• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAMPAK PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. TELKOM Tbk TERHADAP AKSES MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PERI - URBAN DI DESA SAMPALI, KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN, KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI Diajukan Oleh : DWI YULI ANDRIANI

060901029

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

Guna Memenuhi Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Tujuan individu atau kelompok mendirikan perusahaan adalah mencari keuntungan semata dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan yang diinginkan. Namun, seiring perkembangan zaman perusahaan tidak lagi dituntut untuk mencari keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Untuk itu, muncullah sebuah istilah yang biasa disebut CSR (Corporate Social Responsibility) dimana pada awalnya CSR ini ditujukan kepada perusahaan yang berkaitan langsung dengan lingkungan seperti pertambangan dan juga memberi manfaat tidak hanya salah satu pihak melainkan kedua belah pihak yaitu masyarakat dan perusahaan.

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang?”. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Dan lokasi penelitiannya di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Informan adalah pihak perusahaan, Kepala Desa, Ketua Kampung Digital, Pengurus PIM, tokoh masyarakat dan UMKM yang menerima bantuan modal usaha. Dan kesemuanya berjumlah 15 informan.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Shalawat beriring salam kita hadiahkan kepada junjungan kita Nabi besar

Muhammad SAW yang telah menginspirasikan penulis untuk terus berusaha dan

berdo’a agar dapat meraih impian yang kini terwujud. Tiada suatu keinginan dan

cita-cita yang dapat tercapai jika tanpa perjuangan dan ridho dari Nya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Sarjana (S-1) bagi mahasiswa/i Departemen Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. Dan penulis menyadari masih terdapat banyak kelemahan dan

kekurangan dalam skripsi ini, semoga dengan adanya penyempurnaan berupa kritik,

saran dan pendapat dari para pembaca dapat memberikan masukan positif bagi

penulis. Penulis juga menyadari bahwa apa yang telah diraih penulis saat ini tidak

terlepas dari dukungan moril dan materil dari berbagai pihak, dan penghargaan

yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada Ayah Rajawali dan Mama

Endang Sujiatik atas segala perhatian dan doanya. Selanjutnya penulis juga ucapkan

terima kasih kepada adik-adik penulis yaitu Wulan, Desti, Puput dan Yugo serta tak

lupa pula penulis berterimakasih kepada Almarhum Kakek Tukijo yang telah

memberi motivasi kepada penulis selama hidupnya, Nenek Sarini serta Pakde, Bukde,

Paklek, Buklek, serta sepupu-sepupu yang selalu memberi perhatian dan motivasi

(4)

Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu, dan pengetahuan, penulis

menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat selesai dengan baik tanpa bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis juga

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: Bapak Prof. Dr. M. Arif

Nasution, MA selaku Dekan FISIP Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.

Badaruddin, Msi selaku ketua Departemen Sosiologi, Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku

Sekretaris Departemen Sosiologi dan Ketua Pengu ji, Bapak Henri Sitorus, S.Sos.,

M.Sc selaku Dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing

penulis selama mengerjakan skripsi ini, dan juga penguji I penulis, Bapak Drs.Henry

Sitorus., M.Si selaku penguji II penulis, Bapak Drs. Terang Kita Brahmana selaku

Dosen Wali penulis, semua Dosen FISIP Universitas Sumatera Utara yang pernah

membimbing penulis dalam setiap mata kuliah, semua Staf Administrasi di FISIP

USU.

Terima kasih juga kepada Wahyudi yang banyak memberikan bantuan

kepada penulis dan sahabat-sahabat penulis Rini Handayani Siregar S.Sos,

Rahmayani Butar-butar, Tuti Herlinda, Eka pradita, Maya Novita S.Sos, Indah

Kartika, Ulya Juriati, Asmawati, Esha, Mita Ranita, Viana , Metha Helfina, Risky

Khairil, Yandi Deriawan, Angga Harahap, Gibran Daulay, Vivi, Irma, Debora, Lidya,

Magdalena, Dila, Tantri, Ryan, Zulfadly, Darma, Afwan, Okto, Regar, Wina,

Melinda, Roselin, Rolas, Icha, Ayis, Rosianti, Tina, semua teman-teman departemen

Sosiologi Stambuk ’06 yang tidak disebutkan namanya, semua Senior dan Junior

(5)

Yogi, Nugroho, Wahyu Budi, Risa, Kak Yelmis dan Muhammad Hidayat sahabat

dunia maya yang banyak memberi saran dan kritik kepada penulis.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dirwandi

selaku Manager CD Area I Sumatera, Bapak Suteki selaku Assisten Manager/Officer

I, Bapak Ben Sugito selaku Officer Penagih, Bapak Indra Prawira ST selaku Ketua

Kampung Digital, Muhammad Syahputra, ST, Kepala Desa Sampali Ibu Hj. Ir. Sri

Astuti, Bapak Saptaji dan seluruh Informan baik hati yang bersedia meluangkan

waktu dan memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian kepada

penulis.

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah swt atas

segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan, dan penulis berharap

penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan

dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 4

1.3.Tujuan penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

1.5.Defenisi Konsep ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 9

2.2. Sustainable Livelihood (Penghidupan Berkelanjutan)... 26

2.3. Community Development Dalam Dunia Usaha ... 28

2.4. Wilayah Peri-Urban ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Lokasi Penelitian ... 33

(7)

3.3.1. Unit Analisis ... 34

3.3.2. Informan ... 34

3.4. Teknik Pengumpulan data ... 35

3.4.1. Data primer ... 35

3.4.1.1. Metode Wawancara ... 35

3.4.1.2. Metode Observasi ... 36

3.4.2. Data Sekunder ... 36

3.5. Interpretasi Data ... 36

3.6. Jadwal Kegiatan ... 38

3.7. Keterbatasan Peneliti ... 39

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRESTASI DATA 4.1. Deskripsi Wilayah ... 40

4.1.1. Sejarah dan Gambaran Umum Desa Sampali ... 40

4.1.1.1. Penduduk ... 41

4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan ... 43

4.1.2.1. Visi, Misi, Motto dan Makna Logo PT. Telkom ... 45

4.2. Interpretasi Data ... 47

4.2.1. CSR PT. Telkom di Sampali ... 47

4.2.1.1. Kampung Digital ... 47

4.2.1.2. Bantuan Kredit Mikro ... 54

4.2.2. Profil Informan ... 60

(8)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 96

5.2. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Triple Bottom Lines ... 23

Gambar 2. The Pentagon Asset ... 27

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama-Nama Kepala Desa Sampali dan Masa Jabatan ... 41

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Sampali ... 42

(11)

ABSTRAKSI

Tujuan individu atau kelompok mendirikan perusahaan adalah mencari keuntungan semata dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan yang diinginkan. Namun, seiring perkembangan zaman perusahaan tidak lagi dituntut untuk mencari keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Untuk itu, muncullah sebuah istilah yang biasa disebut CSR (Corporate Social Responsibility) dimana pada awalnya CSR ini ditujukan kepada perusahaan yang berkaitan langsung dengan lingkungan seperti pertambangan dan juga memberi manfaat tidak hanya salah satu pihak melainkan kedua belah pihak yaitu masyarakat dan perusahaan.

