FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAMPAK PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. TELKOM Tbk TERHADAP AKSES MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT PERI - URBAN DI DESA SAMPALI, KECAMATAN
PERCUT SEI TUAN, KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI Diajukan Oleh : DWI YULI ANDRIANI
060901029
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
Guna Memenuhi Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara MEDAN
ABSTRAKSI
Tujuan individu atau kelompok mendirikan perusahaan adalah mencari keuntungan semata dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan yang diinginkan. Namun, seiring perkembangan zaman perusahaan tidak lagi dituntut untuk mencari keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Untuk itu, muncullah sebuah istilah yang biasa disebut CSR (Corporate Social Responsibility) dimana pada awalnya CSR ini ditujukan kepada perusahaan yang berkaitan langsung dengan lingkungan seperti pertambangan dan juga memberi manfaat tidak hanya salah satu pihak melainkan kedua belah pihak yaitu masyarakat dan perusahaan.
Dari latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang?”. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Dan lokasi penelitiannya di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Informan adalah pihak perusahaan, Kepala Desa, Ketua Kampung Digital, Pengurus PIM, tokoh masyarakat dan UMKM yang menerima bantuan modal usaha. Dan kesemuanya berjumlah 15 informan.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat beriring salam kita hadiahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW yang telah menginspirasikan penulis untuk terus berusaha dan
berdo’a agar dapat meraih impian yang kini terwujud. Tiada suatu keinginan dan
cita-cita yang dapat tercapai jika tanpa perjuangan dan ridho dari Nya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar
Sarjana (S-1) bagi mahasiswa/i Departemen Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik. Dan penulis menyadari masih terdapat banyak kelemahan dan
kekurangan dalam skripsi ini, semoga dengan adanya penyempurnaan berupa kritik,
saran dan pendapat dari para pembaca dapat memberikan masukan positif bagi
penulis. Penulis juga menyadari bahwa apa yang telah diraih penulis saat ini tidak
terlepas dari dukungan moril dan materil dari berbagai pihak, dan penghargaan
yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada Ayah Rajawali dan Mama
Endang Sujiatik atas segala perhatian dan doanya. Selanjutnya penulis juga ucapkan
terima kasih kepada adik-adik penulis yaitu Wulan, Desti, Puput dan Yugo serta tak
lupa pula penulis berterimakasih kepada Almarhum Kakek Tukijo yang telah
memberi motivasi kepada penulis selama hidupnya, Nenek Sarini serta Pakde, Bukde,
Paklek, Buklek, serta sepupu-sepupu yang selalu memberi perhatian dan motivasi
Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu, dan pengetahuan, penulis
menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat selesai dengan baik tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: Bapak Prof. Dr. M. Arif
Nasution, MA selaku Dekan FISIP Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr.
Badaruddin, Msi selaku ketua Departemen Sosiologi, Ibu Dra. Rosmiani, MA selaku
Sekretaris Departemen Sosiologi dan Ketua Pengu ji, Bapak Henri Sitorus, S.Sos.,
M.Sc selaku Dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing
penulis selama mengerjakan skripsi ini, dan juga penguji I penulis, Bapak Drs.Henry
Sitorus., M.Si selaku penguji II penulis, Bapak Drs. Terang Kita Brahmana selaku
Dosen Wali penulis, semua Dosen FISIP Universitas Sumatera Utara yang pernah
membimbing penulis dalam setiap mata kuliah, semua Staf Administrasi di FISIP
USU.
Terima kasih juga kepada Wahyudi yang banyak memberikan bantuan
kepada penulis dan sahabat-sahabat penulis Rini Handayani Siregar S.Sos,
Rahmayani Butar-butar, Tuti Herlinda, Eka pradita, Maya Novita S.Sos, Indah
Kartika, Ulya Juriati, Asmawati, Esha, Mita Ranita, Viana , Metha Helfina, Risky
Khairil, Yandi Deriawan, Angga Harahap, Gibran Daulay, Vivi, Irma, Debora, Lidya,
Magdalena, Dila, Tantri, Ryan, Zulfadly, Darma, Afwan, Okto, Regar, Wina,
Melinda, Roselin, Rolas, Icha, Ayis, Rosianti, Tina, semua teman-teman departemen
Sosiologi Stambuk ’06 yang tidak disebutkan namanya, semua Senior dan Junior
Yogi, Nugroho, Wahyu Budi, Risa, Kak Yelmis dan Muhammad Hidayat sahabat
dunia maya yang banyak memberi saran dan kritik kepada penulis.
Tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dirwandi
selaku Manager CD Area I Sumatera, Bapak Suteki selaku Assisten Manager/Officer
I, Bapak Ben Sugito selaku Officer Penagih, Bapak Indra Prawira ST selaku Ketua
Kampung Digital, Muhammad Syahputra, ST, Kepala Desa Sampali Ibu Hj. Ir. Sri
Astuti, Bapak Saptaji dan seluruh Informan baik hati yang bersedia meluangkan
waktu dan memberikan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian kepada
penulis.
Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah swt atas
segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan, dan penulis berharap
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan dan
dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan penelitian ... 4
1.4.Manfaat Penelitian ... 4
1.5.Defenisi Konsep ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 9
2.2. Sustainable Livelihood (Penghidupan Berkelanjutan)... 26
2.3. Community Development Dalam Dunia Usaha ... 28
2.4. Wilayah Peri-Urban ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 33
3.2. Lokasi Penelitian ... 33
3.3.1. Unit Analisis ... 34
3.3.2. Informan ... 34
3.4. Teknik Pengumpulan data ... 35
3.4.1. Data primer ... 35
3.4.1.1. Metode Wawancara ... 35
3.4.1.2. Metode Observasi ... 36
3.4.2. Data Sekunder ... 36
3.5. Interpretasi Data ... 36
3.6. Jadwal Kegiatan ... 38
3.7. Keterbatasan Peneliti ... 39
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRESTASI DATA 4.1. Deskripsi Wilayah ... 40
4.1.1. Sejarah dan Gambaran Umum Desa Sampali ... 40
4.1.1.1. Penduduk ... 41
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan ... 43
4.1.2.1. Visi, Misi, Motto dan Makna Logo PT. Telkom ... 45
4.2. Interpretasi Data ... 47
4.2.1. CSR PT. Telkom di Sampali ... 47
4.2.1.1. Kampung Digital ... 47
4.2.1.2. Bantuan Kredit Mikro ... 54
4.2.2. Profil Informan ... 60
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 96
5.2. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Triple Bottom Lines ... 23
Gambar 2. The Pentagon Asset ... 27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nama-Nama Kepala Desa Sampali dan Masa Jabatan ... 41
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Sampali ... 42
ABSTRAKSI
Tujuan individu atau kelompok mendirikan perusahaan adalah mencari keuntungan semata dan menghalalkan segala cara untuk mencapai keuntungan yang diinginkan. Namun, seiring perkembangan zaman perusahaan tidak lagi dituntut untuk mencari keuntungan semata, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Untuk itu, muncullah sebuah istilah yang biasa disebut CSR (Corporate Social Responsibility) dimana pada awalnya CSR ini ditujukan kepada perusahaan yang berkaitan langsung dengan lingkungan seperti pertambangan dan juga memberi manfaat tidak hanya salah satu pihak melainkan kedua belah pihak yaitu masyarakat dan perusahaan.
