• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA 46

4.2 Profil Informan

Daftar informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.2

No Nama Tempat/Tanggal

lahir Status Tgl Wawancara

1 Ust. Chairul Anam Jombang, 9 Agustus 1962 Kepala Yayasan, Sekretaris Pimpinan Wilayah SUMUT 25 Februari 2013

2 Ust. Mukhtasim Bengkulu, 2 September 1969

Kepala Kampus dan

Maintenance 25 Februari 2013 3 Ust. Ali Hermawan Jawa Timur, 24 April 1965 Pembina Pesantren dan Kepala Wilayah SUMUT 18 Februari 2013 4 Milza Mardan Taga Langsa, 20 Februari 1995 Kelas 3 MA, Orang Tua: Petani Kopi

24 Februari 2013

5 Dinul Hak Palembang, 14 April 1994

Alumni pengabdian Orang tua: Pengurus Hidayatullah 19 Februari 2013 6 Manik Aceh, 14 September 1992 Alumni pengabdian Orang Tua: Petani

17 Februari 2013 7 Farhan Fadlullah Kalimantan, 19 Maret 1995

Santri Kelas 2 MA, Ketua Dewan Santri, Orang Tua:

Pengurus Hidayatullah

24 Februari 2013

8 Ibu Yatinem Galang, 6 Juni 1955

Masyarakat sekitar, Pekerjaan: Pedagang Keliling

5 Maret 2013

Ferdiyansah Juni 1999 Orang tua: Petani 10 Ibu Halimah Tanjung

Morawa, 3 Maret 1959 Masyarakat sekitar, Penjual Nasi 10 Maret 2013 11 Meti Handayani Gunung Pakpak, 13 Mei 1994

Santri Kelas 3 MA, 10 Maret 2013

12 Kuswah Takengon Kelas 3 MA 10 Maret 2013

13 Meni Besitang Kelas 3 MA 10 Maret 2013

14 Erwin siniks Manik Laubalang, 5 Oktober 1997 Kelas 1 MA 10 Maret 2012 15 Ust. Ali Ibrahim Akbar Tanjung Morawa 18 januari 1973 Kepala bagian kependidikan dan Kepala Sekolah MA 10 maret 2013

16 Nazrin Lubis Nias, 2 Maret 1998

Kelas 3 MTs, Memiliki tugas khusus

24 Maret 2013

17 Pak Burhanidin Usia 56 tahun Warga Sekitar, Orang tua santri

11 Mei 2013

18 Pak M.Amin Asahan, 18 april 1973

Orang tua santri Buruh lepas

12 Mei 2013

19 Pak Suyatno Bandar Labuhan, 38 tahun

Sekretaris Desa 13 Mei 2013

20 Pak Abdul Rajak

Staf Bagian PA dan Keagamaan Islam KEMENAG DS 14 Mei 2013 21 Pak Torang Rambe Asahan, 16 Mei 1972 Kasi Madrasah KEMENAG DS 16 Mei 2013

4.2.1. Profil Informan dari Alumni Program Pengabdian

1. Manik

Manik merupakan seorang alumni pengabdian laki-laki, lahir di Aceh 14 September 1992. dia menjabat sebagai pengatur kegiatan atau kepala santri di Kampus II. Dia menyelesaikan SD di daerah Limo, SMP pindah ke Pesantren Babussalam di Subulussalam. Kemudian melanjutkan SMA masih di Subulussalam selama satu tahun, pada kelas 2 SMA pindah ke Hidayatullah Tanjung Morawa. Ketika itu dia masuk ke Hidayatullah tahun 2004.

Motivasi dia sekolah di Hidayatullah karena lokasinya berada di Medan, menurutnya di Medan itu kota sehingga lebih baik daripada di kampung. Dia sudah dua tahun mengkuti program pengabdian pada tempat yang berbeda-beda yaitu: pernah di Yayasan Hidayatullah, di Baitul Maal Hidayatullah (BMH), kemudian di Cabang Hidayatullah, pernah juga pengabdian langsung di masyarakat Percut. Kemudian juga ditempatkan di Padang Sidempuan selama dua bulan untuk merintis hutan menjadi pondok pesantren baru.

