki-laki
dengan persentasi 48 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
4.1.3.1Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 1
Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis kelamin Frekuensi Persentasi %
1. Laki-laki 3.928 48%
2. Perempuan 4.240 52%
Jumlah 8.168 100 %
(Sumber data kelurahan Hamdan juni 2014)
4.1.3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Usia adalah salah satu indicator yang menyatakan seseorang dewasa,
adalah pada saat seseorang telah berusia 17 tahun. Usia tersebut disebu usia
produktif. Berikut ini data usia penduduk dikelurahan Hamdan.
Tabel II
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No Tingkat Usia Jiwa Persentase
1. Usia 0 s/d 15 tahun 2025 25%
2. Usia 15 s/d 65 tahun 5700 68%
3. Usia 65 tahun ke atas 443 5,4%
Jumlah 81.68 100%
(Sumber, kantor kelurahan Hamdan juni 2014)
Data tabel II di atas menunjukan bahwa mayorias penduduk Hamdan
berusia 17-60 tahun dengan persentasi 68%. Penduduk usia produktif dapat
memenuhi kebutuhan hidup sehari –hari.Pada umumnya penduduk Hamdan banyak yang di bidang jasa dan perdaganng disebabkan letak wilayah Hamdan
berada di pusat kota sehingga berada dekat dengan pusat perkantoran, pusat
pemerintahan sehingga mudah dalam dalam mencari pekerjaan khusus dibidang
jasa dan perdaganga. Kemudian disusul dengan penduduk usia non produktif yaitu
usia 0-15 tahun dengan persenasi sebesar 25%. Dan terakhir jumlah penduudk
4.1.3.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Tabel III
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
No. Agama Jiwa Persentase
1. Islam 4649 65%
2. Kristen Protestan 1002 14%
3. Kristen Katolik 601 8.3%
4. Hindu 227 3.1%
5. Budha 694 9.7%
Jumlah 7.173 100%
Sumber kantor kelurahan Hamdan, Juni 2014
Berdasarkan data III tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
komposisi penduduk berdasarkan agama di Kelurahan Hamdan Kecamatan
Medan Maimun adalah berjumlah 7.173 jiwa. Dengan jumlah terbanyak yaitu
pada mayoritas Agama Islam dengan sebesar 4.649 jiwa dengan persentase 65%.
Lalu disusul oleh Agama Kriten Protestan yaitu sebesar 1002 jiwa dengan
persentase 14%. Kemudian pada Agama Budha yaitu sebesar 694 jiwa dengan
persentase 9,7%. Dan selanjutnya oleh Agama Kristen Kaolik yaitu sebesar 601
jiwa dengan persentase 8,3%. Dan yang terakhir merupakan jumlah yang paling
4.1.3.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis atau Suku Tabel IV
Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Atau Suku
No. Etnis /Suku Jiwa Persentase
1. Jawa 1618 26%
2. Batak 953 15%
3. Melayu 568 9%
4. Minang 1196 19%
5. Aceh 237 3,8%
6. Tionghoa 921 15%
7. Lainnya 773 12%
Jumlah 6.266 100%
Sumber dari : Kantor Lurah Hamdan Juni 2014
Berdasarkan dengan data IV tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
komposisi penduduk berdasarkan etnis atau suku di Kelurahan Hamdan
Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 6.266 jiwa. Dengan jumlah
terbanyak yaitu pada Suku Jawa sebesar 1.618 ..jiwa dengan persentase 26 %.
Lalu pada Suku Minang yaitu sebanyak 1196 jiwa dengan persentase 19%.
Kemudian pada Suku Batak dan tionghoa dengan selisih 32 angka yaitu batak
sebanyak 9.53 jiwa dengan persentase 15%. Selanjutnya pada Suku Tionghoa
yaitu sebanyak 9.21 jiwa dengan persentase 15%. Dan pada Suku lainnya yaitu
773 jiwa dengan persentase 12%. Setelah itu pada Suku Melayu yaitu sebanyak
5.68 jiwa dengan persentase 9%. Dan yang terakhir pada suku Aceh yaitu
4.1.3.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
Tabel V
Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian
No. Mata Pencaharian Jiwa Persentase
1. Pegawai Negeri Sipil 600 8%
2. POLRI dan ABRI 60 0,8%
3. Karyawan Swasta 1382 18%
4. Wiraswasta/Pedagang 2.895 39%
5. Buruh 895 12%
6. Pensiunan 300 3,9%
7. Lainnya 1.386 18%
8. Jumlah 7.518 100%
Sumber kantor lurah Hamdan juni 2014
Berdasarkan dengan data V tabel di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Hamdan
Kecamatan Medan Maimun adalah berjumlah 7.518 jiwa. Dimana dengan jumlah
terbanyak pada mata pencaharian sebagai wiraswasta/pedagang yaitu sebesar
2.895 jiwa dengan persentase 39%. Selanjutnya pada mata pencaharian lainnya
yaitu sebesar 1.386 dengan persentasi 18%. Pekerjaan lainnya dapat digolongkan
jenis pekerjaan nonformal seperti penarik becak, buruh cuci, pemulung, kuli
bangunan, pertukangan dan pekerjaan serabutan lainnya. Lalu selanjutnya pada
mata pencaharian sebagai karyawan swasta yaitu sebesar 1.382 jiwa dengan
persentase 18%. Kemudian pada mata pencaharian sebagai Buruh yaitu sebesar
yaitu sebesar 600 jiwa dengan persentase 8%. Dan selanjutnya pada mata
pencaharian sebagai pensiunan sebesar 300 jiwa dengan persentase 3,9%. Dan
yang terakhir pada mata pencaharian sebagai POLRI/ABRI yaitu sebesar 60 jiwa
dengan persentase 0,8%.
