• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jebakan Kemiskinan Nelayan ( Studi Kasus Nelayan di Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia ) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jebakan Kemiskinan Nelayan ( Studi Kasus Nelayan di Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia ) Chapter III V"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan metode penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Yin (1997) metode studi kasus adalah strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” dan “why”, bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena masa kini di dalam konteks kehidupan nyata. Kemudian peneliti tidak mengontrol peristiwa/gejala sosial yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti meneliti suatu peristiwa atau gejala sosial sebagaimana adanya. Predikat “sebagaimana adanya” itu menunjuk pada kondisi “relatif alami” (naturalistic). Lalu peristiwa/gejala sosial kontemporer atau masa kini dalam konteks kehidupan nyata. Artinya peneliti dapat mengakses peristiwa/gejala sosial yang diteliti melalui metode pengamatan berperan serta dan wawancara mendalam dengan subyek yang diteliti.

Berkaitan dengan masalah yang diangkat, penulis bertujuan untuk meneliti dan mengetahui jebakan kemiskinan nelayan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Suyatno & Sutinah (2005 : 16) pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang di anggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan oleh sejumlah individu atau kelompok orang.

3.2 Lokasi Penelitian

(2)

penelitian yang hendak dilakukan maka akan menjadi suatu hal yang sia- sia. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kampung Kolam Pajak Baru, Kelurahan Belawan Bahagia, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan, Propinsi Sumatera Utara. Penentuan lokasi dilakukan secara purposif (sengaja) dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Kampung Kolam Pajak Baru merupakan salah satu pusat pemukiman nelayan yang ada di Kota Medan dan kehidupan masyarakat nelayannya memiliki karakteristik yang mendukung topik penelitian.

2. Jarak yang relatif dekat pada peneliti dengan Kampung Kolam Pajak Baru sehingga dapat memudahkan peneliti dalam pengambilan data.

3. Kampung Kolam Pajak Baru merupakan daerah yang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan.

3.3 Unit Analisis dan Informan

3.3.1 Unit Analisis

Hamidi (2005: 75-76) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah rumahtangga nelayan yang bertempat tinggal di kampung Kolam Pajak Baru kelurahan Belawan Bahagia kecamatan Medan Belawan.

3.3.2 Informan

(3)

pengalaman tentang latar penelitian. Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi tetapi teknik sampling. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sample. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Nelayan yang bertempat tinggal di Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan yang tercatat sah dalam kependudukan.

b. Rumahtangga nelayan pemilik sampan tradisional dan nelayan pekerja yang memiliki kepala keluarga yang telah menjadi nelayan selama 10 tahun.

c. Nelayan pemilik sampan tradisional dan pekerja yang bekerja sebagai nelayan secara turun- temurun dan memahami permasalahan penelitian.

Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan pertama merupakan hal yang sangat utama sehingga harus dilakukan secara cermat, karena penelitian ini mengkaji tentang jebakan kemiskinan nelayan Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia maka peneliti memutuskan informan pertama sesuai dan tepat ialah keluarga nelayan yang telah lama berprofesi sebagai nelayan dan memenuhi kriteria dalam mendukung penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(4)

ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.

3.4.1 Observasi

Pengertian Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2007 : 104). Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk mengamati kondisi ekonomi, sosial, kesehatan serta lingkungan dari pada nelayan yang bertempat tinggal di Kampung Kolam Pajak Baru. Sebelum peneliti sampai pada tahap observasi terlebih dahulu pada tahap pra obsevari dimana pada umumnya tahap pra observasi ini dilakukan oleh hampir rata-rata peneliti. Manfaat dari observasi ini antara lain peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

3.4.2 Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang di selenggarakan atau di lakukan dengan cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan informan. Teknik ini dilakukan guna mendapatkan informasi serta data yang diharapkan oleh peneliti melalui jawaban lisan oleh informan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai informan adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal.

(5)

wawancara ini penulis menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman yang telah disusun sebelumnya yang bersifat terbuka dan berisikan hal-hal yang pokok, dimana untuk selanjutnya dapat dikembangkan pada saat wawancara berlangsung.

Wawancara Mendalam menjadi suatu alat bantu utama yang dikombinasikan dengan observasi. Dalam melakukan wawancara ini peneliti menggunakan alat bantu perekam telepon seluler untuk memperlancar dan mempermudah penelitin dalam melaksanakan wawancra. Cara penyampaian pertanyaan dan irama wawancara dilakukan dengan Bahasa Indonesia dan diselingi sedikit Bahasa Melayu, hal ini dikarena beberapa informan kesehariannya sering mengggunakan Bahasa melayu.

3.5.3 Dokumentasi

Teknik dokumentasi menurut Arikunto adalah mencari dan mengumpulkan data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya.” (Arikunto 2006 : 158). Berdasarkan pengertian teknik dokumentasi tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen berupa foto–foto/gambar yang berkaitan dengan perangkap kemiskinan keluarga nelayan.

Tujuan diadakan metode dokumentasi yakni melengkapi data yang di peroleh dari hasil wawancara dan observasi. Dalam hal ini, data yang ingin diperoleh adalah data sekunder berupa peta lokasi penelitian, serta beberapa foto dengan informan.

3.6 Sumber Data

Pada penelitian ini sumber data yang digunakan yakni :

(6)

gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung (Arikunto, 2006).

3.6.2 Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan, SMS, foto dan lain-lain (Arikunto, 2006).

3.7 Interpretasi Data

Data yang dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data dilakukan secara intensif setelah pengumpulan data selesai dilaksanakan. Menurut pada Lexy J. Meleong (2002 : 190), pengolahan data ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, pengamatan (observasi) yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen resmi, gambar foto dan sebagainya.

(7)

3.8 Keterbatasan Penelitian

(8)

BAB IV

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis Kampung Kolam Pajakan Baru Kelurahan Belawan Bahagia

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas beberapa pulau baik pulau besar maupun kecil, sebahagian Negara Republik Indonesia memiliki wilayah perairan yang lebih luas bila dibandingkan dengan luas daratannya. Melihat komposisi wilayah kepulauan Indonesia memiliki potensi yang cukup penting terutama potensi yang terkandung di dalam laut. Dimana memiliki kekayaan yang besar bukan hanya jenis ikan yang beragam, tetapi juga dari jenis hayati lain yang hidup diperairan Indonesia.

Propinsi Sumatera Utara dalam kota Medan diketahui bahwa ada begitu banyak peluang bagi nelayan karena melihat potensi alam yang dimana terdapat pantai sebagai tempat wisata tetapi juga sebagai tempat mencari ikan, maka kota Medan sebenarnya memberikan peluang bagi nelayan untuk menangkap ikan selain dari pekerjaan lain yang ada di kota Medan. Mengarah dari kota Medan yang dimana telah dibagi beberapa kecamatan yang disini berdasarkan tempat penelitian bahwa kecamatan Medan Belawan yang merupakan salah satu kecamatan yang ada di kota Medan menunjukkan adanya peluang besar bagi nelayan untuk mencari nafkah sebagai pencari ikan dimana kecamatan ini memiliki tempat atau wilayah yang terdapat pantai atau laut lepas sehingga memberikan suatu pekerjaan bagi nelayan atau masyarakat yang berada dalam wilayah tersebut.

(9)

masuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Belawan. Kelurahan dibagi menjadi 20 lingkungan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.

a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Belawan I

b) Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Belawan Bahari

c) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Belawan Bahari

d) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Sicanang

Dengan luas wilayah 54 Ha. Keadaan alam Kelurahan Belawan Bahagia termasuk daerah pesisir pantai dengan hasil utamanya dari sektor perikanan laut. Karena sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan buruh harian lepas. Kelurahan Belawan Bahagia wilayahnya padat akan penduduk karena begitu banyaknya bangunan warga yaitu perumahan yang tidak teratur, saat ini seluruh bagian tanah bahkan pinggiran laut sudah ditempati rumah dan bangunan jadi tidak ada lahan untuk menanam sehingga keadaan terasa panas dan sumpek karena tidak adanya pohon sebagai proses penyejukan sekitar jalan dan pekarangan tersebut. Hal ini melihat karena banyaknya jumlah penduduk yang mendiami tempat ini, meskipun banyak rumah yang hanya dibangun tidak terlalu luas dan diatur rumah dengan bertingkat namun masih saja luas lahan sempit dan jarak antara rumah yang satu dengan yang lain berdekatan atau bisa dibilang tembok satu untuk gabungan rumah yang ada disampingnya.

(10)

sedangkan ke Ibukota Medan ± 26 Km dengan waktu tempuh ± 1 Jam. Pemanfaatan tanah bagi penduduk Kampung Kolam kelurahan Belawan Bahagia semata-mata untuk kepentingan perumahan sehingga untuk usaha pertanian atau perkebunan tidak ada sama sekali. (Sumber Data : Profil Kelurahan Belawan Bahagia)

4.1.3 Pola Pemukiman Penduduk

Pemukiman di Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia termasuk dalam pemukiman padat penduduk. Rumah penduduk cenderung berjajar rapat dan dibangun diatas laut dan beberapa rumah lainnya juga berjajar di pinggir jalan raya yang menghadap ke arah jalan. Berikut jumlah bangunan rumah di Kelurahan Belawan Bahagia

Tab el 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tempat Tinggal

No Jumlah Penduduk Menurut Tempat Tinggal

Frekuensi (Unit)

%

1 Rumah terbuat dari batu seluruhnya / Parmanent

1.748 49

2 Rumah terbuat dari sebagian batu/semi permanent

Sumber: Data profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

(11)

jumlah rumah, rumah yang terbuat dari papan atau kayu sebanyak 208 unit atau sekitar 6.1 % kemudian. Rumah panggung berjumlah 63 unit sekitar 1.7 % dan yang terakhir rumah / bangunan diatas air berjumlah 934. Rumah diatas air ini merupakan rumah yang hampir semua masyarakat Kampung Kolam membangun rumah seperti ini.