Saat ini dia sedang melakukan pengabdian yang terakhir yaitu di Kampus II. Dia sudah bertugas di Polonia selama tujuh bulan, merupakan yang terlama dibandingkan pengadiannya di tempat lain. Adapun tugas-tugas yang biasa ia kerjakan selama proses pengabdian di Polonia yaitu: membersihkan lingkungan pesantren, mengatur sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dan Taman Pendidikan Alquran (TPA), dan mengurus kedua anak yatim yang dipelihara oleh pesantren.

Sambil melakukan pengabdian, dia belajar untuk mencarai uang sendiri dengan cara bercocok tanam di tanah milik pesantren. Jenis tanaman yang ditanamnya yaitu pepaya, cabai, dan pisang. Hasil tanaman tersebut sudah bisa dijual ke pasar dan sebagian keuntungannya digunakan untuk membantu pesantren. Manik juga sudah mendapatkan penghasilan dari mengajar di TK dan TPA Hidayatullah.

Dinul Hak merupakan seorang alumni pengabdian laki-laki, Lahir di Palembang 14 April 1994. Dia Menyelesaikan SD dan SMP di Palembang, kemudian bergabung di Hidayatullah Medan sejak kelas 1 MA.

Wawancara dilakukan pada 19 Februari di ruangan pondok alumni, ketika itu seluruh alumni yang mengabdi di Tanjung Morawa juga ikut berkumpul karena sedang jam istirahat setelah nukang, mereka mendengarkan proses wawancara.

Alasan Dinul Hak masuk ke Hidayatullah karena orang tuanya pengurus di Hidayatullah, menurutnya, “kalau orang tuanya pengurus otomatis harus melanjutkan estafet kepengurusan”. Dia sudah satu tahun mengikuti program pengabdian dan setelah itu ia berencana melanjutkan kuliah di cabang Hidayatullah Batam. Tugas utamanya saat ini adalah nukang dan mengajar pada malam hari.

4.2.2. Profil Informan dari Santri

3. Milza Mardan Taga

Milza Mardan Taga merupakan sorang santri laki-laki, lahir di Langsa, 20 Februari 1995. Saat ini duduk di kelas 3 MA. Dia berasal dari Kuala Simpang Aceh Tamiang, menempuh pendidikan SD di Takengon, SMP di Hidayatullah Banda Aceh dan bergabung di Hidayatullah Medan mulai kelas 1 MA. Orang tuanya bekerja sebagai petani kopi.

Milza masuk ke Hidayatullah Medan karena direkomendasikan oleh pimpinan Hidayatullah Banda Aceh, motivasinya masuk Hidayatullah Medan karena mau menjadi orang baik, menurutnya Hidayatullah beda dari pesantren lain karena dia juga pernah mondok di pesantren lain.

Saat menjelang kelulusannya ini tugas pengkaryaan utama Milza adalah di bangunan. Sejak kelas 3 semester 2 tidak lagi mendapatkan tugas-tugas lain, kelas 3 MA lebih konsentrasi mempersiapkan UN.

4. Farhan Fadlullah

Farhan Fadlullah merupakan sorang santri laki-laki, lahir di Kalimantan, 19 Maret 1995. Awalnya dia sekolah di Jawa tapi ada masalah pribadi sehingga pindah ke Hidayatullah Medan, kepindahannya didorong pula oleh orang tuanya yang merupakan pengurus Pesantren Hidayatullah Medan. Orang tuanya berharap ada regenerasi pengurus dari keluarganya. Farhan menyelesaikan Sekolah Dasar di Medan, melanjutkan SMP di Gontor, dan SMA masuk ke Hidayatullah Medan. Adapun motivasi Farhan sendiri karena dia menyukai hal yang berbau perjuangan Islam dan pergerakan.

