• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN UMUM BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN KITAB

B. Profil Kitab Tafsir Al-Mishbah

kitab Tafsir Al-Mishbah yang akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab selanjutnya.

ayat bahkan 30 hingga 6 ayat dalam satu kelompok uraian. Adapun rincian umum sistematika pengelompokan ayat dan surah dalam semua jilidnya pada cetakan tahun 2017 adalah sebagai berikut:

a. Jilid (Volume) 1 terdiri dari 754 halaman, dengan rincian; Juz 1 adalah surah Al-Fātihah/surah 1 dan surah Al-Baqarah/surah 2.

b. Jilid (volume) 2 berjumlah 845 halaman, surah Imrān/surah 3 dan surah Al-Nisā’/surah 4.

c. Jilid (volume) 3 berjumlah 771 halaman, surah Al-Mā'idah/surah 5 dan surah Al-An’ām/surah 6.

d. Jilid (volume) 4 berjumlah 624 halaman, yang dimulai dari surah Al-A’rāf/surah 7 dan surah Al-Anfāl/surah 8.

e. Jilid (volume) 5, berjumlah 794 halaman, dengan surah Al-Taubah/9, surah Yūnus/10 dan surah Hūd/11.

f. Jilid (volume) 6, berjumlah 781 muka surah, surah Yūsuf/12, surah al-Ra'du/13, surah al-Ḥijr/15 dan surah Al-Naḥl/16.

g. Jilid (volume) 7, berjumlah 718 halaman, yang terdiri dari surah Al-Isrā’a/17, surah Al-Kahfi/18, surah Maryam/19, surah Ṭāhā/17.

h. Jilid (volume) 8, terdiri dari 624 halaman, dengan komposisi:

surah Al-Anbiyā’/21, Surah Al-Ḥajj/22, surah Al-Mu’minūn/23, surah Al-Nūr/24,

i. Jilid/ (Volume) 9, terdiri dari 692 halaman; surah Al-Furqān/25, surah Al-Syu’arā'/26, surah Al-Naml/27 dan surah Al-Qaṣaṣ/28.

j. Jilid (volume) 10, terdiri dari 656 halaman, surah Al Ankabūt/29, surah Rūm/30, surah Lūqman/31, surah Al-Sajadah/32, surah Al-Aḥzāb/33 dan surah Sabā'/34.

k. Jilid (volume) 11, terdiri dari 679 halaman; surah Fāṭir/35, Surah Yāsīn/36, surah Al-Ṣāffāt/37, surah Shad/38, surah Az-Zumar/39 dan surah Gāfir/401.

1. Jilid (volume) 12, terdiri dari 630 halaman. surah Fuṣṣilat/41, surah Al-Syūrā/surah 42. surah Az-Zukhruf/43, surah Ad-Dukhān/44, surah Al-Jāṡiyah/45, surah Al-Ahqāf/46, surah Muḥammad/47, surah Al-Fatḥ/48 dan surah Al-Ḥujurāt/49.

l. Jilid (volume) 13, terdiri dari 612 halaman, surah Qāf/50, surah Żāriyāt/51, surah Ṭur/52, Surah Najm/53, surah Al-Qamar/54, surah Al-Ra ḥ mān/55, surah Al-Wāqi’ah/56, surah Al-Ḥadīd/57, surah Al-Mujādalah/58, surah Al-Ḥasyr/59 dan surah Al-Mumtaḥanah/60.

m. Jilid (volume) 14, terdiri dari 619 halaman. Surah Al-Ṣaff/61, surah Jumu’ah/62, surah Munāfiqūn/63, surah Tagābun/64, Surah Ṭalāq/65, Surah Taḥrīm/66, surah Mulk/67, surah Qalam/69, Surah Ḥāqqah/69, surah Ma'ārij/70, surah Nūh/71, Surah Jinn/72, surah Al-Muzammil/73, surah Al-Muddaṡir/74, surah Al-Qiyāmah 75 surah Al-Insān/76. surah Al-Mursalāt/77.