4.2 Kondisi Demografis Penduduk Kelurahan Belawan Bahagia

Jumlah penduduk di Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan adalah 15.924 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 7.932 jiwa dan perempuan berjumlah 7.992 jiwa. Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia Kecamatan Medan Belawan dikepalai oleh bapak Ruslan Hasibuan, seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Kampung Kolam Pajak Baru berkewarganegaraan Indonesia.

4.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Dari struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin akan terlihat berapa besarnya jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Banyaknya laki-laki dan perempuan di Kelurahan Belawan Bahagia memiliki jumlah perbedaan tetapi tidak begitu besar perbandingannya. Dapat di lihat dari tabel berikut.

Tab el 4

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jumlah

(12)

Menurut data sensus tahun 2016, penduduk kelurahan Belawan Bahagia berjumlah 15.924 jiwa dengan komposisi penduduk yang relatif seimbang dimana laki laki di bawah 17 tahun hingga usia 17 tahun berjumlah 2.647 jiwa atau 33.3 % sedangkan perempuan yang berada pada usia dibawah hingga 17 tahun berjumlah 2.583 jiwa atau 32.4 %. Kemudian laki-laki yang berada pada usia 17 tahun keatas berjumlah 5.258 atau 66.2 % sedangkan perempuan berusia di atas 17 tahun berjumlah 5.409 jiwa atau 67.6 %.

4.2.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, serta kualitas intelektual masyarakatnya. Salah satu bentuk usaha dalam pengembangan sumberdaya manusia ini adalah meningkatkan mutu pendidikan. Demikian tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Belawan Bahagia masih rata-rata sekolah wajib 9 tahun. Tercatat ada 3.398 orang atau 21.3 % penduduk Kelurahan Belawan Bahagia yang berpendidikan tamat sekolah dasar, 2.580 orang atau 16.2 % tamat SLTP / Sederajat, 3.039 orang atau 19.1 % tamat SLTA / Sederajat dan terdapat 350 orang atau 2.2 % yang berpendidkan Perguruan TinggI

Tab el 5

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

(13)

8 Tamat Diploma I / II 146 0.9

Sumber Data : Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

Berdasarkan tabel 5 penduduk Kelurahan Belawan Bahagia memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah karena penduduknya sebagian besar hanya tamatan SD saja. Hal tersebut mempengaruhi penduduk dalam memperoleh pekerjaan. Pada masyarakat nelayan Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia rendahnya pendidikan masyarakat dikarenakan alasan keterbatasan biaya untuk sekolah dan juga anggapan cepat bekerja membantu orangtua itu lebih baik.

4.2.3 Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan

Penduduk Kelurahan Belawan Bahagia mayoritas oleh nelayan perikanan serta buruh nelayan perikanan. Di dukung oleh keadaan geografis yang terletak di pinggir laut, dapat di lihat dari tabel 7 berikut.

Tab el 6

Data Penduduk yang tidak bekerja di Kelurahan Belawan Bahagia (2016)

No Jumlah Penduduk yang Tidak Bekerja

(14)

Tab el 7

Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Belawan Bahagia (2016)

No Jumlah Penduduk 2 Tentara Nasional Indonesia

(15)

23 Tukang Gigi 1 0.0 24 Penata Rias Rambut / Pengantin 8 0.05

25 Mekanik 20 0.1

26 Imam Mesjid 21 0.1

27 Pendeta 2 0.0

28 Wartawan 8 0.05

29 Ustadz / Muballiqh 6 0.04

30 Anggota DRP Kab / Kota 1 0.0

31 Guru 49 0.3

32 Bidan / Perawat 20 0.1

33 Apoteker 4 0.02

34 Wiraswasta 1.668 4.6

Jumlah 6.930 100

Sumber Data: Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

Pekerjaan penduduk Kampung Kolam sangat bervariasi, mulai dari nelayan, buruh harian

lepas, pegawai negeri dan lain sebagainya. Tetapi berdasarkan Tabel tersebut, sebagian besar

penduduk di Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia bekerja sebagai nelayan,

yaitu sebesar 1.891 jiwa. Hal ini disebabkan letak Kampung Kolam yang letaknya berada di wilayah

Pesisir laut Belawan, selain itu juga, sektor pekerjaan nelayan merupakan bidang yang paling terbuka

luas.

4.2.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

(16)

Tab el 8

Sumber: Data Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

4.2.5 Komposisi Penduduk Menurut Etnis

Kelurahan Belawan Bahagia merupakan Kelurahan yang heterogen masyarakatnya. Hal ini di buktikan oleh penduduknya berasal dari etnis yang berbeda, sehingga masyarakat yang tinggal di Kampung Kola mini hidup berdampingan dengan etnis berbeda. Dalam hal ini penduduk yang tinggal di Kampung Kolam mayoritas berasal dari etnis/suku jawa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tab el 9

Komposisi Penduduk Menurut Etnis

(17)

8 Suku Tionghoa 314 1.9

9 Suku lainnya 1.787 11.2

Jumlah 15.924 100

Sumber: Data Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

4.2.6 Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan

Tab el 10

Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan

No Komposisi Penduduk Menurut Status Perkawinan

Sumber: Data Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

(18)

belum kawin. Kemudian laki laki yang kawin berjumlah 3.816 jiwa atau sebesar 46.6 % dari jumlah sebanyak 8.188 jiwa diikuti perempuan yang kawin berjumlah 4.372 jiwa atau 53.4 % dari jumlah yang sama dengan sebelumnya. Selanjutnya penduduk yang bercerai hidup, yakni laki-laki sebanyak 130 jiwa atau 37.8 % dari jumlah 344 jiwa keseluruhan laki-laki dan perempuan yang bercerai hidup. Lalu perempuan berjumlah 214 jiwa sekitar 62.2 %. Terakhir status cerai mati, laki-laki berjumlah 145 jiwa atau sebanyak 28.3 % dari jumlah keseluruhan status cerai mati yakni sebesar 513 jiwa perempuan sebanyak 368 jiwa atau 71.7 %.

4.2.7 Jumlah Penduduk Menurut Pemakaian Air

Tab el 11

Jumlah Penduduk Menurut Pemakaian Air

No Jumlah Penduduk

Sumber: Data Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

(19)

Air Sumur Bor sebagai pemenuhan kebutuhan air dan yang terakhir lainnya sebanyak sebanyak 127 keluarga atau 3.5 % dari jumlah keselurahan penduduk berdasarkan penggunaan air

4.2.8 Jumlah Penduduk Menurut Pemakaian MCK

Tab el 12

Jumlah Penduduk Menurut Pemakaian MCK

No Jumlah Penduduk Menurut Pemakaian MCK

Sumber: Data Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

Jika dilihat dari segi penggunaan MCK masyarakat yang tinggal di Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia sudah sebagian besar menggunakan septi tank. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan septi tank oleh 2.347 KK atau sebesar 66 % dari jumlah 3.654 KK. Kemudian penggunaan sungai oleh 1.112 KK atau sekitar 32% dari keseluruhan jumlah 3.654 KK dan yang trakhir yakni MCK sebesar 78 KK atau sebanya 2.2. % dari jumlah 3.654 KK.

4.3 Sarana dan Prasarana Kelurahan Belawan Bahagia

4.3.1 Sarana Pendidikan

(20)

Tab el 13

Sarana dan Prasarana Pendidikan di Kelurahan Belawan Bahagia

No Sarana Pendidikan Jumlah

1 SD Negeri / MIN 3 Unit

2 SD Swasta / MIS 5 Unit

3 SLTP / MTS Swasta 3 Unit

4 SLTA Swasta / MA Swasta 1 Unit

Jumlah 12 Unit

Sumber: Data Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa sarana pendidikan yang terdapat di Kampung Kolam Pajak Baru sudah lumayan baik ini terlihat dari jumlah sekolah yang sudah mulai banyak. Dimana terlihat mulai dari pendidikan SD sebanyak 8 sekolah meliputi SD Negeri / Milik pemerintah serta SD Swasta, SLTP Swasta sebanyak 3 Sekolah dan SMA Swasta hanya 1 unit sekolah.

4.3.2 Sarana Ibadah

(21)

Tab el 14

Sarana Ibadah Kelurahan Belawan Bahagia

No Sarana Ibadah Jumlah (Unit)

1 Mesjid 2

2 Gereja 3

3 Mussollah 9

4 Kelenteng 1

Jumlah 15

Sumber: Data Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

Dari table tersebut dapat diketahui sarana keagamaan yang ada di Kelurahan Belawan Bahagia cukup memadai dengan fasilitas mesjid sebanyak 2 Unit dan Gereja sebanyak 3 unit, Mussolah sebanyak 9 Unit dan yang terakhir kelenteng 1 unit. Jika dilihat dari jumlah rumah ibadah yang ada, di Kampung Kolam sendiri terdapat 1 unit masjid terlihat bahwa kebanyakan penduduk di Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia yang memeluk agama muslim.