Saat ini dia menjabat sebagai ketua umum Dewan Santri. Tugas utama Dewan Santri adalah untuk mengayomi adik-adik kelasnya. Adapun jumlah seluruh anggota Dewan Santri putera adalah 20 orang yang terdiri dari kelas 2 MA.

Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Februari 2013 di Asrama Santri. Ketika proses wawancara berlangsung, beberapa orang teman Farhan yang merupakan sesama Dewan Santri, turut duduk dan menyimak proses wawancara. Terkadang mereka turut menambahkan jawaban-jawaban Farhan.

5. Nazrin Lubis

Nazrin Lubis merupakan seorang santri laki-laki, lahir tanggal 2 Maret 1998 di Nias. Dia menyelesaikan SD di Nias kemudian melanjutkan kelas 1 MTs di pesantren Hidayatullah Medan. Saat ini dia sedang duduk di kelas 3 MTs. Nazrin masuk ke Hidayatullah atas rekomendasi orang tuanya karena ada saudara laki-lakinya (abang) yang merupakan alumni Hidayatullah Nias. Menurut dia, abang -nya pu-nya pertimbangan bahwa jika sekolah di luar akan ba-nyak godaan. Nazrin memiliki motivasi untuk meningkatkan pemahaman agamanya sehingga saat ini dia merasa nyaman di pesantren.

Orang tua Nazrin bekerja sebagai nelayan di sebuah pantai di Nias dan memiliki perahu sendiri, sementara ibunya sebagai Ibu Rumah Tangga. Di

Pondok, Nazrin tidak membayar biaya mondok, dia hanya infak uang buku Rp300.000,- per tahun karena orang tuanya kurang mampu.

Tugas pengkaryaan Nazrin adalah amal shalih yaitu ngutip sampah dan dia memiliki tugas khusus sendiri yaitu membersihkan kantor. Tugas khusus itu akan diembannya sampai tamat dari pesantren, Nazrin tidak dibebani tugas lainnya seperti piket dan pertanian. Tugas khusunya itu dilaksanakan setiap hari biasanya pada pagi dan malam hari. Adapun yang dibersihkan yaitu lantai, meja, piring-piring, dan buku-buku. Menurut Nazrin tugasnya lebih ringan dibandingkan dengan tugas piket yang dilakukan oleh santri lainnya.

6. Erwin Siniks Manik

Erwin siniks Manik merupakan seorang santri laki-laki, lahir di Laubalang, 5 Oktober 1997. Dia duduk di kelas 1 MA, bergabung dngan Hidayatullah sejak kelas 1 MA. Sebelumnya Erwin merupakan lulusan dari sebuah pesantren di Sidikalang. Erwin sempat berniat untuk berhenti dari pesantren dan masuk ke SMK, namun setelah melihat kondisi SMK yang dimaksud, orang tuanya tidak setuju sehingga dia memilih masuk ke Hidayatullah Medan. Sebelumnya ada juga saudaranya yang nyantri di Hidayatullah Medan. Motivasi Erwin ingin mendalami pemahaman tentang Alquran, ia beranggapan bahwa di Hidayatullah membahas Alquran secara mendalam.

Karena masih baru di Hidayatullah, Erwin baru mengikuti kegiatan gotong-royong di pesantren saja, belum pernah di masyarakat. Dia juga termasuk santri yang pernah ditugaskan megurusi pertanian pesantren. Erwin mendapatkan tugas seperti santri pada umumnya seperti piket 24 jam.

7. Dodi Ferdiansyah

Dodi Ferdiansyah merupakan seorang santri laki-laki, lahir di Sidikalang, 9 Juni 1999, dan sedang duduk di kelas 2 SMP. Adapun orang tuanya bekerja sebagai petani di kebun sendiri. Dia masuk ke Hidayatullah karena diajak kawan-kawannya. Dari kampungnya di Sidikalang sudah banyak santri yang mondok di Hidayatullah Medan sehingga dia ikut-ikutan.