n. Jilid (volume) 15, yang terdiri dari 760 halaman dengan komposisi sebagai verikut: surah Al-Nabā'/78, surah An-Nāzi’āt/79, surah ‘Abasa/80, surah Takwir/81, surah Al-Infiṭār/82, surah Al-Muṭaffifīn/83, surah Al-Insyiqāq/84, kelompok I ayat 1-25. surah Al-Burūj/85, surah Al-Ṭāriq/86, surah Al-A'la/87, surah Al-Gāsyiyah/88, Surah Al-Fajr/89, surah Al-Balad/90, surah Al-Syams/91, surah Al-Lail/92, surah Ḍ uhā/93, surah Syarḥ/94, Surah Tīn/95, surah 'Alaq/96, surah Qadar/97, surah Bayyinah/98, surah

Al-Zalzalah/99, surah Al-Ādiyāt/100, surah Al-Qāri'ah/101, surah Al-Takāṡur/102, surah Al-Aṣr/103, surah Al-Humazah/104, surah Al-Fīl/105, surah Quraisy/106, surah Al-Mā’ūn.107, surah Al-Kauṡar/108, surah Al-Kāfirūn/109, Surah Al-Naṣr/110, surah Al-Lahab/111, surah Al-Ikhlāṣh/112, surah Al-Falaq/113, surah Al-Nās/114.21

Jumlah total keseluruhan halaman Tafsir Al-Mishbah dari volume 1 sampai volume 15 adalah 10559 halaman.22

2. Identifikasi Metodologis

Dalam mengidentifikasi metodologi kitab Tafsir Al-Mishbah, penulis akan menjelaskan tentang latar belakang penulisan, metode, corak, sumber, dan sistematika tafsir. Namun sebelum itu, penulis akan menjelaskan mengapa tafsir ini dinamakan Tafsir Al-Mishbah.

Kata Al-Mishbah diambil dari bahasa arab yang berarti lampu atau lentera, yakni sumber cahaya yang berfungsi sebagaI penerang di kegelapan. Quraish Shihab menggunakan nama ini agar menjadi penerang bagi siapapun yang membacanya menuju jalan terang (kebenaran) yang diridai Allah.23

Terdapat beberapa alasan ditulisnya Tafsir Al-Mishbah.

Yaitu pertama, memberikan langkah mudah bagi umat Islam dalam memahami isi kandungan ayat-ayat Al-Qur'an dengan jalan menjelaskan secara rinci tentang pesan apa yang dijelaskan oleh Al-Qur'an, serta menjelaskan tema-tema yang berkaitan dengan

21Afrizal Nur, Tafsir Al-Mishbah dalam Sorotan : Kritik terhadap Karya Tafsir Prof.

M. Quraish Shihab, (Jakarta: Penerbit Pustaka Al-Kautsar, 2018), h. 14-24.

22Afrizal Nur, Tafsir Al-Mishbah dalam Sorotan : Kritik terhadap Karya Tafsir Prof.

M. Quraish Shihab, h. 24.

23 Dedi Junaedi, “Konsep dan Penerapan Takwil Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah”, h. 226.

perkembangan kehidupan manusia. Karena menurutnya, walaupun banyak orang-orang yang berminat memahami pesan-pesan yang terdapat dalam Al-Qur'an, namun ada kendala baik dalam waktu, keilmuan dan referensi.

Kedua, kekeliruan umat Islam dalam memaknai fungsi Al-Qur'an. Misalnya, tradisi membaca Surah Yāsīn yang dibaca kali, tetapi tidak memahami apa yang mereka baca berkali-kali itu. Indikasi tersebut semakin menguat dengan banyaknya buku tentang fadilah-fadilah ayat-ayat tertentu dalam buku-buku bahasa Indonesia. Dari kenyataan tersebut perlunya menjelaskan pesan-pesan Al-Qur'an secara lebih rinci dan mendalam.

Ketiga, kekeliruan akademisi yang kurang memahami hal-hal ilmiah seputar ilmu Al-Qur'an, banyak dari mereka yang tidak memahami sistematika penulisan Al-Qur'an yang sebenarnya memiliki aspek pendidikan yang sangat menyentuh.