Dari latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang?”. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Dan lokasi penelitiannya di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Informan adalah pihak perusahaan, Kepala Desa, Ketua Kampung Digital, Pengurus PIM, tokoh masyarakat dan UMKM yang menerima bantuan modal usaha. Dan kesemuanya berjumlah 15 informan.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi seperti sekarang ini, orientasi dari sebuah usaha adalah

mencari keuntungan semata (profit-oriented). Prinsip dasar yang kemudian diterima

secara luas dalam dunia usaha adalah business is business. Dengan berpegang pada

prinsip ini, sebuah perusahaan bisa menghalalkan segala macam cara untuk bisa

meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sehingga seringkali terjadi

gesekan-gesekan kepentingan baik di dalam internal perusahaan sendiri ataupun antara

perusahaan dengan pihak eksternal.

Namun, saat ini perusahaan tidak hanya dituntut untuk mencari keuntungan

semata dan menghalalkan segala macam cara untuk meraihnya, tetapi juga harus

memperhatikan tanggung jawab sosial dimasyarakat yang berguna untuk menjaga

kelangsungan perusahaan itu sendiri. Untuk itu, sudah hampir beberapa tahun

belakangan ini sering kali kita dengar istilah Corporate Social Responsibility atau

yang bisasa disingkat dengan CSR.

Pentingnya program CSR ini dilaksanakan di dunia usaha, mendorong PT.

Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk melaksanakan program CSR yang sangat

(13)

perusahaan. Seperti hasil penelitian dari Novalina tahun 2009 tentang Implementasi

Program Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan dimana terbukti

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara implementasi program Corporate

Social Responsibility dan citra positif perusahaan dimasyarakat. Ini terbukti bahwa

CSR tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat tetapi bagi perusahaan itu sendiri.

Selain manfaat diatas tujuan dari CSR adalah untuk pemberdayaan

masyarakat. Pemberdayaan bertujuan untuk mengkreasikan masyarakat mandiri. Ini

sangat disadari benar oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang melakukan

kegiatan CSR agar masyarakat berdaya dan menjadi mandiri dengan beberapa

program atau agenda kegiatan yang dilakukan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

seperti: Telkom Peduli dimana ini merupakan suatu kemasan dari program CSR

(Corporate Sosial Responsibility) Telkom untuk peduli kepada warga masyarakat.

Termasuklah, bagaimana Telkom ingin mengembangkan sebuah kawasan yang

sebelumnya tidak begitu tersentuh, khususnya perkembangan ICT (Information and

Communication Technology) menjadi sebuah kawasan yang memiliki infrastruktur

ICT. Melalui pendekatan Tripple Bottom Line, Telkom mendirikan Pusat Informasi

Masyarakat dengan menyebar titik-titik akses (access points) semacam RT/RW-net

dengan mendirikan Kampung Digital sebagai pusat penyaluran koneksi internet

SPEEDY yang kemudian disalurkan ke Pusat Informasi Masyarakat (PIM),

membantu pembangunan drainase, renovasi mesjid dan menanam 1.000 pohon

(14)

Desa Sampali ini merupakan salah satu tempat yang dituju perusahaan ini

untuk mengimplementasikan program CSR mereka agar desa ini menjadi desa yang

berdaya dan mandiri. Desa Sampali ini juga merupakan wilayah yang termasuk

kedalam Wilayah Peri-Urban dimana karakteristik daerah urban dan pedesaan

bertemu.

Menyadari akan Wilayah Peri-Urban ini mempunyai peranan penting bagi

peri kehidupan penduduk desa maupun kota di masa yang akan datang dan turut

menentukan peri kehidupan kekotaan karena segala bentuk perkembangan fisikal

baru akan terjadi di wilayah ini. Sehingga tatanan kehidupan kekotaan pada masa

yang akan datang sangat ditentukan oleh bentuk, proses, dan dampak perkembangan

yang terjadi di Wilayah Peri-Urban tersebut maka perusahaan ini membantu

membangun wilayah ini dengan menerapkan program CSR mereka sebagai bentuk

tanggung jawab sosial mereka.

Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas maka peneliti tertarik untuk

mengangkat masalah tentang CSR (Corporate Social Responsibility) PT.

Telekomunikasi Indonesia Tbk yang bertempat di Desa Sampali Kecamatan Percut

Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara agar mengetahui

(15)

1.2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah :

”Bagaimana dampak program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom

Tbk. terhadap akses mata pencaharian masyarakat di Desa Sampali Kecamatan

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui

bagaimana dampak program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom Tbk.

terhadap akses mata pencaharian masyarakat peri urban di Desa Sampali, Kecamatan

Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian dilakukan pada umumnya memiliki manfaat. Adapun manfaat yang

(16)

1.4.1. Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoritis pada penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan sosiologis peneliti mengenai

Corporate Social Responsibility.

2. Dapat menjadi masukan dan menambah wawasan kajian ilmiah bagi para

mahasiswa khususnya bagi mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan

sumbangan dalam ilmu sosial dan masyarakat.

1.4.2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memperkaya informasi

pemahaman tentang Corporate Social Responsibility PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk

2. Menambah referensi daripada hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai

bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam

(17)

1.5. Defenisi Konsep

Setiap penelitian yang bersifat ilmiah, pada umumnya defenisi konsep

sangatlah penting guna mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak

menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai. Oleh karena itu harus ada

batasan-batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai dalam penelitian ini.

Adapun konsep-konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dampak

Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif

maupun positif). Dampak yang dibahas dalam penelitian ini adalah dampak yang

didapat dalam melaksanakan program CSR PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

terhadap pengetahuan dan penghasilan masyarakat di Desa Sampali.

2. Program

Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta dengan usaha-usaha

dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya yang akan dijalankan. Program

dalam penelitian ini mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.

TELKOM.

3. Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

(18)

memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada

keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan

(Untung, 2008 :1). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Corporate Social

Responsibility (CSR) adalah sebuah bentuk kepekaan, kepedulian dan tanggung

jawab sosial perusahaan untuk ikut memberikan manfaat terhadap masyarakat dan

lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.

4. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk

PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah suatu Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi dan sudah beroperasi sejak

lama hingga sekarang. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk berusaha untuk

memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat demi terlaksananya pertukaran

informasi antara beberapa pihak tanpa memandang jarak dan waktu.

