• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi : 1. pendapatan

HASIL PENELITIAN

5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

5.1.2. Profil Informan a. Informan 1

Seorang ibu bernama Sri Susiani yang berusia 53 tahun ini memiliki pendidikan akhir sebagai sarjana pertanian. Keluarga informan 1 ini terdiri dari suami, dan dua orang anak. Anak pertama sudah menyelesaikan pendidikannya sebagai sarjana dan sedang merintis usaha, anak keduanya merupakan mahasiswa tingkat 4. Informan 1 bertempat tinggal di Jalan Mesjid No.84, Helvetia Tim., Kec. Medan Helvetia, Kel, Helvetia Timur.

Informan 1 memulai usahanya dibidang kuliner pada November tahun 2009 dan memiliki nama usaha DAPOER REUNI. Dapoer Reuni sendiri membuat kue kering spesial mereka yaitu kue nastar dengan ukuran seperti kue bolen, namun mereka juga menerima tempahan kue basah/jajanan pasar dalam kotak atau yang biasa disebut dengan snack box. Awalnya informan menjual keripik bawang karena pada saat itu belum banyak yang berjualan keripik bawang. Lalu pada 2016, informan 1 melakukan perjalanan ke Bandung dan mengunjungi salah satu pusat oleh-oleh yang terkenal dengan kue „bolen‟, dari situlah muncul ide untuk membuat nastar dengan dengan ukuran seperti bolen. Setelah mencoba dijual kepasaran,ternyata penjualannya jauh lebih baik daripada penjualan keripik.

Informan sudah bekerja hampir 12 tahun di bidang ini. Faktor pendukung informan dalam membuka usaha ini dikarenakan kurangnya

pendapatan pokok dari pekerjaan suami. Seiring berjalannya waktu, usaha ini menjadi pendapatan pokok karena suami informan terkena PHK sehingga tidak lagi memiliki pekerjaan dan memutuskan untuk menjalankan usaha.

Modal yang dikeluarkan berkisar 10jt rupiah dan sudah termasuk modal gabungan hingga sekarang dan tambahan pinjaman modal. Dapoer Reuni bisa mencapai keuntungan hingga 30% dari penjualannya. Omset per bulannya mencapai 30-40jt. Dapoer Reuni tidak pernah mengalami kerugian besar dikarenakan masa kadaluwarsa dari kue keringnya sendiri terhitung lama.

Informan 1 mendistribusikan kue nastar dan beberapa cookiesnya ke berbagai toko oleh oleh dan minimarket, kira kira jumlahnya mencapai 14 toko.

Maraknya penyebaran COVID-19 memberikan dampak yang besar terhadap Dapoer Reuni, seperti pemberhentian distribusi ke toko berkurang menjadi tinggal 7 toko. Omset turun mencapai 70% dan dikarenakan minat pembeli yang menurun drastis ada beberapa nastar yang akhirnya kadaluwarsa karena tidak terjual.

Sebelum adanya pandemi, Dapoer Reuni ikut aktif dalam penyelenggaraan bazar UMKM yang biasa dilaksanakan oleh Dinas koperasi ataupun Dinas Ketahanan Pangan. Kegiatan ini sangat membantu untuk meningkatkan promosi produk keluar daerah, namun karena adanya pandemi ini, mereka meniadakan bazar untuk menghindari kerumunan. Menurut penuturan dari informan 1 :

“ Menurun kali memang semenjak COVID ini, omset turun hampir 70%

lah, tapi alhamdulillah tidak ada yang sampai rugi besar, karna produksi

langsung diberhentikan sementara. Sekarang juga sudah bazar sudah mulai jalan lagi,pelan- pelan udah mulai kayak normal sih”

Dapoer Reuni memiliki 7 karyawan tetap dan 3 karyawan lepas. Adanya pandemi ini tidak membuat Dapoer Reuni memecat para karyawannya, hanya saja mereka memberlakukan pengurangan jam kerja. Untuk bantuan dari pemerintah sendiri, Dapoer Reuni tidak mendapati bantuan berupa alat, tetapi mendapat bantuan uang tunai sebesar 2,4jt dari Dinas Koperasi.

Tabel V.2

Tinjauan Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kel. Helvetia Timur

2. Penghasilan Total penghasilan

30-40jt/ bulan

3. Perumahan Keluarga informan

tinggal di rumah

4. Kesehatan Terdafar BPJS

Kesehatan kelas I Sumber : Data diolah peneliti, 2021

b. Informan 2

Informan 2 seorang ibu berusia 49 tahun bernama Indriani Safitri.