Informan Santri Puteri

Pesantren Hidayatullah Medan memiliki peraturan ketat yang mengatur interaksi antara puteri dan putera. Peneliti mulanya mengalami kesulitan untuk mendapatkan data-data penelitian terkait puteri. Akan tetapi, setelah memberikan penjelasan terkait hal-hal yang akan ditanyakan serta didampingi langsung oleh Kepala Bagian Pendidikan, Ust Ali Ibrahim Akbar, akhirnya proses wawancara pun dapat dilakukan. Wawancara dilakukan bersamaan kepada tiga informan sekaligus karena waktu yang disediakan Ustadz dibatasi. Proses wawancaranya dilakukan di Mushola puteri pada tanggal 10 Maret 2012 pukul 09.00-12.00 wib. Adapun profil ketiga informan puteri adalah sebagai berikut:

8. Meti Handayani

Lahir di Gunuk Pakpak tanggal13 Mei 1994. Dia duduk di kelas 3 MA dan dia masuk ke Hidayatullah sejak kelas 1 MTs. Dia menyelesaikan Sekolah Dasar di Gunuk Pakpak di SD Swasta Sadaarih. Masuk ke pesantren Hidayatullah karena sebelumnya abang-nya mondok di Hidayatullah. Setelah diajak berkunjung ke Hidayatullah Medan, Meti tertarik untuk nyantri di sana. Motivasinya masuk Hidayatullah yaitu ingin mendalami Islam secara kaffah, dia tidak merasa dipaksa oleh orang tua.

9. Kuswah

Lahir di Takengon Aceh, saat ini duduk di kelas 3 MA. Dia menyelesaikan SD Negeri di Takengon. Orang tuanya bekerja sebagai petani kopi. Dia masuk ke Hidayatullah karena ada kenalannya yang tahu tentang Pesantren Hidayatullah sehingga dia pun ikut tertarik untuk nyantri di Hidayatullah. Dia memiliki motivasi nyantri untuk mencari ilmu setinggi-tingginya.

10.Meni

Lahir di Besitang, Saat ini duduk di kelas 3 MA. Dia menyelesaikan SD di SDN Lhok Sukon Aceh. Dia mengetahui Hidayatullah dari tetangga, ibunya diberitahukan oleh tetangga bahwa ada pesantren yang bagus di Medan. Setelah taman SD, ada tentangga yang datang dan mengajak Meni untuk sekolah di

Pesantren Hidayatullah. Dia nyantri di Hidayatullah motivasinya adalah untuk mencari ilmu dan menegakkan syarat Islam.

4.2.3. Profil Informan dari Ustadz

11.Ust. Ali Hermawan

Ust. M Ali Hermawan merupakan seorang laki-laki, lahir di Jawa Timur tanggal 24 Apri tahun 1965. Memiliki amanah sebagai pembina Pesantren Hidayatullah dan sebagai Ketua Hidayatullah Wilayah Sumatera Utara. Menempuh pendidikan murni pesantren, dia lulusan Pesantren Hidayatullah Balikpapan tahun 1989. Kemudian ditugaskan merintis pesantren Bengkulu pada tahun 1995, pada tahun 2000 ditugaskan di Palembang dan baru pada tahun 2005 ditugaskan di Pesantren Hidayatullah Medan yang berlokasi di Polonia hingga saat ini.

Wawancara dilakukan pukul 19.00 tanggal 18 Februari 2013, bada Maghrib, di Pesantren Hidayatullah Polonia Medan. Wawancara berlangsung di Mushola pesantren, ketika itu Ust. Ali sedang mengajar ngaji. Karena permintaan wawancara dari peneliti, proses mengaji dihentikan sementara dan Ust. Ali menyambut dengan ramah.

12.Ust. Mukhtasim

Ust. Mukhtasim merupakan seorang laki-laki, lahir di Bengkulu, 2 September 1969. Memiliki amanah sebagai pengasuh atau disebut juga kepala kampus. Dia bertugas membimbing santri dalam proses pengkaryaan.

