• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRESTASI DATA

4.2. Interpretasi Data

4.2.2. Profil Informan

- K (Pr, 33 Tahun)

K adalah seorang wanita yang masih terlihat cantik, berkulit sawo matang. Ia berusia 33 tahun dan sudah menikah serta memiliki 1 orang anak. Ia bekerja sebagai guru swasta dan suaminya membuka usaha kedai kelontong. Dahulu mereka berjualan didalam rumah dimana barang dagangannya diletakkan di dekat jendela agar terlihat dari luar. Awalnya mereka berjualan makanan ringan (jajanan) sekarang

mereka membangun sebuah toko kecil yang dibangun menyatu dengan rumah dan sekarang barang dagangan mereka sudah mulai bervariasi seperti makanan ringan, minuman ringan, beras, gula, sapu dan bahan-bahan dapur lainnya. Ibu K bercerita bahwa mereka membangun took kecil ini karena adanya bantuan pinjaman modal yang diberikan oleh PT. Telkom. Awalanya mereka mengajukan Rp 15.000.000 dan yang disetujui sebesar Rp 10.000.000 dengan tambahan bunga sebesar 6 % pertahun atau sebesar 0,5 % per bulan. Setiap bulannya mereka membayar cicilan sebesar Rp 467.000 selama 2 tahun.

“…Waktu itu mengetahui adanya pinjaman modal dari Pak P. Disuruh mengisi formulir dan melengkapi surat-surat. Pokoknya syarat-syaratnya mudah dan bunganya ringan itu yang membuat saya nekad meminjam modal usaha ke PT. Telkom...” (Wawancara dirumah Ibu K Hari Sabtu, 22 Mei 2010)

Dengan adanya pinjaman tersebut penghasilan mereka meningkat 4 % dari sebelumnya dan mereka tidak lagi kekurangan serta bisa menabung untuk pendidikan anak mereka yang masih kecil. Dan Ibu K berharap supaya bisa meminjam untuk yang kedua kalinya.

- MS (Lk, 28 Tahun)

MS adalah seorang laki-laki yang ramah dan baik. Ia berumur 28 tahun dan sudah menikah serta memiliki anak. Ia lulusan S1 Teknik Elektro di sebuah perguruan tinggi swasta di Medan dan sekarang bekerja di sebuah perusahaan yang ada di Medan. Pak MS ini aktif dalam Kampung Digital Sampali karena ia adalah

salah satu pengurus Kampung Digital Sampali dan orang pertama yang peneliti jumpai pada saat pra observasi.

Selain bekerja ia juga membuka usaha kedai kelontong sejak tahun 1990-an sebelum ia menikah tahun 2008. Karena ingin membesarkan usahanya ia meminjam kepada PT. Telkom sebesar Rp 12.000.000 dengan cicilan perbulan Rp 580.000 selama 2 tahun. Ia merupakan salah satu koordinator bagi UMKM yang ingin meminjam modal usaha sehingga ia mendapat kemudahan untuk meminjam. Modal yang ia dapatkan digunakan untuk membesarkan usaha. Menurut pengakuannya dalam meminjam modal usaha pasti ada yang namanya agunan dan PT. Telkom juga demikian namun, bedanya agunan yang ada di PT. Telkom tidak bersifat permanen karena bisa diganti dengan yang senilai jika agunan dibutuhkan UMKM. Namun, ketika ditanya berapa penghasilannya ia hanya bilang semua tergantung pembeli kalau banyak yang beli berarti banyak yang laku. Dan ketika ia ditanya harapan ia menjawab,

“…Supaya Telkom dapat bisa mengayomi mitra binaan UMKM untuk bisa lebih kreatif dengan memberikan pelatihan dasar pengolahan usaha. Harus menciptakan industri yang kreatif karena jika kita lihat cenderung kebanyakan penjual jadi kalau begitu siapa yang mau beli…” (Wawancara di rumah Pak MS Hari Sabtu, 22 Mei 2010)

- SH (Lk, 64 Tahun)

Seorang Bapak berumur 64 tahun yang masih kuat untuk beraktifitas dan ia memiliki 1 orang istri dan 4 orang anak. Anak Pak SH bisa dikatakan berhasil karena dua diantaranya bekerja sebagai anggota polisi, 1 bidan dan 1 lagi seorang wirausaha seperti saya. Ia memulai usaha sudah hampir 4 tahun dan sekarang sudah memiliki 3 usaha yaitu: grosir, dagang makanan dan ternak itik. Dan itu semua berkat adanya bantuan dari PT. Telkom yang sudah membantu. Ia sudah 2 kali meminjam kepada PT. Telkom. Masing- masing Rp 10.000.000 dan ia melunasi pinjaman tersebut kurang dari 2 tahun karena pihak PT. Telkom walaupun memberi patokan berapa jumlah cicilannya namun pihak PT. Telkom memberi kebebasan pada para peminjam untuk membayar diatas patokan atau daftar.

