• Tidak ada hasil yang ditemukan

- Informan 1

Nama : H.P Sitorus (61 Tahun)

Usia : 61 Tahun

Suku : Batak

Pendidikan Terakhir : Sekolah Teknik Pertama (STP) Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 2 Orang

Bapak H.P Sitorus adalah seorang nelayan tradisional yang memiliki sampan pribadi. Beliau berusia 61 Tahun dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 8 orang, diantaranya seorang istri dan tujuh orang anak. Dimana yang pertama bernama Juliana Sitorus dengan pendidikan terakhir tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) kemudian yang ke 2 (dua) bernama Rina Sitorus dengan pendidikan terakhir juga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) berlanjut pada anak ke 3 (tiga) yakni bernama Rivana Sitorus juga menamatkan pendidikan terakhir nya pada Sekolah Teknik Mesin (STM). Anak ke 4 (empat) bernama Riky Darma Sitorus dengan jenjang pendidikan terakhir yakni Strata 1 (S1) selanjutnya bernama Rita Sitorus yang menamatkan pendidikan terakhirnya pada jenjang SMA, lalu Rizal Sitorus juga menamatkan pendidikan di bangku SMA dan yang terakhir yakni Rio Sitorus dengan pendidikan terakhir Strata 1 (S1). Saat ini sebanyak 6 anggota keluarga telah bekerja dan 4 telah berumahtangga.

Beliau sudah menjadi nelayan selama 40 tahun lamanya, informan mulanya bekerja dilaut sejak usia 20 tahun dengan pengalaman yang cukup lama sebagai seorang nelayan alat tangkap yang pernah digunakan pun juga bermacam-macam. Yang pertama yakni pukat harimau pada

saat pengoperasiaanya dilarang oleh pemerintah dengan mengeluarkan Kepres atau pun Keputusan Presiden. Kemudian di lanjut dengan menjaring setelah itu membuat alat tangkap yakni bubu ikan dan yang terakhir ini adalah memancing cumi-cumi. Biasanya bapak H.P Sitorus memancing cumi-cumi di laut selama dua hari dua malam kemudian balik lagi ke daratan. Untuk melakukan aktivitasnya memancing cumi-cumi dan menjaring di lakukan pada jarak 12 mill dari bibir pantai

Saat ini penghasilan yang diperoleh oleh bapak H.P Sitorus sudah tidak dapat lagi diprediksikan bahkan lebih banyak menanggung kerugian disebabkan situasi air pasang yang kurang bagus. Seperti baru-baru ini bapak H.P Sitorus baru pulang dari melaut dan tidak mendapat hasil apa-apa. Berdasarkan penuturan beliau hasil yang didapatkan melalui menjaring dan memancing cumi-cumi yakni bisa menutupi belanja keperluan sehari-hari. Informan sepertinya enggan untuk menyebutkan nominal yang didapatkan dari hasil melaut. Saat mengalami keterbatasan modal informan melakukan peminjaman kepada toke dengan system pelunasan yakni menjual hasil tangkapan kita kepada toke dengan harga yang lebih murah. Biasanya bentuk peminjaman modal yang dilakukan oleh bapak H.P Sitorus tidak hanya berupa uang tetapi juga berupa barang yakni gengset. Seperti gengset yang beliau pakai untuk melaut beberapa hari lalu adalah hasil dari peminjaman kepada toke yang beliau sendiri pun tidak mengetahui berapa harga gengset yang diambilnya tersebut. Kemudian saat tidak ada penghasilan yang didapatkan sama sekali terpaksa keluarga meminjam kepada tetangga atapun rentenir, saat pulang dari melaut baru hutang tersebut dibayar. Saat ini setelah peristiwa tsunami di Aceh, ombak besar tidak lagi dapat diprediksi.