Dan keempat, adanya dorongan dari umat Islam Indonesia yang menggugah hati dan membulatkan Quraish Shihab untuk menuliskan tafsirnya. Hal-hal demikian yang mendorong beliau untuk menuliskan karya tafsirnya tersebut.24

Terkait sumber penafsiran, sumber-sumber yang dipakai oleh M. Quraish Shihab dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an dalam Tafsīr al-Mishbah sama seperti yang digunakan oleh para Şāhib al-Tafsīr pada umumnya dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an, yakni menggunakan sumber riwayat yang dikenal dengan Tafsīr bi al-Ma’śūr atau sumber penalaran yang dikenal dengan

24 Lufaefi, “Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas dan Lokalitas Tafsir Nusantara”, h. 31.

Tafsīr bi al-Ra’y. Dalam Tafsīr al-Mishbah, keduanya dipergunakan oleh M. Quraish Shihab, namun yang lebih menonjol ialah penggunaan Tafsīr bi al-Ra’yi.25

Selanjutnya, metode dalam penafsiran secara umum mencakup empat macam, yaitu, metode tahlīly, ijmāly, muqāran dan mawdū’iy. Dilihat dari pernyataan M. Quraish Shihab dalam pengantar Tafsīr al-Mishbah, dapat dipastikan bahwa ia menggunakan bentuk penyajian tahlīly, sehingga karya tafsir ini dapat dikategorikan sebagai Tafsīr Tahlīly. Dalam hubungannya dengan metode Tahlīly ini, tampaknya M. Quraish Shihab menafsirkan kandungan suatu ayat, ia tidak pindah ke ayat berikutnya sebelum ia menerangkan segala segi yang berkaitan dengan ayat yang ditafsirkannya itu. Dengan metode tafsirnya ini, M. Quraish Shihab kemudian memasukkan ide-ide dan gagasan-gagasan intelektualnya. Setelah itu, barulah ia pindak ke ayat berikutnya dengan mengikuti urutan ayat atau surah sesuai yang termaktub di dalam mushaf.26

Pada metode penafsiran, pendekatan yang digunakan oleh M.

Quraish Shihab ialah pendekatan al-ijtihad al-hidā’ī. Ini disebabkan karena tujuan penafsiran Quraish Shihab adalah untuk meluruskan kekeliruan masyarakat terhadap Al-Qur’an. Quraish Shihab berusaha menjembatani masyarakat dalam memahami Al-Qur’an lebih mendalam. Ini adalah upaya penafsir modern dalam

25 Muhammad Hasdin Has, “Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia (Analisis Metodologi Tafsir Al-Misbah Karya m. Quraish Shihab)”, h. 77.

26 Muhammad Hasdin Has, “Konstribusi Tafsir Nusantara Untuk Dunia (Analisis Metodologi Tafsir Al-Misbah Karya m. Quraish Shihab)”, Al-Munzir 9, No. 1, (Mei 2016), h. 78.

menafsirkan Al-Qur’an dengan melihat realitas apa dan bagimana sebenarnya yang dibutuhkan oleh masyarakat pada waktu itu.27

Selanjutnya terkait corak dalam Tafsir Al-Mishbah, kitab tafsir ini cenderung bercorak sastra budaya dan kemasyarakatan (adabi al-ijtimā’i) yaitu corak tafsir yang berusaha memahami nash-nash Al-Qur’an dengan cara mengemukakan ungkapan-ungkapan Al-Qur’an secara teliti. Kemudian menjelaskan makna-makna yang dimaksud Al-Qur’an tersebut dengan bahasa yang indah dan menarik, dan seorang mufassir berusaha menghubungkan nash-nash Al-Qur’an yang dikaji dengan kenyataan sosial dengan sistem budaya yang ada. Corak penafsiran ini ditekankan bukan hanya ke dalam tafsir lughawi, tafsir fiqh, tafsir ilmi dan tafsir isy'ari akan tetapi arah penafsirannya ditekankan pada kebutuhan masyarakat dan sosial masyarakat yang kemudian disebut corak tafsir Adabi al-Ijtimā'i.28 Corak tafsir ini merupakan corak baru yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada Al-Qur’an serta memotivasi untuk menggali makna-makna dan rahasia-rahasia Al-Qur’an. Menurut Muḥammad Husain al-Dhahabi, bahwa corak penafsiran ini terlepas dari kekurangannya berusaha mengemukakan keindahan bahasa (balaghah) dan kemukjizatan Al-Qur’an, menjelaskan makna-makna dan saran-saran yang dituju oleh Al-Qur’an, mengungkapkan hukum-hukum alam yang agung dan tatanan kemasyarakatan yang dikandungnya membantu memecahkan segala problema yang dihadapi umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya melalui petunjuk dan ajaran

Al-27 Atik Wartini, “Corak Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah”, h.