Memasuki repelita V, pemerintah merasakan perlunya percepatan

pembangunan Telekomunikasi karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu

pembangunan sektor lainnya. Untuk itu, berdasarkan PP No. 25 Tahun 1991, bentuk

Perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).

Dan sejak saat itu berdirilah Perusahaan Perseroan Telekomunikasi Indonesia Tbk

(19)

5. Wilayah Peri-Urban

Wilayah Peri-Urban merupakan wilayah di sekitar kota-kota besar yang dapat

dicapai secara harian ke kota inti. Pada wilayah ini terjadi penurunan kegiatan

ekonomi pedesaan, pertanian dan peralihan pemanfaatan lahan pertanian ke

perkotaan. (Soegijoko, 2005:43).

6. Mata pencaharian

Untuk menghitung seberapa besar dampak CSR terhadap akses mata

pencaharian dapat dilihat dari seberapa besar modal alam, manusia, keuangan, fisik,

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR muncul pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri,

kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari

keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup

diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan

masyarakat melalui prduknya, dan pembayaran pajak kepada negara. Seiring dengan

berjalannya waktu, masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan

barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk

bertanggungjawab sacara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi antara

pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan operasional perusahaan

umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan

rusaknya lingkungan disekitar operasi perusahaan.

Inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya konsep CSR yang paling

primitif: kedermawanan yang bersifat kariatif. Gema CSR semakin terasa pada tahun

1960-an saat dimana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II,

dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. CSR merupakan salah satu bentuk

(21)

suatu entitas bisnis yang bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungannya,

perusahaan memang mesti bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan

dari good bussiness ethics.

Terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis,

yaitu Transparency (Keterbukaan Informasi), Accountability (Akuntabilitas),

Responsibility (Pertanggungjawaban), Indepandency (Kemandirian) dan Fairness

(Kesetaraan dan Kewajaran) yang biasanya diakronimkan menjadi TARIF. Dan dari

kelima prinsip diatas prinsip responsibility merupakan prinsip yang mempunyai

kekerabatan paling dekat dengan CSR. Dan dalam prinsip ini, penekanan yang

signifikan diberikan kepada stakeholders perusahaan. Melalui penerapan prinsip ini

diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya

seringkali ia menghasilkan dampak eksternal yang harus ditanggung oleh

stakeholders. Karena itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan

nilai tambah bagi stakeholders-nya (Wibisono, 2007:11-12).

Dari sisi etimologis CSR kerap diterjemahkan sebagai ”Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan”. Dalam konteks lain, CSR terkadang juga disebut sebagai

”Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha

(Tansodus)” (Wibisono, 2007:8).

Micheal Hopkins (2004:1), defenisi CSR adalah ” corporate social

responsibility is concerned with treating the stakeholders of the firm ethically or in a

(22)

manner deemed acceptable in civilized societies. Social includes economic

responsibility. Stakeholders exist both within a firm and outside. The natural

environment is a stakeholder. The wider aim of social responsibility is to create

higher and higher standards of living, while preserving the protability of the

corporation. For peoples both within and outside the corporation”, yaitu

memperlakukan stakeholders perusahaan seetis dan se-bertanggungjawab mungkin.

Secara etis ataupun bertanggungjawab” artinya memperlakukan para satkeholders

dalam cara yang bisa diterima atau dianggap bisa diterima dalam masyarakat yang

beradab.Sosial meliputi tanggungjawab ekonomi. Stakeholders terjadi di dalam dan di

luar perusahaan. Lingkungan alami juga merupakan stakeholder. Tujuan yang lebih

luas dari tanggungjawab sosial adalah untuk menciptakan standard kehidupan yang

lebih tinggi, sambil mempertahankan daya laba usaha untuk orang yang ada didalam

dan di luar perusahaan.

Menurut The World Business Council For Sustainable Development

(WBCSD) in Fox, et al (2002), definisi CSR adalah “corporate social responsibility

is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to

economic development while improving the quality of life of the workforce and their

families as well as of the local community and society at large”, yaitu komitmen

bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja

dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut

komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka

(23)

adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat

menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan

lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara.

Warhurst (Wibisono, 2007 : 39-41) prinsip-prinsip CSR itu sendiri adalah

sebagai berikut:

1. Prioritas korporat.

Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan

penentu utama pembangunan berkelanjutan.

2. Manajemen terpadu.

Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap kegiatan

bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi manajemen.

3. Proses perbaikan.

Secara bersinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja sosial

korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial

serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara internasional.

4. Pendidikan karyawan.

Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan.

5. Pengkajian.

Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru

(24)

6. Produk dan jasa.

Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial.

7. Informasi publik.

Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor dan

publik tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan

pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa.

8. Fasilitas dan operasi.

Mengembangkan, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan

kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.

9. Penelitian.

Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk,

proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian

yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.

10.Prinsip pencegahan.

Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk atau jasa,

sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang

bersifat negatif.

11.Kontraktor dan pemasok.

Mendorong penggunaan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial korporat yang

(25)

mensyaratkan perbaikan dalam praktek bisnis yang dilakukan kontraktor dan

pemasok.

12.Siaga menghadapi darurat.

Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila

terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat,

instansi berwenang dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya

yang muncul.

13.Transfer best practice.

Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktek bisnis yang

bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.

14.Memberi sumbangan.

Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis,

lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta lembaga

pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab

sosial.

15.Keterbukaan.

Menumbuh kembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik,

mengatisipasi dan memberi respons terhadap potencial hazard, dan dampak

(26)

16.Pencapaian dan pelaporan.

Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan

mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan

perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi,

pemegang saham, pekerja dan publik.

Ada beberapa bentuk kegiatan program yang dilakukan perusahaan dalam

konteks tanggung jawab sosial yaitu:

1. Public Relation yakni usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada

komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Strategi Defensif yakni usaha yang dilakukan perusahaan guna

menangkisanggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap

kegiatan perusahaan terhadap karyawanny, dan biasanya untuk melawan

’serangan’ negatif dari anggapan komunitas yang sudah terlanjur berkembang.

3. Keinginan Tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar

berasal dari visi perusahaan (Rudito, 2007:210).

Dalam setiap program, pada umumnya memiliki tujuan dan manfaat yang

berguna baik bagi segelintir orang maupun oleh kebanyakan orang. Adapun manfaat

yang dapat diambil dari adanya program CSR bagi perusahaan adalah sebagai berikut

(27)

a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek

perusahaan.

b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.

d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.

e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.

f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.

g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.

j. Peluang mendapatkan pengharagaan.