4.3.3 Sarana Kesehatan

(22)

Tab el 16

Sarana Kesehatan Kelurahan Belawan Bahagia

No Sarana Kesehatan Kelurahan Belawan Bahagia

Jumlah (Unit)

1 Rumah Sakit 1 Unit

2 Puskesmas Pembantu 1 Unit

3 Klinik 1 Unit

4 Balai Pengobatan 4 Unit

5 Praktek Dokter 1 Unit

Jumlah 8 Unit

Sumber: Data Profil Kelurahan Belawan Bahagia Tahun 2016

(23)

4.4 Profil Informan

- Informan 1

Nama : H.P Sitorus (61 Tahun)

Usia : 61 Tahun

Suku : Batak

Pendidikan Terakhir : Sekolah Teknik Pertama (STP)

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 2 Orang

Bapak H.P Sitorus adalah seorang nelayan tradisional yang memiliki sampan pribadi. Beliau berusia 61 Tahun dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 8 orang, diantaranya seorang istri dan tujuh orang anak. Dimana yang pertama bernama Juliana Sitorus dengan pendidikan terakhir tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) kemudian yang ke 2 (dua) bernama Rina Sitorus dengan pendidikan terakhir juga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) berlanjut pada anak ke 3 (tiga) yakni bernama Rivana Sitorus juga menamatkan pendidikan terakhir nya pada Sekolah Teknik Mesin (STM). Anak ke 4 (empat) bernama Riky Darma Sitorus dengan jenjang pendidikan terakhir yakni Strata 1 (S1) selanjutnya bernama Rita Sitorus yang menamatkan pendidikan terakhirnya pada jenjang SMA, lalu Rizal Sitorus juga menamatkan pendidikan di bangku SMA dan yang terakhir yakni Rio Sitorus dengan pendidikan terakhir Strata 1 (S1). Saat ini sebanyak 6 anggota keluarga telah bekerja dan 4 telah berumahtangga.

(24)

saat pengoperasiaanya dilarang oleh pemerintah dengan mengeluarkan Kepres atau pun Keputusan Presiden. Kemudian di lanjut dengan menjaring setelah itu membuat alat tangkap yakni bubu ikan dan yang terakhir ini adalah memancing cumi-cumi. Biasanya bapak H.P Sitorus memancing cumi-cumi di laut selama dua hari dua malam kemudian balik lagi ke daratan. Untuk melakukan aktivitasnya memancing cumi-cumi dan menjaring di lakukan pada jarak 12 mill dari bibir pantai

(25)

- Informan 2

Nama : J Br Silalahi

Usia : 54 Tahun

Suku : Batak

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 2 Orang

Ibu J Br Silalahi ialah istri dari bapak H.P Sitorus. Ibu J Br Silalahi adalah istri nelayan yang sehari-harinya berprofesi sebagai ibu rumahtangga. Ibu J Br. Silalahi menuturkan dengan penghasilan yang didapatkan seadanya beliau harus pandai-pandai mengatur keuangan serta menekan jumlah pengeluaran keluarga. Berdasarkan penuturan ibu J Br Silalahi jumlah keseluruhan pendapatan setiap bulannya kurang lebih Rp. 3.000.000,- dibarengi dengan jumlah pengeluaran yakni Konsumsi Rp.50.000/hari. Kemudian biaya pekerjaan sebesar Rp. 230.000/dua hari, pengeluaran ini yakni untuk biaya operasioanl pergi melaut lalu untuk biaya pendidikan ini mereka dibantu oleh anak-anak mereka yang telah bekerja sehingga meringankan sedikit biaya pengeluaran. Untuk transportasi sehari-hari ibu J Br Silalahi mengeluarkan biaya sebesar Rp. 40.000 selanjutnya ada biaya lain seperti biaya kemasyarakatan, biaya ini tidak dapat diprediksikan secara pasti berapa setiap bulannya tetapi jika dirata-ratakan informan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 150.000/bulan lalu biaya hutang saat ini informan mengatakan bahwa sedang meminjam uang kepada rentenir sebesar Rp. 300.000 dengan bunga sebesar 20 % setiap bulannya.

(26)

H.P Sitorus dan ibu J. Br Silalahi tinggal sudah cukup lama di tempat ini. Berdasarkan hasil observasi peneliti tidak ada barang-barang seperti kursi yang menunjukan kemewahan dalam rumah informan. Hanya terdapat televisi, kipas angin dan sebuat lemari. Sebagai pelengkap terdapat beberapa foto anak-anak dari keluarga informan yang terpajang rapi di dinding atap rumah. Sebagian lantai rumah sudah bolong akibat dari pelapukan yang terjadi pada kayu. Untuk memasak ibu J Br Silalahi menggunakan bahan bakar gas, setiap minggunya hanya satu kali seminggu mengkonsmsi daging seperti daging ayam karna harganya yang relative terjangkau disbanding harga daging yang lain seperti sapi dan lain lain. Jika untuk membeli pakaian ibu J Br Sitorus membeli pakaian hanya sekali setahun pada waktu Hari Raya Idul Fitri.

- Informan 3

Nama : Ruslan

Usia : 54 Tahun

Suku : Melayu

Pendidikan Terakhir : SMP

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 3 orang

Bapak Ruslan kesehariannya bekerja sebagai buruh nelayan. Informan mengaku sejak usia 16 tahun sudah pergi melaut dan jika di perhitungkan sudah 38 tahun lamanya bekerja sebagai seorang nelayan. Saat melaut bapak Ruslan menggunakan alat tangkap jarring milik toke pemilik boat dan pancing cumi adalah alat tangkap milik bapak Ruslan Pribadi. Biasanya persiapan yang di lakukan beliau sebelum pergi melaut yakni menyiapkan alat tangkap seperti pancing., untuk keperluan lain seperti minyak dan es batu sebagai bahan pengawet ikan di siapkan oleh toke pemilik boat.

(27)

melaut tidak lah menentu. Biasanya bapak ruslan pergi melaut 3 (tiga) hari 3 (malam) lamanya. Informan mengatakan selain menjaring ikan kegiatan lain yang di lakukan yakni memancing cumi. Jumlah anggota dalam 1 kapal dengsn mustsn GT 5 saat ini berjumlah 5 orang termasuk informan. System bagi hasil yang di lakukan yakni tangkap bagi. 70 % buat toke pemilik kapal lalu 30 % lagi diberikan kepada anggota dan di bagi lagi dengan jumlah seluruh anggota dalam 1 (satu) kapal. Berdasarkan penuturan informan jika saat jumlah ikan banyak maka harga ikan murah bisa mencapai Rp. 7000/kg nya tetapi saat musim ombak besar bisa mencapai Rp. 30.000/kg. tetapi untuk saat ini harga ikan relative stabil seperti Rp. 12.000/kg.

Bapak Ruslan mempunyai 5 (lima) orang anak. Anak yang pertama Bella yang telah menikah dan tinggal dirumah bapak Ruslan, sementara suami nya bekerja sebagai buruh kasar di luar k ota. Kemudian anak beliau yang ke 2 (dua) bernama Indah dengan pendidikan terakhir tamat SMP dan telah menikah. Lalu yang ke 3 (tiga) bernama Mayang yang saat ini duduk dibangku kelas 2 SMK dan yang terakhir bernama Rafah saat ini masih berusia 3 (tiga) tahun. Anak-anak bapak Ruslan mendapat bantuan dari program pemerintah yakni PKH (Program Keluarga Harapan) yang diterima setiap 4 bulannya, bantuan dari program PKH ini dipergunakan untuk biaya sekolah anak-anak bapak Ruslan.

- Informan 4

Nama : Sumiyem

Usia : 43 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 3 orang

(28)

terkadang pergi bekerja sebagai penjemur ikan di gabion. Berdasarkan penuturan ibu Sumiyem penghasilan yang diperoleh bapak Ruslan tidak lah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya sekolah anak mereka. Saat pendapatan bapak Ruslan tidak ada sama sekali dari hasil melaut ibu Sumiyem terpaksa meminjam sejumlah uang kepada rentenir agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya sekolah anak mereka. Saat ini ibu Sumiyem meminjam uang sebanyak Rp. 500.000 kepada rentenir dengan cara pembayaran Rp. 35.000 seminggu sekali dan harus dilunasi sebesar Rp. 800.000.

Melihat kondisi rumah bapak Ruslan dan ibu Sumiyem sangatlah memprihatinkan, terletak di pinggiran laut dengan pondasi bangunan adalah kayu dengan ukuran kayu yang yang tidak terlalu besar. Kemudian jenis bangunan yang semi permanen dan tidak terlalu luas dan hanya terdapat satu kamar didalamnya. Dinding rumah terbuat dari atap rumbiah yang sudah hampir lapuk serta lantai rumah yang dari kayu yang saat kita berjalan di atasnya lantai tersebut akan goyang.

(29)

- Informan 5

Nama : Anwar Efendi

Usia : 36 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 5 orang

Bapak Anwar Efendi adalah seorang buruh nelayan yang telah bekerja sebagai nelayan selama 15 tahun. Pendidikan terakhir bapak Anwar Efendi adalah tamat Sekolah Dasar (SD). Saat ini jumlah anggota keluarga secara keseluruhan berjumlah 6 (enam) orang diantarnya 1 (satu) orang istri dan 5 (lima) orang anak. Anak-anak informan yakni yang pertama bernama Mindo yang saat ini duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, Mindo saat ini tidak tinggal dengan informan melainkan dengan neneknya yang berada di Sibolga. Kemudian yang ke 2 (dua) bernama Muhammad Soleh yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) lalu anak yang 3 (tiga) bernama Muhammad Akbar yang sedang duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Kemudian yang ke 4 bernama Asifa duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) dan yang Terakhir Cory yang juga saat ini yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) juga.