Dia tidak pernah mengenyam pendidikan pesantren, pendidikan akhirnya Sekolah Dasar di Bengkulu. Tahun 1992 dia memiliki teman yang sudah bergabung di Hidayatullah Jakarta, ketika itu dia ikut mendaftar ke Hidayatullah di Jakarta, namun tidak diterima. Kemudian ditawari untuk ikut membuka cabang Hidayatullah baru di Medan dan di situlah dia bergabung merintis pesantren baru pada 5 Mei 1993. Bayangan dia, pesantren itu sudah berwujud seperti pada pesantren pada umumnya, namun ketika datang ternyata masih hutan.

Peneliti menjumpai dia ketika sedang mengerjakan bangunan laboratorium komputer bersama para santri pada hari minggu tanggal 24 Februari 2013. Dijumpai pada pukul 11.00, namun wawancara baru bisa dilakukan setelah shalat Dzuhur di masjid karena masih ada pekerjaan yang tanggung untuk diselesaikan.

13.Ust. Chairul Anam

Ust. Chairul Anam adalah seorang kali-laki, lahir 9 Agustus 1962 di Jombang Jawa Timur. Dia menjabat sebagai Ketua Yayasan Hidayatullah Medan sekaligus sebagai Sekretaris Pimpinan Wilayah Sumatera Utara. Menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di Jombang dan S-1 di Surabaya.

Dia ikut merintis Hidayatullah cabang Surabaya selama 3 tahun, pada 18 Februari 1991 pindah ke Balikpapan sampai tahun 2006. Kemudian pada 2007 bergabung di Hidayatullah Medan dan ditugaskan merintis di Polonia, di Polonia itu dahulu hutan, kemudian dia membangunnya. Adapun cabang Polonia dan Bandar Labuhan adalah satu kesatuan, hanya perluasan wilayah dengan diberikan nama “kampus I” yang di Bandar Labuhan dan “kampus II” di Polonia. Kemudian berdasarkan hasil musyawarah para ustadz, dia ditunjuk untuk menjadi ketua yayasan dan harus tinggal di Hidayatullah Desa Bandar Labuhan.

14.Ust. Ali Ibrahim Akbar

Ust. Ali Ibrahim Akbar merupakan seoran guru laki-laki, lahir di Tanjung Morawa, 18 Januari 1973. Ust. Ali Ibrahim Akbar sudah menikah dan memiliki 4 orang anak. Status di Pesantren sebagai kepala sekolah MA dan Kepala bagian pendidikan MTs dan MA. Beliau menyelesaikan Sekolah Dasar di SD 1 Kiri Hulu. Melanjutkan ke SMP bersubsidi di SMP Swasta di Tanjung Morawa, kemudian melanjutkan ke SMAN 1 Tanjung Morawa dan menyelesaikan S-1 di IAIN Sumatera Utara. Ia juga telah lulus S-2 di Universitas Negeri Medan jurusan Manajemen Pendidikan.

Dia bergabung di Hidayatullah sejak 1997, mulanya pesantren itu didirikan 1994, pada waktu itu beliau punya teman namanya Adnan Ginting dan Pak

Ginting membawanya ke Hidayatullah karena satu kampus. Pak Adnan ketika itu mengajaknya untuk beribadah dan melakukan perbaikan ummat melalui pendidikan. Karena itu gerakan dakwah, maka Ust. Ali Ibrahim Akbar sangat bersemangat mengikuti ajakan Pak Daiman dan Pak Adnan Ginting. Waktu itu sekolahnya belum mapan sehingga para ustadz ketika itu harus memburu anak-anak untuk sekolah. “Dahulu itu para ustadz mendidik anak-anak-anak-anak yang lebih liar tidak seperti saat ini,” kata Ust. Ali Ibrahim Akbar.

4.2.4. Informan dari Masyarakat Sekitar

15.Ibu Halimah

Halimah adalah seorang perempuan suku Jawa campur Melayu. Lahir di Tanjung Morawa, Tanggal 3 Maret 1958. Halimah mempunyai tujuh anak, semuanya sudah berkeluarga. Dia bekerja sebagai penjual nasi di pinggir jalan, lokasi tempat jualannya merupakan yang paling dekat dengan pesantren. Dia sudah tinggal di depan Pesantren Hidayatullah Selama 8 Tahun. Halimah sering berkunjung ke pesantren karena dia mengikuti pengajian rutin seminggu sekali. Adapun pengajian yang diikutinya berupa ceramah dakwah dan tadarus pada hari Kamis.