Ia mengaku sejak meminjam modal usaha kepada PT. Telkom ia merasa pihak perusahaan tidak memberatkan para peminjam modal karena menurut penuturannya mereka diberi pelatihan yang berguna bagi kelancaran usaha mereka seperti pembuatan blog usaha agar usaha yang ia jalankan sukses dan meraih keuntungan yang besar dan mengadakan pelatihan tentang usaha dagang tanpa dipungut biaya sedikitpun bahkan menurut ia mereka justru diberikan uang saku dan makan gratis selama masa pelatihan dimana biasa dilakukan di sekretariat, kantor desa dan tempat- tempat diluar Desa seperti dihotel. Selain itu, pihak perusahaan tidak memberikan sanksi kepada masyarakat hanya saja pihak perusahaan mengirim pesan melalui flexi yang ketika salah satu orang dikirimkan berarti yang lain juga ikut menerima. Yang

jelas sanksi moral ada akan tetapi sanksi denda tidak ada. Dalam wawancara ia berkata,

“… Telkom bisa dibilang bagus diatas bagus dalam membina masyarakat atau enak diatas enak karena tidak memberatkan masyarakat yang meminjam modal usaha kepada Telkom…” (Wawancara di Kedai makanan milik Pak SH Hari Sabtu, 22 Mei 2010)

Semenjak meminjam modal usaha kepada pihak Telkom ia mengakui bahwa ad peningkatan pendapatan yang ia dapatkan setelah usaha diperbesar. Dimana dahulu Rp 300.000/hari dan secara tidak langsung bisa nabung Rp 700.000 – Rp 1.000.000. Masa tua yang bahagia mungkin ini yang peneliti bisa katakan karena usahanya yang gigih dan kerja keras ia bisa seperti sekarang ini sukses dan beruang.

- N (Lk, 46 Tahun)

Seorang laki-laki yang terlihat agak sedikit galak namun baik ternyata. Itulah yang pertama terlintas dibenak peneliti ketika mendatangi rumahnya. Ia adalah seorang laik-laki berusia 46 tahun yang kesehariannya berdagang dengan membuka kedai kelontong di depan rumahnya. Ia sudah menikah dan memiliki 3 anak dimana yang 1 sudah tamat SMA, 1 orang kelas 3 SD dan yang terakhir umur 4 tahun dan belum sekolah. Pak N hanya lulus SMP namun pemikirannya sudah berpikiran maju dan ingin anaknya untuk sekolah sampai ke perguruan tinggi walaupun ia hanya seorang pedagang.

Usaha yang ia jalankan adalah usaha yang dulu di jalankan oleh orangtuanya dan sekarang ia yang meneruskan jadi kedai ini sudah cukup lama beroperasi yaitu

sekitar 20 tahun yang lalu. Ketika peresmian Kampung Digital, salah seorang pengurus Kampung Digital memberitahukan bahwa ada bantuan pinjaman modal usaha, ia tertarik dan kemudian membuat proposal baru setelah disurvei dan dinyatakan ok maka ia menyerahkan agunan berupa suarat BPKB motor.

Ia mengajukan Rp 15.000.000 namun yang disetujui hanya Rp 7.000.000 dengan cicilan perbulan Rp 300.000-Rp 400.000. Namun, ia membayar Rp 500.000 supaya bisa cepat lunas dan bisa mendapatkan pinjaman modal yang kedua. Karena ia membutuhkan modal tersebut untuk memperbesar usahanya. Menurut Pak N,

“… Selain kami diberi pinjaman modal kami juga diberi pelatihan gratis malahan kami diberikan uang saku, sarapan dan makan siang. Pokoknya PT. Telkom memudahkan dan tidak ada yang dipersulit. Dan yang jelas jaga kepercayaan yang telah PT. Telkom berikan kepada kami yang pinjam modal usaha…” (Wawancara di kedai Pak N Hari Sabtu, 22 Mei 2010)

Pendapatan yang ia dapat sebagian ditabung untuk keperluan sekolah anak dan membayar hutang. Dan pendapatan yang ia dapatkan perhari tidak tentu karena tergantung pada jumlah pembeli yang datang terkadang ramai terkadang tidak. Walau demikian ia tidak menyerah demi menghidupi anggota keluarganya dan ingin memasukkan anaknya ke perguruan tinggi.