Selain manfaat diatas tujuan dari CSR adalah untuk pemberdayaan

masyarakat. Ini sangat disadari benar oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang

melakukan kegiatan CSR agar masayarakat berdaya dan menjadi mandiri.

Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan masyarakat mandiri, kalau berbicara tentang

Corporate Social Responsibility, terdapat banyak defenisi. Kata sosial sering

diinterpretasikan dengan kedermawanan. Padahal CSR terkait dengan sustainability

dan acceptability, artinya diterima dan berkelanjutan untuk berusaha disuatu tempat,

dan perusahaan ingin berkelanjutan dalam jangka panjang. Jadi CSR juga dilihat

(28)

Selama ini CSR kebanyakan diukur dari sudut berapa besar uang yang

dikeluarkan perusahaan. Sebenarnya bukan uang saja, uang itu hanya sebagian nilai

karena ada nilai intangible yang sangat penting, artinya ada sesuatu yang tidak dapat

dinilai dengan uang. Nilai intangible, yaitu sampai sejauh mana perusahaan aktif dan

proaktif dengan lingkungan? Persoalannya kata sosial sering hanya dipahami sebagai

bentuk kedermawanan. Padahal kedermawanan itu adalah sebagian kecil dari CSR,

itu sebabnya ada perusahaan yang hanya mau menggunakan kata corporate

responsibility atau CR. Corporate responsibilities ada dua. Pertama, yang sifatnya ke

dalam atau internal. Kedua, yang sifatnya mengatur keluar atau eksternal. Kalau

internal menyangkut transparansi, sehingga ada yang namanya Good Corporate

Governance. Di kalangan perusahaan publik diukur dengan keterbukaan informasi

(Untung, 2008:9-10).

Good Corporate Governance adalah mekanisme bagaimana sumber daya

perusahaan dialokasikan menurut aturan ”hak” dan ”kuasa”, sedang Perusahaan

Publik menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal adalah

perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus)

pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp

3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah)atau suatu jumlah pemegang saham dan modal

yang disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Adapun corporate responsibility eksternal, menyangkut lingkungan tempat

dimana perusahaan berada. Pengusaha harus memperhatikan polusi, limbah, maupun

(29)

pemasok, pelanggan, konsumen, maupun pemerintah. Apabila perusahaan ingin

berbuat sesuatu untuk masyarakat, perusahaan harus tahu apa yang stakeholder

butuhkan. Bukan yang ingin perusahaan buat. Oleh karena itu, harus terjadi

komunikasi sebelum membuat program. CSR jauh lebih besar dari kedermawanan

yang biasanya lebih karena bencana alam. Tujuan CSR juga bukan untuk memanja,

karena akan terjadi pembodohan masyarakat. Jadi CSR tujuannya untuk

pemberdayaan, bukan memperdayai. Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan

masyarakat mandiri (Untung, 2008:10-11).

Menurut Princes of Wales Foundation ada lima hal penting yang dapat

mempengaruhi implementasi CSR, pertama, menyangkut human capital atau

pemberdayaan manusia. Kedua, environments yang berbicara tentang lingkungan.

Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat, social cohesion. Artinya,

dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Kelima

adalah economic strength atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di

bidang ekonomi (Untung, 2008:11-12).

Jadi, keuntungan lain dari investasi sosial bernama CSR ini adalah apabila

dilihat dari investor global yang memiliki idealisme tertentu, dengan aktivitas CSR

saham perusahaan dapat lebih bernilai. Investor akan rela membayar mahal karena

kita membicarakan tentang sustainability dan acceptability. Sebab itu terkait dengan

resiko bagi investor. Investor menyumbangkan social responsibility dalam bentuk

premium nilai saham. Itu sebabnya ada pembahasan tentang corporate social

(30)

saham perusahaan secara premium. Kalau perusahaan tergolong high-risk investor

akan menghindar. Jadi, dari uraian diatas terlihat jelas bahwa faktor yang

mempengaruhi implementasi CSR adalah komitmen pimpinan perusahaan, ukuran

dan kematangan perusahaan serta regulasi dan sistem perpajakan yang diatur

pemerintah.

Agar program Corporate Social Responsibility (CSR) berhasil, maka perlu

adanya keterlibatan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga

sumberdaya komunitas, juga komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini, tidaklah

bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara

sosial antar stakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy)

dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena konsep tersebut tidak

melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders

lainnya (Rudito, 2007:210).

Perilaku para pengusaha pun beragam dari kelompok yang sama sekali tidak

melaksanakan sampai ke kelompok yang telah menjadikan CSR sebagai nilai inti

(corevalue) dalam menjalankan usaha. Terkait dengan praktek CSR, pengusaha dapat

dikelompokkan menjadi empat: kelompok hitam, merah, biru, dan hijau.

Kelompok hitam adalah mereka yang tak melakukan praktik CSR sama sekali.

Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan

(31)

sekelilingnya dalam menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan

karyawannya.

Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktek CSR,

tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi

keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan

keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain,

seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan karyawan baru

diperhatikan setelah karyawan ribut atau mengancam akan mogok kerja. Kelompok

ini umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok hitam) yang mendapat tekanan

dari stakeholders-nya, yang kemudian dengan terpaksa memperhatikan isu

lingkungan dan sosial, termasuk kesejahteraan karyawan. CSR jenis ini kurang

berimbas pada pembentukan citra positif perusahaan karena publik melihat kelompok

ini memerlukan tekanan dan gertakan sebelum melakukan praktek CSR. Praktek jenis

ini tidak akan mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.

Kelompok Biru, perusahaan yang menilai praktek CSR akan memberi dampak

positif terhadap usahanya karena metupakan investasi, bukan biaya. Kelompok Hijau,

Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnisnya,

CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang merupakan

modal sosial.

Saidi dan Abidin (2004:64-65) menyatakan ada empat model atau pola CSR

(32)

1. Keterlibatan langsung, dimana perusahaan menjalankan program CSR secara

langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan

sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini,

sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat senoirnya, seperti

corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas

pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, dimana perusahaan

mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini

merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan diperusahaan-perusahaan

dinegara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau

dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.

3. Bermitra dengan pihak lain, dimana perusahaan menyelenggarakan CSR

melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (ornop),

instansi pemerintah universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana

maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut

mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang

didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya,

pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat

”hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang

dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif

mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian

(33)

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program CSR yang dilaksanakan

perusahaan ini dilakukan agar terjalin hubungan baik antara masyarakat dengan

perusahaan. Ini bisa dikatakan sebagai modal sosial yang dimiliki perusahaan agar

tetap beroperasi. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dari program

CSR ini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kedua belah pihak saling

menguntungkan satu sama lain dan saling mendapatkan manfaat dari hubungan yang

mereka jalani dengan baik.