Menjalankan usaha dibidang kuliner yaitu keripik bawang abon yang bernama CAMILAN OFITA. Informan 2 ini merupakan single parent yang memiliki satu anak yang merupakan siswa SMK. Namun informan 2 memiliki tanggungan lain yaitu orangtua,dan keponakannya.

Rumah produksinya terletak di Jalan Mesjid,gang Soto, Kec. Medan Helvetia, Kel. Helvetia Timur. Selain bawang abon, Camilan Ofita juga menjual keripik ubi ungu,dan kue kering. Usaha ini dimulai pada tahun 2013, berawal dari hobi dan kebiasaan keluarga informan 2 membuat keripik bawang abon untuk konsumsi saat lebaran, lalu berfikir untuk menjadikannya sebagai penghasilan. Hal ini juga didorong sejak informan menjadi single parent yang memaksa ia untuk mencari penghasilan sendiri dan akhirnya berhasil menjadi ekonomi utama di keluarganya. Awal merintis, informan mengeluarkan modal sebesar 100-200rb karena sebagian alat sudah dimiliki oleh keluarganya. Omsetnya sendiri bisa mencapai 4 jt/bulan,dan tidak pernah mengalami kerugian.

Informan 2 menggunakan 3 karyawan harian dan 3-6 karyawan borongan. Para pekerjanya sendiri sudah terdaftar di BPJS ketenagakerjaan,seperti yang diungkapkan informan : “ ketenaga kerjaan ya pake, supaya lebih menjaminlah, para pekerja juga jadi lebih percaya. Tapi ya gitu karna dari semenjak saya daftarin Alhamdulillah belum ada kejadian, si bpjsnya gapernah terpakai, tambah lagi kemaren covid turun kali pendapatan, jadi belum ada saya bayar lagi. “

Camilan Ofita ini melakukan distribusi ke beberapa toko roti,dan juga minimarket seperti 212 mart. Mereka menerima reseller atau borongan dan memperbolehkan untuk mengganti nama brandnya. Informan 2 aktif melakukan bazar yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan Dinas Ketahanan Pangan.

Dampak pada awal pandemi COVID-19 pada Camilan Ofita yang paling menonjol adalah omset yang turun drastis. Karena penurunan omset tersebut, Camilan Ofita mengurangi karyawannya, atau menggantinya menjadi karyawan borongan jika pesanan meningkat saja. Para pembeli borongan ataupun reseller jyga memberhentikan sementara karena permintaan yang berkurang. Namun mendekati lebaran justru permintaan kue bawang abon meningkat terutama pada lebaran tahun 2021 ini peningkatan permintaan kue bawang abon mencapai penjualan tertinggi yang pernah didapat oleh Camilan Ofita.

Tabel V.3

Tinjauan Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kel. Helvetia Timur

No. Aspek/Faktor yang Mempengaruhi Kondisi

Sosial Ekonomi

Keterangan

1. Pendidikan Anak satu-satunya

menjalankan pendidikan SMK

2. Penghasilan ±4jt/ bln

3. Perumahan Tinggal dirumah

pribadi yang sekaligus rumah produksi dengan kondisi rumah

permanen

4. Kesehatan Terdaftar di bpjs

kesehatan kelas 3 Sumber : Data diolah Peneliti,2021

c. Informan 3

Informan 3 bernama Nurhayati yang berumur 56 tahun. Menjalankan usaha perasan santan atau kelapa yang bernama Santan Murni Ashar yang berlokasi di jalan Mesjid gang Sentorejo dan memiliki keluarga besar yang terdiri dari suami, anak pertama yang sudah bekerja, anak kedua mahasiswa,anak ketiga duduk di bangku SMK, dan anak keempat & kelima yang masih duduk di bangku SMP.

Informan 3 sudah menjalankan usahanya selama 11 tahun. Berawal dari kurangnya pemasukan dan demi memenuhi kebutuhan hidup. Kemudian ia melihat adanya peluang dari buah kelapa yang banyak dibutuhkan orang, dan banyak yang dapat dimanfaatkan dari buah kelapa itu sendiri. Menurut informan 3, menjual santan dan kelapa itu tidak memerlukan promosi yang rumit. Nama usahanya sendiri adalah SANTAN MURNI ASHAR. Faktor pendukung informan 3 berjualan adalah sebagai tambahan penghasilan karena tanggungan yang cukup banyak dan suami yang bekerja sebagai buruh di Kalimantan Timur. Dengan modal awal 3 jt yang sudah termasuk alat dan bahan dapat mencapai omset hingga 4-5jt/bulan tanpa pernah mengalami

kerugian karena tingginya kebutuhan kelapa itu sendiri. Santan Murni Ashar mempekerjakan 2 orang karyawan.