- Informan 2

Nama : J Br Silalahi

Usia : 54 Tahun

Suku : Batak

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 2 Orang

Ibu J Br Silalahi ialah istri dari bapak H.P Sitorus. Ibu J Br Silalahi adalah istri nelayan yang sehari-harinya berprofesi sebagai ibu rumahtangga. Ibu J Br. Silalahi menuturkan dengan penghasilan yang didapatkan seadanya beliau harus pandai-pandai mengatur keuangan serta menekan jumlah pengeluaran keluarga. Berdasarkan penuturan ibu J Br Silalahi jumlah keseluruhan pendapatan setiap bulannya kurang lebih Rp. 3.000.000,- dibarengi dengan jumlah pengeluaran yakni Konsumsi Rp.50.000/hari. Kemudian biaya pekerjaan sebesar Rp. 230.000/dua hari, pengeluaran ini yakni untuk biaya operasioanl pergi melaut lalu untuk biaya pendidikan ini mereka dibantu oleh anak-anak mereka yang telah bekerja sehingga meringankan sedikit biaya pengeluaran. Untuk transportasi sehari-hari ibu J Br Silalahi mengeluarkan biaya sebesar Rp. 40.000 selanjutnya ada biaya lain seperti biaya kemasyarakatan, biaya ini tidak dapat diprediksikan secara pasti berapa setiap bulannya tetapi jika dirata-ratakan informan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 150.000/bulan lalu biaya hutang saat ini informan mengatakan bahwa sedang meminjam uang kepada rentenir sebesar Rp. 300.000 dengan bunga sebesar 20 % setiap bulannya.

Meskipun hampir seluruh anak informan telah bekerja tetapi informan mengaku tidak memaksakan untuk anak-anaknya mengirimkan uang kepada mereka. Dengan keberadaan rumah yang dilatas laut, lantai yang terbuat dari kayu dan kondisi bangunan yang semi permanent bapak

H.P Sitorus dan ibu J. Br Silalahi tinggal sudah cukup lama di tempat ini. Berdasarkan hasil observasi peneliti tidak ada barang-barang seperti kursi yang menunjukan kemewahan dalam rumah informan. Hanya terdapat televisi, kipas angin dan sebuat lemari. Sebagai pelengkap terdapat beberapa foto anak-anak dari keluarga informan yang terpajang rapi di dinding atap rumah. Sebagian lantai rumah sudah bolong akibat dari pelapukan yang terjadi pada kayu. Untuk memasak ibu J Br Silalahi menggunakan bahan bakar gas, setiap minggunya hanya satu kali seminggu mengkonsmsi daging seperti daging ayam karna harganya yang relative terjangkau disbanding harga daging yang lain seperti sapi dan lain lain. Jika untuk membeli pakaian ibu J Br Sitorus membeli pakaian hanya sekali setahun pada waktu Hari Raya Idul Fitri.

- Informan 3

Nama : Ruslan

Usia : 54 Tahun

Suku : Melayu

Pendidikan Terakhir : SMP

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 3 orang

Bapak Ruslan kesehariannya bekerja sebagai buruh nelayan. Informan mengaku sejak usia 16 tahun sudah pergi melaut dan jika di perhitungkan sudah 38 tahun lamanya bekerja sebagai seorang nelayan. Saat melaut bapak Ruslan menggunakan alat tangkap jarring milik toke pemilik boat dan pancing cumi adalah alat tangkap milik bapak Ruslan Pribadi. Biasanya persiapan yang di lakukan beliau sebelum pergi melaut yakni menyiapkan alat tangkap seperti pancing., untuk keperluan lain seperti minyak dan es batu sebagai bahan pengawet ikan di siapkan oleh toke pemilik boat.

melaut tidak lah menentu. Biasanya bapak ruslan pergi melaut 3 (tiga) hari 3 (malam) lamanya. Informan mengatakan selain menjaring ikan kegiatan lain yang di lakukan yakni memancing cumi. Jumlah anggota dalam 1 kapal dengsn mustsn GT 5 saat ini berjumlah 5 orang termasuk informan. System bagi hasil yang di lakukan yakni tangkap bagi. 70 % buat toke pemilik kapal lalu 30 % lagi diberikan kepada anggota dan di bagi lagi dengan jumlah seluruh anggota dalam 1 (satu) kapal. Berdasarkan penuturan informan jika saat jumlah ikan banyak maka harga ikan murah bisa mencapai Rp. 7000/kg nya tetapi saat musim ombak besar bisa mencapai Rp. 30.000/kg. tetapi untuk saat ini harga ikan relative stabil seperti Rp. 12.000/kg.