- Su (Lk, 52 Tahun)

Pak Su seorang laki-laki yang berusia 52 tahun dan memiliki 3 orang anak salah satunya adalah DI yang merupakan pengurus PIM Pondok Rowo. Ia dan

keluarga membuka kedai kelontong dan memiliki rental Playstation. Selain itu Pak Su bekerja sebagai tukang. Sebelum ia meminjam modal kepada PT. Telkom ia meminjam kepada koperasi sebesar Rp 5.000.000 untuk membuka usahanya baru setelah beberapa hampir setahun baru ia meminjam modal usaha kepada Telkom sebesar Rp 10.000.000 dengan bunga 6 % pertahun.

Usaha kedai kelontongnya dengan menjual sayuran dan makanan ringan berada didalam rumah dan rental Playstation berada dibelakang rumah yang berbentuk seperti lorong panjang yang berisi beberapa buah TV beserta alat Playstation nya yang dibuka setelah anak-anak sekolah pulang dari sekolahnya yaitu pukul 15.00 dan hari merah nonstop dari jam 08.00 – 12.00 baru buka kembali jam 14.00 sampai malam.

Usaha yang ia jalankan mengenal sistem hutang yang terkadang dibayar awal bulan contohnya bermain Playstation terkadang main sekarang bayar besok. Dan pendapatan perbulan yang ia peroleh adalah Rp 1.200.000 dengan membuka usaha tersebut.

Rumah Pak Su dijadikan tempat untuk berkumpul UMKM dan juga dijadikan tempat untuk mengumpulkan uang cicilan yang akan dibayarkan ke pihak Telkom.

“… Orang yang mau bayar cicilan tiap bulan ke rumah saya dan batas pemberiannya itu tanggal 5 baru setelah terkumpul oleh anak saya dibayarkan ke Telkom langsung…” (Wawancara dirumah Pak Su Hari Sabtu, 29 Mei 2010)

- Ng (Lk, 52 Tahun)

Pak Ng adalah laki-laki yang baik dan pekerja keras. Setiap hari bekerja diluar rumah untuk mencari nafkah buat istri dan anak-anaknya. Peneliti sangat beruntung karena ia mau diwawancarai walaupun hanya sebentar. Pak Ng berusia 52 tahun sama seperti Pak Su dan sudah menikah serta memiliki 3 orang anak laki-laki. Selain bekerja diluar rumah ia juga seorang peternak kambing. Tiga tahun yang lalu ia memulai memelihara 5 ekor kambing. Karena ia mendengar ada bantuan pinjaman modal usaha dan bunga yang rendah dari Telkom ia pun meminjam. Pada awalnya ia mengajukan Rp 20.000.000 namun yang disetujui Rp 10.000.000. Alasan dari PT. Telkom adalah karena baru awal meminjam jadi Rp 10.000.000 dengan pembayaran kurang dari Rp 500.000 namun Pak Ng membayar Rp 500.000 katanya biar tidak susah menghitungnya. Sanksi bagi yang tidak bayar ditulis secara tertulis tidak ada yang ada diingatkan, baru didatangi untuk menanyakan apa kendalanya dikasih solusi juga. Jika tidak bisa dengan cara demikian maka diberi surat peringatan.

Setelah mendapatkan modal usaha ia menambah jumlah kambingnya menjadi 40 ekor dan dijual tidak dengan sistem berjualan di pasar tetapi pembeli yang datang kerumah dan memilih sendiri. Karena sistem penjualannya seperti itu maka tidak memungkinkan kebutuhan hidup akan terpenuhi jika ia tidak bekerja diluar rumah. Menurut penuturan Pak Ng,

“… Kambing banyak dibeli orang itu pada hari raya idul adha, lebaran, dan ada juga yang membeli untuk aqiqah. Makanya pendapatannya tidak tentu kadang ada satu hari kadang tidak ada yang membeli sampai berbulan-bulan…” (Wawancara di rumah Pak Su Hari Sabtu, 29 Mei 2010)

Kambing yang ia pelihara setiap 6 bulan sekali disuntik dikasih vitamin (pil munil) biar sehat. Dalam setiap usaha pasti memiliki kendala baik itu kecil maupun besar begitu juga dengan usaha yang Pak Ng jalankan. Kendalanya adalah ada hewan ternak yang mati setelah melahirkan. Kambing-kambing yang dipelihara pada saat makan di buat sistem lepas karena keamanan bagus namun ketakutan pasti ada.