Dari latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimana Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom Tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri-Urban di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang?”. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif. Dan lokasi penelitiannya di Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Informan adalah pihak perusahaan, Kepala Desa, Ketua Kampung Digital, Pengurus PIM, tokoh masyarakat dan UMKM yang menerima bantuan modal usaha. Dan kesemuanya berjumlah 15 informan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi seperti sekarang ini, orientasi dari sebuah usaha adalah
mencari keuntungan semata (profit-oriented). Prinsip dasar yang kemudian diterima
secara luas dalam dunia usaha adalah business is business. Dengan berpegang pada
prinsip ini, sebuah perusahaan bisa menghalalkan segala macam cara untuk bisa
meraih keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Sehingga seringkali terjadi
gesekan-gesekan kepentingan baik di dalam internal perusahaan sendiri ataupun antara
perusahaan dengan pihak eksternal.
Namun, saat ini perusahaan tidak hanya dituntut untuk mencari keuntungan
semata dan menghalalkan segala macam cara untuk meraihnya, tetapi juga harus
memperhatikan tanggung jawab sosial dimasyarakat yang berguna untuk menjaga
kelangsungan perusahaan itu sendiri. Untuk itu, sudah hampir beberapa tahun
belakangan ini sering kali kita dengar istilah Corporate Social Responsibility atau
yang bisasa disingkat dengan CSR.
Pentingnya program CSR ini dilaksanakan di dunia usaha, mendorong PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk melaksanakan program CSR yang sangat
perusahaan. Seperti hasil penelitian dari Novalina tahun 2009 tentang Implementasi
Program Corporate Social Responsibility dan Citra Perusahaan dimana terbukti
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara implementasi program Corporate
Social Responsibility dan citra positif perusahaan dimasyarakat. Ini terbukti bahwa
CSR tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat tetapi bagi perusahaan itu sendiri.
Selain manfaat diatas tujuan dari CSR adalah untuk pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan bertujuan untuk mengkreasikan masyarakat mandiri. Ini
sangat disadari benar oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang melakukan
kegiatan CSR agar masyarakat berdaya dan menjadi mandiri dengan beberapa
program atau agenda kegiatan yang dilakukan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
seperti: Telkom Peduli dimana ini merupakan suatu kemasan dari program CSR
(Corporate Sosial Responsibility) Telkom untuk peduli kepada warga masyarakat.
Termasuklah, bagaimana Telkom ingin mengembangkan sebuah kawasan yang
sebelumnya tidak begitu tersentuh, khususnya perkembangan ICT (Information and
Communication Technology) menjadi sebuah kawasan yang memiliki infrastruktur
ICT. Melalui pendekatan Tripple Bottom Line, Telkom mendirikan Pusat Informasi
Masyarakat dengan menyebar titik-titik akses (access points) semacam RT/RW-net
dengan mendirikan Kampung Digital sebagai pusat penyaluran koneksi internet
SPEEDY yang kemudian disalurkan ke Pusat Informasi Masyarakat (PIM),
membantu pembangunan drainase, renovasi mesjid dan menanam 1.000 pohon
Desa Sampali ini merupakan salah satu tempat yang dituju perusahaan ini
untuk mengimplementasikan program CSR mereka agar desa ini menjadi desa yang
berdaya dan mandiri. Desa Sampali ini juga merupakan wilayah yang termasuk
kedalam Wilayah Peri-Urban dimana karakteristik daerah urban dan pedesaan
bertemu.
Menyadari akan Wilayah Peri-Urban ini mempunyai peranan penting bagi
peri kehidupan penduduk desa maupun kota di masa yang akan datang dan turut
menentukan peri kehidupan kekotaan karena segala bentuk perkembangan fisikal
baru akan terjadi di wilayah ini. Sehingga tatanan kehidupan kekotaan pada masa
yang akan datang sangat ditentukan oleh bentuk, proses, dan dampak perkembangan
yang terjadi di Wilayah Peri-Urban tersebut maka perusahaan ini membantu
membangun wilayah ini dengan menerapkan program CSR mereka sebagai bentuk
tanggung jawab sosial mereka.
Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas maka peneliti tertarik untuk
mengangkat masalah tentang CSR (Corporate Social Responsibility) PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk yang bertempat di Desa Sampali Kecamatan Percut
Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara agar mengetahui
1.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah :
”Bagaimana dampak program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom
Tbk. terhadap akses mata pencaharian masyarakat di Desa Sampali Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara ?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui
bagaimana dampak program CSR (Corporate Social Responsibility) PT. Telkom Tbk.
terhadap akses mata pencaharian masyarakat peri urban di Desa Sampali, Kecamatan
Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan pada umumnya memiliki manfaat. Adapun manfaat yang
1.4.1. Manfaat teoritis
Adapun manfaat teoritis pada penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan sosiologis peneliti mengenai
Corporate Social Responsibility.
2. Dapat menjadi masukan dan menambah wawasan kajian ilmiah bagi para
mahasiswa khususnya bagi mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan
sumbangan dalam ilmu sosial dan masyarakat.
1.4.2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memperkaya informasi
pemahaman tentang Corporate Social Responsibility PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk
2. Menambah referensi daripada hasil penelitian dan dapat dijadikan sebagai
bahan rujukan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengetahui lebih dalam
1.5. Defenisi Konsep
Setiap penelitian yang bersifat ilmiah, pada umumnya defenisi konsep
sangatlah penting guna mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai. Oleh karena itu harus ada
batasan-batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai dalam penelitian ini.
Adapun konsep-konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dampak
Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif
maupun positif). Dampak yang dibahas dalam penelitian ini adalah dampak yang
didapat dalam melaksanakan program CSR PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
terhadap pengetahuan dan penghasilan masyarakat di Desa Sampali.
2. Program
Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta dengan usaha-usaha
dalam ketatanegaraan, perekonomian dan sebagainya yang akan dijalankan. Program
dalam penelitian ini mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR) PT.
TELKOM.
3. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate social responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada
keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan
(Untung, 2008 :1). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah sebuah bentuk kepekaan, kepedulian dan tanggung
jawab sosial perusahaan untuk ikut memberikan manfaat terhadap masyarakat dan
lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.
4. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk
PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah suatu Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa telekomunikasi dan sudah beroperasi sejak
lama hingga sekarang. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk berusaha untuk
memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat demi terlaksananya pertukaran
informasi antara beberapa pihak tanpa memandang jarak dan waktu.