Bapak Ruslan mempunyai 5 (lima) orang anak. Anak yang pertama Bella yang telah menikah dan tinggal dirumah bapak Ruslan, sementara suami nya bekerja sebagai buruh kasar di luar k ota. Kemudian anak beliau yang ke 2 (dua) bernama Indah dengan pendidikan terakhir tamat SMP dan telah menikah. Lalu yang ke 3 (tiga) bernama Mayang yang saat ini duduk dibangku kelas 2 SMK dan yang terakhir bernama Rafah saat ini masih berusia 3 (tiga) tahun. Anak-anak bapak Ruslan mendapat bantuan dari program pemerintah yakni PKH (Program Keluarga Harapan) yang diterima setiap 4 bulannya, bantuan dari program PKH ini dipergunakan untuk biaya sekolah anak-anak bapak Ruslan.

- Informan 4

Nama : Sumiyem

Usia : 43 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 3 orang

terkadang pergi bekerja sebagai penjemur ikan di gabion. Berdasarkan penuturan ibu Sumiyem penghasilan yang diperoleh bapak Ruslan tidak lah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya sekolah anak mereka. Saat pendapatan bapak Ruslan tidak ada sama sekali dari hasil melaut ibu Sumiyem terpaksa meminjam sejumlah uang kepada rentenir agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya sekolah anak mereka. Saat ini ibu Sumiyem meminjam uang sebanyak Rp. 500.000 kepada rentenir dengan cara pembayaran Rp. 35.000 seminggu sekali dan harus dilunasi sebesar Rp. 800.000.

Melihat kondisi rumah bapak Ruslan dan ibu Sumiyem sangatlah memprihatinkan, terletak di pinggiran laut dengan pondasi bangunan adalah kayu dengan ukuran kayu yang yang tidak terlalu besar. Kemudian jenis bangunan yang semi permanen dan tidak terlalu luas dan hanya terdapat satu kamar didalamnya. Dinding rumah terbuat dari atap rumbiah yang sudah hampir lapuk serta lantai rumah yang dari kayu yang saat kita berjalan di atasnya lantai tersebut akan goyang.

Berdasarkan penuturan ibu Sumiyem bahwa bapak Ruslan baru sembuh dari sakit tumor dan usus buntu selama 1 terakhir dan saat ini meskipun kondisi bapak Ruslan belum sembuh total beliau terpaksa pergi melaut agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selama 7 bulan terakhir biaya kehidupan keluarga bapak Ruslan ditanggung oleh menantu serta anak mereka yang bekerja sebagai TKW di Malaysia. Saat ada anggota keluarga yang sakit yang tidak terlalu parah ibu Sumiyem akan membawanya ke bidan terdekat dengan biaya perobatan sendiri. Ibu Sumiyem memilih berobat ke bidan karena menurut ibu Sumiyem pelayanan di Puskesmas kurang baik sehingga membuatnya kurang yakin untuk berobat di sana. Tetapi untuk sakit yang parah seperti yang dialami suaminya ibu Sumiyem memilih berobat ke puskesmas dan meminta rujukan ke Rumah Sakit terdekat seperti PHC Belawan.

- Informan 5

Nama : Anwar Efendi

Usia : 36 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 5 orang

Bapak Anwar Efendi adalah seorang buruh nelayan yang telah bekerja sebagai nelayan selama 15 tahun. Pendidikan terakhir bapak Anwar Efendi adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Saat ini jumlah anggota keluarga secara keseluruhan berjumlah 6 (enam) orang diantarnya 1 (satu) orang istri dan 5 (lima) orang anak. Anak-anak informan yakni yang pertama bernama Mindo yang saat ini duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, Mindo saat ini tidak tinggal dengan informan melainkan dengan neneknya yang berada di Sibolga. Kemudian yang ke 2 (dua) bernama Muhammad Soleh yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) lalu anak yang 3 (tiga) bernama Muhammad Akbar yang sedang duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Kemudian yang ke 4 bernama Asifa duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) dan yang Terakhir Cory yang juga saat ini yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) juga.