Informan 3 menerima pesanan santan maupun parutan kelapa partai besar maupun kecil dari para pedagang lain,seperti pedagang lontong, catering pesta bahkan pesanan dari rumahan biasa. Biasanya penjualan meningkat mendekati lebaran. Pada masa pandemi COVID-19 seperti para pelaku usaha lainnya Santan Murni Ashar mengalami banyak penurunan omset. Penjualan terbesar terdapat pada catering pesta,namun karena adanya pandemi ini yang melarang digelarnya pesta guna meminimalisir kerumunan menyebabkan penurunan permintaan santan. Informan sering berkunjung ke Dapoer Reuni, untuk mencari informasi pesanan ataupun sekedar membantu.

Seperti penuturan informan :

“ ginilah, sekarang sering ke dapur reuni, bantu bantu disini, pesanan ibu inikan lebih banyak, tenaga kerjanya dibutuhin lebih banyak, makin banyak yang bantu makin cepet selesai, kadang ibu ini mauni ngasih jajan untuk kami kan lumayan, kadang kadang juga jadi dikasi pesenan sama ibu ini,jadi ada pemasukan deh. “

Santan Murni Ashar mendapatkan bantuan uang tunai sebesar 2,4jt dan mendapatkan bantuan berupa barang yaitu kulkas dari Dinas Koperasi.

Tabel V.4

Tinjauan Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kel. Helvetia Timur

No. Aspek/Faktor yang Mempengaruhi Kondisi

Sosial Ekonomi

Keterangan

1. Pendidikan anak pertama sarjana,anak kedua

mahasiswa,ketiga siswa SMK,keempat dan kelima siswa SMP

2. Penghasilan 4-5 jt/bulan

3. Perumahan Rumah sewa

dengan keadaan rumah permanen

4. Kesehatan Terdaftar BPJS

kesehat kelas III Sumber : Data diolah Peneliti,2021

d. Informan 4

Informan 4 merupakan ibu berumur 55 tahun yang bernama Pariyem.

Informan 4 memiliki keluarga ber-anggotakan seorang suami dan seorang anak yang sudah bekerja. Ia hanya lulusan SD dikarenakan keadaan ekonomi keluarganya dan kemauannya sendiri,seperti penuturannya : “namanya jaman dulu nak, orang-orang gak terlalu mementingkan sekolah, dari pada sekolah ibu lebih memilih bantu orang tua ibu kerja cari duit”

Usaha yang dijalankan adalah berjualan jamu. Informan 4 mengikuti jejak ibunya yang telah berjualan jamu dari kecil. Hingga pada tahun 1987, informan 4 merantau dari Wonogiri ke Medan dan memutuskan untuk membuka usaha jamu yang diberi nama JAMU SUMBER WARAS. Modal awal informan membuka usaha hanya sebesar 150rb karena pada masa itu semua harga bahan masih sangat murah,dan untuk pembuatan jamunya tidak

memerlukan alat ataupun bahan yang rumit. Jamu Sumber Waras bisa mendapatkan untung 150rb per-harinya.

Selama pandemi COVID-19 ini, Jamu Sumber Waras juga merasakan dampak seperti penurunan omset,tetapi informan lebih resah terhadap harga bahan yang terus meningkat. Informan 4 menjual jamunya secara keliling, pagi dan sore bahkan disaat hujan sekalipun. Namun semenjak adanya pandemi COVID-19 dan faktor bertambahnya usia, informan 4 mengurangi waktu berjualannya menjadi 3-4 kali dalam seminggu. Namun Jamu Sumber Waras hampir tidak pernah mengalami kerugian hingga saat ini. Selama pandemi COVID-19 ini informan hanya menerima pesanan dari mulut kemulut yang tau bahwa ia berjualan jamu.

Selama menjalankan usahanya, kesulitan yang dialami informan 4 diantaranya seperti harga bahan baku yang meninggat,kesulitan akomodasi,dan kesulitan berjualan saat cuaca hujan. Dan juga informan 4 tidak terbiasa menghitung penghasilan ataupun omset selama berjualan, karena ia merasa selama kebutuhan harianya terpenuhi maka itu sudah cukup.

Dimasa pandemic COVID-19 ini Jamu Sumber Waras tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah berupa uang tunai ataupun alat, padahal Jamu Sumber Waras sudah mengajukan usahanya untuk mendapatkan bantuan.