Memasuki repelita V, pemerintah merasakan perlunya percepatan
pembangunan Telekomunikasi karena sebagai infrastruktur diharapkan dapat memacu
pembangunan sektor lainnya. Untuk itu, berdasarkan PP No. 25 Tahun 1991, bentuk
Perusahaan Umum (PERUM) dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO).
Dan sejak saat itu berdirilah Perusahaan Perseroan Telekomunikasi Indonesia Tbk
5. Wilayah Peri-Urban
Wilayah Peri-Urban merupakan wilayah di sekitar kota-kota besar yang dapat
dicapai secara harian ke kota inti. Pada wilayah ini terjadi penurunan kegiatan
ekonomi pedesaan, pertanian dan peralihan pemanfaatan lahan pertanian ke
perkotaan. (Soegijoko, 2005:43).
6. Mata pencaharian
Untuk menghitung seberapa besar dampak CSR terhadap akses mata
pencaharian dapat dilihat dari seberapa besar modal alam, manusia, keuangan, fisik,
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR muncul pada saat industri berkembang setelah terjadi revolusi industri,
kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari
keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup
diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui prduknya, dan pembayaran pajak kepada negara. Seiring dengan
berjalannya waktu, masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan
barang dan jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk
bertanggungjawab sacara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi antara
pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan operasional perusahaan
umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan
rusaknya lingkungan disekitar operasi perusahaan.
Inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya konsep CSR yang paling
primitif: kedermawanan yang bersifat kariatif. Gema CSR semakin terasa pada tahun
1960-an saat dimana secara global, masyarakat dunia telah pulih dari Perang Dunia II,
dan mulai menapaki jalan menuju kesejahteraan. CSR merupakan salah satu bentuk
suatu entitas bisnis yang bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungannya,
perusahaan memang mesti bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan
dari good bussiness ethics.
Terdapat lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis,
yaitu Transparency (Keterbukaan Informasi), Accountability (Akuntabilitas),
Responsibility (Pertanggungjawaban), Indepandency (Kemandirian) dan Fairness
(Kesetaraan dan Kewajaran) yang biasanya diakronimkan menjadi TARIF. Dan dari
kelima prinsip diatas prinsip responsibility merupakan prinsip yang mempunyai
kekerabatan paling dekat dengan CSR. Dan dalam prinsip ini, penekanan yang
signifikan diberikan kepada stakeholders perusahaan. Melalui penerapan prinsip ini
diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya
seringkali ia menghasilkan dampak eksternal yang harus ditanggung oleh
stakeholders. Karena itu, wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan
nilai tambah bagi stakeholders-nya (Wibisono, 2007:11-12).
Dari sisi etimologis CSR kerap diterjemahkan sebagai ”Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan”. Dalam konteks lain, CSR terkadang juga disebut sebagai
”Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha
(Tansodus)” (Wibisono, 2007:8).
Micheal Hopkins (2004:1), defenisi CSR adalah ” corporate social
responsibility is concerned with treating the stakeholders of the firm ethically or in a
manner deemed acceptable in civilized societies. Social includes economic
responsibility. Stakeholders exist both within a firm and outside. The natural
environment is a stakeholder. The wider aim of social responsibility is to create
higher and higher standards of living, while preserving the protability of the
corporation. For peoples both within and outside the corporation”, yaitu
memperlakukan stakeholders perusahaan seetis dan se-bertanggungjawab mungkin.
Secara etis ataupun bertanggungjawab” artinya memperlakukan para satkeholders
dalam cara yang bisa diterima atau dianggap bisa diterima dalam masyarakat yang
beradab.Sosial meliputi tanggungjawab ekonomi. Stakeholders terjadi di dalam dan di
luar perusahaan. Lingkungan alami juga merupakan stakeholder. Tujuan yang lebih
luas dari tanggungjawab sosial adalah untuk menciptakan standard kehidupan yang
lebih tinggi, sambil mempertahankan daya laba usaha untuk orang yang ada didalam
dan di luar perusahaan.
Menurut The World Business Council For Sustainable Development
(WBCSD) in Fox, et al (2002), definisi CSR adalah “corporate social responsibility
is the continuing commitment by business to be have ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life of the workforce and their
families as well as of the local community and society at large”, yaitu komitmen
bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja
dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut
komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan dalam rangka
adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat
menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta memanfaatkan
lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada sekaligus memelihara.
Warhurst (Wibisono, 2007 : 39-41) prinsip-prinsip CSR itu sendiri adalah
sebagai berikut:
1. Prioritas korporat.
Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan
penentu utama pembangunan berkelanjutan.
2. Manajemen terpadu.
Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap kegiatan
bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi manajemen.
3. Proses perbaikan.
Secara bersinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja sosial
korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial
serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara internasional.
4. Pendidikan karyawan.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan.
5. Pengkajian.
Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru
6. Produk dan jasa.
Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial.
7. Informasi publik.
Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor dan
publik tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan
pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa.
8. Fasilitas dan operasi.
Mengembangkan, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan
kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.
9. Penelitian.
Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk,
proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian
yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.
10.Prinsip pencegahan.
Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk atau jasa,
sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang
bersifat negatif.
11.Kontraktor dan pemasok.
Mendorong penggunaan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial korporat yang
mensyaratkan perbaikan dalam praktek bisnis yang dilakukan kontraktor dan
pemasok.
12.Siaga menghadapi darurat.
Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila
terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat,
instansi berwenang dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya
yang muncul.
13.Transfer best practice.
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktek bisnis yang
bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.
14.Memberi sumbangan.
Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis,
lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta lembaga
pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab
sosial.
15.Keterbukaan.
Menumbuh kembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik,
mengatisipasi dan memberi respons terhadap potencial hazard, dan dampak
16.Pencapaian dan pelaporan.
Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan
mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan
perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi,
pemegang saham, pekerja dan publik.
Ada beberapa bentuk kegiatan program yang dilakukan perusahaan dalam
konteks tanggung jawab sosial yaitu:
1. Public Relation yakni usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada
komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Strategi Defensif yakni usaha yang dilakukan perusahaan guna
menangkisanggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap
kegiatan perusahaan terhadap karyawanny, dan biasanya untuk melawan
’serangan’ negatif dari anggapan komunitas yang sudah terlanjur berkembang.
3. Keinginan Tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar
berasal dari visi perusahaan (Rudito, 2007:210).
Dalam setiap program, pada umumnya memiliki tujuan dan manfaat yang
berguna baik bagi segelintir orang maupun oleh kebanyakan orang. Adapun manfaat
yang dapat diambil dari adanya program CSR bagi perusahaan adalah sebagai berikut
a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek
perusahaan.
b. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
d. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
e. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
f. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
g. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
h. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
j. Peluang mendapatkan pengharagaan.
Selain manfaat diatas tujuan dari CSR adalah untuk pemberdayaan
masyarakat. Ini sangat disadari benar oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yang
melakukan kegiatan CSR agar masayarakat berdaya dan menjadi mandiri.
Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan masyarakat mandiri, kalau berbicara tentang
Corporate Social Responsibility, terdapat banyak defenisi. Kata sosial sering
diinterpretasikan dengan kedermawanan. Padahal CSR terkait dengan sustainability
dan acceptability, artinya diterima dan berkelanjutan untuk berusaha disuatu tempat,
dan perusahaan ingin berkelanjutan dalam jangka panjang. Jadi CSR juga dilihat
Selama ini CSR kebanyakan diukur dari sudut berapa besar uang yang
dikeluarkan perusahaan. Sebenarnya bukan uang saja, uang itu hanya sebagian nilai
karena ada nilai intangible yang sangat penting, artinya ada sesuatu yang tidak dapat
dinilai dengan uang. Nilai intangible, yaitu sampai sejauh mana perusahaan aktif dan
proaktif dengan lingkungan? Persoalannya kata sosial sering hanya dipahami sebagai
bentuk kedermawanan. Padahal kedermawanan itu adalah sebagian kecil dari CSR,
itu sebabnya ada perusahaan yang hanya mau menggunakan kata corporate
responsibility atau CR. Corporate responsibilities ada dua. Pertama, yang sifatnya ke
dalam atau internal. Kedua, yang sifatnya mengatur keluar atau eksternal. Kalau
internal menyangkut transparansi, sehingga ada yang namanya Good Corporate
Governance. Di kalangan perusahaan publik diukur dengan keterbukaan informasi
(Untung, 2008:9-10).
Good Corporate Governance adalah mekanisme bagaimana sumber daya
perusahaan dialokasikan menurut aturan ”hak” dan ”kuasa”, sedang Perusahaan
Publik menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Pasar Modal adalah
perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus)
pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp
3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah)atau suatu jumlah pemegang saham dan modal
yang disetor yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Adapun corporate responsibility eksternal, menyangkut lingkungan tempat
dimana perusahaan berada. Pengusaha harus memperhatikan polusi, limbah, maupun
pemasok, pelanggan, konsumen, maupun pemerintah. Apabila perusahaan ingin
berbuat sesuatu untuk masyarakat, perusahaan harus tahu apa yang stakeholder
butuhkan. Bukan yang ingin perusahaan buat. Oleh karena itu, harus terjadi
komunikasi sebelum membuat program. CSR jauh lebih besar dari kedermawanan
yang biasanya lebih karena bencana alam. Tujuan CSR juga bukan untuk memanja,
karena akan terjadi pembodohan masyarakat. Jadi CSR tujuannya untuk
pemberdayaan, bukan memperdayai. Pemberdayaan bertujuan mengkreasikan
masyarakat mandiri (Untung, 2008:10-11).
Menurut Princes of Wales Foundation ada lima hal penting yang dapat
mempengaruhi implementasi CSR, pertama, menyangkut human capital atau
pemberdayaan manusia. Kedua, environments yang berbicara tentang lingkungan.
Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat, social cohesion. Artinya,
dalam melaksanakan CSR jangan sampai menimbulkan kecemburuan sosial. Kelima
adalah economic strength atau memberdayakan lingkungan menuju kemandirian di
bidang ekonomi (Untung, 2008:11-12).
Jadi, keuntungan lain dari investasi sosial bernama CSR ini adalah apabila
dilihat dari investor global yang memiliki idealisme tertentu, dengan aktivitas CSR
saham perusahaan dapat lebih bernilai. Investor akan rela membayar mahal karena
kita membicarakan tentang sustainability dan acceptability. Sebab itu terkait dengan
resiko bagi investor. Investor menyumbangkan social responsibility dalam bentuk
premium nilai saham. Itu sebabnya ada pembahasan tentang corporate social
saham perusahaan secara premium. Kalau perusahaan tergolong high-risk investor
akan menghindar. Jadi, dari uraian diatas terlihat jelas bahwa faktor yang
mempengaruhi implementasi CSR adalah komitmen pimpinan perusahaan, ukuran
dan kematangan perusahaan serta regulasi dan sistem perpajakan yang diatur
pemerintah.
Agar program Corporate Social Responsibility (CSR) berhasil, maka perlu
adanya keterlibatan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga
sumberdaya komunitas, juga komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini, tidaklah
bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara
sosial antar stakeholders. Konsep kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy)
dalam tanggung jawab sosial tidak lagi memadai, karena konsep tersebut tidak
melibatkan kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan stakeholders
lainnya (Rudito, 2007:210).
Perilaku para pengusaha pun beragam dari kelompok yang sama sekali tidak
melaksanakan sampai ke kelompok yang telah menjadikan CSR sebagai nilai inti
(corevalue) dalam menjalankan usaha. Terkait dengan praktek CSR, pengusaha dapat
dikelompokkan menjadi empat: kelompok hitam, merah, biru, dan hijau.
Kelompok hitam adalah mereka yang tak melakukan praktik CSR sama sekali.
Mereka adalah pengusaha yang menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan
sekelilingnya dalam menjalankan usaha, bahkan tidak memperhatikan kesejahteraan
karyawannya.
Kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktek CSR,
tetapi memandangnya hanya sebagai komponen biaya yang akan mengurangi
keuntungannya. Aspek lingkungan dan sosial mulai dipertimbangkan, tetapi dengan
keterpaksaan yang biasanya dilakukan setelah mendapat tekanan dari pihak lain,
seperti masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Kesejahteraan karyawan baru
diperhatikan setelah karyawan ribut atau mengancam akan mogok kerja. Kelompok
ini umumnya berasal dari kelompok satu (kelompok hitam) yang mendapat tekanan
dari stakeholders-nya, yang kemudian dengan terpaksa memperhatikan isu
lingkungan dan sosial, termasuk kesejahteraan karyawan. CSR jenis ini kurang
berimbas pada pembentukan citra positif perusahaan karena publik melihat kelompok
ini memerlukan tekanan dan gertakan sebelum melakukan praktek CSR. Praktek jenis
ini tidak akan mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan.
Kelompok Biru, perusahaan yang menilai praktek CSR akan memberi dampak
positif terhadap usahanya karena metupakan investasi, bukan biaya. Kelompok Hijau,
Perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnisnya,
CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang merupakan
modal sosial.
Saidi dan Abidin (2004:64-65) menyatakan ada empat model atau pola CSR
1. Keterlibatan langsung, dimana perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan
sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini,
sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat senoirnya, seperti
corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas
pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, dimana perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini
merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan diperusahaan-perusahaan
dinegara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau
dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain, dimana perusahaan menyelenggarakan CSR
melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (ornop),
instansi pemerintah universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana
maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya,
pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat
”hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang
dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif
mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program CSR yang dilaksanakan
perusahaan ini dilakukan agar terjalin hubungan baik antara masyarakat dengan
perusahaan. Ini bisa dikatakan sebagai modal sosial yang dimiliki perusahaan agar
tetap beroperasi. Selain itu, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dari program
CSR ini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kedua belah pihak saling
menguntungkan satu sama lain dan saling mendapatkan manfaat dari hubungan yang
mereka jalani dengan baik.