(30)

kerajinan dari toke pemilik kapal yang jumlah nya enggan untuk disebutkan oleh informan. Dalam satu Boat jumlah seluruh anggota ada 10 orang, segala bentuk kerusakan alat tangkap dan alat bantu tangkap di tanggung oleh toke pemilik kapal. Bapak Anwar Efendi selain bekerja sebagai nelayan juga bekerja sebagai buruh bangunan tetapi ia hanya bekerja saat tidak pergi melaut. Terdapat sedikit perbedaan antara bapak Anwar Efendi dan informan sebelumnya yakni bapak Ruslan. Jika pada bapak Ruslan saat musim ombak besar tidak dapat pergi melaut sedangkan dengan bapak Anwar Efendi mereka dan anggota kapal yang lain akan pergi berlabuh ke pinggiran untuk sekitar dua hari lamanya.

(31)

- Informan 6

Nama : Muhammad Nazri Lubis

Usia : 39 Tahun

Suku : Melayu

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jumlah Seluruh Anggota Keluarga yang menjadi tanggungan : 4 orang

Bapak Muhammad Nazri telah bekerja sebagai buruh nelayan selama 17 tahun lamanya. Pendidikan terakhir bapak Muhammad Nazri adalah tamat Sekolah Pertama. Jumlah seluruh anggota keluarga adalah 5 orang diantarnya 1 (satu) orang istri dan anak 4 (empat) orang anak. bapak Muhammad Nazri bekerja sebagai buruh nelayan, alat tangkap yang digunakan yakni jaring ikan dan pancing cumi.

Jaring ikan adalah alat tangkap kepunyaan toke pemilik kapal sedangkan pancing cumi adalah alat tangkap milik pribadi bapak Muhammad Nazri, di sela-sela menebar jaring bapak Nazri memancing cumi sebagai tambahan penghasilan. Dalam 1 boat bapak Nazri bersama anggota lainnya berjumlah 5 orang dan lamanya pergi melaut selama 2 (dua) hari. Berdasarkan penuturan informan penghasilan yang diperoleh dari hasil sebagai buruh nelayan tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Pendapatan yang diperoleh bapak Muhammad Nazri sebagai buruh nelayan biasanya diterima sebesar Rp. 200.000/dua hari. Tetapi penghasilan ini juga tidak menentu tergantung hasil tangkpan. System bagi hasil yang dilakukan toke yakni tangkap bagi. Dimana hasil dibagi berdasarkan jumlah ikan yang didapat. Jika tidak mendapat

(32)

lagi.

- Informan 7

Nama : Ngatini

Usia : 38 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah Seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 4 orang

Ibu ngatini adalah istri dari bapak Muhammad Nazri, keseharian ibu Ngatini adalah berjualan gorengan. Ibu Ngatini berjualan gorengan sejak menikah dengan bapak Muhammad Nazri. Berdasarkan penuturan informan, bahwa dirinya berjualan gorengan untuk membantu biaya hidup sehari-hari. Ibu Ngatini berjualan dari pagi hingga sore hari.

Dalam 1 (satu) rumah terdapat 2 (dua) rumahtangga, yakni rumahtangga informan dan abang ipar informan. Kondisi rumah informan tak jauh berbeda dengan informan lain, didirikan di atas laut ditopang oleh kayu sebagai fondasi. Kemudian lantai rumah dari kayu yang sebahagian telah lapuk sehingga Nampak jelas terdapat beberapa lubang pada lantai rumah. Lalu dinding rumah juga terbuat dari kayu, sama halnya dengan lantai rumah dinding rumah juga telah mengalami pelapukan sehingga ada beberapa bagian yang ditempel.

(33)

bangku Sekolah Dasar (SD) dan dua lagi belum sekolah. - Informan 8

Nama : Amran Lubis

Usia : 52 Tahun

Suku : Batak

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Bapak Amran Lubis adalah seorang nelayan tradisional. Saat ini usia bapak Anwar Lubis 52 tahun dan telah bekerja sebagai nelayan selama 20 tahu. Bapak Anwar Lubis mulai bekerja sebagai nelayan di usia 32 tahun pada saat itu baru menikah dan tidak memiliki pekerjaan yang menetap sehingga memilih untuk pergi melaut. Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan adalah 4 orang. Saat ini status pernikahan bapak anwar yakni seorang duda. Beliau baru saja bercerai dengan istri nya. Saat ini mantan istri informan telah menikah lagi dan tinggal di Kampung Kurnia.

(34)

- Informan 9

Nama : Sabbanudin

Usia : 42 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah seluruh anggota Keluarga yang menjadi tanggungan : 5 orang

Bapak Sabbanudin adalah seorang buruh nelayan, berusia 42 tahun. Informan menjadi nelayan selama 20 tahun, alat tangkap yang pernah di gunakan yakni yang pertama Katrol (Pukat Harimau) kemudian alat ini di tangkap oleh Marinir Angkatan Laut. Berdasarkan penuturan informan bahwa penggunaan Pukat Harimau sangat dilarang karena dapat mengancam kepunahan biota laut. Dahulu pelarangan Pukat Harimau tidak seketat saat ini. Kemudian beralih ke alat tangkap Pukat Cerut yang lama pergi melaut selama 12 hari tetapi bapak Sabbanudin merasa tidak memadai kemudian pindah ke Pukat Teri.

Untuk alat tangkap pukat Cerut hasil tangkapan berupa ikan seperti ikan gembung, selayang, tongkol dan jenis ikan lainnya yang terjerat dalam pukat. Untuk pengoperasian Pukat Cerut berjarak 20 mill dari bibir pantai, kalau untuk pukat teri berjarak 9 mill dari bibir pantai. Saat ini bapak Sabbanudin mengikuti boat dengan alat tangkap Pukat Teri. Bapak Sabbanudin pergi melaut subuh hari pada pukul 04.00 WIB dan kembali pulang pada pukul 16.00 WIB demikian seterusnya. Jumlah anggota saat ini 5 orang dengan memakai 2 Boat. Boat 1 (satu) berisi 4 (empat) orang dan Boat 2 (dua) berisi 1 orang saja. Boat 2 (dua) digunakan hanya untuk mengikuti Boat 1 (satu), maka kemana arah boat 1 (satu) diikuti oleh Boat 2 (dua). Tetapi boat 2 (dua) ini tidak bekerja hanya mengikuti boat 1 (satu).

(35)

3.000.000,- ini sudah termasuk keseluruhan biaya termasuk gaji para anggota. Gaji yang diterima bapa Sabbanudin berkisar Rp.100.000/hari tetapi ini juga tergantung hasil tangkapan. System bagi hasil dilakukan dengan cara perhitungan dari hasil yang di dapat. Jadi missal penghasilan dalam 1 hari bisa mencapai Rp. 5.000.000 lebih dari belanja yang di tanggung oleh toke tadi berarti ada sisa Rp. 2.000.000 lagi, uang Rp. 2.000.000 di hitung untuk 1 0 hari kedepan.

- Informan 10

Nama : J Br. Saragih

Usia : 37 Tahun

Suku : Batak

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah Seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 5 Orang

Ibu J Br. Saragih adalah istri dari bapak Sabbanudin. Keseharian informan yakni berjualan jajanan seperti es dan jajanan kecil. Berdasarkan hasil observasi peneliti terdapat beberapa renteng makanan kecil serta es dalam bentuk sachetan. Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan sebanyak 5 orang. Anak yang pertama saat ini duduk di kelas 2 (dua) SMK, lalu yang ke 2 (dua) memasuki kelas 1 (satu) SMK dan yang terakhir kelas 1 SD. Bapak Sabbanudin tinggal di rumah kontrakan di Kampung Kolam dengan biaya setiap tahunnya sebesar Rp. 2.500.000/tahun. Dari mulai menikah sampai saat ini telah memiliki anak 5 orang bapak Sabbanudin menyewa rumah yang ditempatinya saat ini. Lantai rumah terbuat daar kayu, serta dinding dari papan.

(36)

sebesar Rp. 70.000 – 80.000 jumlah ini juga tidak menentu. Bahkan dalam 1 minggu bisa mendapat keuntungan Rp. 50.000,- Berdasarkan penuturan informan bahwa sebagai seorang istri nelayan harus sangat menekan jumlah pengeluaran sehari-hari karena tidak adanya jaminan akan penghasilan yang didapat. Penghasilan yang diterima informan dari bapak Sabbanudin tidak lah menentu, bahkan jika tidak ada hasil tangkapan tidak membawa apa-apa kerumah.saat situasi sulit seperti ini maka informan akan menghurang ke warung berupa sembako seperti beras, gula, minyak goring, bubuk the dan sebagainya. Jika dinominalkan jumlah hutang informan sebesar Rp. 300.000 untuk saat ini.