Ada beberapa harapan yang terlontar dibibir Pak Ng yaitu

“… Kalau bisa program ini tetap berjalan terus, lokakarya untuk mitra binaan terus diadakan dan pertemuan juga harus diteruskan…” (Wawancara di rumah Pak Su Hari Sabtu, 29 Mei 2010)

- MSu (Lk, 36 Tahun)

MSu adalah salah seorang Kepala Dusun di Desa Sampali. Ia adalah seorang laki-laki berumur 36 tahun dan sudah menikah dengan memiliki 3 orang anak yang masih kecil-kecil. Ia terlihat baik, bijaksana, dan pekerja keras. Namun, kerja kerasnya dan bertanggung jawab pada pekerjaannya. Pekerjaan yang mengaruskannya mengadakan penyuluhan sampai larut malam bagi sebagian orang disalah artikan dan pernah ia mendapatkan fitnah bahwa ia memiliki istri lagi. Akan tetapi, ia bersabar dan tidak terpancing dengan apa yang dibilang orang begitu juga dengan istri dan anaknya.

Selain menjabat sebagai kepala dusun ia juga memiliki usaha ternak kambing dan sapi. Awal mula ternaknya tersebut hanya terdapat 2 ekor kambing namun berkat adanya pinjaman modal usaha dari PT. Telkom ia bisa membeli beberapa ekor kambing dan lembu lagi, membuat kandang yang lebih besar untuk hewan ternaknya dan juga menampung beberapa hewan yang dititipkan kepadanya untuk dirawat. Jumlah kambing yang ia miliki dan sudah termasuk hewan yang dititipkan kepadanya berjumlah 37 ekor kambing dan 16 ekor lembu. Usahanya tersebut sudah berjalan sekitar tahun 1998.

Pak MSu mengetahui adanya pinjaman modal yang diberikanoleh PT. Telkom tersebut berasal dari Pak IP yang merupakan Ketua Kampung digital Sampali. Sampai pada akhirnya ia tertarik untuk meminjam karena syarat yang mudah untuk dipenuhi dan bunga yang rendah serta dapat dicicil selama 2 tahun. Ia meminjam modal usaha sebesar Rp 10.000.000 dan awal pinjaman pada bulan 12 tahun lalu serta cicilan yang harus dibayar adalah Rp 500.000 per bulan walaupun didaftar pinjaman tidak sampai Rp 500.000.

Pak MSu menjalankan usahanya dengan sistem datang ke rumah untuk membeli walaupun ia sudah memasukkan usahanya ke internet agar bisa diakses dan dibeli oleh masyarakat di luar Desa Sampali. Dan dalam menjalankan usahanya ia sudah menggunkan spekulasi dalam artian ia sudah mampu memikirkan untung dan rugi dalam penjualan sehingga tidak dapat ditipu oleh pembeli. Ia juga mengirim ternaknya ke sibolga karena ada yang memesan disana dan jauh lebih berkembang

jika dibandingkan dengan di Desa Sampali. Karena adanya persaingan yang ketat antar peternak.

Setiap usaha memiliki kendala begitu juga yang dialami oleh Pak MSu. Kendala tersebut adalah masalah marketing penjualan yang belum lancar yang membuat penjualan tidak maksimal. Dan untuk itu ia pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak PT. Telkom yang berguna untuk memajukan usaha yang ia jalankan. Adapun harapan yang ia ungkapkan adalah:

“… Sebagai Kepala Dusun saya berharap agar para peminjam modal usaha bisa menjaga kepercayaan yang diberikan PT. Telkom dan tidak mengecewakan pihak Kampung Digital Sampali…” (Wawancara di rumah Pak Su hari Sabtu, 29 Mei 2010)

- R (Lk, 49 Tahun)

Pak R adalah seorang laki-laki sudah menikah dan memiliki 5 orang anak. Ia berumur 49 tahun. Kesehariannya ia menjalankan usahanya dibidang bengkel las dan usahanya tersebut sudah dijalankan sejak tahun 2000 sampai dengan sekarang. Ia mendapatkan informasi tentang pemberian bantuan pinjaman modal dari PT. Telkom yaitu dari UMKM lainnya. Ia meminjam modal usaha sebesar Rp 50.000.000 dan harus membayar cicilan Rp 2.000.000 selama 2 tahun dan selambat-lambatnya tanggal 5 setiap bulannya.