Dalam CSR, perusahaan tidak dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya
berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang
direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan harus
berpijak pada triple bottom lines, selain aspek financial juga sosial dan lingkungan.
Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara
berkelanjutan (sustainable), tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan
lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat sekitar
terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan lingkungan hidup (Untung,
2008:25).
Dalam konteks CSR, dilakukan John Elkington pada 1997. dalam bukunya:
“Cannibals with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness.”
Elkington mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic
prosperity, environmental quality, dan social justice (Untung, 2008:32). Menurut
konsep tersebut, CSR dikemas kedalam tiga komponen prinsip yakni : Profit, Planet,
perusahaan dikatakan baik apabila perusahaan tersebut tidak hanya memburu
keuntungan belaka (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian
lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Gambar 1.
Triple Bottom Lines
Sumber : Wibisono, 2007:32
Profit (Keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan
adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi tingginya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling
esensial terhadap pemegang saham.
Profit sendiri pada hakikatnya merupakan tambahan pendapatan yang dapat
digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Sedangkan aktifitas Sosial (People)
yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan
produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai
keunggulan kompetitif yang dapat memberikan niali tambah semaksimal mungkin.
Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen
kerja melalui penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien,
menghemat waktu proses pelayanan. Termasuk juga menggunakan material sehemat
mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.
People (Masyarakat)
Menyadari bahwa msyarakat sekitar perusahaan merupakan salah satu
stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan masyarakat sekitar sangat
diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan,
maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan,
perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar
besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan
berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Karenanya pula
perusahaan perlu untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan
masyarakat. Intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan
Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika
perusahaan ingin eksis dan akseptabel maka harus disertakan pula tanggung jawab
kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang
kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai kita bangun tidur di pagi
hari hingga terlelap dimalam hari berhubungan dengan lingkungan. Air yang kita
minum, udara yang kita hirup, seluruh peralatan yang kita gunakan, semuanya berasal
dari lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung
bagaimana kita memperlakukannya.
Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang
penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan.
Disinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line atau 3BL, yakni profit, people
dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bisnis bukan hanya profit (laba) saja,
tetapi juga people (manusia) dan jangan lupa, planet (lingkungan) (Wibisono,
2.2. Sustainable Livelihood
Konsep ini sesungguhnya dikembangkan pertama kali di Inggris pada akhir
dekade 1990an, namun didesain sedemikian rupa sehingga sangat relevan untuk
kawasan sedang berkembang. Pendekatan pembangunan ala sustainable livelihood
system adalah pendekatan pembangunan kontemporer (konsep pembangunan dekade
1990an) yang berusaha mengoreksi pendekatan pembangunan ala modernisasi yang
dikenal sangat tidak akrab terhadap lingkungan. Pendekatan sistem nafkah
berkelanjutan berusaha mencapai derajat pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan
ekologi secara adil dan seimbang. Pencapaian derajat kesejahteraan sosial didekati
melalui kombinasi aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam tata
sistem-nafkah.
Scoones (Odero, 2009:2) mengidentifikasi lima aset atau tipe ”modal”, yakni:
modal alam, manusia, keuangan, fisik, dan sosial. Masyarakat, menurut pendekatan
kehidupan untuk keberhasilannya yang bertumpu pada nilai pelayanan yang mengalir
dari stok modal total. Lima bentuk modal ini tidak memiliki karakteristik yang sama.
Modal alami mengartikan elemen-elemen biofisik seperti air, udara, tanah, sinar
matahari, hutan, mineral, dan lain-lain. Aset-aset yang terjadi secara alami ini bisa
diperbaharui.
Modal manusia barangkali adalah faktor yang sangat penting. Orang sekaligus
merupakan objek dan subjek pembangunan. Modal keuangan adalah media
Ketersediaannya dengan demikian sangat penting terhadap pemanfaatan yang sukses
dari faktor-faktor atau aset lain. Tidak perlu dibingungkan dengan modal alami yang
serba fisik. Modal fisik mengartikan aset buatan manusia seperti perumahan, jalan,
dan bentuk modal fisik lainnya atau modal keras yang membentuk lingkungan. Modal
sosial menurut Coleman (1990) adalah produktif yang memungkinkan pencapaian
tujuan tertentu yang tidak mungkin dicapai tanpa itu. Dalam kerangka Sustainable
Livelihood, modal sosial memerlukan jaringan-jaringan sosial dan
[image:38.612.215.434.404.582.2]hubungan-hubungan dengan manusia.
Gambar 2.
The Pentagon Asset
Sumber: Odero, 2009:3
H S
P
F
N Human
Capital Social
Capital
Physical
Capital
Natural
Capital
Financial
2.3. Community Development oleh Dunia Usaha
Belakangan ini dirasakan adanya dorongan di kalangan dunia usaha agar
dalam melaksanakan berbagai aktivitas tidak semata-mata diorientasikan kepada
upaya untuk memperoleh keuntungan ekonomi secara langsung, tetapi juga
diorientasikan dalam rangka kepedulian sosial dan tanggung jawab sosial. Bahkan
dalam batas-batas tertentu usaha yang berorientasi kepedulian dan tanggung jawab
sosial tersebut dirasakan sebagai bagian dari implementasi nilai kemanusiaan dan
keadilan sosial yang menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk dunia usaha.
Pada umumnya implementasi kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha
tersebut diwujudkan dalam bentuk Corporate Social Responsibility (CSR).
Salah satu program yang dianggap sebagai sarana yang tepat untuk
melaksanakan aktivitas CSR yang proposional adalah community development yang
berkembang sejak tahun 1990-an dimana Community Development (Pengembangan
Masyarakat) adalah proses pembentukan kembali, struktur-struktur masyarakat
manusia yang memungkinkan berbagai cara baru dalam mengaitkan dan
mengorganisasikan kehidupan sosial serta pemenuhan kebutuhan manusia (Ife,
2008:3). Hal ini dapat dipahami dari beberapa pertimbangan.
Pertama, sesuai dengan karakteristiknya melalui program community
development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur modal sosial baik yang
dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. Dengan melaksanakan community
berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust. Sementara itu bagi
masyarakat, khususnya masyarakat lokal, melalui community development dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan unsur solidaritas sosial, kesadaran kolektif, mutual
trust dan reciprocal dalam masyarakat untuk mendorong tindakan bersama guna
meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi, sosial dan kultural masyarakat.
Kedua, melalui community development dapat diharapkan adanya hubungan
sinergis antara kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk bantuannya dengan
potensi yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh
dunia usaha melalui CSR bukan semata-mata bantuan yang bersifat karitatif,
melainkan bagian dari usaha untuk mengembangkan kapasitas masyarakat. Oleh
sebab itu melalui pendekatan community development dapat diharapkan program CSR
tersebut akan mendorong usaha pembangunan oleh masyarakat lokal secara
berkesinambungan dan terlembagakan.