- Informan 11

Nama : Dianto

Usia : 39 Tahun

Suku : Melayu

Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jumlah Seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 3 orang

Bapak Dianto adalah seorang nelayan yang berusia 39 Tahun, jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan adalah 3 (tiga) orang diantaranya 1 (satu) orang istri dan 2 (dua) orang anak. Bapak Dianto adalah seorang buruh nelayan dan sudah menjadi nelayan selama 20 Tahun, selama 20 tahun sudah banyak pengalaman yang di lewati informan. Serta berpindah dari 1 (boat) ke boat lain. Alat tangkap yang pernah dipakai bapak Dianto diantaranya pancing, kemudian menjaring ikan dan yang terakhir adalah Pukat Cerut. Pendidikan terakhir bapak Dianto adalah tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

(37)

melaut di persiapkan oleh toke pemilik boat. Lama berada dilaut tergantung hasil tangkapan yang diperoleh oleh bapak Dianto dan anggota buruh nelayan lainnya, jika 1 malam telah mendapat kan hasil maka bapak Dianto dan anggota buruh nelayan lainnya akan balik pulang tetapi jika tidak maksimal 6 malam lamanya berada di laut. Upah yang diterima bapak Dianto berdasarkan hasil tangkapan yang di peroleh dengan system 70 : 30. 70 % untuk toke pemilik boat Pukat Cerut dan 30 % untuk seluruh anggota buruh nelayan dalam satu boat Pukat Cerut. Saat terjadi ombak besar bapak Dianto tidak dapat pergi melaut dan menunggu ombak reda, berdasarkan penuturan informan terjadinya ombak besar berkisar pada bulan 12 atau akhir tahun tetapi saat ini sudah agak sulit memprediksi situasi cuaca seperti ombak, pasang dan lain-lain.

Bapak Dianto mengetahui naik turunnya harga ikan dari toke-toke baik pemilik boat maupun toke penampung ikan serta para pedagang ikan. Informan memilih menjadi nelayan selama 20 Tahun lamanya karena berdasarkan penuturan informan bahwa merasa nyaman bekerja sebagi nelayan karena dengan bekerja sebagai nelayan langsung mendapatkan hasil, serta orang tua dari bapak Dianto juga dulunya adalah seorang nelayan.

- Informan 12

Nama : Asmarani

Usia : 34 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikam Terakhir : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 3orang

(38)

Rp. 800.000, atau jika saat hasil tangkapan banyak bisa mendapat Rp. 2.000.000 setiap minggunya. Untuk itu bapak Dianto mencari alternatif lain dengan cara memancing ikan saat di laut untuk tambahan dan hasil dari memancing ini di jual kembali kepada toke pemilik boat Pukat Cerut tetapi dengan harga di bawah harga pasar atau lebih murah.

Keseharian ibu Asmarani memasak menggunakan gas LPG ukuran 3 kg, lalu untuk mengkonsumsi daging biasanya ibu Asmarani dan keluarga sebanyak 2 kali dalam seminggu. Untuk membeli pakaian ibu Asmarani bias membeli pakaian dalam 1 tahun sebanyak 2 kali saat hari raya Idul Fitri dan juga jika ada rezeki informan akan membeli pakaian sehari-hari seperti baju tidur. Saaat penghasilan yang didapat dari melaut tidak ada sama sekali ibu Asmarani menekan jumlah pengeluran dengan cara mengkonsumsi makanan seadanya seperti dengan tahu tempe saja. Hal ini dilakukan jika memang tidak ada sama sekali uang yang menjadi pegangan informan. Saat ini berdasarakan penuturan informan bahwa informan memiliki tabungan sejumlah uang yang tidak di sebutkan nominalnya untuk menjadi pegangan ketika penghasilan tidak ada. Saat benar-benar tidak ada uang lagi ibu Asmarani mengaku akan meminjam sejumlah uang ke pada rentenir dengan bunga berkisar 20 % atau berhutang ke warung untuk dapat memenuhi biaya hidup sehari-hari. Jumlah hutang ibu Asmarani ke warung sejumlah Rp. 200.000, dalam bentuk sembako dan ini akan di bayar setelah bapak Dianto pulang melaut dan membawa hasil.

- Informan 13

Nama : Muhammad Sulaiman

Usia : 49 Tahun

Suku : Melayu

(39)

Jumlah Seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 5 orang

Bapak Muhamad Sulaiman adalah nelayan tradisional. Memiliki alat tangkap jaring ikan serta sampan. Pendidikan terkahir bapak Sulaiman adalah tidak tamat SD, informan terakhir kali duduk di kelas IV SD kemudian memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan. Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan yakni 5 (lima) orang diantaranya 1 (satu) orang istri, 4 orang anak. 2 (dua) anak bapak Sulaiman telah menikah dan ada 1(satu) orang cucu yang tinggal bersama dengan bapak Sulaiman.

Bapak Sulaiman bekerja sebagai nelayan sejak tahun 1984, alat tangkap yang pernah di gunkan oleh bapak sulaiman di antaranya pancing tongkol yang merupakan alat tangkap yang pertama sekali di pakai oleh bapak sulaiman, jaring ikan, pukat cerut, pukat jalur dan yang terakhir saat ini adalah pancing cumit. Bapak Sulaiman pergi melaut tiga hari lamanya, sebelum melaut persiapan yang dilakukan bapak sulaiman yakni membeli solar untuk bahan bakar sampan, lalu es balok sebagai pendingin hasil tangkapan agar awet saat di bawa balik ke darat serta lampu untuk penerangan. Modal yang dilekuarkan oleh bapak Sulaiamn sekali pergi melaut yakni sebesar Rp. 250.000. Saat mengalami keterbatasan modal untuk pergi melaut bapak Sulaiman meminjam modal kepada toke dimana beliau biasa menjual hasil tangkapan. Modal yang di pinjam tak melulu uang tetapi dapat berupa barang seperti jaring ikan, pancing, solar dan juga es maupun garam. Sepulang dari melaut bapak Sulaiman akan membayar hutangnya dengan cara menjual hasil tangkapan beliau kepada toke, toke akan membeli dengan harga di bawah harga pasar. Ini merupakan perjanjian antar a bapak Sulaiman dengan toke.

(40)

hutang-hutangnya. Penghasilan yang di dapat bapak Sulaiman dari hasil melaut tidak menentu. Berdasarkan penuturan informan bahwa alat tangkap yang dimiliki nya sangat sederhana maka hasil tangkapan yang diperoleh tidak banyak. Beliau bersaing dengan para nelayan yang memilki alat tangkap yang lebih canggih secara teknologi sehingga menghasilkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Belum lagi sifat ikan yang berpindah-pindah tempat yang tidak dapat di jangkau oleh perahu tradisional.

- Informan 14

Nama : Wagini

Usia : 41 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

Jumlah Seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 5 orang

Ibu Wagini adalah istri dari bapak Muhammad Sulaiman. Keseharian ibu Wagini adalah ibu rumahtangga. Sebagai seorang istri nelayan ibu Wagini menuturkan harus dapat menghemat sebisa mungkin pendapatan bapak Sulaiman demi kelangsungan hidup keluarga. Ibu Wagini kesehariannya memasak menggunakan bahan bakar gas LPG ukuran 3 kg, untuk membeli pakaian ibu Wagini wajib membeli pakaian untuk anak-anaknya pada hari raya Idul Fitri. Berdasarkan penuturuan beliau bahwa pendapatan bapak Sulaiman sangat kecil bahkan sangat sering tidak mendapat penghasilan untuk itu buk Wagini mengambil langkah menghemat jumlah pengeluaran seminimal mungkin seperti makan hanya dengan ikan asin dan hal ini sangat sering dilakukan oleh informan

(41)

Bapak Sulaiman, kemudian yang ke 2 (dua) Putri Indrayani juga telah berumahtangga pendidikan terakhir tamat SD dan tinggal terpisah dari keluarga bapak Sulaiman. Lalu Muhammad Agung pendidikan terakhir tamat SD. Anak ke 4 (empat) bernama Suhardi Saputra pendidikan terakhir tamat SD, lalu anak Ke 5 (lima) Suhardi Saputri saat ini akan melanjut ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Anak ke 6 (enam) bernama Suhanti Safitri saat ini kelas IV SD, yang terakhir bernama Muhammad Sidik berusia 2 tahun.

Saat mendapat penghasilan yang banyak ibu Wagini mengaku bahwa sangat sulit untuk menyisihkan sejumlah uanganya. Karena pada saat memilki uang lebih akan dipergunakan untuk menutupi uang sebelumnya karena berdasarkan penuturan beliau yang sebelumnya bahwa hasil dari nelayan itu sering tidak mendapat hasil. Untuk membantu sedikit kehidupan keluarga, ibu Wagini pernah menerima sejumlah uang dari anak-anak mereka yang telah menikah tetapi tidak dapat dipastikan waktunya, semua tergantung dari anak mereka. Kondisi perekonomian anak-anak dari bapak Sulaiman dan ibu Wagini menengah ke bawah sehingga juga sulit untuk membantu kehidupan informan.

Keluarga bapak Sulaiman dan ibu Wagini mendapat sejumlah bantuan dari pemerintah yakni bantuan PKH, dan KIS. Saat ini program PKH pencairan dananya belum keluar sudah 6 bulan, biasanya ibu Wagini menerimanya setiap 4 bulan sekali dengan jumlah Rp. 300.000.

- Informan 15

Nama : Muhhamad Nawi

Usia : 58 Tahun

Suku : Melayu

Pendidikan Terakhir : Sekolah Dasar (SD)

(42)

Bapak Muhammad Nawi adalah adalah seorang buruh nelayan dan telah bekerja sebagai nelayan sejak usia 16 tahun. Pekerjaan sebagai nelayan merupakan turun-temurun diamana ayah dari bapak Muhammad Nawi adalah seorang nelayan dan adik informan yaitu Muhammad Sulaiman juga bekerja sebagai nelayan. Alat-alat tangkap yang pernah dipakai bapak Muhammad Nawi yakni diantaranya pancing tongkol, jaring ikan pukat teri dan yang terakhir adalah pancing cumi.