Sebagai buruh nelayan pada umumnya persiapan atau modal yang dikeluarkan yang oleh bapak Anwar Efendi tidak ada karena segala keperluan yang berkaitan dengan kegiatan melaut dipersiapkan oleh toke pemilik kapal, para buruh nelayan hanya tinggal bekerja. Alat tangkap yang di gunakan oleh bapak Anwar Efendi dan teman-temannya dalam satu Kapal adalah Jaring Ikan. Biasanya bapak Anwar Efendi pergi melaut 1 (satu) bulan lamanya dan menerima gaji harian. Gaji yang diterima bapak Anwar Efendi setiap harinya sebesar Rp. 55.000 dan gaji ini diterima setelah pulang dari melaut kemudian bapak Anwar Efendi juga menerima uang

kerajinan dari toke pemilik kapal yang jumlah nya enggan untuk disebutkan oleh informan. Dalam satu Boat jumlah seluruh anggota ada 10 orang, segala bentuk kerusakan alat tangkap dan alat bantu tangkap di tanggung oleh toke pemilik kapal. Bapak Anwar Efendi selain bekerja sebagai nelayan juga bekerja sebagai buruh bangunan tetapi ia hanya bekerja saat tidak pergi melaut. Terdapat sedikit perbedaan antara bapak Anwar Efendi dan informan sebelumnya yakni bapak Ruslan. Jika pada bapak Ruslan saat musim ombak besar tidak dapat pergi melaut sedangkan dengan bapak Anwar Efendi mereka dan anggota kapal yang lain akan pergi berlabuh ke pinggiran untuk sekitar dua hari lamanya.

Berdasarkan penuturan informan dengan pendapatan yang ia peroleh tersebut informan merasa tidak cukup untuk memenuhi keperluan sehari-harinya. Dapat di katakan pas-pasan, sehingga istri dari bapak Anwar Efendi juga bekerja. Anak-anak bapak Anwar Efendi juga mendapat bantuan dari PKH (Program Keluarga Harapan) tetapi tidak seluruh nya hanya 3 (tiga) orang saja. Saat ini jumlah pendapatan keseluruhan pendapatan keluarga bapak Anwar Efendi senilai Rp. 3.000.000,- dengan jumlah pengeluaran sebesar Rp.80.000/hari. Biaya transportasi dan anak sekolah sebesar Rp.40.000 kemudian biaya komsumsi sebesar Rp.40.000. Untuk biaya kemasyarakatan berdasarkan penuturan informan tidak dapat di pastikan berapa setiap bulannya tetapi jika di rata-rata keluarga informan mengeluarkan uang sebesar Rp. 100.000/bulan. Menurut informan saat tidak memiliki uang untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari, Ibu Nurmala Simbolon (Istri Informan) akan menghutang ke warung, hutang ini akan dibayar ketika informan pulang dari melaut atau saat ibu Nurmala gajian dari pabrik. Biasanya jumlah hutang di warung paling tinggi sebesar Rp.700.000/bulannya.

- Informan 6

Nama : Muhammad Nazri Lubis

Usia : 39 Tahun

Suku : Melayu

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jumlah Seluruh Anggota Keluarga yang menjadi tanggungan : 4 orang

Bapak Muhammad Nazri telah bekerja sebagai buruh nelayan selama 17 tahun lamanya. Pendidikan terakhir bapak Muhammad Nazri adalah tamat Sekolah Pertama. Jumlah seluruh anggota keluarga adalah 5 orang diantarnya 1 (satu) orang istri dan anak 4 (empat) orang anak. bapak Muhammad Nazri bekerja sebagai buruh nelayan, alat tangkap yang digunakan yakni jaring ikan dan pancing cumi.

Jaring ikan adalah alat tangkap kepunyaan toke pemilik kapal sedangkan pancing cumi adalah alat tangkap milik pribadi bapak Muhammad Nazri, di sela-sela menebar jaring bapak Nazri memancing cumi sebagai tambahan penghasilan. Dalam 1 boat bapak Nazri bersama anggota lainnya berjumlah 5 orang dan lamanya pergi melaut selama 2 (dua) hari. Berdasarkan penuturan informan penghasilan yang diperoleh dari hasil sebagai buruh nelayan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan yang diperoleh bapak Muhammad Nazri sebagai buruh nelayan biasanya diterima sebesar Rp. 200.000/dua hari. Tetapi penghasilan ini juga tidak menentu tergantung hasil tangkpan. System bagi hasil yang dilakukan toke yakni tangkap bagi. Dimana hasil dibagi berdasarkan jumlah ikan yang didapat. Jika tidak mendapat hasil sama sekali maka toke akan mendahului untuk membayar upah buruh nelayan dan biaya operasional untuk melaut. Kemudian ini akan dibayar jika mendapat hasil dari melaut di kemudian harinya. Penghasilan ini akan lebih jika mendapat tangkapan ikan yang lebih banyak

lagi.