Ketiga, aktivitas bersama antara dunia usaha dengan masyarakat, terutama
masyarakat lokal melalui community development dapat difungsikan sebagai sarana
membangun jalinan komunikasi. Apabila media komunikasi sudah terlembagakan,
berbagai persoalan dalam hubungan dunia usaha dengan masyarakat dapat
dibicarakan melalui proses dialog yang elegan dan dapat mengakomodasi
kepentingan semua pihak. Hal itu dimungkinkan karena melalui kegiatan bersama
dalam menggarap program-program dengan pendekatan community development
dapat dibangun saling pengertian dan empati diantara semua pihak yang terkait
Salah satu upaya dalam mewujudkan Community Development adalah dengan
melakukan pemberdayaan dimana pemberdayaan sendiri memiliki pnegrtian bahwa
pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagi proses, pemberdayaan adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok
lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah
kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil
yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial; yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya. Dan pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali
digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses
(Suharto, 2005:59-60).
Dalam melakukan pemberdayaan pada umumnya memiliki tahapan strategi
pemberdayaan yang penting guna tercapainya tujuan pemberdayaan yang diinginkan.
Suharto (2005 : 67-68) merumuskan tahapan strategi pemberdayaan, yang terdiri dari
5 tahapan yaitu:
1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekat-sekat kultural dan strujtural yang
2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memnuhi
kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuh-kembangkan segenap
kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat serta menunjang kemandirian
mereka.
3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok lemah
agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan
yang tidak seimbang apalagi tidak sehat antara yang kuat dan lemah,dan
mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah.
Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi
dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil.
4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyrakat mampu
menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus
mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh kedalam keadaan dan
posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan
keeimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan
2.4. Wilayah Peri- Urban
Daerah pinggiran kota adalah suatu daerah yang juga dikenal sebagai daerah
urban fringe atau daerah peri urban. Karena letaknya di antara dua wilayah yang
berbeda kondisi lingkungannya, maka wilayah peri urban (WPU) mempunyai
kenampakan kekotaan di satu sisi dan kenampakan kedesaan di sisi yang lain. Bisa
dikatakan bahwa wilayah ini terjadi penurunan kegiatan ekonomi pedesaan, pertanian
dan peralihan permanfaatan lahan pertanian ke perkotaan (Soegijoko, 2005:43).
Wilayah Peri-Urban ini mempunyai peranan begitu penting bagi peri
kehidupan penduduk desa maupun kota di masa yang akan datang dan turut
menentukan peri kehidupan kekotaan karena segala bentuk perkembangan fisikal
baru akan terjadi di wilayah ini. Sehingga tatanan kehidupan kekotaan pada masa
yang akan datang sangat ditentukan oleh bentuk, proses, dan dampak perkembangan
yang terjadi di Wilayah Peri-Urban tersebut maka perusahaan ini membantu
membangun wilayah ini dengan menerapkan program CSR mereka sebagai bentuk
tanggung jawab sosial mereka.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian
kualitatif merupakan metode yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang
apa yang dialami oleh subjek penelitian. Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai
pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang di dapat dari
yang diamati (Moleong, 2006).
3.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Lokasi penelitian ini diambil
berdasarkan pertimbangan diantaranya adalah: lokasi yang mudah dijangkau oleh
peneliti, ada keistimewaan tempat ini jika dibandingkan dengan kampung digital lain
3.3. Unit Analisis dan Informan
3.3.1. Unit Analisis
Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek
penelitian (Arikunto, 2002:121). Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah
masyarakat Desa Sampali.
3.3.2. Informan
Dalam suatu penelitian, informan merupakan orang-orang yang menjadi
sumber informasi dalam penelitian. Adapun informan kunci yang menjadi subjek
penelitian ini antara lain:
1. Pihak PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk yaitu manager CDC ( Community
Development Center) dan officer CDC ( Community Development Center)
sebanyak 1 orang
2. Kepala Desa Sampali sebanyak 1 orang
3. Ketua Kampung Digital sebanyak 1 orang
4. Pengurus Pusat Informasi Masyarakat sebanyak 1 orang
5. Tokoh masyarakat seperti: tokoh agama, tokoh perempuan dan tokoh pemuda
sebanyak 1 orang
6. Usaha Mikro Kecil Menengah penerima bantuan modal usaha sebanyak 10
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan atau
mengumpulkan data informasi yang dapat menjelaskan dan menjawab permasalahan
penelitian yang bersangkutan secara objektif. Dalam hal ini, teknik pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua cara yaitu:
3.4.1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data atau sumber pertama
dilapangan (Burgin, 2001:128). Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini
dilakukan dengan mengadakan studi lapangan yaitu:
3.4.1.1. Metode Wawancara
Metode wawancara biasa disebut juga metode interview. Salah satu bentuk
metode wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam
(in-depth interview). Wawancara mendalam merupakan suatu cara mengumpulkan
data atau informasi dengan cara langsung, bertatap muka dengan informan, dengan
maksud mendapatkan gambaran lengkap dengan topik yang diteliti (Bungin, 2008 :
157-158). Wawancara dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan informasi
3.4.1.2. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian. Data penelitian tersebut dapat diamati oleh
peneliti. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang
tampak pada penelitian. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang mendukung
hasil penelitian.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari beberapa
literatur diantaranya adalah buku-buku referensi, dokumen majalah, jurnal, internet,
yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.
3.5. Interpretasi Data
Interpretasi data adalah sebuah tahap dalam upaya menyederhanakan data
yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan maupun dari hasil yang
diperoleh dari buku-buku referensi, internet, jurnal, artikel, dan dokumentasi. Data
yang telah diperoleh dalam penelitian inilah yang akan diinterpretasikan berdasarkan
dukungan teori dalam kajian pustaka yang telah ditetapkan sampai pada akhirnya
disusun sebagai akhir laporan penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, tahap
dilakukan untuk kemudian data serta informasi yang didapat dikategorikan serta
dikaitkan dengan data yang satu dengan yang lainnya agar kemudian dapat
diinterpretasikan secara kualitatif dengan menggunakan konsep-konsep yang telah
3.6. Jadwal Kegiatan
No Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi √
2 ACC Judul √
3 Penyusunan proposal √ √
4 Seminar proposal √
5 Revisi Proposal √
6 Penyerahan hasil seminar √
7 Operasional penelitian √
8 Bimbingan √ √ √
9 Penulisan laporan akhir √ √
3.7. Keterbatasan Peneliti
Tidak ada manusia yang sempurna dan pastinya setiap orang memiliki banyak
keterbatasan begitu juga dengan peneliti yang menyadari begitu banyaknya
keterbatsan yang dimiliki dalam melakukan penelitian ini. Adapun keterbatasan
penelitian ini adalah karena beberapa kendala yang dihadapi peneliti dalam proses
penelitian:
1. Faktor Internal yang berasal dari dalam diri peneliti yaitu sedikitnya literature
yang diperoleh peneliti, peneliti memiliki keterbatasan waktu dan kemampuan
dalam berkomunikasi atau menyampaikan sesuatu yang kurang baik sehingga
terkadang para informan kurang mengerti apa yang peneliti maksud. Dalam
hal ini penelitian belum dapat di deskriptifkan secara mendalam sehingga
penyajian analisis masih belum maksimal dan masih terdapat banyak
kekurangan.