Dalam CSR, perusahaan tidak dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya

berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang

direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus

berpijak pada triple bottom lines, selain aspek financial juga sosial dan lingkungan.

Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara

berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan

lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar

terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup (Untung,

2008:25).

Dalam konteks CSR, dilakukan John Elkington pada 1997. dalam bukunya:

“Cannibals with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness.”

Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic

prosperity, environmental quality, dan social justice (Untung, 2008:32). Menurut

konsep tersebut, CSR dikemas kedalam tiga komponen prinsip yakni : Profit, Planet,

(34)

perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan tersebut tidak hanya memburu

keuntungan belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian

lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).

Gambar 1.

Triple Bottom Lines

Sumber : Wibisono, 2007:32

Profit (Keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap

kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan

adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi tingginya, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling

esensial terhadap pemegang saham.

Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat

digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktifitas Sosial (People)

(35)

yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan

produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai

keunggulan kompetitif yang dapat memberikan niali tambah semaksimal mungkin.

Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen

kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien,

menghemat waktu proses pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat

mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.

People (Masyarakat)

Menyadari bahwa msyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu

stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat

diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan,

maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan,

perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar

besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan

berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Karenanya pula

perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan

masyarakat. Intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan

(36)

Planet (Lingkungan)

Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika

perusahaan ingin eksis dan akseptabel maka harus disertakan pula tanggung jawab

kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang

kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai kita bangun tidur di pagi

hari hingga terlelap dimalam hari berhubungan dengan lingkungan. Air yang kita

minum, udara yang kita hirup, seluruh peralatan yang kita gunakan, semuanya berasal

dari lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung

bagaimana kita memperlakukannya.

Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang

penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan.

Disinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line atau 3BL, yakni profit, people

dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bisnis bukan hanya profit (laba) saja,

tetapi juga people (manusia) dan jangan lupa, planet (lingkungan) (Wibisono,

(37)

2.2. Sustainable Livelihood

Konsep ini sesungguhnya dikembangkan pertama kali di Inggris pada akhir

dekade 1990an, namun didesain sedemikian rupa sehingga sangat relevan untuk

kawasan sedang berkembang. Pendekatan pembangunan ala sustainable livelihood

system adalah pendekatan pembangunan kontemporer (konsep pembangunan dekade

1990an) yang berusaha mengoreksi pendekatan pembangunan ala modernisasi yang

dikenal sangat tidak akrab terhadap lingkungan. Pendekatan sistem nafkah

berkelanjutan berusaha mencapai derajat pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan

ekologi secara adil dan seimbang. Pencapaian derajat kesejahteraan sosial didekati

melalui kombinasi aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam tata

sistem-nafkah.

Scoones (Odero, 2009:2) mengidentifikasi lima aset atau tipe ”modal”, yakni:

modal alam, manusia, keuangan, fisik, dan sosial. Masyarakat, menurut pendekatan

kehidupan untuk keberhasilannya yang bertumpu pada nilai pelayanan yang mengalir

dari stok modal total. Lima bentuk modal ini tidak memiliki karakteristik yang sama.

Modal alami mengartikan elemen-elemen biofisik seperti air, udara, tanah, sinar

matahari, hutan, mineral, dan lain-lain. Aset-aset yang terjadi secara alami ini bisa

diperbaharui.

Modal manusia barangkali adalah faktor yang sangat penting. Orang sekaligus

merupakan objek dan subjek pembangunan. Modal keuangan adalah media

(38)

Ketersediaannya dengan demikian sangat penting terhadap pemanfaatan yang sukses

dari faktor-faktor atau aset lain. Tidak perlu dibingungkan dengan modal alami yang

serba fisik. Modal fisik mengartikan aset buatan manusia seperti perumahan, jalan,

dan bentuk modal fisik lainnya atau modal keras yang membentuk lingkungan. Modal

sosial menurut Coleman (1990) adalah produktif yang memungkinkan pencapaian

tujuan tertentu yang tidak mungkin dicapai tanpa itu. Dalam kerangka Sustainable

Livelihood, modal sosial memerlukan jaringan-jaringan sosial dan

[image:38.612.215.434.404.582.2]

hubungan-hubungan dengan manusia.

Gambar 2.

The Pentagon Asset

Sumber: Odero, 2009:3

H S

P

F

N Human

Capital Social

Capital

Physical

Capital

Natural

Capital

Financial

(39)

2.3. Community Development oleh Dunia Usaha

Belakangan ini dirasakan adanya dorongan di kalangan dunia usaha agar

dalam melaksanakan berbagai aktivitas tidak semata-mata diorientasikan kepada

upaya untuk memperoleh keuntungan ekonomi secara langsung, tetapi juga

diorientasikan dalam rangka kepedulian sosial dan tanggung jawab sosial. Bahkan

dalam batas-batas tertentu usaha yang berorientasi kepedulian dan tanggung jawab

sosial tersebut dirasakan sebagai bagian dari implementasi nilai kemanusiaan dan

keadilan sosial yang menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk dunia usaha.

Pada umumnya implementasi kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha

tersebut diwujudkan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR).

Salah satu program yang dianggap sebagai sarana yang tepat untuk

melaksanakan aktivitas CSR yang proposional adalah community development yang

berkembang sejak tahun 1990-an dimana Community Development (Pengembangan

Masyarakat) adalah proses pembentukan kembali, struktur-struktur masyarakat

manusia yang memungkinkan berbagai cara baru dalam mengaitkan dan

mengorganisasikan kehidupan sosial serta pemenuhan kebutuhan manusia (Ife,

2008:3). Hal ini dapat dipahami dari beberapa pertimbangan.

Pertama, sesuai dengan karakteristiknya melalui program community

development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur modal sosial baik yang

dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. Dengan melaksanakan community

(40)

berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust. Sementara itu bagi

masyarakat, khususnya masyarakat lokal, melalui community development dapat

dikembangkan dan dimanfaatkan unsur solidaritas sosial, kesadaran kolektif, mutual

trust dan reciprocal dalam masyarakat untuk mendorong tindakan bersama guna

meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi, sosial dan kultural masyarakat.

Kedua, melalui community development dapat diharapkan adanya hubungan

sinergis antara kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk bantuannya dengan

potensi yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh

dunia usaha melalui CSR bukan semata-mata bantuan yang bersifat karitatif,

melainkan bagian dari usaha untuk mengembangkan kapasitas masyarakat. Oleh

sebab itu melalui pendekatan community development dapat diharapkan program CSR

tersebut akan mendorong usaha pembangunan oleh masyarakat lokal secara

berkesinambungan dan terlembagakan.