- Informan 7

Nama : Ngatini

Usia : 38 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah Seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 4 orang

Ibu ngatini adalah istri dari bapak Muhammad Nazri, keseharian ibu Ngatini adalah berjualan gorengan. Ibu Ngatini berjualan gorengan sejak menikah dengan bapak Muhammad Nazri. Berdasarkan penuturan informan, bahwa dirinya berjualan gorengan untuk membantu biaya hidup sehari-hari. Ibu Ngatini berjualan dari pagi hingga sore hari.

Dalam 1 (satu) rumah terdapat 2 (dua) rumahtangga, yakni rumahtangga informan dan abang ipar informan. Kondisi rumah informan tak jauh berbeda dengan informan lain, didirikan di atas laut ditopang oleh kayu sebagai fondasi. Kemudian lantai rumah dari kayu yang sebahagian telah lapuk sehingga Nampak jelas terdapat beberapa lubang pada lantai rumah. Lalu dinding rumah juga terbuat dari kayu, sama halnya dengan lantai rumah dinding rumah juga telah mengalami pelapukan sehingga ada beberapa bagian yang ditempel.

Berdasarkan penuturan ibu Ngatini jumlah pndapatan yang diterima setiap bulannya jika dirata-rata sejumlah Rp. 3.000.000/bulan. Tetapi jumlah ini juga tidak menentu karena penghasilan dari dari melaut juga tidak dapat dipastikan, dengan jumlah pengeluaran Rp. 70.00/hari. Konsumsi sebasar Rp. 40.000, lalu biaya sekolah anak dan transportasi sebsar Rp. 30.000. anak-anak ibu Ngatini saat ini berjumlah 4 orang 2 (dua) diantaranya sedang duduk di

bangku Sekolah Dasar (SD) dan dua lagi belum sekolah. - Informan 8

Nama : Amran Lubis

Usia : 52 Tahun

Suku : Batak

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Bapak Amran Lubis adalah seorang nelayan tradisional. Saat ini usia bapak Anwar Lubis 52 tahun dan telah bekerja sebagai nelayan selama 20 tahu. Bapak Anwar Lubis mulai bekerja sebagai nelayan di usia 32 tahun pada saat itu baru menikah dan tidak memiliki pekerjaan yang menetap sehingga memilih untuk pergi melaut. Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan adalah 4 orang. Saat ini status pernikahan bapak anwar yakni seorang duda. Beliau baru saja bercerai dengan istri nya. Saat ini mantan istri informan telah menikah lagi dan tinggal di Kampung Kurnia.

Anak-anak informan tinggal bersama informan, informan adalah saudara abang dari Muhammad Nazri Lubis (informan ke 6) yang tinggal serumah dengan beliau. Anak-anak beliau saat ini ada yang telah putus sekolah. Anak yang pertama terakhir kali mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD) memilih untuk tidak bersekolah kemudia anak ke 2 (dua) terakhir kali duduk dibangku kelas 3 SD. Kemudian anak yang ke 3 dan ke 4 (empat) belum bersekolah. Hidup sebagai tulang punggung keluarga bapak Anwar Lubis berusaha semaksimal mungkin untuk dapat membiayai kehidupan anak-anaknya. Karena anak-anak info

- Informan 9

Nama : Sabbanudin

Usia : 42 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah seluruh anggota Keluarga yang menjadi tanggungan : 5 orang

Bapak Sabbanudin adalah seorang buruh nelayan, berusia 42 tahun. Informan menjadi nelayan selama 20 tahun, alat tangkap yang pernah di gunakan yakni yang pertama Katrol (Pukat Harimau) kemudian alat ini di tangkap oleh Marinir Angkatan Laut. Berdasarkan penuturan informan bahwa penggunaan Pukat Harimau sangat dilarang karena dapat mengancam kepunahan biota laut. Dahulu pelarangan Pukat Harimau tidak seketat saat ini. Kemudian beralih ke alat tangkap Pukat Cerut yang lama pergi melaut selama 12 hari tetapi bapak Sabbanudin merasa tidak memadai kemudian pindah ke Pukat Teri.