Mayoritas pelanggan warung nasi Halimah adalah orang tua santri yang berkunjung ke pesantren. Meskipun dia sering berkunjung ke lingkungan pesantren, dia mengaku tidak banyak tahu tentang kehidupan santri. Dia datang ke pesantren hanya jika ada acara-acara besar dan saat mengaji rutin. Halimah juga pernah punya saudara di kampung itu yang bersekolah di Hidayatullah, akan tetapi keluar dari sekolah karena merasa tidak betah.

16.Ibu Yatinem

Ibu Yatinem merupakan seorang perempuan, lahir di Galang, 6 Juni 1955. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Galang. Status Yatinem saat ini sudah menikah dua kali, dengan suami pertamanya tidak berjalan lama, baru dengan suami kedua kelurganya berjalan dengan baik. Suami Yatinem sedang menderita sakit buta karena terkena tinner pada saat kerja di pabrik selama 7

tahun. Suaminya masih mendapatkan bantuan dana dari pabrik namun jumlahnya tidak mencukupi. Ibu yatinem harus berjualan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Dahulu orang tua Ibu Yatinem pensiun dari kebun kemudian pindah ke Bandar Labuhan. Setiap hari Ibu Yatinem mampir untuk berjualan ke Pesantren Hidayatullah semenjak santrinya berjumlah 20 orang hingga sudah lebih dari 400 orang saat ini. Ibu Yatinem sering berinteraksi dengan santri dan ustadz, dia juga sering mendapat bantuan dari pesantren khususnya pada hari besar Islam seperti Idul fitri dan Idul adha.

4.2.5. Informan dari Lembaga Pemenintah Terkait 17. Pak Torang Rambe

Pak Torang Rambe adalah seorang laki-laki, lahir di Tapanuli Selatan, 16 Mei 1972. Menjabat sebagai Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Deli Serdang selama dua tahun. Dia telah menempuh pendidikan S1, S2, dan S3. Pendidikan S2-nya dilaksanakan di IAIN Sumatera Utara.

Wawancara dilakukan pada 16 Mei 2013 di Kantor Kemenag Deli Serdang pada pukul 09.30-10.30. Ketika itu sedang ada tamu dari beberapa madrasah, namun Pak Torang Rambe mempersilahkan peneliti untuk melakukan wawancara selama satu jam. Ketika itu ia memberi tahukan bahwa dia menangani bagian madrasahnya, sedangkan yang lebih tahu tentang pesantren adalah Pak Abdul Rajak yang telah diwawancarai peneliti pada 14 Mei 2013.

18.Pak Abdul Rajak

Pak Abdul Rajak merupakan seorang laki-laki, dia sebagai staf Bagian Pendidikan Agama dan Keagamaan Islam Kementrian Agama Deli Serdang. Bidang ini adalah yang mengurusi data-data, pendaftaran pesantren, dan legalitas pesantren. Pak Rajak Sudah bekerja 10 tahun menangani pesantren di Deli Serdang. Dia juga merupakan pembina dari Ikatan Alumni Pesantren Darul Arafah, salah satu pesantren unggulan di Deli Serdang. Karena Kepala Seksi (Pak

Kasi)-nya jarang datang ke kantor, maka Pak Abdul Rajak lebih banyak berperan dalam mengurusi bidangnya itu di Kemenag.

19.Pak Suyatno

Pak Suyatno, S.H. Merupakan seorang laki-laki berusia 38 tahun, sudah menikah dan memiliki satu orang anak. Dia Asli warga Desa Bandar Labuhan dan sudah menajbat sebagai Sekretaris Desa selama 10 tahun. Suayatno lulusan S1 Hukum tahun 2011 di UNHAM.