Dengan adanya pinjaman usaha dari PT. Telkom usaha yang ia jalankan maju dan mengalami peningkatan pendapatan. Dan sekarang pendapatan yang ia dapatkan sebesar Rp 4.000.000 tiap bulannya.

“… Harapan saya semoga PT. Telkom semakin maju dan bisa memberikan pinjaman modal kepada usaha-usaha kecil lainnya…” (Wawancara di rumah Pak R Hari Minggu, 30 Mei 2010)

- A (Lk, 32 Tahun)

Pak A berusia 32 tahun, lulusan SMA. Ia sudah menikah dan memiliki 1 orang anak. Ia menjalani usaha ternak lembu. Ia memperoleh informasi tentang adanya pinjaman modal usaha dari PT. Telkom dari Pak IP yang selalu bekerjasama dengan PT. Telkom. Dan ia mengajukan pinjaman sebesar Rp 10.000.000 namun yang disetujui adalah Rp 8.000.000 dan membayar cicilan selama 2 tahun dan sebesar Rp 400.000 dan akan mendapat peringatan melalui pesan singkat (SMS) dari PT. Telkom jika telat membayar.

Usaha yang dijalankan masih berjalan sampai dengan sekarang dan ekonomi keluarga sedikit lumayan. Dan sekarang pendapatan perbulan Pak A sebesar Rp 1.000.000. Namun, ia juga mendapatkan hambatan yaitu adanya pelanggan yang agak telat bayar hutang sehingga pendapatannya agak sedikit terganggu.

- Ai (Pr, 33 Tahun)

Ai adalah seorang ibu rumah tangga dan memiliki 3 orang anak. Ia mempunyai suami bekerja sebagai buruh pabrik yang penghasilannya tidak besar. Oleh karena itu, ia membuka usaha kedai kelontong dirumah agar dapat membantu suami untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan dan minum, bayar uang sekolah anak dan lain-lain. Usaha ini sudah berjalan selama 3 tahun dan modal awal di peroleh dari dana sendiri. Baru kemudian meminjam modal usaha kepada pihak PT. Telkom sebesar Rp 10.000.000 dan cicilan perbulan adalah Rp 467.000. akan tetapi ia membayar Rp 500.000 yang dicicil selama 2 tahun.

- SP (Lk, 46 Tahun)

Laki-laki bertubuh subur, berkulit sawo matang dan sedikit galak. Ia adalah Pak SP berusia 46 tahun sudah berkeluraga dan memiliki 2 orang putra yang sudah dewasa. Pak SP adalah salah satu penanggung jawab dalam pemberian bantuan dari PT. Telkom berupa bantuan hibah kepada 40 orang pedagang bubur yang ada di Desa Sampali yang merupakan kelompok pedagang bubur Desa Sampali Bangkit.

Ia mengatakan,

“…Bantuan PT. Telkom terbagi dua yaitu bantuan yang sifatnya hibah dan bantuan yang sifatnya pinjaman. Kalau hibah ada bantuan yang diberikan untuk 40 pedagang bubur mereka diberi sepeda, kotak dan panci sedangkan yang bantuan bersifat pinjaman itu diberikan pada UKM Mitra Binaan Telkom…” (Wawancara di rumah Pak SP Hari Jum’at, 28 Mei 2010)

Pinjaman modal usaha yang bisa diberikan kepada masing-masing UMKM itu berkisar antara Rp 5.000.000 – Rp 40.000.000. Dan Pak SP merupakan salah satu UMKM yang meminjam modal usaha kepada PT. Telkom. Usaha yang ia jalankan pada awalnya adalah membuka counter pulsa sekarang berkat adanya PT. Telkom ia bisa meminjam modal sebanyak Rp 20.000.000 untuk membesarkan usahanya dan pada tahap kedua ia meminjam RP 35.000.000 karena ia bisa melunasi pinjaman pertamanya cepat dan hanya dalam waktu 1 tahun. Dan sekarang untuk pinjaamn kedua ia harus membayar Rp 1.650.000 perbulan yang paling lambat dibayar selambat-lambatnya tanggal 9.