Untuk alat tangkap pukat Cerut hasil tangkapan berupa ikan seperti ikan gembung, selayang, tongkol dan jenis ikan lainnya yang terjerat dalam pukat. Untuk pengoperasian Pukat Cerut berjarak 20 mill dari bibir pantai, kalau untuk pukat teri berjarak 9 mill dari bibir pantai. Saat ini bapak Sabbanudin mengikuti boat dengan alat tangkap Pukat Teri. Bapak Sabbanudin pergi melaut subuh hari pada pukul 04.00 WIB dan kembali pulang pada pukul 16.00 WIB demikian seterusnya. Jumlah anggota saat ini 5 orang dengan memakai 2 Boat. Boat 1 (satu) berisi 4 (empat) orang dan Boat 2 (dua) berisi 1 orang saja. Boat 2 (dua) digunakan hanya untuk mengikuti Boat 1 (satu), maka kemana arah boat 1 (satu) diikuti oleh Boat 2 (dua). Tetapi boat 2 (dua) ini tidak bekerja hanya mengikuti boat 1 (satu).

3.000.000,- ini sudah termasuk keseluruhan biaya termasuk gaji para anggota. Gaji yang diterima bapa Sabbanudin berkisar Rp.100.000/hari tetapi ini juga tergantung hasil tangkapan. System bagi hasil dilakukan dengan cara perhitungan dari hasil yang di dapat. Jadi missal penghasilan dalam 1 hari bisa mencapai Rp. 5.000.000 lebih dari belanja yang di tanggung oleh toke tadi berarti ada sisa Rp. 2.000.000 lagi, uang Rp. 2.000.000 di hitung untuk 1 0 hari kedepan.

- Informan 10

Nama : J Br. Saragih

Usia : 37 Tahun

Suku : Batak

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah Seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 5 Orang

Ibu J Br. Saragih adalah istri dari bapak Sabbanudin. Keseharian informan yakni berjualan jajanan seperti es dan jajanan kecil. Berdasarkan hasil observasi peneliti terdapat beberapa renteng makanan kecil serta es dalam bentuk sachetan. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan sebanyak 5 orang. Anak yang pertama saat ini duduk di kelas 2 (dua) SMK, lalu yang ke 2 (dua) memasuki kelas 1 (satu) SMK dan yang terakhir kelas 1 SD. Bapak Sabbanudin tinggal di rumah kontrakan di Kampung Kolam dengan biaya setiap tahunnya sebesar Rp. 2.500.000/tahun. Dari mulai menikah sampai saat ini telah memiliki anak 5 orang bapak Sabbanudin menyewa rumah yang ditempatinya saat ini. Lantai rumah terbuat daar kayu, serta dinding dari papan.

Sebagai istri nelayan ibu J Br Saragih menuturkan bahwa penghasilan dari berjualan tidak lah banyak. Es yang di jual informan seharga Rp. 1000 serta jajanan Rp. 500. Untung dari jualan pun tidak banyak, jika di rata-ratakan dalam seminggu ibu J Br. Saragih mendapat keuntungan

sebesar Rp. 70.000 – 80.000 jumlah ini juga tidak menentu. Bahkan dalam 1 minggu bisa mendapat keuntungan Rp. 50.000,- Berdasarkan penuturan informan bahwa sebagai seorang istri nelayan harus sangat menekan jumlah pengeluaran sehari-hari karena tidak adanya jaminan akan penghasilan yang didapat. Penghasilan yang diterima informan dari bapak Sabbanudin tidak lah menentu, bahkan jika tidak ada hasil tangkapan tidak membawa apa-apa kerumah.saat situasi sulit seperti ini maka informan akan menghurang ke warung berupa sembako seperti beras, gula, minyak goring, bubuk the dan sebagainya. Jika dinominalkan jumlah hutang informan sebesar Rp. 300.000 untuk saat ini.

- Informan 11

Nama : Dianto

Usia : 39 Tahun

Suku : Melayu

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jumlah Seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 3 orang

Bapak Dianto adalah seorang nelayan yang berusia 39 Tahun, jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan adalah 3 (tiga) orang diantaranya 1 (satu) orang istri dan 2 (dua) orang anak. Bapak Dianto adalah seorang buruh nelayan dan sudah menjadi nelayan selama 20 Tahun, selama 20 tahun sudah banyak pengalaman yang di lewati informan. Serta berpindah dari 1 (boat) ke boat lain. Alat tangkap yang pernah dipakai bapak Dianto diantaranya

Dokumen terkait