Tabel V.5

Tinjauan Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kel. Helvetia Timur

No. Aspek/Faktor yang Mempengaruhi Kondisi

Sosial Ekonomi

Keterangan

1. Pendidikan Anak

satu-satunya sarjana

2. Penghasilan 5-6jt/bulan

3. Perumahan Rumah pribadi

dengan keadaan rumah permanen

4. Kesehatan Terdaftar BPJS

kesehat tingkat III Sumber : Data diolah Peneliti,2021

e. Informan 5

Informan 5 adalah bapak Larno yang berumur 60 tahun. Informan 5 merupakan suami dari infoman 4. Tahun 1987, informan 5 dan informan 4 merantau bersama ke kota Medan dan mencoba memulai usaha. Awalnya informan 5 berjualan cendol, namun usahanya tidak berjalan bahkan mendapatkan rugi yang besar. Akhirnya informan 5 memutuskan untuk membuka usaha bakso bernama KIARA BAKSO karena mudah dan banyak diminati orang.

Awal menjalankan usaha, informan 5 mengeluarkan modal 200rb dan sama halnya dengan jamu,pada zamannya alat dan bahan masih terjangkau.

Informan tidak tahu omset yang ia hasilkan, karena ia tidak terbiasa menghitung omsetnya,seperti penuturan dari informan: “aduh, saya jarang

menghitung untung ataupun omset omset itu, yang penting sama saya bisa makan, kebutuhan saya terpenuhi. “

Namun usaha bakso pun pernah mengalami kerugian seperti disaat hujan, pengunjung cenderung menjadi berkurang sehingga informan 5 mengalami kerugian bahan karena tidak terjual. Walaupun penghasilan tidak tetap,biasanya Kiara Bakso bisa mendapatkan keuntungan hingga 200rb perhari.

Dampak yang dirasakan Kiara Bakso dari adanya Pandemi COVID-19 ini adalah penurunan omset sama seperti yang lainnya. Informan sempat tidak berjualan selama 2 minggu karena adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ada juga beberapa hari ia tidak berjualan karena alasan masih sepi pembeli,atau ia melakukan perpindahan lokasi berjualan yang cenderung lebih ramai agar dagangannya laku terjual. Namun ketika awal aktivitas sudah mulai menjadi normal, Kiara Bakso mendapat lonjakan pendapatan, dagangannya terjual habis di beberapa hari awal.

Dimasa pandemi COVID-19 ini Kiara Bakso mengajukan bantuan bersamaan dengan Jamu Sumber Waras. Namun Kiara Baksolah yang lebih mendapat perhatian dari pemerintah dibandingkan dengan Jamu Sumber Waras. Kiara Bakso berhasil menerima bantuan dana sebesar 2,4jt dan mendapat bantuan alat berupa kulkas dari Dinas Koperasi.

Tabel V.6

Tinjauan Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di

1. Pendidikan Anak

satu-satunya merupakan siswa

SMK

2. Penghasilan 6-7jt/bulan

3. Perumahan Rumah pribadi

dengan keadaan permanen

4. Kesehatan Terdaftar BPJS

kesehatan kelas III Sumber : Data diolah Peneliti,2021

f. Informan 6

Informan 6 merupakan ibu dari dua anak, anak pertama sudah bekerja, anak kedua merupakan mahasiswi. Informan 6 bernama Sotyaruni dan berumur 55 tahun. Informan 6 menjalankan usahanya sejak tahun 2015 yang dinamai OEN‟S FATMAH, beralamat di Komp. Pondok Surya Blok 1, kec.

Medan Helvetia, Kel. Helvetia Timur.

Berawal dari informan 6 yang hobi memasak dan mencoba menjadikan hobinya sebagai sumber pendapatan dikarenakan suami sudah tidak bekerja lagi. Awal merintis usaha, informan 6 menjual kue-kue basah seperti soes, dan pie susu. Nama Oen‟s Fatmah sendiri berasal dari gabungan nama

Informan 6 dan nama mertuanya, dikarenakan resep yang digunakan k ebanyakan dari resep original dari mertua informan 6. Seiring berjalannya waktu, informan 6 mencoba inovasi lain dengan menjual kue kering atau cookies kacang hijau, namun informan 6 tetap menerima pesanan untuk kue basah.