Dalam sebulan penghasilan dapan Muhammad Nawi tidak menetap, tergantung dari banyaknya jumlah cumi yang didapat, rata – rata penghasilannya Rp.200.000 sekali pergi melaut. Curah waktu bapak Muhammad Nawi pergi melaut selama 3 hari 2 malam lamanyada selama berada di laut seluruh kebutuhan informan di tanggung oleh toke pemilik sampan. Dalam 1 sampan jumlah seluruh anggota yakni sebanyak 3 orang termasuk informan.

Berdasarkan penuturan informan jika sedang tidak mendapat hasil tangkapan maka kerugian di tanggung oleh toke pemilik sampan dan akan di ganti dengan hasil tangkapan saat pergi melaut selamjutnya. Jika tidak ada lebih dari hasil melaut maka bapak Muhammad Nawi dan anggota nuruh nelayan lain tidak mendapatkan upah. Sistem pembagian hasil yang di lakukan oleh toke pemilik kapal kepada anggota buruh yakni tangkap bagi, dimana seluruh jumlah pengeluaran yang di tanggung toke akan di potong dari hasil seluruh penjualan hasil tangkapan kemudian sisa hasil penjualan di bagi seluruh jumlah anggota buruh nelayan dalam 1 perahu. Saat mas panen bapak Muhammad Nawi bisa mendapat upah sebesar Rp. 300.000 – 400.000. Informan tidak memilki pekerjaan lain selain sebagai nelayan, informan mengaku tidak memiliki keterampilan lain selain sebagai nelayan serta hanya memilki ijazah SD

(43)

Informan 16

Nama : Sumiyem

Usia : 44 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : SMP

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 4 Orang

Ibu Sumiyem adalah istri dari bapak Muhammad Nawi, sebagai seorang istri nelayan informan sehari-harinya berjualan jajanan dalam jumlah yang kecil. Ibu Sumiyem menuturkan bahwa pendapatan bapak Muhammad Nawi sangatlah pas-pasan bahkan kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Agar dapat memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari ibu Sumiyem sering meminjam uang dengan bunga 10 % setiap bulannya, termasuk saat ini ibu Sumiyem meminjam uang sejumlah Rp. 500.000,- dengan pembayaran mencicil. Jumlah cicilan ibu Sumiyem tidak menentu setiap minggunya, minimal Rp. 35.000,- uang tersebut dipergunakan ibu Sumiyem untuk biaya sekolah anak serta biaya kebutuhan sehari-hari

(44)

- Informan 17

Nama : Ahmad Syahputra

Usia : 37 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : Tamat SMP

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 4 Orang

Abang Putra adalah seorang nelayan mandiri yang memiliki sampan pribadi. Beliau sudah menjadi nelayan sejak tamat SMP atau sekitar 17 lamanya. Setelah tamat dari bangku Sekolah Mengah Pertama, informan bekerja sebagai tukang angkut ikan di Gabion. Merasa penghasilan tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan sehari-hari informan berpindah kerja menjadi buruh bagasi di pelabuhan Belawan. Merasa masih kurang juga dengan penghasilan sebagai buruh bagasi, bang putra mencoba ikut bekerja sebagai buruh nelayan dengan alat tangkap pukat cincin. Selama menjadi buruh nelayan dengan alat tangkap pukat cincin bang putra merasa penghasilan yang didapatnya lebih baik dari pekerjaan sebelumnya. Lama pergi melaut saat mengikuti boat dengan alat tangkap pukat cincin yakni 10 hari lamanya, tetapi ini bukan ketentuan pasti dalam waktu lamanya di laut. Misal jika dalam 1-2 hari hasil tangkapan sudah banyak, bang putra dan anggota buruh nelayan lainnya akan kembali lagi kedaratan. Tetapi jika tidak ada hasil tangkapan maka bang putra dan anggota buruh nelayan lain dalam 1 boat akan tetap dilaut sampai 10 hari lamanya. Ada atau tidak hasil tangkapan mereka akan kembali ke daratan.

(45)

boat. Kemudian seiring berjalannya waktu bang putra yang telah berumahtangga tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari anak dan istrinya dengan hanya sebagai buruh nelayan. Dimana saat itu jumlah tanggungan bang putra 2 orang diantaranya 1 orang istri dan 1 orang anak.

Setelah tidak lagi bekerja sebagai nelayan buruh, bang putra serta istri dan anaknya kembali tinggal dirumah orang tua bang putra, karena tidak lagi mampu menyewa rumah yang ditempatinya dengan biaya Rp. 2.000.000/tahun. Tidak lagi bekerja sebagai nelayan buruh bang putra mencoba meminjam uang kepada orang tuanya guna membeli mesin sampan bekas sebesar Rp. 5.000.000. berdasarkan penuturan bang putra, saat itu orang tua bang putra tidak memberikan uang tersebut karena keterbatasan ekonomi. Lalu orang tua bang putra berinisiatif untuk memberikan sampan milik mereka kepada bang putra untuk dibawa melaut dengan ketentuan penghasilan yang didapat bang putra di bagi dua, jika terjadi kerusakan akan di tanggung bersama. Sejak saat itu bang putra menjadi nelayan mandiri.

(46)

biaya sehari-hari di tutupi dari bubu kepiting. - Informan 18

Nama : Rifka Nanda

Usia : 27 Tahun

Suku : Jawa

Pendidikan Terakhir : SMP

Jumlah seluruh anggota keluarga yang menjadi tanggungan : 4 Orang

Kakak Rifka Nanda adalah istri dari abang Ahmad Syahputra, informan sehari-harinya sebagai ibu rumahtangga. Berdasarkan penuturan kak Rifka bahwa penghasilan yang didapatkan dari bang putra tidak lah menentu tergantung hasil tangkapan ikan yang di dapat, terkadang tidak sampai Rp. 50.000/hari. Jika dirata-ratakan tiap harinya kak Rifka memperoleh uang sebesar Rp. 70.000/hari. Jumlah pengeluaran sebesar Rp. 50.000/ hari dimana meliputi biaya konsumsi sebesar Rp. 30.000 kemudian pempers anak Rp. 10.000 lalu Rp. 10.000 jajan serta ongkos transportasi anak kesekolah.

Dalam 1 minggu keluarga bang Putra dan kak Rifka mengkonsumi daging sangat jarang, berdasarkan penuturan kak Rifka bahwa mereka lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu dan telur. Terkadang juga mengkonsumsi ikan jika bang Putra mendapat hasil tangkapan yang lebih dari laut maka ikan/cumi di bawa pulang kerumah. Untuk membeli pakaian kak Rifka menuturkan bahwa akan membeli pakaian saat mendapatkan dana dari PKH.

(47)

di tempat lain.

4.5 Faktor - Faktor yang Melatarbelakangi Nelayan Terjebak Dalam Kemiskinan di

Kampung Kolam Pajak Baru Kelurahan Belawan Bahagia

Berdasarkan pengamatan peneliti gambaran kemiskinan yang terjadi pada nelayan di Kampung Kolam Pajak Baru, ditalarbelakangi beberapa faktor yang membuat nelayan terjebak daam kemiskinan. Faktor – faktor tersebut diantaranya pendidikan, keterbatasan keahlian (Skill) yang dimiliki, dan sikap hidup pasrah. pendapatan yang rendah, keterbatasan teknologi alat tangkap, keterbatasan lapangan pekerjaan atau sulitnya akses pekerjaan, keterbatasan modal, kemudian jerat hutang yang semakin menjebak nelayan dalam kemiskinan.

Menurut Robert Chambers jebakan kemiskinan secara rinci terbagi menjadi 5 (lima) yaitu :

1. Kemiskinan itu sendiri

(48)

2. Kelemahan fisik

Tubuh yang lemah menjadikan orang merasa tidak berdaya, karena kekurangan tenaga dan waktu, untuk melakukan unjuk rasa, berorganisasi dan politik, orang yang kelaparan dan sakit-sakitan tidak akan berani berbuat macam-macam. Kemiskinan itu juga membuat daya tawar (bargainning position) maupun daya kerja rendah. Sehingga karena produktivitas atau pendapatan rendah, maka kemiskinan akan timbul. Kemiskinan cenderung akan bertambah parah dan membuat keluarga miskin semakin terpuruk dan susuah untuk keluar dari kemiskinannya.

3. Keterasingan atau kadar isolasi

Kadar isolasi juga menjadi faktor penting dalam menjerumuskan keluarga miskin dalam lingkaran kemiskinan. Kadar isolasi disini dapat diartikan sebagai isolasi keluarga miskin yang dipandang dari aspek geografis yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat yang terisolasi.

4. Kerentanan

(49)

5. Ketidakberdayaan.

Ketidakberdayaan dapat dilukiskan sebagai ketidak mampuan golongan miskin untuk menghadapi kungkungan struktur sosial yang telah merugikan dan memiskinkan mereka. Kemiskinan itu juga membuat daya tawar (bargainning position) maupun daya kerja rendah. Sehingga karena produktivitas atau pendapatan rendah, maka kemiskinan akan timbul. Kemiskinan cenderung akan bertambah parah dan membuat keluarga miskin semakin terpuruk dan susuah untuk keluar dari kemiskinannya.