Ketiga, aktivitas bersama antara dunia usaha dengan masyarakat, terutama

masyarakat lokal melalui community development dapat difungsikan sebagai sarana

membangun jalinan komunikasi. Apabila media komunikasi sudah terlembagakan,

berbagai persoalan dalam hubungan dunia usaha dengan masyarakat dapat

dibicarakan melalui proses dialog yang elegan dan dapat mengakomodasi

kepentingan semua pihak. Hal itu dimungkinkan karena melalui kegiatan bersama

dalam menggarap program-program dengan pendekatan community development

dapat dibangun saling pengertian dan empati diantara semua pihak yang terkait

(41)

Salah satu upaya dalam mewujudkan Community Development adalah dengan

melakukan pemberdayaan dimana pemberdayaan sendiri memiliki pnegrtian bahwa

pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagi proses, pemberdayaan adalah

serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok

lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah

kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil

yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,

memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti

memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan

tugas-tugas kehidupannya. Dan pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali

digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses

(Suharto, 2005:59-60).

Dalam melakukan pemberdayaan pada umumnya memiliki tahapan strategi

pemberdayaan yang penting guna tercapainya tujuan pemberdayaan yang diinginkan.

Suharto (2005 : 67-68) merumuskan tahapan strategi pemberdayaan, yang terdiri dari

5 tahapan yaitu:

1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu

membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan strujtural yang

(42)

2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki

masyarakat dalam memecahkan masalah dan memnuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap

kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat serta menunjang kemandirian

mereka.

3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah

agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan

yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan lemah,dan

mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.

Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi

dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.

4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyrakat mampu

menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus

mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan

posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi

keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam

masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan

keeimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan

(43)

2.4. Wilayah Peri- Urban

Daerah pinggiran kota adalah suatu daerah yang juga dikenal sebagai daerah

urban fringe atau daerah peri urban. Karena letaknya di antara dua wilayah yang

berbeda kondisi lingkungannya, maka wilayah peri urban (WPU) mempunyai

kenampakan kekotaan di satu sisi dan kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Bisa

dikatakan bahwa wilayah ini terjadi penurunan kegiatan ekonomi pedesaan, pertanian

dan peralihan permanfaatan lahan pertanian ke perkotaan (Soegijoko, 2005:43).

Wilayah Peri-Urban ini mempunyai peranan begitu penting bagi peri

kehidupan penduduk desa maupun kota di masa yang akan datang dan turut

menentukan peri kehidupan kekotaan karena segala bentuk perkembangan fisikal

baru akan terjadi di wilayah ini. Sehingga tatanan kehidupan kekotaan pada masa

yang akan datang sangat ditentukan oleh bentuk, proses, dan dampak perkembangan

yang terjadi di Wilayah Peri-Urban tersebut maka perusahaan ini membantu

membangun wilayah ini dengan menerapkan program CSR mereka sebagai bentuk

tanggung jawab sosial mereka.

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian

kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian. Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai

pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang di dapat dari

yang diamati (Moleong, 2006).

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini diambil

berdasarkan pertimbangan diantaranya adalah: lokasi yang mudah dijangkau oleh

peneliti, ada keistimewaan tempat ini jika dibandingkan dengan kampung digital lain

(45)

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian (Arikunto, 2002:121). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah

masyarakat Desa Sampali.

3.3.2. Informan

Dalam suatu penelitian, informan merupakan orang-orang yang menjadi

sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan kunci yang menjadi subjek

penelitian ini antara lain:

1. Pihak PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu manager CDC ( Community

Development Center) dan officer CDC ( Community Development Center)

sebanyak 1 orang

2. Kepala Desa Sampali sebanyak 1 orang

3. Ketua Kampung Digital sebanyak 1 orang

4. Pengurus Pusat Informasi Masyarakat sebanyak 1 orang

5. Tokoh masyarakat seperti: tokoh agama, tokoh perempuan dan tokoh pemuda

sebanyak 1 orang

6. Usaha Mikro Kecil Menengah penerima bantuan modal usaha sebanyak 10

(46)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan

penelitian yang bersangkutan secara objektif. Dalam hal ini, teknik pengumpulan data

yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua cara yaitu:

3.4.1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data atau sumber pertama

dilapangan (Burgin, 2001:128). Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini

dilakukan dengan mengadakan studi lapangan yaitu:

3.4.1.1. Metode Wawancara

Metode wawancara biasa disebut juga metode interview. Salah satu bentuk

metode wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam

(in-depth interview). Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan

data atau informasi dengan cara langsung, bertatap muka dengan informan, dengan

maksud mendapatkan gambaran lengkap dengan topik yang diteliti (Bungin, 2008 :

157-158). Wawancara dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan informasi

(47)

3.4.1.2. Metode Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh

peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang

tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang mendukung

hasil penelitian.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari beberapa

literatur diantaranya adalah buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal, internet,

yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Interpretasi Data

Interpretasi data adalah sebuah tahap dalam upaya menyederhanakan data

yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan maupun dari hasil yang

diperoleh dari buku-buku referensi, internet, jurnal, artikel, dan dokumentasi. Data

yang telah diperoleh dalam penelitian inilah yang akan diinterpretasikan berdasarkan

dukungan teori dalam kajian pustaka yang telah ditetapkan sampai pada akhirnya

disusun sebagai akhir laporan penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, tahap

(48)

dilakukan untuk kemudian data serta informasi yang didapat dikategorikan serta

dikaitkan dengan data yang satu dengan yang lainnya agar kemudian dapat

diinterpretasikan secara kualitatif dengan menggunakan konsep-konsep yang telah

(49)

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan proposal √ √

4 Seminar proposal √

5 Revisi Proposal √

6 Penyerahan hasil seminar √

7 Operasional penelitian √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan laporan akhir √ √

(50)

3.7. Keterbatasan Peneliti

Tidak ada manusia yang sempurna dan pastinya setiap orang memiliki banyak

keterbatasan begitu juga dengan peneliti yang menyadari begitu banyaknya

keterbatsan yang dimiliki dalam melakukan penelitian ini. Adapun keterbatasan

penelitian ini adalah karena beberapa kendala yang dihadapi peneliti dalam proses

penelitian:

1. Faktor Internal yang berasal dari dalam diri peneliti yaitu sedikitnya literature

yang diperoleh peneliti, peneliti memiliki keterbatasan waktu dan kemampuan

dalam berkomunikasi atau menyampaikan sesuatu yang kurang baik sehingga

terkadang para informan kurang mengerti apa yang peneliti maksud. Dalam

hal ini penelitian belum dapat di deskriptifkan secara mendalam sehingga

penyajian analisis masih belum maksimal dan masih terdapat banyak

kekurangan.