4.1.3.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel VI
Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia
No. Tingkat Pendidikan Jiwa Persentase
1. SD 1156 17%
2. SMP 1177 17%
3. SMA 2230 32%
4. Akademi/D1-D3 234 3,3%
5. Sarjana 1007 14%
6. Pascasarjana 215 3%
7. Tidak Sekolah 934 13%
Jumlah 6.953 100%
sumber kantor kelurahan Hamdan juni 2014
Berdasarkan dengan data tabel VI di atas, maka dapat kita ketahui bahwa
komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kelurahan Hamdan
Kecamatan Medan Maimun adalah sebanyak 6.953 jiwa. Dimana jumlah
terbanyak terdapat pada berdasarkan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak
2.230 jiwa dengan persentase 32%. Selanjutnya terdapat pada berdasarkan tingkat
pendidikan SMP yaitu sebanyak 1177 jiwa dengan persentase 18%. Dan sama
18%. Dan selanjutnya pada tingkat pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 1007 jiwa
dengan persentase 14%. Kemudian selanjutnya tingkat pendidikan tidak tamat
sekolah yaitu sebanyak 934 jiwa de4ngan persentase 13%. Lalu selanjutnya
terdapat pada tingkat pendidikan berdasarkan akademi/D1-D3 yaitu sebanyak 234
jiwa dengan persentase 3,3%. Dan yang terakhir tingkat pendidikan berdasarkan
pada pascasarjana yaitu sebanyak 215 jiwa dengan persentase adalah 3%.
4.1.4 Prasarana Umum Di Kelurahan Hamdan
4.1.4.1 Sarana Kesehatan
Di kelurahan Hamdan terdapat sarana kesehatan yang dapat dimamfaatka
oleh masyarakatnya.Sarana kesehatan tersebut memudahkan masyarakat untuk
memperoleh pelayanan kesehatan guna menunjang aktivitas kebutuhan akan
peyalanann kesehatan. Adapun Sarana kesehatan yang ada di kelurahan Hamdan
yaitu: Tabel VII
Berdasarkan data table VII diatas maka dapat kita ketahui jumlah Sarana
kesehatan di kelurahan Hamdan ada 18 buah. Dimana prasarana kesehatan yang
tertinggi posyandu yaitu sebanyak 6 buah. Selanjunya prasarana kesehatan klinik
prasarana klinik gigi ada 2 buah. Dan yang terakhir prasarana kesehatan
puskesmas dan toko obat masing-masing terdiri dari 1 buah.prasarana kesehatan
di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik dalam memberikan pelayan
kesehatan kepada masyarak. Melalui penggunaan sarana tersebut diharapkan
dapat menunjang aktivias masyarakat, serta menjadikan kelurahan Hamdan
semakin berkembang .
4.1.4.2 Sarana Peribadatan
Kelurahan Hamdan memiliki sarana peribadatan untuk memenuhi
kebutuhan rohaniah masyarakat kelurahan Hamdan yaitu:
Berdasarkan data table VIII diatas maka dapat diketahui jumlah sarana
peribadahan di kelurahan Hamdan Kecamatan Medan Maimun sebanyak 13 buah.