Sekarang Pak SP selain mempunyai usaha counter pulsa, ia juga membuka rental Playstation di dua lokasi yang berbeda yang satu berada di dibuka di depan rumah dan yang satu lagi berada tidak jauh dari rumahnya dan mereka menyewa sebuah rumah untuk membuka rental Playstation dan rental komputer. Dikarenakan ia memiliki 2 orang anak laki-laki ia memberikan tanggung jawab counter pulsa kepada anak paling kecil dan rental Playstation dan rental komputer kepada anak yang paling besar. Dan sekarang asset yang ia miliki adalah Rp 150.000.000 dimana pada awalnya hanya Rp 18.000.000.

Pendapatan yang mereka dapat adalah Rp 100.000 perhari. Namun, menyimak perkataannya bahwa rental Playstation yang menyewa rumah sebesar Rp 25.000.000 pertahun bisa menghasilkan Rp 25.000.000 pertahun pada tahun berikutnya dengan begitu pendapatan mereka lebih dari Rp 100.000.

Pak SP mengatakan bahwa PT. Telkom tidak hanya meminjamkan uang kepada mereka tetapi juga melakukan pelatihan kepada para mitra binaan UMKM nya yang dilaksanakan selama 3 bulan sekali. Pada pelatihan tersebut dipaparkan masalah-masalah apa yang dihadapi UMKM, pemasaran dan marketing. Dengan kata lain menurut penuturan Pak SP mereka mendapatkan perhatian penuh dari PT. Telkom.

- DI (Lk, 23 Tahun)

DI adalah seorang pemuda dusun Pondok Rowo yang peduli akan pendidikan masyarakat. Dan ia merupakan orang yang paling muda dalam kepengurusan Kampung digital. Serta ia adalah pengurus dari PIM Pondok Rowo. Ia berusia 23 tahun dan belum menikah. Ia lulusan STM namun begitu ia mahir menggunkan komputer sehingga ia dipercaya untuk menjadi pengurus PIM Pondok Rowo dan tanpa dibayar.

Menurut pendapatnya, PIM adalah tempat pelatihan masyarakat yang ingin mengetahui lebih jelas tentang TI. Selama ada PIM bisa membantu anak-anak yang belum mengetahui teknologi komputer, bagaimana pembuatan email dan lain-lain. Dimana PIM yang ada di Desa Sampali sendiri ada 4 lokasi yaitu Sekretariat Kampung Digital yang ada di Gang Tawon Dusun 18, Kantor Kepala Desa, PIM Pondok Rowo dan PIM Kemuning.

Bang DI mengatakan,

“…Kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan komputer bagi yang mau mengetahui tentang komputer. Kegiatan ini dilakukan 3x dalam seminggu dan biasanya hari libur atau pada malam hari dan melatih kurang lebih 23 orang setiap latihan walaupun komputer yang ada hanya 2 buah…” (Wawancara di PIM Pondok Rowo Hari Sabtu, 29 Mei 2010)

Peserta pelatihan mengantri menunggu giliran karena hanya memiliki 2 buah komputer dan pernah pengurus PIM Pondok Rowo membuat jadwal siapa saja yang melakukan pelatihan. Namun, antusias masyarakat khususnya anak-anak sekolah sangat tinggi sehingga jadwal tersebut tidak terlaksana. Dan ini berlangsung hampir setengah tahun atau 6 bulan. Ini dikarenakan tidak ada lagi anak yang ingin diajarkan dan adanya kerusakan pada jaringan internet yang membutuhkan biaya besar jika ingin memperbaikinya. Jadi sekarang akses internet dipusatkan pada sekretariat. Harapan Bang DI adalah:

“...Kalau bisa Telkom bisa lebih mengantisipasi keadaan yang akan terjadi seperti mengetahui seberapa lama alat untuk komputer itu bertahan dan jaringan internet…” (Wawancara di PIM Pondok Rowo Hari sabtu, 29 Mei 2010)

- SA (Pr, 40 Tahun)

Bu SA adalah seorang Kepala Desa. Ia terlihat bijaksana, cerdas dan berwibawa serta tidak mencerminkan wanita yang lemah. Ia menjabat sebagai Kepala Desa sudah hampir 8 tahun dan sudah memiliki suami dan anak.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dilakukan di Desa Sampali harus meminta izin kepada Kepala Desa maka PT. Telkom pertama kali meminta izin pada kepada Kepala Desa Sampali untuk melakukan kegiatan CSR

Dokumen terkait