2. Faktor Eksternal merupakan kendala yang berasal dari luar selama proses

penelitian, yaitu lokasi penelitian yang harus melalui prosedur-prosedur

tertentu sebelum melakukan penelitian, harus memperoleh izin dari

perusahaan dan desa yang akan menjadi tempat penelitian yang menghabiskan

(51)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Wilayah

4.1.1. Sejarah dan Gambaran Umum Desa Sampali

Tahun 1955 – 1978, Desa Sampali adalah sebuah kampung. Seiring

perkembangan zaman dan jumlah penduduk yang mulai bertambah maka kampung

ini diganti dengan sebutan desa yang diberi nama Desa Sampali. Desa Sampali

merupakan desa yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Luas wilayahnya 2.301,09 Ha. Desa ini berada diatas ketinggian ± 5 meter di atas

permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2.238 m3/tahun dan memiliki suhu udara

rata-rata 24oC s/d 32oC.

Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Desa Sampali adalah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Johar

• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Setia

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Medan Estate/Laut Dendang • Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pulo Brayan Darat

Luas wilayah yang cukup luas yaitu 2.301,09 Ha ini terdiri dari lahan

(52)

172 Ha, Ladang masyarakat 0,2 Ha, Lapangan olah raga 4 Ha, Rumah Ibadah 0,5 Ha

dan Kuburan 5 Ha. Dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana umum yang lengkap.

Setiap desa memiliki satu kepala desa dan dibawah ini ada beberapa nama

[image:52.612.145.535.271.472.2]

kepala desa yang pernah atau masih menjabat sampai dengan sekarang.

Tabel 1.

Nama-Nama Kepala Desa Sampali dan Masa Jabatan

NO NAMA MASA JABATAN KETERANGAN

1 Kliwon 1955 – 1965 Kepala Kampung

2 Kamiso Mursidi 1965 – 1973 Kepala Kampung

3 Sudarji 1973 – 1978 Kepala Kampung

4 Salim Nasution 1978 – 1994 Kepala Desa

5 Drs. Mariono, SP 1994 – 2002 Kepala Desa

6 Ir. Sri Astuti 2002 – 2007 Kepala Desa

7 Ir. Hj. Sri Astuti 2008 – 2014 Kepala Desa

4.1.1.1. Penduduk

Desa Sampali di bagi atas 25 Dusun dan ada penambahan yaitu Cemara Asri

dan Cemara Hijau yang memiliki 21.262 jiwa yang terdiri dari 8.977 jiwa untuk

laki-laki dan 12.285 jiwa untuk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak

4.537 KK. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Sampali dapat

(53)
[image:53.612.113.529.162.670.2]

Tabel 2.

Jumlah Penduduk Desa Sampali

No Dusun/Lingkungan Jumlah Penduduk

Lk Pr Jumlah

1 I 289 149 438

2 II 168 258 426

3 III 408 620 1028

4 IV 477 578 1355

5 V 325 532 857

6 VI 250 474 724

7 VII 604 896 1500

8 VIII 185 235 420

9 IX 175 245 420

10 X 200 301 501

11 XI 245 395 640

12 XII 275 393 668

13 XIII 559 580 1139

14 XIV 267 386 653

15 XV 215 130 345

16 XVI 235 360 595

17 XVII 245 320 565

18 XVIII 305 440 745

19 XIX 215 370 585

20 XX 331 590 921

21 XXI 362 568 930

22 XXII 420 455 875

23 XXIII 299 454 753

24 XXIV 338 753 1091

25 XXV 366 453 819

26 Cemara Asri 730 853 1583

27 Cemara Hijau 488 499 987

Jumlah 8977 12285 21262

(54)

Berdasarkan uraian tabel diatas dapat diketahui bahwa Dusun XV merupakan

dusun yang memiliki jumlah penduduk yang sangat sedikit yaitu 345 jiwa. Sedangkan

yang paling banyak adalah berjumlah 1583 jiwa yang merupakan daerah lingkungan

komplek perumahan Cemara Asri.

4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Telkom pada tahu

layanan

Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT).

Sebelumnya, pada tanggal

telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan

Bogor (Buitenzorg).Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai

patokan hari lahir Telkom.

Tahun

Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun

Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara

Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).

Tahu

Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional

maupun internasional. Tahu

Corporation Tbk.

(55)

terpisah dari Perumtel. Pada tahun

1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam

penyelenggaraan telekomunikasi.

Tahun

(Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25

Tahun 1991. Pada tanggal

saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek

Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), Bursa Saham New York (NYSE) dan

Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan

di Bursa Saham Tokyo.

Tahun

Penghapusan Monopoli Penyelenggaraan Telekomunikasi. Memasuki abad ke-21,

Pemerintah Indonesia melakukan diregulasi di sektor telekomunikasi dengan

membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli

telekomunikasi Indonesia.

Tahu

bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia

yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang

antara Telkom dan Indosat. Sejak bula

(56)

"New Telkom" ("Telkom baru") yang ditandai dengan penggantian identitas

perusahaan.

4.1.2.1. Visi, Misi, Motto dan Makna logo PT. Telkom

Sejak 11 Mei 2000 PT. Telkom memiliki visi baru yaitu: “to become a

leading infocome company in the region”. Dalam cita-citanya Telkom ingin menjadi

sebuah perusahaan yang memimpin bisnis infocome, yang merupakan perpaduan

antara telekomunikasi dan broadcasting, hiburan dan bisnis content, internet, data

serta mobile net dikawasan regional sebagai full service and network provider

(FSNP).

Adapun yang menjadi Misi PT. Telkom adalah sebagai berikut:

1. Menjadi perusahaan yang terunggul dalam menyediakan jasa dan jaringan

informasi dan komunikasi berskala regional.

2. Menyediakan pelayanan satu atap (one-stop-service).

3. Memberikan garansi yang terbaik bagi pelayanan dan harga yang kompetitif.

4. Menggunakan teknologi yang tepat guna dan partnership.

Dalam meningkatkan Visi dan Misi perusahaan, PT. Telkom juga mempunyai

Motto, yaitu: COMMITED 2 U yang memiliki arti pernyataan janji dan kesediaan

untuk pelibatan diri secara total dalam rangka memberikan yang terbaik kepada

stakeholders. Pelibatan diri ini bisa dilakukan dalam aktifitas pekerjaan, pemikiran,

(57)

menjalankan kepemimpinan, pengembangan kompetensi, dan sebagainya yang

kesemuanya dilakukan dalam rangka memberikan yang terbaik.

Secara filosofi perusahaan atau dari bentuk desain visualnya, logo Telkom

memberikan gambaran sebagai berikut:

1. Bentuk visual logo: misi Telkom yang mantap, modern, luwes, sederhana,

cepat terlihat secara utuh.

2. Menggambarkan dunia telekomunikasi modern melalui teknologi mutakhir

yang tercermin dalam citra keseluruhan.