Prasana ibadah seperi mesjid ada 4 buah. Dan selanjutnyan prasarana ibadah
seperti mesjid ada 4 buah. Prasarana ibadah wihara ada 2 buah. Dan yang terakhir
prasarana ibadah seperti gereja, pura dan kelenteng masing-masing 1 buah. Sarana
peribadahan di Kelurahan Hamdan masih berfungsi dengan baik sehingga dapat
4.1. Profil Informal
Informan pertama
“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elie”
Nama : Abdul karim
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku : Melayu
Tamatan : SMA
Jenis pekerjaan : Bilal mesjid
Penghasilan : Rp. 1500.000
Bapak Karim adalah seorang tokoh masyarakat di kelurahan Hamdan, beliau
sudah 40 tahun tinggal di kelurahan Hamdan. Bapak karim sehari-hari berprofesi
sebagai marbot mesjid, bilal mayat dan pembawa acara pengantin melayu. Peneliti
memilih bapak karim sebagai tokoh masyarakat disebabkan hampir seluruh
masyaraka mengenalnya. Apabila masyarakat Badur mengalami musibah seperti
kemalangan atau perkelahian mereka selalu mengadu kepada saya untuk mencari
pemecahan masalahnya.
Berdasarkan wawancara dengan bapak karim mengatakan masyarakat yang
tinggal dikampung badur ini dikenal dengan dua kategori yaitu masyarakat atas
dan masyarakat bawah.Masyarakat atas di dominasi oleh masyarakat menengah
dan masyarakat elite. Sedangkan masyarakat badur bawah seperi kami lah maksud
bapak karim masyarakat pribumi..Bapak karim juga mengatakan masyarakat atas
menyusahkan atau tidak merepotkan anggota masyarakat yang lain. Apabila
bertemu di jalan sebagai sarana masyarakat atas dan bawah bertegur saat sapa.
Biasanya betemu di kede pada saat membeli sarapan pagi atau membeli pulsa.
Jika bertemu hanya senyum saja, saya tidak mengenal masyarakat tionghoa ini
semua namun karena mereka terkadang lewat di depan musola sering
membunyikan klakson jadi saya mengenal mobil dan BK nya,, tibaa-tiba tak
berapa lama kemudian lewat sebuah mobil CRV bapak karim mengatakan itu dia
salah seorang cina yang tinggal di perumahan elite.
Bapak karim juga mengatakan jika bertemu bersikap biasa saja seperti
senyum kadang dia membunyikan mengklakson mobil saya lambaikan tangan
begitulah, seperti kita berperilaku dengan jiran tetangga biasanya. Jika bertemu
dengan masyarakat elite hanya begitu saja tidak pernah lebih jauh seperti
mengobrol itu tidak pernah lah, cina ini mana suka bahas masalah dengan kita.
Adapun bertemu hanya di mesjid pada saat dia ingin memberi sumbangan
sembako biasanya diantar ke mesjid, itu pun yang mengantar biasanya ajudannya
bukan orang yang bersangkutan lalu pergi itu saja tidak ada yang lain
Bapak Karim juga mengatakan jarang dapat melakukan kegiatan bersama
dengan masyarakat atas. Apabila ada kegiaan yang sering mengikuti masyarakat
badur bawah dan masyarakat menengah lainnya. Jika masyarakat yang rumahnya
berpagar tinggi sangat tertutup tidak pernah ikut kegiatan bersama kami. kegiataan
yang sering kami mengadakan gotong royong dua minggu sekali atau sebulan
sekali. Saya dengan masyarakat yang lain bersama-sama membersihkan sampah
dari sungai, parit dan mesjid. Masyarakat yang diatas rata-rata pengusaha tidak
baik, menyumbang makanan dan minuman untuk kami namun hanya beberapa
kali saja. Rumah didepan musola kia baik orangnya, jika akan diadakan pemilihan
umum dia selalu di halaman depan rumahnya. Dulu di depan halaman nya dibuat
tempat bermain bola voly namun sekarang sudah tidak lagi, masyarakat bawah
banyak yang tidak mau bermain voly. Pada saat ada permain bola voly disitulah
biasa ngumpul nya antara masyarakat atas dan masyarakkat bawah, namun ya
begitu hanya masyarakat atas yang menengah saja yang mau bergabung, Berbeda
dengan masyarakat atas yang tinggal di perumah sebelah, kami sama sekali tidak
pernah berkumunikasi dengan mereka, jika pernah hanya mengantarkan surat
undangan pemilu sajalah, itu pun mereka susah sekali membuka pintunya.
Sampai-sampai saja bilang saya tidak minta sumbangan hanya mengantar
undangan pemilu saja, akhirnya saya pulang dimaki-maki sama dia. Masyarakat
cina berprasangka negative saja dengan kita mereka mengganggap kita minta
uang mereka. Sehingga mereka selalu takut jika kita datang kerumahnya Mereka
jika di undang atas pesta perkawinan masyarakat bawah masih mau datang.
Begitulah penuturan bapak karim mengenai hubungan sosial dengan masyarakat
badur atas.
Informan kedua
“masyarakat yang pernah bertemu dengan masyarakat elite dan menengah
Nama : Lidi Hana S
Umur : 42 tahun
Agama : Islam