• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.3. Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM)

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) mengartikan usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana di atur dalam Undang-undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang di lakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang di miliki, di kuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.

Usaha Menengah adalah usaha yang ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang diakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang di miliki, di kuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil ataupun Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.

Kriteria UMKM menurut Pasal 6 UU No.20 Tahun 2008 tentang kreteria UMKM dalam bentuk permodalan adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

i. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

ii. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

i. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

i. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Salah satu ciri UMKM memang bentuknya beragam, yang penting perbedaan tersebut masih dapat ditelusuri konsistensinya. Pada tahun 2002, dari sekitar 40 juta pelaku usaha, 39 juta diantaranya usaha mikro, 640 ribu unit

usaha kecil, 70 ribu usaha menengah dan 11 ribu usaha besar (krisnamurti, 2007). Sulistyastuti (2004) menyebutkan ada empat alasan yang menjelaskan posisi strategis UMKM di Indonesia :

1. UMKM tidak memerlukan modal yang besar sebagaimana perusahaan besar sehingga pembentukan usaha ini tidak sesulit usaha besar.

2. Tenaga kerja yang diperlukan tidak menuntut pendidikan formal tertentu.

3. Sebagian besar berlokasi di perdesaan dan tidak memerlukan infrastruktur sebagaimana perusahaan besar.

4. UMKM terbukti memiliki ketahanan yang kuat ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi. Putri (2017).

UKM ini telah terbukti merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat bertahan dalam krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia. Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan UMKM memegang peranan penting dalam menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja.

Statistik pekerja Indonesia menunjukan bahwa 99,5 % tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang UMKM (Kurniawan, 2008). Hal ini dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia, padahal pengangguran yang tinggi adalah penyumbang terbesar dalam penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia (Sripo, 2010). Banyaknya UKM akan menyebabkan perekonomian yang kuat,

karena terbukti bahwa UKM paling tahan terhadap krisis menurut Kuncoro ( dalam Jauhari ).

Karena UMKM masih cukup dominan menyerap angkatan kerja dikota maupun perdesaan, tapi disisi lain menunjukan gejala produktivitas yang rendah karena masih menggunakan alat-alat tradisional dengan tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, serta penggunaan teknologi yang sederhana, maka akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan dihasilkan. Dengan kondisi seperti ini, tentunya pendapatan yang dihasilkan tidak akan maksimal. Menurut Kurniawan (2009) beberapa masalah dasar yang dihadapi UKM adalah:

1. Kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar.

2. Kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan.

3. Kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber daya manusia.

4. Keterbatasan jaringan usaha kerjasama antar pengusaha kecil (sistem informasi pemasaran).

5. Iklim usaha yang kurang kondusif, karena persaingan yang saling mematikan.

6. Pembinaan yang telah dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil.

Dalam menghadapi masalah-masalah diatas, Menurut Putri (2017) pengembangan pada hakikatnya pengembangan UMKM merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan Masyarakat, seperi berikut :

1. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif

Pemerintah perlu mengupayakan terciptanya iklim yang kondusif antara lain mengusahakan kententraman dan keamanan berusaha serta penyederhanaan prosedur perizinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.

2. Bantuan Permodalan Pemerintah

Bantuan permodalan pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UMKM, untuk membantu peningkatan permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial, sektor jasa finansial informal, skema penjaminan, leasing dan modal ventura. Pembiayaan untuk UMKM sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada, maupun non bank. Lembaga keuangan mikro bank antara lain, BRI unit desa dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Untuk itu perlu mendorong perkembangan LKM, yang harus dilakukan saat ini adalah mendorong bagaimana pengembangan LKM ini berjalan dengan baik, karena selama ini LKM non koperasi memiliki kesulitan dalam legitimasi operasionalnya.

3. Perlindungan Usaha Jenis-jenis

Usaha tertentu Terutama jenis usaha tradisional yang merupakan usaha golongan ekonomi lemah, harus mendapatkan perlindungan dari pemerintah, baik itu melalui undang-undang maupun peraturan pemerintah yang bermuara pada saling menguntungkan (win-win solution)

4. Pengembangan Kemitraan

Kemitraan yang saling membantu antar UMKM, atau antara UMKM dengan pengusaha besar baik didalam negeri maupun luar negeri, menghindarkan terjadinya monopoli

2.1.4. COVID-19

Awal tahun 2020 dunia dihebohkan dengan kehadiran virus baru yang disebut dengan Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Asal mula virus ini diketahui dari Wuhan,China pada akhir tahun 2019. Hingga saat ini hamper seluruh dunia terserang vius ini dan virus ini juga sudah memakan beribu-ribu korban. COVID-19 menimbulkan berbagai komplikasi penyakit terutama gangguan pada saluran pernapasan seperti gagal pernapasan akut, pneumonia, Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) dan juga komplikasi dan masalah pada organ lain hingga menyebabkan kematian bagi penderitanya.

Lebih berbahayanya lagi, virus ini dapat menyebar dengan sangan cepat.

Gejala utama yang muncul yaitu, demam (suhu >38º C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,kesulitan untuk mencium bau dan gejala gastrointestinal seperti diare dan saluran napas lainnya. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif seperti

ARDS,syok septik, asidosis, metabolik yang sulit dikoreksi dan pendarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien dengan gejala ringan,bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal (PDPI, 2020).

Pemerintah melakukan berbagai macam cara untuk menyelesaikan permasalahan ini. Pemerintah melakukan sosialiasi kepada masyarakat untuk pencegahan virus ini, yaitu dengn diberlakukannya pola hidup sehat,dan juga melakukan disiplin 3M (Menggunakan Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak/Hindari Kerumunan). Bagi indvidu yang terinveksi virus ini diwajibkan untuk melakukan isolasi selama 14 hari. Isolasi ini bisa dilakukan secara mandiri atau dirumah sakit. Pemerintah juga menyediakan bantuan kepada yang terinveksi berupa fasilitas dan tempat penampungan di wisma atlet, dan beberapa hotel di Jakarta.

Selain itu, untuk menekan laju penularan COVID-19, pemerintah juga memberlakukan PPSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang berarti pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi untuk mencegah kemungkinan penyebatan penyakit lebih luas.

dalam masyarakat menjaga jarak fisik (physical distancing), kerja dari rumah, belajar di rumah, hingga beribadah di rumah Social distancing harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan menahan diri di rumah, tidak melakukan kontak dengan orang lain. Hal ini mengharuskan masyarakat untuk tetap dirumah dan melalukan aktifitasnya dirumah,seperti bekerja dan belajar

mengajar dilakukan secara daring dirumah. Bahkan untuk sementara beribadah juga tidak diperbolehkan diluar.

Masuknya virus corana di Indonesia membawa dampak besar terhadap kehidupan masyarakat, mulai dari bidang kesehatan, ekonomi, sosial, keagamaan maupun dunia pendidikan. Dampak yang sangat besar juga dirakan di sector ekonomi. Dengan diberlakukannya PSBB yang mengharuskan banyak tempat umum seperti restoran,tempat wisata, rumah sakit,tidak dibolehkannya festival/konser, kantor, dan pembatasan penggunaan transportasi umum. Dengan adanya hal ini membuat para pemilik usaha mengalami kekurangan pemasukan yang membuat mereka kesulitan untuk membayar pekerjanya, yang kemudian melakukan pengurangan gaji atau malah secara terpaksa harus melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang menyebabkan terjadi pengangguran dimana mana,.

Dokumen terkait