4.5.1 KEMISKINAN ITU SENDIRI

4.5.1.1 Rendahnya Pendidikan

Berdasarkan hasil observasi lapangan mayoritas pendidikan (formal) terakhir nelayan pemilik sampan tradisional, nelayan pekerjaserta anggota keluarga adalah SD (Sekolah Dasar) . Hal ini dapat diterangkan semakin rendah pendidikan seseorang maka akan berpengaruh pada pekerja yang digeluti dan rendahnya pendapatan yang diterima. Dengan pendapatan rendah maka akan semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari disebabkan keterbatasan biaya.

Seperti pemaparan informan seperti berikut ini :

“jaman dulu tak ada niat awak sekolah, tamat STP Sekolah Teknik Pertama, dulu ada

STP setara SMP udah pergi melaut. Hidup pun susah dek lagian dulu pun dek gak nya perlu-perlu kali tamatan, dulu lebih banyak nya gaji swasta dari pada pegawai. Sekarang ajanya semua berlomba sekolah biar jangan susah macam awak ini. Paling nggak tamat SMA lah biar bisa kerja di pabrik di KIM sana. (Wawancara dengan bapak H.P Sitorus, April 2017)”

Sama halnya seperti pernyataan informan berikut ini :

(50)

sikit-sikit bantu beli beras. Pergi lah kelaut tak lagi niat sekolah”. (Hasil wawancara dengan Muhammad Nazri, Mei 2017)

Begitu juga penuturan informan berikut :

“bou ini lah cuman tamatan SD. Tamat SD bou ngopek-ngoppek udang trus jumpa

amang borumu diajak nikah. Yaudalah nikah kami (wawancara bersama ibu J Br. Silalahi, April 2017)”.

Berdasarkan penuturan dari beberapa informan bahwa mereka memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan karena keterbatasan ekonomi, kemudian jika bekerja sebagai nelayan bisa langsung mendapatkan hasil untuk dapat membantu keluarga. Dilihat dari beberapa penuturan informan di atas dapat digambarkan bahwa pendidikan yang rendah mempengaruh keterbatasan peluang untuk meraih pekerjaan yang lebih baik di dalam dunia kerja. Bekerja sebagai nelayan merupakan pekerjaan yang hanya bisa mereka lakukan karena mengandalkan cukup tenaga.

UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan untuk “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memilki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pendidikan formal mencakup lembaga pendidikan seperti Sekolah serta pendidikan non formal mencakup pendidikan luar sekolah. Maka dari itu pendidikan sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang.

4.5.1.2 Keterbatasan Keahlian (Skill)

(51)

maupun informal merupakan bagian dari pondasi dan bekal bagi setiap orang, begitu juga dengan pendidikan nonformal. Adapun pendidikan nonformal yang dimaksud merupakan pembelajaran yang didapat diluar dari pendidikan formal ataupun informal yang berupa keterampilan – kerampilan yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian keluarga.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, selain sebagai nelayan mereka tidak memiliki keahlian lain. Hal ini disebabkan keterbatasan keahlian yang dimiliki sehingga tidak dapat memperoleh pekerjaan lain maupun dalam hal mengelola Sumber Daya Alam selain dari pendidikan formal yang rendah, Minimnya ketermpilan membuat mereka tidak dapat maju dan berkembang lebih baik lagi, sehingga mereka tidak dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan terjebak dalam pekerjaan sebagai nelayan. Hal ini di buktikan berdasarkan penuturan bapak Anwar Effendi yang merupakan salah satu informan.

“Pendidikan terakhir saya itu SD. Kalau dikasih milih dek saya milih pekerjaan lain dari pada nelayan. Tenaga masih ada, saya juga masih baru 15 tahun jadi nelayan. Kita cemana nggak bertahan dari sekarang. Kita kan kadang-kadang kerja bangunan mau kita nanti seminggu aja yang ngedur (bekerja) sisanya gak ada lagi. Kita terus gelagapan, kalau ke laut ini kita tinggal makan nggak memikirkan ongkos lagi. Memang kalau di suruh pilih bagusan kerja didarat karena kerja di laut pun kita makan gaji harian merasa tak apa juga, tak sesuai dengan apa awak, resiko tetap ada. Kedua lagi gaji kita itu terlalu apa kali dengan anak yang sekarang ini.. gakk.. gakk menutupi, kita nombok. Makanya kalau di suruh pilih yah di darat aja lah. Cuma ya itu lah kerja seminggu libur lagi (wawancara dengan bapak Anwar Efendi, April 2017)

Sama halnya seperti pemaparan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan seorang informan.

(52)

Jika diamati berdasarkan hasil pemaparan informan adanya factor keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sehingga mereka mengisi waktu luang dengan bekerja sebagai nelayan, dari pada harus menganggur. Kemiskinan bersifat multidimensional dalam arti berkaitan dengan asek sosial, budaya, politik, dan aspek lainnya. Berdasarkan teori Robert Chambers bahwa kemiskinan itu sendiri di latarbelakangkangi beberapa faktor termasuk keterbatasan keahlian yang dimiliki. Dimana hal ini berasal dari dalam diri seseorang. Keahlian yang dimiliki jika dikaitkan dengan rendahnya pendidikan seseorang maka dapat dikatakan saling mempengaruhi satu dan lainnya. Rendahnya pendidikan memberikan dampak terbatasnya keahlian.

4.5.1.3 Sikap Pasrah

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di lapangan tepatnya di Kampung Kolam Pajak Baru, dalam penelitian ini adalah sikap pasrah terhadap keadaan sehingga sudah merasa nyaman dalam keadaan saat ini. Seperti yang dituturkan oleh salah satu informan yang merupakan seorang buruh nelayan:

“jadi nelayan ini udah mendarah daging. Pernah nya awak kerja di pabrik tapi gak

lama cuman 3 bulan. Dari lajang udah melaut. Kalau di pabrik nerima uang sebulan sekali, dua minggu sekali, atau seminggu sekali. Kalo melaut kan, pulang dari laut kan bawa uang. Disana bisa kombur-kombur abis bentangkan jaring”. (Hasil wawancara dengan bapak H.P Sitorus, April 2017 ).

Begitu juga dengan yang diutarakan oleh informan berikut:

“dari lajang awak udah melaut, udah enak awak rasa dek kerja kek gini. Kalau masih

muda dulu kalau tidak kelaut kuli bangunan. Biar bisa makan anak binik (istri) awak. Dari binik pertama trus pisah nikah lagi sampe binik yang sekarang sampe sekarang nelayan ajalah. Tapi yah gini lah keadan nya dek, liat sendiri lah (sambal tertawa)”. (wawancara bersama bapak Ruslan, April 2017)

(53)

ini. Kenyataan ini dijadikan alasan oleh para informan untuk tetap berada dalam zona nyamannya. Sehingga sulit untuk keluar memperbaiki dan meningkatkan tingkat kehidupannya. Sikap pasrah ini kaitanya dengan teori jebakan kemiskinan oleh Robert Chamber yakni terindikasi dengan kemalasan pada diri seseorang. Merasa nyaman dengan keadaan menurut dirinya sendiri adalah benar akan tetapi menurut pandangan khalayak umum hal ini kurang tepat.

4.5.2 KELEMAHAN FISIK

4.5.2.1 Membatasi Frekuensi makan dan Jenis makanan

Membatasi Frekuensi makan serta jens makanan merupakan jebakan kemiskinan yang dapat mematikan potensi dalam diri seseorang, dimana jika frekuensi makan seseorang umumnya sehari sebanyak tiga kali berkurang maka menurunya daya tahan tubuh serta kelemahan fisik. Hal ini merupakan strategi yang dilakukan informan untuk dapat bertahhan hidup di tengah penghasilan yang kurang akan tetapi strategi ini juga membawa dampak buruk bagi kondisi kemiskinan. Ini diungkapkan oleh penuturan beberapa informan diantara :

“berapa yang ada segitu lah dek, dicukup-cukup kan beli beras. Seadanya dek

(Wawancara bersama Bapak Dianto, Mei 2017)”.

Kemudian ditambah penuturan informan berikut ini:

“yah namanya kelaut, ikan di laut. Ada sedikit beli makan. Kan gak mungkin gak

(54)

4.5.3 KETERASINGAN ATAU KADAR ISOLASI

4.5.3.1Akses Informasi Terhadap Pemasaran Ikan

Dalam pengkategorian keterasingan atau kadar isolasi mencakup perihal pemasaran hasil tangkapan, kemudian akses informasi nelayan baik nelayan pemilik sampan tradisional maupun nelayan pekerja mengenai naik turunya harga ikan di pasaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan ada yang mengetahui mengenai informasi naik/turunnya harga ikan serta pemasaran hasil tangkapan dan ada yang tidak mengetahui. Hal ini dibuktikan melalui pernuturan informan berikut yakni :

“tau lah, dari yang jual ikan di pajak itu dek. Sekian katanya. Kadang nggak segitu

dibilang toke ini, dimurahkannya. Iya biar banyak sama dia (Wawancara bersama bapak Dianto, Mei 2017 )

Kemudian penuturan informan berikut :

“Gak tau, awak dengar-dengar ke pabrik yang di gabion itu langsung. Kalau masalah

harga sekian dibilang sama anggota segi lah itu dek (Wawancara bersama bapak Amran lubis, Mei 2017

Kemudian penuturan informan lainnya :

Kalau harga ikan naik/turun pas itu lah pas gak ada ikan naik dia pas banjir murah

dia. Dari sesama yang kerja. Dipasarkan gak tau kemana dek, kami kerja aja. Sekian katanya harganya yaudah bergaji lah nanti seberapa. (Wawancara bersama bapak Nazri Lubis, Mei 2017)

(55)

4.5.4 KERENTANAN

4.5.4.1 Tingkat Pendapatan yang Rendah

Sebagai seorang nelayan yang memiliki keterbatasan keahlian dan tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pendapatan atau penghasilan yang mereka. Hal ini disebabkan sudah tidak memiliki pilihan lain untuk bekerja selain sebagai nelayan, sehingga mereka tetap bertahan dengan pekerjaan tersebut meskipun pendapatan atau penghasilan mereka rendah serta tidak menetap dan tidak mencukupi kebutuhan sehari – hari. Rata – rata masyarakat di Kampung Kolam bekerja sebagai pengrajin nelayan.