2. Faktor Eksternal merupakan kendala yang berasal dari luar selama proses
penelitian, yaitu lokasi penelitian yang harus melalui prosedur-prosedur
tertentu sebelum melakukan penelitian, harus memperoleh izin dari
perusahaan dan desa yang akan menjadi tempat penelitian yang menghabiskan
BAB IV
DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi Wilayah
4.1.1. Sejarah dan Gambaran Umum Desa Sampali
Tahun 1955 – 1978, Desa Sampali adalah sebuah kampung. Seiring
perkembangan zaman dan jumlah penduduk yang mulai bertambah maka kampung
ini diganti dengan sebutan desa yang diberi nama Desa Sampali. Desa Sampali
merupakan desa yang berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Luas wilayahnya 2.301,09 Ha. Desa ini berada diatas ketinggian ± 5 meter di atas
permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 2.238 m3/tahun dan memiliki suhu udara
rata-rata 24oC s/d 32oC.
Adapun yang menjadi batas-batas wilayah Desa Sampali adalah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pematang Johar
• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bandar Setia
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Medan Estate/Laut Dendang • Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pulo Brayan Darat
Luas wilayah yang cukup luas yaitu 2.301,09 Ha ini terdiri dari lahan
172 Ha, Ladang masyarakat 0,2 Ha, Lapangan olah raga 4 Ha, Rumah Ibadah 0,5 Ha
dan Kuburan 5 Ha. Dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana umum yang lengkap.
Setiap desa memiliki satu kepala desa dan dibawah ini ada beberapa nama
[image:52.612.145.535.271.472.2]kepala desa yang pernah atau masih menjabat sampai dengan sekarang.
Tabel 1.
Nama-Nama Kepala Desa Sampali dan Masa Jabatan
NO NAMA MASA JABATAN KETERANGAN
1 Kliwon 1955 – 1965 Kepala Kampung
2 Kamiso Mursidi 1965 – 1973 Kepala Kampung
3 Sudarji 1973 – 1978 Kepala Kampung
4 Salim Nasution 1978 – 1994 Kepala Desa
5 Drs. Mariono, SP 1994 – 2002 Kepala Desa
6 Ir. Sri Astuti 2002 – 2007 Kepala Desa
7 Ir. Hj. Sri Astuti 2008 – 2014 Kepala Desa
4.1.1.1. Penduduk
Desa Sampali di bagi atas 25 Dusun dan ada penambahan yaitu Cemara Asri
dan Cemara Hijau yang memiliki 21.262 jiwa yang terdiri dari 8.977 jiwa untuk
laki-laki dan 12.285 jiwa untuk perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak
4.537 KK. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk Desa Sampali dapat
Tabel 2.
Jumlah Penduduk Desa Sampali
No Dusun/Lingkungan Jumlah Penduduk
Lk Pr Jumlah
1 I 289 149 438
2 II 168 258 426
3 III 408 620 1028
4 IV 477 578 1355
5 V 325 532 857
6 VI 250 474 724
7 VII 604 896 1500
8 VIII 185 235 420
9 IX 175 245 420
10 X 200 301 501
11 XI 245 395 640
12 XII 275 393 668
13 XIII 559 580 1139
14 XIV 267 386 653
15 XV 215 130 345
16 XVI 235 360 595
17 XVII 245 320 565
18 XVIII 305 440 745
19 XIX 215 370 585
20 XX 331 590 921
21 XXI 362 568 930
22 XXII 420 455 875
23 XXIII 299 454 753
24 XXIV 338 753 1091
25 XXV 366 453 819
26 Cemara Asri 730 853 1583
27 Cemara Hijau 488 499 987
Jumlah 8977 12285 21262
Berdasarkan uraian tabel diatas dapat diketahui bahwa Dusun XV merupakan
dusun yang memiliki jumlah penduduk yang sangat sedikit yaitu 345 jiwa. Sedangkan
yang paling banyak adalah berjumlah 1583 jiwa yang merupakan daerah lingkungan
komplek perumahan Cemara Asri.
4.1.2. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Telkom pada tahu
layanan
Pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf Telefoon (PTT).
Sebelumnya, pada tanggal
telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia) dengan
Bogor (Buitenzorg).Pada tahun 2009 momen bersejarah tersebut dijadikan sebagai
patokan hari lahir Telkom.
Tahun
Telekomunikasi (PN Postel). Kemudian pada tahun
Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos & Giro) dan Perusahaan Negara
Telekomunikasi (PN Telekomunikasi).
Tahu
Telekomunikasi (Perumtel) yang menyelenggarakan jasa telekomunikasi nasional
maupun internasional. Tahu
Corporation Tbk.
terpisah dari Perumtel. Pada tahun
1989 tentang Telekomunikasi, yang juga mengatur peran swasta dalam
penyelenggaraan telekomunikasi.
Tahun
(Persero) Telekomunikasi Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 1991. Pada tanggal
saham Telkom. Sejak itu saham Telkom tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek
Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES), Bursa Saham New York (NYSE) dan
Bursa Saham London (LSE). Saham Telkom juga diperdagangkan tanpa pencatatan
di Bursa Saham Tokyo.
Tahun
Penghapusan Monopoli Penyelenggaraan Telekomunikasi. Memasuki abad ke-21,
Pemerintah Indonesia melakukan diregulasi di sektor telekomunikasi dengan
membuka kompetisi pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli
telekomunikasi Indonesia.
Tahu
bagian dari implementasi restrukturisasi industri jasa telekomunikasi di Indonesia
yang ditandai dengan penghapusan kepemilikan bersama dan kepemilikan silang
antara Telkom dan Indosat. Sejak bula
"New Telkom" ("Telkom baru") yang ditandai dengan penggantian identitas
perusahaan.
4.1.2.1. Visi, Misi, Motto dan Makna logo PT. Telkom
Sejak 11 Mei 2000 PT. Telkom memiliki visi baru yaitu: “to become a
leading infocome company in the region”. Dalam cita-citanya Telkom ingin menjadi
sebuah perusahaan yang memimpin bisnis infocome, yang merupakan perpaduan
antara telekomunikasi dan broadcasting, hiburan dan bisnis content, internet, data
serta mobile net dikawasan regional sebagai full service and network provider
(FSNP).
Adapun yang menjadi Misi PT. Telkom adalah sebagai berikut:
1. Menjadi perusahaan yang terunggul dalam menyediakan jasa dan jaringan
informasi dan komunikasi berskala regional.