Awal memulai usaha, informan mengeluarkan modal sebesar 5 jt dan mendapatkan omset sebesar 3jt/bulan. Informan 6 melakukan produksi untuk didistribusikan ke beberapa toko oleh-oleh,toko kue, hingga minimarket. Akan tetapi, informan 6 masih mengami kesulitan dalam melakukan promosi dan mengatur pembukuan. Produksi dilakukan dirumah pribadi, seperti yang dikatakan informan :

“Ini rumah permanen dan merupakan rumah pribadi, tapi ya beginilah dek, bagian ruang makan dan dapurnya jadi keliaan sempit, karena produksi juga disini, adasih rencana mau misahin rumah produksi sama rumah pribadi,tapi masih ngumpulin dananya dulu deh. “

Dimasa pandemi COVID-19 ini, Oen‟s Fatmah harus memberhentikan distribusi cookiesnya di beberapa toko oleh-oleh demi menghindari kerugian dan juga memberhentikan sementara produksi cookiesnya. Namun disaat Ramadhan tiba mereka tetap mendapat pesana kue kering untuk lebaran.

Oen‟s Fatmah memiliki 2 karyawa tetap,namun semenjak COVID-19 ia memberhentikan sementara para karyawannya. Ketika Ramadhan ia memanggil lagi karyawannya dan dijadikan karyawan borongan. Namun setelah ramadhan pesanan yang didapat masih terhitung sedikit sehingga informan masih berusaha mengerjakannya sendiri, hal ini dilaukan demi

menekan pengeluaran. Oen‟s Fatmah menerima dana bantuan dari Dinas Koperasi sebesar 2,4jt rupiah.

Tabel V.7

Tinjauan Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kel. Helvetia Timur

No. Aspek/Faktor yang Mempengaruhi Kondisi

Sosial Ekonomi

Keterangan

1. Pendidikan Anak pertama

sarjana, anak kedua mahasiswi.

2. Penghasilan 3jt /bulan

3. Perumahan Keluarga

informan tinggal

4. Kesehatan Terdaftar dalam

BPJS kelas II Sumber : Data diolah Peneliti,2021

g. Informan 7

Informan 7 merupakan anak dari informan 1 yang bernama Naufal dan berumur 25 tahun. Informan 7 belum berkeluarga dan masih tinggal disatu rumah dengan informan 1. Informan 7 membuka usaha coffeeshop bernama

ARUNIKA COFFEE pada tahun 2020. Lokasi tempat usahanya juga menyewa bangunan di depan rumah pribadi informan 1.

Masih tergolong baru, usaha ini diawali dengan sulitnya informan dalam mencari pekerjaan sehingga memutuskan untuk membuka usaha. Idenya didapat dari melihat masyarakat sedang menggandrungi kopi dan maraknya coffeeshop. Modal awal yang dikeluarkan cukup besar yaitu 50jt termasuk dengan biaya sewa bangunan dan peralatan. Arunika coffee mendapatkan omset 2jt/bulan, namun hingga kini belum berhasil balik modal.

Memulai usaha dimasa pandemi COVID-19 ini pastilah mengalami banyak kesulitan. Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh informan 7 adalah sulitnya mengalami pasang surut penjualan yang tidak menentu, informan 7 mengaku masih kurang handal dalam hal promosi. Ditambah dengan banyaknya persaingan para pelaku usaha baru yang baru memulai usaha dimasa pandemi sama seperti informan 7, atau bahkan yang baru membuka usaha kecilnya melalui penjualan secara online saja.

Hal ini dipersulit lagi di bulan Ramadhan, karena tidak ada pemasukan sama sekali. Akhirnya Arunika memutuskan untuk menjual minuman berbuka puasa yang segar dibandingkan menjual kopi yang menjadi ciri utamanya demi mengurangi defisit. Seperti yang ia katakan :

“ Paling terasa ya ini bulan puasa, dari seminggu pertama sama sekali tidak ada yang membeli kopi. Gak mungkin dibiarin terus, jadi saya ikut ibu saya jualan didepan. Ibu saya jual kue untuk bukaan saya jual minuman yang segar segar kayak thai tea, macem macem. Daripada tidak ada sama sekali. “

Walaupun terhitung baru, Arunika berhasil mendapatkan perhatian pemerintah karena berhasil mendapatkan bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Bantuan yang diperoleh berupa Grinder atau alat penghalus biji kopi.

Tabel V.8

Tinjauan Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Kel. Helvetia Timur

2. Penghasilan 2jt perbulan

3. Perumahan Masih tinggal

dengan orangtua

4. Kesehatan BPJS kesehatan

tanggungan keluarga di kelas

III Sumber : Data diolah Peneliti,2021

Dokumen terkait