Seperti pemaparan informan berikut:

“semalam itu rugi karena situasi air pasang nya kurang bagus. Kalau biasnya bisalah

lepas belanja, lepas-lepas belanja gitu ajalah.habis-hanis kesitu, nanti kalau ada kerusakan tutup lagi. (wawancara dengan bapak H.P Sitorus, April 2017)

Hal senada diungkapkan juga oleh informan lain:

“Kalau penghasilan dari nelayan kan nggak nentu dek. Tergantung cemana ikan lah

dek. Kadang ada ikan kadang gak ada. Paling ada Rp. 50.000 bisa di bawa pulang kerumah dek”. (Hasil wawancara dengan abang Putra, Mei 2017)

Begitu juga dengan peryataan informan berikut ini.

Kalau tiap bulan tu ya gak nentulah,itulah tadi dek ikan ini mana tau kita dia dimana. Kalau ditanya perbulan mau berapa lah awak bilang. Paling ada Rp. 70.000 ( Hasil wawancara dengan bapak Anwar lubis, Juni 2017)

Kemudian di dukung dengan pernyataan informan berikut :

“Gak nentu jugalah, kadang tengok ikannya, kalau ada. Gak tentu juga dek. Kalau

dia ngerti awak gaji perbulan ngertilah awak menjawab. Ini gak nentu kadang ada kadang tidak. Perminggu Rp.800.000 – 900.000, itu kalau ada kalau nggak ada nihil. Kalau tadi gaji pabrik bisalah awak bilang 2 juta sekian, ini kemarin Rp 85.000 (Wawancara dengan ibu Asmarani. Mei 2017)

Ditambah lagi penuturan informan berikut :

“Gini buk yah, kayak saya bilangkan kalo penghasilan itu gak nentu kan udah saya

(56)

kadang-kadang sepuluh hari. Kadang-kadang-kadang tiga hari. Kalau hasil itu banyak ikan itu ada. Tapi kalau gak ada istilahnya yah sampe sepuluh hari”. ( Wawancara dengan bapak Dianto, Mei 2017)

Berdasarkan pemaparan informan di atas dapat dijelaskan bahwa pekerjaan sebagai nelayan sangat minim, Dalam kondisi pendapatan upah yang minim membuat kehidupan mereka sangat sederhana dan pas – pasan. Hal ini dibuktikan dengan keadaan rumah para informan yang sangat sederhana. Dibangun diatas air serta kondisi bangunan yang yang semuanya terbuat dari kayu.

4.5.4.2 Musim Ombak Besar

Pada dasarnya keberadaan ikan di laut tidak dapat diprediksikan. Selain sifatnya berpindah-pindah ada faktor lain yang melatarbelakangi kerentanan. Salah satu diantaranya yakni saat musim ombak besar. Pada saat situasi ombak besar nelayan cenderung tidak dapat pergi melaut. Jika tidak pergi melaut maka pendapatan tidak ada. Pada nelayan pemilik sampan tradisional mereka akan sangat menghindari ombak besar karna akan membahayan keselamatan dan juga dapat membalikan sampan mereka. Hal ini dibuktikan oleh penuturan informan yakni :

“kalau besar kali terpaksa pulang, kalau masih bisa di pertahankan yah dipertahankan. Lihat kondisi perahu. Selama abis tsunami udah gak bisa diprediksi, abis tsunami itu lah gak bisa diprediksi. Air aja awak gaktau kapan pasangnya. Kalau dulu pasti sebelum bulan ini oh tanggal sekian nanti pasang mati. Pasang mati itu. Ombak pun gak bisa dipredisi lagi, biasa bulan 8 sampe bulan 12 awal. Ini aja semalam sore aja udah gak bisa balek. Gak bisa di prediksi lagi. Yaitu lah takada ikan tak ada hasil utanglah dulu kemana-mana (Wawancara bersama bapak H.P Sitorus, April 2017)”.

Kemudian penuturan informan berikut :

“gak bisa lah kelaut. Ombak ini kan dibilang kadang gak nentu, kayak selayang

(57)

Kemudian penuturan informan berikut ini :

“kalau ombak besar masalahnya kalau lagi di darat yah nggak melaut. Kalau di laut

kami ke pinggir. Kami berjangkar lah berlabuh lah dua dua hari, satu satu malam. Kalau berhenti keluar lagi (Wawancara dengan bapak Anwar Effendi, April 2107)”. Meihat situasi yang terjadi saat musim ombak nelayan tidak dapat melaut. Maka secara otomatis pendapatan dari hasil melaut tidak ada. Alhasil untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari mereka akan berhutang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini terpaksa dilakukan karna kebutuhan hidup seperti makan adalah kebutuhan primer.

4.5.4.3 Keterbatasan Lapangan Pekerjaan

Nelayan pemilik sampan tradisional dan buruh nelayan tetap bertahan dengan pekerjaannya, hal ini disebabkan keterbatasan lapangan pekerjaan di kota Medan, sehingga mereka tidak memiliki pekerjaan yang lain. Adapun pekerjaan lain seperti buruh bangunan dan tukang becak juga tidak mempu menutupi kebutuhan hidup.

Seperti yang disampaikan oleh informan sebagai berikut

Gak ada lagi pekerjaan laen selain jadi nelayan, jadi namanya orang susah,

dipertahankan lah”. (wawancara bersama bapak Dianto, April 2017)

Begitu juga dengan penuturan salah satu informan berikut ini

“Dari dulu pun udah kelaut abang sama bapak, tapi gak terus kadang-kadang lah.

Terus kerja lah jadi buruh, nikah lah abang punya anak. gak lama abang kerja jadi buruh trus di rumahkan (diberhentikan) kata pabriknya nanti dipanggil lagi. Tapi yaitu sampe sekarang gak ada dipanggil dek. Balek lagi kerumah orangtua, balek lagi kelaut. (Wawancara dengan bang Putra, Mei 2017)

(58)

4.5.5 KETIDAKBERDAYAAN

4.5.5.1 Keterbatasan Teknologi Alat Tangkap

Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa nelayan mandiri dan buruh nelayan yang menggunakan alat tangkap yang sederhana seperti jaring dan pancing cumit. Sementara nelayan ini harus bersaing dengan nelayan lain yang menggunankan alat tangkap yang lebih canggih seperti troll atau pun pukat

seperti penuturan informan berikut

“kami kan cuma pake pancing cumit, yah dapatnya paling cumit. Sambil menebar

jaring. Gak jauh-jauhlah dari bibir pantai. Kalau troll dia bisa dapat banyak ikanya, semua bisa diambilnya penghasilan pun banyak lah”. (wawancara dengan bapak H.P Sitorus, April 2017).

Kemudian ditambah informan berikut

“awak kalau pergi kelaut sambil bubu kepiting dekat sini. Karena gak selalu bisa dapat banyak. Namanya pun jarring paling ikan besar yang bisa masuk kalau yang kecil itu dia lubang jaringnya ikan mana lolos lagi banyaknya lah hasil”.( wawancara dengan bang putra, Mei 2017)

Berdasarkan hasil wawancara bahwa keterbatasan teknologi penangkapan berpengaruh terhadap pendapatan. Semakin sederhana maka semakin sedikit hasil tangkapan. Begitu pula sebaliknya. Semakin canggih teknologi alat tangkap yang digunakan maka semakin banyak hasil tangkapan.

4.5.5.2 Keterbatasan Modal

Gambar

Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel model summary diatas, terlihat nilai besaran koefisien korelasi yang ditunjukan dari nilai R sebesar 0,962 yang artinya pada penelitian ini varibel Pertumbuhan

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasi bahwa puskesmas Getasan kabupaten Semarang belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat kepuasan pasien

mempelajari buku teks, bahan tayang maupun sumber lain tentang p enentuan harga pokok barang terjual dan penyajiannya dalam laporan keuangan dengan metode

Persepsi pasien tentang peran perawat pelaksana dalam pelaksanaan discharge planning postpartum sectio caesarea di ruang seureune 3 RSUDZA Banda Aceh, Fakultas Keperawatan

Dependability: Validasi yang kedua adalah dependability (kebergantungan), merupakan kriteria dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk memantapkan data dari waktu

dengan masalah yang mungkin timbul di rumah saat pasien sudah keluar dari Rumah

1) Aktivitas: Aktivitas yang cukup beralasan sangat dianjurkan untuk dilakukan. Tidur siang harus dilakukan untuk memulihkan tenaga ibu. 2) Hygiene personal: Kebersihan

Menghantarkan gema suara ke semua arah ruangan sehingga terdengar jama’ah/makmum yang berada jauh