2. Menyediakan pelayanan satu atap (one-stop-service).
3. Memberikan garansi yang terbaik bagi pelayanan dan harga yang kompetitif.
4. Menggunakan teknologi yang tepat guna dan partnership.
Dalam meningkatkan Visi dan Misi perusahaan, PT. Telkom juga mempunyai
Motto, yaitu: COMMITED 2 U yang memiliki arti pernyataan janji dan kesediaan
untuk pelibatan diri secara total dalam rangka memberikan yang terbaik kepada
stakeholders. Pelibatan diri ini bisa dilakukan dalam aktifitas pekerjaan, pemikiran,
menjalankan kepemimpinan, pengembangan kompetensi, dan sebagainya yang
kesemuanya dilakukan dalam rangka memberikan yang terbaik.
Secara filosofi perusahaan atau dari bentuk desain visualnya, logo Telkom
memberikan gambaran sebagai berikut:
1. Bentuk visual logo: misi Telkom yang mantap, modern, luwes, sederhana,
cepat terlihat secara utuh.
2. Menggambarkan dunia telekomunikasi modern melalui teknologi mutakhir
yang tercermin dalam citra keseluruhan.
3. Gambaran sifat komunikasi serta kerja sama yang selaras secara
berkesinambungan dan dinamis, digambarkan oleh garis-garis yang
mengesankan gerak beraturan dengan warna dominan biru tua dan biru muda
yang membentuk satu kesatuan visual/grafis yang utuh.
4. Warna biru tua menggambarkan teknologi tinggi telekomunikasi yang
berkembang dalam suasana masa depan gemilang.
5. Ruang gerak Telkom secara nasional dan internasional tergambar dalam
bentuk bulatan atau super elips dari logo.
6. Bentuk bulat yang berwarna biru tua menggambarkan utuhnya wawasan
nusantara yang dipersatukan oleh Telekomunikasi.
7. Bentuk huruf yang dipakai mencerminkan karakter modern, kokoh,
4.2. Interpretasi Data
4.2.1. CSR PT. Telkom di Sampali 4.2.1.1. Kampung Digital
Kampung Digital yang ada di Sumatera yang dibuat oleh PT. Telkom ada
beberapa yaitu Kampung Digital Terang Bulan, Kampung Digital Sumber Karya dan
Kampung Digital Sampali. Kampung Digital Sampali sendiri terletak di Desa
Sampali yang diresmikan pada 18 Juli 2008 oleh Direktur HC & GA PT. TELKOM,
Bapak Faisal Syam.
Alasan mengapa PT. Telkom mengadakan program PKBL (Program
Kemitraan Bina Lingkungan) yaitu Kampung Digital. Menurut Pak S adalah,
“… Karena kami tidak ingin mengadakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan bidang usaha yang kami jalankan yaitu penyedia jasa telekomunikasi…”(Wawancara di ruangan CDC PT. Telkom Kandatel Medan Hari Selasa, 25 Mei 2010)
Adapun kegiatan yang ada di Kampung Digital khususnya di Desa Sampali
adalah:
I. Pendidikan dan pemanfaatan TI untuk pengembangan masyarakat.
a. Pelatihan internet gratis untuk warga Desa Sampali dan biasanya dilakukan
pada hari libur.
b. Penyediaan Sarana Pusat Internet di 4 Lokasi yaitu Sekretariat Kampung
Digital yang ada di Gang Tawon, Kantor Desa, Pondok Rowo dan Kemuning
yang jika di total secara keseluruhan bantuan penyediaan sarana pusat internet
• 11 Unit Komputer
• 4 Unit Printer
• 1 Unit Projector • 1 Unit Kamera Digital
• 1 Unit Akses Internet
• 4 Unit Tower dan Radio Wireless • 1 Unit Hotspot
• 4 Unit Plank Nama
c. Pengembangan Website
untuk promosi desa, informasi kegiatan, penguatan lembaga sosial dan
promosi produk usaha kecil.
d. Pameran Kampung Digital Sampali pada ICT Expo 2008 di BATAM
e. Pengembangan Komunitasi Jurnalis Digital
II. Pemberdayaan ekonomi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah)
a. Pengembangan Koperasi, yaitu Koperasi Serba Usaha (KSU)
“SAMPALI DIGITAL” (Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi lainnya
dilaksanakan oleh KSU “Sampali Digital” sebagai Unit Usaha PKBM
“Generasi Amanah”). Koperasi ini juga merupakan salah satu wadah untuk
III. Pemberdayaan sosial
a. Bingkisan Pendidikan Untuk 90 Anak Sekolah Kurang Mampu, Berupa baju
dan celana/rok sekolah, sepatu, buku tulis.
b. Bingkisan Ramadhan Untuk 60 jompo @ Rp. 100.000,-
IV. Perbaikan lingkungan, sarana umum dan ibadah.
a. Pembangunan Drainase di G. Tawon (Dusun 16, 17, 18)
b. Pembangunan Gapura Kampung Digital Sampali di Dusun 18 .
c. Perbaikan Mobil Ambulance dan Pembangunan Garasi Mobil Ambulance
d. Penanaman 1.000 Pohon Mangga di Halaman Rumah Warga
e. Pembangunan Tempat Pertemuan Warga/Joglo
f. Renovasi Tempat Pusat Sarana Internet 4 Lokasi
g. Pembangunan Drainase di Komp. Lapangan (Dusun 10) dan Jl. Kenari
(Dusun 12)
Tabel 3.
REKAPITULASI ANGGARAN
NO PROGRAM BANTUAN PT. TELKOM
HIBAH (Rp.) PINJAMAN (Rp.)
1 Pelatihan internet gratis untuk warga Desa Sampali
- -
2 Penyediaan Sarana Pusat Sarana Internet di 4 Lokasi
78.400.000 -
3 Pengembangan Website - -
4 Pameran Kampung Digital Sampali pada ICT Expo 2008 di BATAM
25.000.000 -
5 Pengembangan Komunitasi Jurnalis Digital
6.500.000 -
6 Pengembangan Koperasi 10.000.000 85.000.000
7 Pinjaman Modal Pengembangan Usaha Kecil (40 UKM)
- 437.000.000
8 Bantuan Modal Kerja Untuk Usaha Kecil
45.000.000 -
9 Pembangunan Drainase di Dusun 16, 17, 18
22.000.000 -
10 Pembangunan Gapura di Dusun 18
2.000.000 -
11 Perbaikan Mobil Ambulance dan Pembangunan Garasi Mobil Ambulance
12 Penanaman 1.000 Pohon Mangga
25.000.000 -
13 Pembangunan Tempat Pertemuan Warga/Joglo
10.000.000 -
14 Renovasi Tempat Pusat Sarana Internet 4 Lokasi
20.000.000 -
15 Pembangunan Drainase di Dusun 10 dan Dusun 12
20.000.000 -
16 Perbaikan Masjid Asy Syakirin Pondok Rawa (Dusun 22)
10.000.000 -
17 Bingkisan Pendidikan Anak Sekolah Kurang Mampu
12.705.000 -
18 Bingkisan Ramadhan Untuk 60 jompo