123. 28Ali Geno Berutu, “Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas dan Lokalitas Tafsir Nusantara”, Substantia 21, No. 1, (April 2019), h. 6-7.

Qur’an untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat dan berusaha menemukan antara Al-Qur’an dengan teori-teori ilmiah.29

3. Identifikasi Ideologis

Secara umum karakteristik pemikiran keislaman Quraish Shihab adalah bersifat rasional dan moderat. Pemikiran kalam bercorak rasional adalah pemikiran kalam yang memberikan kebebasan berbuat dan berkehendak kepada manusia, daya yang kuat kepada akal, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan yang terbatas.

Di samping itu, juga tidak terikat kepada makna harfiyah teks dan banyak memakai makna metafor atau majazi dalam memberi interpretasi ayat-ayat al-Qur'an.30

Namun bila ditinjau dari segi aliran kalam, pada dasarnya aliran pemikiran kalam Tafsir Al-Mishbah identik dengan aliran kalam Maturidiyah, bukan Ash‘ariyah maupun Mu‘tazilah. Dari sisi aliran i’tiqadi-nya, Tafsir Al-Mishbah digolongkan ke dalam tafsir beraliran kalam (I’tiqad) Sunni atau Ahl al-sunnah wa al-jama’ah yang rasional. Atau dalam bahasa populernya disebut dengan Rasional–Sunni. Disebut demikian karna Rasional-Sunni merupakan aliran kalam bercorak rasional yang berpegang teguh pada ajaran Nabi Muhammad SAW dan menganut mayoritas ahli sunnah yang berkelompok, atau yang biasa dikenal dengan Ahl sunnah wa al-jama’ah.31

29Mohammad Nor Ichwan, “Tafsir Al-Misbah Muhammad Quraish Shihab”, h. 17-18.

30 Mahbub Junaidi, “Aliran Pemikiran Kalam Tafsir Al-Mishbah (Kajian Tafsir Mawdhu’i atas Ayat-ayat Kalam dalam Tafsir al-Mishbah Karya Prof. Dr. KH. Muhamad Quraish Shihab, MA.)”, Tesis Magister, (Konsentrasi Tafsir Hadith Program Pascasarjana Iain Sunan Ampel Surabaya, 2011), h. 7.

31 Mahbub Junaidi, “Aliran Pemikiran Kalam Tafsir Al-Mishbah (Kajian Tafsir Mawdhu’i atas Ayat-ayat Kalam dalam Tafsir al-Mishbah Karya Prof. Dr. KH. Muhamad Quraish Shihab, MA.)”, h. 232.

Terkait mazhab yang digunakan dalam Tafsir Al-Mishbah, M.

Quraish Shihab banyak merujuk pada karya-karya tafsir sebelumnya dan bersumber dari berbagai mazhab. Tafsir Al-Mishbah tidak terbatas pada tafsir-tafsir Sunni saja tetapi juga tafsir Mu’tazilah dan Syi’ah. Selain itu, Tafsir Al-Mishbah juga sangat kuat memperhatikan kondisi sosio-kultural masyarakat saat ini.32

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kitab Tafsir Al-Mishbah adalah karya tulis M. Quraish Shihab yang beliau tulis pada tahun 2000 dan berjumlah sebanyak 15 jilid. Corak yang dimiliki pada kitab tafsir ini lebih condong kepada corak adabi ijtima’i (sastra budaya kemasyarakatan), dengan metode penafsiran tahlili, muqaran dan semi maudhu’i, serta sumber penafsiran yang berasal dari tafsir bi al’ma’ṡur dan bi al-Ra’yi. Selanjutnya penulis akan memaparkan hasil analisis penelitian terkait konsep self healing dengan zikir dan syukur dalam perspektif Tafsir Al-Mishbah karya M. Qurash Shihab pada bab berikutnya yaitu bab iv.

32Yusuf Budiana dan Sayiid Nurlie Gandara, “Kekhasan Manhaj Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab”, Jurnal Iman dan Spiritualitas 1, No. 1, (2021), h. 87.

72