Dia sering berkunjung ke pesantren terutama ketika ada kegiatan-kegiatan besar, Dia juga sering berinteraksi dengan ustadz-ustadz pesantren karena mereka sering datang ke pesantren untuk mengurus administrasi. Selain ustadz, santri juga seraing datang ke kantor desa untuk mengurus administrasi pesantren.

Sebagai Sekretaris Desa, dia sering meminta bantuan santri untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan bersama di Desa. Dia juga sempat memantau beberapa kali tentang kegiatan pengkaryaan santri contohnya pertanian dan peternakan.

Wawancara dengan Pak Suyatno dilakukan pada 13 Mei 2013 di Kantor Desa Bandar Labuhan. Mulanya penulis berencana mewawancarai Kepala Desanya, akan tetapi diarahkan ke Sekretaris Desa. Sekretaris Desa dianggap lebih paham tentang pesantren karena sudah menjabat selama 10 tahun, sementara Kelapa Desa sering berganti.

4.2.6. Informan dari Orang Tua santri 20.Pak Muhammad Amin

Pak Muhammad Amin merupakan orang tua dari Diki Wahyudi, santri kelas 2 MTs. Pak Amin memiliki 4 orang anak, Diki adalah anak pertamanya. Dia Lahir di Asahan, 18 april 1973. Dia bekerja sebagai buruh harian lepas di

Showroom 63. Adapun Latar belakang pendidikannya lulusan STM di Lubuk Pakam.

Keluarga Pak Amin saat ini tinggal di Medan Denai. Setiap hari Minggu Pak Amin selalu datang ke pesantren untuk menjenguk anaknya dan mengirimkan

bekal. Pak Amin berasal dari keluarga menengah sehingga masih membayar biaya pendidikan anaknya Rp200.000,- perbulan termasuk makan dan biaya semuanya. Adapun biaya normal yang ditetapkan pesantren adalah Rp300.000,-.

21.Ibu Agustina

Ibu Agustina merupakan seorang perempuan orang tua santri, lahir di Nias dan berusia 37 tahun. Dia adalah ibu dari Ridwansyah kelas 2 MA. Ridwanyah merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Ibu Agustina berasal dari Nias, namun saat ini dia tinggal di Sibolga. Dia dan suaminya lulusan SMP di Nias, suaminya bekerja sebagai nelayan dan Ibu Agustina sebagai ibu rumah tangga. Adapun dalam kesehariannya, Ibu Agustina adalah seorang ustadzah dan suaminya seorang ustadz. Dia sudah merasakan manfaat dari ilmu agama walupun hanya lulusan SMP. Dia berharap anak-anaknya dapat hidup lebih baik dengan bekal ilmu agama dari pesantren.

Dari kelima orang anaknya ada tiga orang yang nyantri di Hidayatullah, anak pertama yaitu Ridwansyah di Hidayatullah Medan, anak kedua di Hidayatullah Nias, dan anak ketiga di Hidayatullah PPAS Sibolga. Dia berencana memasukkan semua anaknya ke pesantren khususnya ke Hidayatullah. Dia mengatakan bahwa dua anak lainnya yang masih kecil sudah tamat Alquran sehingga akan memudahkan pihak pesantren nantinya. Dia memasukkan anak-anaknya ke Hidayatullah Karena ingin anak-anaknya menjadi anak yang soleh dan gratis. Dia mengatakan bahwa pesantren Hidayatullah sudah banyak membantu keluarganya.

Ibu Agustina diwawancarai melalui telepon pada 14 Mei 2013. Dia sudah yang ketigakalinya menjadi informan penelitian mahasiswa dalam beberapa bulan terakhir. Salah satu mahasiswa lain yang pernah berkunjung ke rumah Bu Agustina adalah teman dari peneliti sehingga Ibu Agustina antusias dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

22.Pak Burhanuddin

Pak Burhanudin merupakan seorang laki-laki warga sekitar yang sudah tinggal di Desa Bandar Labuhan selama 25 tahun, artinya dia sudah tinggal