3. Gambaran sifat komunikasi serta kerja sama yang selaras secara

berkesinambungan dan dinamis, digambarkan oleh garis-garis yang

mengesankan gerak beraturan dengan warna dominan biru tua dan biru muda

yang membentuk satu kesatuan visual/grafis yang utuh.

4. Warna biru tua menggambarkan teknologi tinggi telekomunikasi yang

berkembang dalam suasana masa depan gemilang.

5. Ruang gerak Telkom secara nasional dan internasional tergambar dalam

bentuk bulatan atau super elips dari logo.

6. Bentuk bulat yang berwarna biru tua menggambarkan utuhnya wawasan

nusantara yang dipersatukan oleh Telekomunikasi.

7. Bentuk huruf yang dipakai mencerminkan karakter modern, kokoh,

(58)

4.2. Interpretasi Data

4.2.1. CSR PT. Telkom di Sampali 4.2.1.1. Kampung Digital

Kampung Digital yang ada di Sumatera yang dibuat oleh PT. Telkom ada

beberapa yaitu Kampung Digital Terang Bulan, Kampung Digital Sumber Karya dan

Kampung Digital Sampali. Kampung Digital Sampali sendiri terletak di Desa

Sampali yang diresmikan pada 18 Juli 2008 oleh Direktur HC & GA PT. TELKOM,

Bapak Faisal Syam.

Alasan mengapa PT. Telkom mengadakan program PKBL (Program

Kemitraan Bina Lingkungan) yaitu Kampung Digital. Menurut Pak S adalah,

“… Karena kami tidak ingin mengadakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan bidang usaha yang kami jalankan yaitu penyedia jasa telekomunikasi…”(Wawancara di ruangan CDC PT. Telkom Kandatel Medan Hari Selasa, 25 Mei 2010)

Adapun kegiatan yang ada di Kampung Digital khususnya di Desa Sampali

adalah:

I. Pendidikan dan pemanfaatan TI untuk pengembangan masyarakat.

a. Pelatihan internet gratis untuk warga Desa Sampali dan biasanya dilakukan

pada hari libur.

b. Penyediaan Sarana Pusat Internet di 4 Lokasi yaitu Sekretariat Kampung

Digital yang ada di Gang Tawon, Kantor Desa, Pondok Rowo dan Kemuning

yang jika di total secara keseluruhan bantuan penyediaan sarana pusat internet

(59)

• 11 Unit Komputer

• 4 Unit Printer

• 1 Unit Projector • 1 Unit Kamera Digital

• 1 Unit Akses Internet

• 4 Unit Tower dan Radio Wireless • 1 Unit Hotspot

• 4 Unit Plank Nama

c. Pengembangan Website

untuk promosi desa, informasi kegiatan, penguatan lembaga sosial dan

promosi produk usaha kecil.

d. Pameran Kampung Digital Sampali pada ICT Expo 2008 di BATAM

e. Pengembangan Komunitasi Jurnalis Digital

II. Pemberdayaan ekonomi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)

a. Pengembangan Koperasi, yaitu Koperasi Serba Usaha (KSU)

“SAMPALI DIGITAL” (Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi lainnya

dilaksanakan oleh KSU “Sampali Digital” sebagai Unit Usaha PKBM

“Generasi Amanah”). Koperasi ini juga merupakan salah satu wadah untuk

(60)

III. Pemberdayaan sosial

a. Bingkisan Pendidikan Untuk 90 Anak Sekolah Kurang Mampu, Berupa baju

dan celana/rok sekolah, sepatu, buku tulis.

b. Bingkisan Ramadhan Untuk 60 jompo @ Rp. 100.000,-

IV. Perbaikan lingkungan, sarana umum dan ibadah.

a. Pembangunan Drainase di G. Tawon (Dusun 16, 17, 18)

b. Pembangunan Gapura Kampung Digital Sampali di Dusun 18 .

c. Perbaikan Mobil Ambulance dan Pembangunan Garasi Mobil Ambulance

d. Penanaman 1.000 Pohon Mangga di Halaman Rumah Warga

e. Pembangunan Tempat Pertemuan Warga/Joglo

f. Renovasi Tempat Pusat Sarana Internet 4 Lokasi

g. Pembangunan Drainase di Komp. Lapangan (Dusun 10) dan Jl. Kenari

(Dusun 12)

(61)
[image:61.612.106.525.159.700.2]

Tabel 3.

REKAPITULASI ANGGARAN

NO PROGRAM BANTUAN PT. TELKOM

HIBAH (Rp.) PINJAMAN (Rp.)

1 Pelatihan internet gratis untuk warga Desa Sampali

- -

2 Penyediaan Sarana Pusat Sarana Internet di 4 Lokasi

78.400.000 -

3 Pengembangan Website - -

4 Pameran Kampung Digital Sampali pada ICT Expo 2008 di BATAM

25.000.000 -

5 Pengembangan Komunitasi Jurnalis Digital

6.500.000 -

6 Pengembangan Koperasi 10.000.000 85.000.000

7 Pinjaman Modal Pengembangan Usaha Kecil (40 UKM)

- 437.000.000

8 Bantuan Modal Kerja Untuk Usaha Kecil

45.000.000 -

9 Pembangunan Drainase di Dusun 16, 17, 18

22.000.000 -

10 Pembangunan Gapura di Dusun 18

2.000.000 -

11 Perbaikan Mobil Ambulance dan Pembangunan Garasi Mobil Ambulance

(62)

12 Penanaman 1.000 Pohon Mangga

25.000.000 -

13 Pembangunan Tempat Pertemuan Warga/Joglo

10.000.000 -

14 Renovasi Tempat Pusat Sarana Internet 4 Lokasi

20.000.000 -

15 Pembangunan Drainase di Dusun 10 dan Dusun 12

20.000.000 -

16 Perbaikan Masjid Asy Syakirin Pondok Rawa (Dusun 22)

10.000.000 -

17 Bingkisan Pendidikan Anak Sekolah Kurang Mampu

12.705.000 -

18 Bingkisan Ramadhan Untuk 60 jompo

Gambar

Gambar 2. The Pentagon Asset
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hubungan ini buruh tani tetap terikat dengan adat istiadat (keseganan), dengan hutang pinjaman, bantuan- bantuan materil, dan lainnya. Dalam keadaan ini, buruh tani tetap

dengan judul : “Efektivitas Penerapan Metode SQ3R terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Materi Pokok Ekosistem Kelas X SMA PAB 4 Sampali Kecamatan Percut

TANGGUNG JAWAB HUKUM PERDATA PESANTEREN TERHADAP PENITIPAN ANAK PADA MASA PEMBELAJARAN Studi di Pesanteren Nurul Hakim Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli