• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Self Healing dengan Zikir dan Syukur dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab (L. 1944 M))

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Konsep Self Healing dengan Zikir dan Syukur dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab (L. 1944 M))"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP SELF HEALING DENGAN ZIKIR DAN SYUKUR DALAM AL-QUR’AN

(Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab (L.

1944 M))

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh :

Muthi’atur Rahimah NIM : 18211017

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1444 H/2022

(2)

KONSEP SELF HEALING DENGAN ZIKIR DAN SYUKUR DALAM AL-QUR’AN

(Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab (L.

1944 M))

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh :

Muthi’atur Rahimah NIM : 18211017

Pembimbing : Mamluatun Nafisah, M. Ag

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1444 H/2022

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul "Konsep Self Healing dengan Zikir dan Syukur dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab (L. 1944 M))” yang disusun oleh Muthi’atur Rahimah dengan Nomor Induk Mahasiswa : 18211017 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.

Jakarta, 16 Agustus 2022 Pembimbing

Mamluatun Nafisah, M.Ag

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul "Konsep Self Healing dengan Zikir dan Syukur dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M.

Quraish Shihab (L. 1944 M))" yang disusun oleh Muthi’atur Rahimah dengan Nomor Induk Mahasiswa 18211017 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Imu Al-Qur’an (11Q) Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2022. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag).

No. Nama Jabatan Tanda

Tangan 1 Dr. Muḥammad Ulinnuha,

Lc.,MA Ketua Sidang

2 Mamluatun Nafisah, M.Ag Sekretaris Sidang 3 Iffaty Zamimah, M.Ag Penguji I

4 Dr. Muḥammad Ulinnuha,

Lc.,MA Penguji II

5 Mamluatun Nafisah, M.Ag Pembimbing Jakarta, 2 September 2022

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta

Dr. Muḥammad Ulinnuha, Lc.,MA

(5)

Sidang Munaqasyah

(6)
(7)
(8)

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muthi’atur Rahimah

NIM : 18211017

Tempat/Tgl Lahir : Bontang, 19 Januari 1997

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul "Konsep Self Healing dengan Zikir dan Syukur dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab (L. 1944 M))" adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 16 Agustus 2022 Penulis,

Muthi’atur Rahimah

(9)

vii

اۙ رًسْيُ رًسْيُسْۙ عَعَ نّ راعف

“Maka, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”

(QS. Al-Syarḥ [94]:5)

بٌسُرًعَ رلّٰۙ عًسْعَ نّ رۙ لعاعۙ ...

“Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”

(QS. Al-Baqarah [2]:214)

“Don’t compare your life to other, There’s no comparison between the sun and the moon. They shine when it's their time"

(Hurin Hanifah)

(10)

viii

Skripsi ini dipersembahkan untuk orang -orang yang tercinta

Terutama untuk orangtua tercinta yang tak pernah putus do'a-do'anya untuk anak-anaknya

Beserta sahabat bagaikan saudara yang selalu mendoakan dalam diam Alhamdulillah dan Terima kasih

untuk semua yang telah ikut andil dalam progres skripsi ini.

(11)

ix

رِيرِنًْل رِلعمَنًْل رنٰل رِمْرِ

Dengan memanjatkan Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhimya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skrispi yang berjudul "Konsep Self Healing dengan Zikir dan Syukur dalam Al-Qur’an (Studi Analisis Kitab Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab (L. 1944 M))"

Shalawat serta salam selalu penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muḥammad Saw, beserta keluarga dan para sahabatnya. Semoga dengan senantiasa bershalawat kepada baginda Rasul kita mendapatkan syafaat dihari perhitungan kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tiada kata yang patut penulis ucapkan melainkan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusinya dalam penyelesajan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis secara khusus menyampaikan rasa syukur dan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Almarhumah Ibu Prof. Dr. Hi. Huzaemah Tahido Yanggo. MA, Rektor Institut Imu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menimba ilmu di fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta.

2. Ibu Dr. Nadjematul Faizah, SH. M.Hum, Wakil Rektor I Bidang Akademik, yang telah memberikan ilmunya dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswi di IIQ Jakarta.

(12)

x

memberikan banyak ilmu saat penulis belajar di lIQ Jakarta.

4. Kepala Program Studi lImu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Ibu Mamluatun Nafisah, M. Ag.

5. Dosen pembimbing skripsi penulis Ibu Mamluatun Nafisah, M.Ag, yang telah Sabār, teliti serta menyiapkan waktunya kapan saja disaat penulis berkonsutasi, selalu menyemangati dan mengingatkan penulis untuk memyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. KH. Ahmad Fathoni. MA, Ibu Hj. Muthmainah, M.Ag.

beserta seluruh instruktur tahfizh, juga seluruh dosen Institut IImu Al- Qur’an Jakarta, yang sudah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis, semoga bermanfaat bagi kehidupan penulis, baik di dunia dan akhirat kelak.

7. Staf akademik fakultas Ushuluddin, Ibu Nina, S.Ak yang telah banyak membantu penulis dalam pengurusan administrasi selama penulis melaksanakn study di lIQ Jakarta.

8. Seluruh karyawan dan staf Institut Imu Al-Qur’an (IQ) Jakarta, yang telah banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan selama 4 tahun ini

9. Orangtua terkasih, Ayahanda Murtafi’un Sudarsono, dan Ibunda Agustin Puji Astuti, serta kakak; Hurin Hanifah dan adik Muḥammad Hafidzudin Fauzi, Abdullah Adiwarman Wildan dan Najwa Hani Muthma’innah yang senantiasa memberikan dukungan, menasehati, mendoakan, dan selalu menanyakan kapan penulis bisa melaksanakan siding munaqasyah

10. Sahabat-sahabat beserta kerabat penulis: Annisa Nurul Karimah, Mufidah, Nurriqoh, Maulidina Nabila yang telah membantu,

(13)

xi

11. Teman-teman seperjuangan Institut IImu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta Angkatan 2018 yang tidak disebutkan satu persatu oleh penulis, khusunya keluarga fakutas Ushuluddin IAT 8C, terimakasih sudah memberikan support, kebahagiaan, kehangatan selama masa studi di IIQ Jakarta

Kepada seluruh pihak tersebut, semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda di dunia maupun diakhirat kelak atas segala kebaikan yang sudah diberikan. Penulis menyadari, dakam penulisan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat menampung kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Kiranya penulis berharap skripsi ini mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan Terima kasih.

Jakarta, 16 Agustus 2022 Penulis,

Muthi’atur Rahimah

(14)

xii

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu kepada SKB Menteri Agama RI, Menteri Pendidikan dan Menteri Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No.0543b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

1. Konsonan Tunggal Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

ۙ

Alif Tidak

dilambangkan

Tidak dilambangkan

ب

Ba B Be

ت

Ta T Te

ث

Ṡa ṡ es (dengan titik

di atas)

ج

Jim J Je

ح

Ḥa ḥ ha (dengan

titik di bawah)

خ

Kha Kh Ka dan ha

د

Dal D De

ذ

Żal ż zet (dengan

titik di atas)

(15)

xiii

ز

Zai Z Zet

س

Sin S Es

ش

Syin Sy Es dan Ye

ص

Ṣad ṣ es (dengan titik

di bawah)

ض

Ḍad ḍ de (dengan titi

di bawah)

ط

Ṭa ṭ te (dengan titik

di bawah)

ظ

Ẓa ẓ zet (dengan

titik di bawah)

ع

‘ain ‘ Koma terbalik

(di atas)

غ

Gain G Ge

ف

Fa F Ef

ق

Qaf Q Ki

ك

Kaf K Ka

ل

Lam L El

م

Mim M Mm

(16)

xiv

و

Wau W We

ه

Ha H Ha

ء

Hamzah ‘ Apostrof

ي

Ya Y Ye

2. Konsonan Rangkap karena tasydīd ditulis rangkap:

ةعدنّعُعتَعَ

Ditulis Muta’addidah

ةنّرع

Ditulis Iddah

3. Tā’ marbūtahdi akhir kata a. Bila dimatikan, ditulis h:

ةعَسْرِ

Ditulis Ḥikmah

ةعُسْ رِ

Ditulis Jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafal aslinya).

b. Bila Ta’Marbūtah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ءعايرْسوعأۙ ةعَۙعًعَ

Ditulis Karāmah al-auliyā’

(17)

xv

ًطفْۙ ةاَز

Ditulis Zakāt al-fiṭr

4. Vokal Pendek

ع

Fathah Ditulis A

ر

Kasrah Ditulis I

ي

Dhammah Ditulis U

5. Vokal Panjang

1. Fathah + alif Ditulis Ā

ةيلهاِ

Ditulis Jāhiliyyah

2. Fathah + ya’ mati Ditulis Ā

ىْنت

Ditulis Tansā

3. Kasrah + ya’ mati Ditulis Ī

يًَ

Ditulis Karīm

4. Ḍammah + wawu

mati Ditulis Ū

ضوًف

Ditulis Furūḍ

6. Vokal Rangkap

(18)

xvi

ِْنيِ

Ditulis Bainakum

2. Fathah + wawu

mati Ditulis Au

لوَ

Ditulis Qaul

7. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan dengan apostrof

ََِأأ

Ditulis a’antum

تّعۙ

Ditulis u’iddat

تًْك ِئْ

Ditulis la’in syakartum

8. Kata Sanding Alif + Lām

a. Bila diikuti huruf Qamariyyah

ّ ًۙقْۙ

Ditulis Al-Qur’an

سايقْۙ

Ditulis al-Qiyās

b. Bila diikuti huruf Syamsiyyah

ءاَْْۙ

Ditulis al-samā

سَشْۙ

Ditulis al-syams

(19)

xvii

ضوًفْۙ يوذ

Ditulis żawi al-furūḍ

ةنْْۙ لهأ

Ditulis ahl al-sunnah

(20)

xviii

LEMBAR PENGESAHAN...ii

PERNYATAAN PENULIS ...vi

MOTTO ...vii

PERSEMBAHAN...viii

KATA PENGANTAR... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ...xii

DAFTAR ISI ... xviii

ABSTRAK...xix

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan Penelitian... 9

1. Identifikasi Masalah ... 10

2. Pembatasan Masalah ... 10

3. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ...12

E. Tinjauan Pustaka... 13

F. Metode Penelitian...21

1. Jenis Penelitian...21

2. Sumber Data ...22

3. Tehnik Pengumpulan Data ...23

4. Teknik Analisa Data ...23

5. Pendekatan Penelitian ... 24

G. Teknik dan Sistematika Penulisan ...27

BAB II TINJAUAN TEORITIS SELF HEALING...29

A. Definisi Self healing ... 29

B. Identifikasi Ayat-Ayat Self Healing dalam Al-Qur’an...38

C. Pandangan Ulama dan Praktek Self Healing dalam Ajaran Islam ...42

D. Urgensi Terapi Islamic Self Healing Dalam Kehidupan ... 49

BAB III GAMBARAN UMUM BIOGRAFI M. QURAISH SHIHAB DAN KITAB TAFSIR AL-MISHBAH... 52

A. Biografi M. Quraish Shihab ...52

B. Profil Kitab Tafsir Al-Mishbah...63

BAB IVANALISIS KONSEP SELF HEALING DENGAN ZIKIR DAN SYUKUR DALAM TAFSIR AL-MISHBAH... 72

A. Penafsiran M. Quraish Shihab terhadap Ayat-Ayat Zikir dan Syukur... 72

B. Relevansi Penafsiran Quraish Shihab terhadap Praktik Self Healing di Indonesia100 BAB V PENUTUP ... 109

A. Kesimpulan...109

B. Saran... 111

DAFTAR PUSTAKA...113

BIOGRAFI PENULIS ...122

(21)

xix

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Mini International Neuropsychiatric Interview (MINI) pada tahun 2018, ditemukan sejumlah masyarakat Indonesia yang tidak melakukan pengobatan terhadap gangguan mental yang dialaminya. Tercatat sejumlah 91% penduduk Indonesia tidak melakukan pengobatan pada depresi yang dimilikinya, sementara 9% penduduk sisanya melakukan pengobatan. Dari sini dapat disimpulkan beberapa permasalahan terkait fenomena gangguan mental di Indonesia. Permasalahan tersebut meliputi banyaknya masyarakat yang mengalami gangguan psikologis, minimnya pemahaman masyarakat dalam menyikapi maupun mengobati penderita gangguan mental, dan minimnya pemahaman masyarakat mengenai konsep self healing perspektif Al-Qur’an.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu menggali penafsiran M. Quraish Shihab terkait ayat-ayat zikir dan syukur sebagai penyembuhan diri dari penyakit dalam dada, dan menganalisa relevansi penafsiran M. Quraish Shihab terhadap praktik self healing di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kualitatif dengan bentuk library research. Sumber dan data utama yaitu kitab Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab. Pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hermeneutika objektif dengan mengambil pendekatan psikologis teori self healing milik Diana Rahmasari.

Hasil dalam penelitian ini adalah pertama, berdasarkan penafsiran Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah pada surah Al-Baqarah ayat 152, surah Al-A’rāf ayat 201,surah Al-Ra’du ayat 28, surah Az-Zumar ayat 23, surah Āli-Imrān ayat 145, surah Luqmān ayat 12, dan surah Az-Zumar ayat 7, bahwasannya konsep self healing dengan zikir dan syukur menurut Quraish Shihab adalah zikir dan syukur dengan keseluruhan anggota tubuh berupa lisan, hati, pikiran dan perbuatan.

Kedua, relevansi penafsiran M. Quraish Shihab terhadap praktik self healing di Indonesia, yakni eratnya keterkaitan zikir dan syukur dalam kesehatan mental.

Secara psikologis, zikir mampu memberikan ketenangan jiwa sebagai konsekuensi menurunnya ketegangan pada tubuh serta tumbuhnya keyakinan pada sifat Allah SWT. ketika mengingat-Nya. Sedangkan self healing syukur memberikan manfaat secara psikologis berupa : memperbaiki pikiran negatif, mengurangi rasa ketidak-puasan, menumbuhkan sifat positif serta semangat beribadah.

Kata Kunci : zikir, Self healing, Syukur, Tafsir Al-Mishbah.

(22)

xx

Interview (MINI) in 2018, it was found that a number of Indonesian people did not take treatment for their mental disorders. It was recorded that 91% of the Indonesian population did not take treatment for their depression, while the remaining 9% of the population did the treatment. From this phenomenon of mental disorders in Indonesia, it can be concluded several problems. These problems include the number of people who experience psychological disorders, the lack of public understanding in responding to and treating people with mental disorders, and the lack of public understanding of the concept of self-healing from the perspective of the Qur'an.

Based on the explanation above, the purpose of this research is to explore the interpretation of M. Quraish Shihab regarding the verses of dhikr and gratitude as self-healing for diseases in the chest, and to analyze the relevance of M. Quraish Shihab's interpretation of self-healing practices in Indonesia.

The research method used is a qualitative research method in the form of library research. The main source and data in this research is the book of Tafsir Al-Mishbah by M. Quraish Shihab. The theoretical approach used is an objective hermeneutic approach by taking the psychological approach of Diana Rahmasari's self-healing theory.

The results in this research are first, based on the interpretation of Quraish Shihab in Tafsir Al-Mishbah in surah Al-Baqarah verse 152, surah Al-A'rāf verse 201, surah Al-Ra'du verse 28, surah Az-Zumar verse 23, surah li-Imrān verse 145, Surah Luqmān verse 12, and Surah Az-Zumar verse 7, that the concept of self- healing with dhikr and gratitude according to Quraish Shihab is dhikr and gratitude with all members of the body in the form of mouth, heart, mind and deeds. Second, the relevance of M. Quraish Shihab's interpretation of self-healing practices in Indonesia, is the firmly related between remembrance and gratitude in mental health. Psychologically, dhikr is able to provide peace of mind as a consequence of decreasing tension in the body and growing belief in the nature of Allah SWT. when remembering Him. While gratitude self-healing provides psychological benefits in the form of: correcting negative thoughts, reducing feelings of dissatisfaction, growing positive traits and the spirit of worship.

Keywords : Dhikr, Self-healing, Gratitude, Tafsir Al-Mishbah.

(23)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dalam penciptaannya, manusia telah Allah SWT. lengkapi dengan akal untuk berpikir, yang akan selalu mengarahkan manusia kepada nilai-nilai kebaikan. Kecenderungan ini juga disebut sebagai fitrah manusia. Apabila fitrah manusia ini tidak bisa dikendalikan dengan baik, maka hati seseorang akan tertutup dan condong pada keburukan.1Salah satu contoh kondisi menyimpang ini adalah gangguan mental seperti tertekan, cemas berlebih, dan stres berlebih hingga depresi.

Salah satu faktor yang menyebabkan manusia mengalami gangguan mental ialah perkembangan zaman. Bila ditinjau dari lajunya perkembangan zaman di era globalisasi seperti sekarang ini, lebih-lebih di kota-kota besar, tidak bisa dipungkiri bahwa kini kehidupan semakin kompleks dan bervariasi. Pun tak luput dari perkembangan Indonesia yang kini masuk ke dalam era pandemi akibat penyebaran virus COVID- 19. Penyebaran virus Covid-19 turut menyumbang peningkatan kehidupan kompleks di masyarakat. Persaingan dalam banyak hal kini terasa sangat tajam, kebutuhan hidup semakin meningkat, standar ekonomi semakin tinggi, lapangan kerja yang layak semakin sulit didapatkan, norma-norma agama banyak terabaikan, pengaruh budaya dan tradisi luar bebas masuk tanpa hambatan, intervensi negara adikuasa sangat dirasakan, dan persyaratan atau kriteria untuk dianggap telah dewasa, mandiri atau mempunyai kemampuan kini bertambah menjadi

1Fratiwi Rachmaningtyas, dkk, “Psikoterapi Islam Pada Pasien Gangguan Jiwa Akibat Penyalahgunaan Narkoba di Pondok Inabah Banjarmasin”, Studia Insania 2, No. 2, (Oktober 2014), h. 131.

(24)

sederetan syarat panjang.2Banyaknya tuntutan yang muncul dari lajunya perkembangan zaman inilah yang kemudian memberikan beban tersendiri bagi tiap individu masyarakat. Sehingga ketika seseorang tidak diimbangi dengan perawatan kesehatan mental yang cukup, ia bisa mengalami penyimpangan dari fitrahnya yakni seperti depresi, stress, cemas, dan penyakit mental lainnya.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) telah melakukan survei pada tahun 2018 melalui swaperiksa secara daring. Hasil survei tersebut menunjukkan sejumlah masyarakat Indonesia yang mengalami masalah mental di era pandemi Covid-19.

Pemeriksaan yang dilakukan ini meliputi gangguan psikologis berupa depresi, kecemasan, dan trauma terhadap 2.364 responden. Bila ditinjau dari jenis kelamin, maka responden perempuan merupakan jenis kelamin terbanyak dari keseluruhan responden yakni sebanyak 72%. Sedangkan bila ditinjau dari asal daerah responden maka responden paling banyak berasal Jawa Tengah 13,4%,dari Jawa Barat 24%, Jawa Timur 12,4%, DKI Jakarta 17,7% dan Banten 7,2%.3

Hasil survei menunjukkan, dari 2.364 responden terdapat 69%

responden yang memiliki masalah psikologis selama era pandemi covid- 19 di Indonesia. Lebih lanjut, sebanyak 68% responden mengalami cemas, 67% responden mengalami depresi akibat pandemi Covid-19, dan sebanyak 77% responden memiliki gejala stres pascatrauma psikologis karena mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait Covid-19. Dari 67% responden yang mengalami depresi berat terdapat 49% responden yang berpikir tentang kematian.

2Syukri, “Psikoterapi Islam”, Al-I’jaz : Jurnal Kewahyuan Islam, (2018), h. 79.

3Khamelia dan Karina Terry, “Masalah Psikologis Pandemi Covid-19 di Indonesia”, Situs Resmi PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia).

https://www.pdskji.org/home(14 Mei 2020) .

(25)

19% diantaranya memikirkan kematian beberapa hari dalam 2 minggu, 12% diantaranya memikirkan kematian separuh waktu dalam 2 minggu, dan 19% diantaranya memikirkan kematian hampir setiap hari.4

Dari data yang dipaparkan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) tersebut, dapat dipastikan adanya pengaruh yang cukup besar akibat perubahan zaman terhadap kondisi psikologis masyarakat Indonesia. Lajunya arus perubahan zaman dan kehidupan menuntut masyarakat untuk terus menyesuaikan diri dengan keadaan, terlebih dalam era pandemi covid-19 yang terjadi di Indonesia.

Dalam suasana hidup yang penuh ketegangan, tidak semua masyarakat Indonesia memahami pentingnya pengetahuan terkait gangguan mental serta bagaimana cara menjaga kesehatan mental.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh Mini International Neuropsychiatric Interview (MINI) pada tahun 2018, ditemukan sejumlah masyarakat Indonesia yang tidak melakukan pengobatan terhadap gangguan mental yang dialaminya. Tercatat sejumlah 91%

penduduk Indonesia tidak melakukan pengobatan pada depresi yang dimilikinya, sementara 9% penduduk sisanya melakukan pengobatan.5

Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Riset Penelitian Dasar (RISKESDAS) pada tanggal 2 November 2018, ditemukan sejumlah rumah tangga di Indonesia yang pernah melakukan pasung terhadap asisten rumah tangganya pada tahun 2018. Sejumlah 86,0 % rumah tangga di Indonesia dinyatakan tidak pernah melakukan pasung, sedangkan 14,0 % sisanya dinyatakan pernah melakukan pasung pada

4Khamelia dan Karina Terry, “Masalah Psikologis Pandemi Covid-19 di Indonesia”, Situs Resmi PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia).

https://www.pdskji.org/home(14 Mei 2020).

5 Kementrian Kesehatan RI, Hasil Utama RISKESDAS 2018.

https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas- 2018_1274.pdf(14 Mei 2020), h. 110.

(26)

asisten rumah tangganya dengan persentase 31,5 % rumah tangga yang melakukan pasung pada bulan Agustus hingga Oktober tahun 2018.6

Di tengah tegangnya suasana hidup serta minimnya pemahaman masyarakat Indonesia mengenai kesehatan mental, sebagian orang dengan gangguan mental cenderung memilih bentuk perlindungan diri atau pelarian dari rasa sakit yang kurang tepat.7Tidak sedikit orang yang keliru dalam mengambil sikap terkait masalah kesehatan mental yang dirasakan. Sebagian orang mengambil tindakan yang melenceng dari fitrahnya, demi terbebas dari kegelisahan maupun perasaan negatif yang dirasakannya. Tindakan yang melenceng dan menyimpang inipun tak jarang ialah tindakan Self-harm, menyakiti diri sendiri, bahkan tindakan yang paling buruk yakni mengakhiri hidupnya sendiri.

Dari catatan sipil dan statistik hayati (Civil Registration and Vital Statistics, CRVS), tercatat sejumlah kasus bunuh diri di Indonesia yang dilaporkan ke kepolisian pada awal tahun 2018 yakni sebesar 789 kasus. Namun dikarenakan pencatatan kematian dan penyebab kematian di Indonesia belum tercatat dengan baik, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan menggunakan metode Sample Registration System (SRS) untuk memasukkan data yang lebih konkret mengenai kasus bunuh diri di Indonesia. Sample Registration System (SRS) merupakan metode alternatif ketika sistem pencatatan sipil dan statistik hayati (CRVS) di suatu negara belum berjalan dengan baik. Dengan metode ini ditemukan sejumlah angka kematian 0,71/100.000 penduduk dan jumlah penduduk Indonesia tahun 2018 sejumlah 265 juta. Maka rata-rata jumlah penduduk yang meninggal di Indonesia akibat bunuh diri pada tahun

6 Kementrian Kesehatan RI, Hasil Utama RISKESDAS 2018.

https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas- 2018_1274.pdf(14 Mei 2020), h. 108.

7Syukri, “Psikoterapi Islam”, Al-I’jaz : Jurnal Kewahyuan Islam, (2018), h. 79.

(27)

2018, ditemukan sekitar 1.800 kasus per tahun, dengan kematian terbanyak pada usia produktif 15-64 tahun yakni sebesar 75%, serta persentase cara bunuh diri dengan gantung diri sebesar 60,9%.8

Fenomena mekanisme pelarian yang salah seperti bunuh diri tersebut menghasilkan berbagai reaksi dikalangan masyarakat, ulama maupun para tokoh akademisi. Adapun reaksi yang dikemukakan oleh sekretaris PP Perhimpunan Dokter Spesiali Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), yakni Agung Frijanto menyatakan, bahwa meningkatnya resiko bunuh diri berasal dari konsekuensi seseorang apabila depresi tak tertangani dengan baik. Ia menghimbau masyarakat untuk lebih sadar akan fenomena ini serta memahami upaya yang diperlukan untuk mencegah bunuh diri, sehingga masyarakat Indonesia bisa melakukan pertolongan pertama yang tepat terhadap penderita gangguan mental.

Menurutnya, setiap orang perlu meningkatkan kepedulian pada kesehatan mental baik diri maupun antar sesama. Peran keluarga dan dukungan dari orang terdekat dinilai sebagai peran utama dalam membantu penderita depresi agar gangguan psikologis tersebut tidak semakin buruk.9

Kemudian respon dari Lily Puspa Palupi, yang merupakan staf subbagian Psikologi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Sanglah Denpasar. Ia menyatakan bahwa penyebab munculnya seseorang yang berkeinginan melakukan bunuh diri ialah karena adanya gangguan suasana hati pada seseorang. Menurutnya, gangguan suasana hati tersebut bisa berupa kesedihan, penyesalan, putus asa, hingga depresi

8 INFODATIN, Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri.

https://www.pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodat in-Situasi-dan-Pencegahan-Bunuh-Diri.pdf(4 April 2022), h. 5.

9Diana Rafikasari, Depresi yang Tidak Tertangani Beresiko Tinggi Picu Bunuh Diri.

https://www.lifestyle.sindonews.com/berita/1448802/155/depresi-yang-tak-tertangani- berisiko-tinggi-picu-bunuh-diri(4 April 2022)

(28)

yang tidak ditangani dengan baik. Seseorang yang mengalami depresi dan tidak ditangani dengan baik akan merasakan kesedihan yang semakin dalam setiap harinya. Sehingga apabila dibiarkan berlarut-larut maka akan mampu menyebabkan penderita depresi merasakan kelumpuhan jiwa, yakni merasa tidak memiliki daya apapun dalam memperjuangkan hidup dan berpikir untuk mengakhiri nyawanya.10

Berdasarkan pandangan beberapa tokoh agama yakni Syaikh Muhammad Mutawallī al-Sya’rāwi (w. 1419 H/1998 M) dalam bukunya al-Hayāt wa al-Mawt sebagaimana dikutip oleh Imam Zarkasyi Mubhar, beliau ikut serta memberikan respon terkait fenomena mekanisme pelarian yang salah seperti bunuh diri di atas dari sudut pandang agama Islam. Menurut Syaikh Muhammad Mutawalliī al-Sya’rāwi, orang yang membunuh dirinya sendiri dalam agama islam akan dikekalkan di neraka. Hal ini dikarenakan manusia bukanlah pemilik kuasa terhadap tubuhnya yang bukan hasil ciptaan manusia itu sendiri, melainkan Allah- lah Yang menciptakannya sehingga setiap ruh serta hidup manusia adalah milik Allah swt. Jika manusia bunuh diri, berarti dia menghancurkan atau merusak sesuatu yang bukan miliknya. Orang yang membunuh satu jiwa dengan tidak sengaja diharuskan membayar diyāt (denda). Adapun orang yang membunuh orang lain dengan sengaja, maka dia berhak mendapatkan balasan (siksa).11

10 Yayuk Widiarti, “Berbagai Faktor Pemicu Bunuh Diri Menurut Psikolog”, dalam Tempo.co, https://www.gaya.tempo.co/read/1273345/berbagai-faktor-pemicu-bunuh-diri- menurut-psikolog. (4 April 2022)

11 Imam Zarkasyi Mubhar, “Bunuh Diri Dalam Al-Qur’an (Kajian Tahlīlī Qs. Al- Nisâ’/4: 29-30)”, Jurnal Al-Mubarak 4, No. 1,(2019), h. 47-48.

(29)

Menurut pandangan lain, yakni Haji Muslimin12yang merupakan penulis buku agama Islam, ia turut menanggapi fenomena bunuh diri tersebut dari sudut pandang agama Islam. Menurutnya, bunuh diri ialah penghilangan nyawa seseorang yang dilakukan dengan sengaja menggunakan suatu alat. Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Al-Mulk menjelaskan, hidup mati adalah kuasaNya ;

رُۙ وُْ

ُ غَو

ْا ُُوْزُغَو

ْا غُْ غَاُۗ ل

ً غََ ُُ غَ وْغ غ ا وُْ

ُيّغ ا وُْ

ُ غُْ

ُ وْغَزْ غَْيٰغَو

ْا غَ غَ وْ غَو

ْا غَغ

ُغ

َ وْ زِل

ّا

"Yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Mahaperkasa lagi Maha Pengampun."(QS. Al-Mulk [67]:2)

Menurut Haji Muslimin, Islam melarang penghilangan nyawa baik melalui pembunuhan terhadap orang lain, maupun diri sendiri.

Respon yang sejalan dengan pendapat Haji Muslimin dikemukakan oleh penulis buku “Aplikasi Islam dalam Wilayah Kuadran Islam” yakni M Muntasir Alwi dan Arif Fadhillah. Menurut M. Muntasir Alwi dan Arif Fadhillah, hukum bunuh diri di dalam agama Islam ialah haram13 sebagaimana tercantum dalam surah Al-Nisā’ ayat 29 :

وُْ

ُوْ زِّ ضٍا غَغَ وُغ

َ لَ غۙا غَ زِ غ

َ وُْ

ُغَ و

َغ ا آل

ّ زا زِ زِاغَو

ْازِ وُْ

ُغْوَغِ وُْ

ُغ

َا غْ وِغ ا اا وُْ

ُُ

ُو

ْغَ ٓغ

ّ ا وُُْ غِي ا غَوْ زِل

ّا اغَيّغ اَّ

الَ وٰ زْ غۙ وُْ

ُزِ غ

َاغ

ُ غ ل

ّا ل

َ زا وُْ

ُ غَُ

ُوْغ ا اا وُْ

ُُُو

ْغَ ٓغ

ّ غَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. Al-Nisā’ [4]:29)

12Drs. H. Muslimin,SKM., M.M.Kes, adalah seorang dosen mata kuliah Manajemen Logistik di STIKes Cirebon serta penulis buku, beliau lahir di Binong pada tanggal 10 Juni 1972. (H. Muslimin, Pendidikan Agama Islam Edisi Revisi, (Yogyakarta : Deepublish, 2014) h. 265)

13 Rahma Indina Harbani, “Pandangan Islam tentang Bunuh Diri: Dalil dan Penjelasannya”, dalam DetikNews, 26 Agustus 2021, https://www.news.detik.com/berita/d- 5696477/pandangan-islam-tentang-bunuh-diri-dalil-dan-penjelasannya. (4 April 2022)

(30)

Di tengah kerasnya kehidupan, kebutuhan untuk menjaga kesehatan mental dinilai sangat diperlukan oleh setiap orang. Kunci utama dalam menjaga kesehatan mental dengan baik berasal dari upaya yang dilakukan oleh diri sendiri, sehingga seseorang mampu menjaga kesehatan mental dirinya sendiri.14 Self healing juga disebut sebagai penyembuhan penyakit dalam dada yang dilakukan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi self healing dilakukan dengan pendekatan psikologis seperti menyalurkan perasaan negatif yang selama ini terpendam di dalam hati dengan cara yang tepat, sehingga emosi maupun perasaan negatif tersebut mampu dikeluarkan dengan benar.

Rasa sedih, lapar, dan gelisah merupakah bagian dari ujian kehidupan yang Allah berikan untuk menguji hamba-Nya. Tidak hanya rasa sedih, lapar dan gelisah, kegagalan atau ketidak sesuaian kenyataan dengan harapan yang dihadapi seorang pun termasuk ke dalam ujian yang Allah berikan. Beberapa contoh lain dari ujian hidup yang Allah berikan pada manusia juga bisa berupa kehilangan, kematian, hingga ditimpanya suatu penyakit.15 Tidak jarang, kesalahan dalam menyikapi ujian hidup membuat seseorang mengalami ketegangan yang begitu besar dalam jiwanya, sehingga kemudian jiwa tersebut melahirkan berbagai penderitaan yang mengganggu fungsinya.16

Dalam Islam, pengobatan pada kondisi hati yang sakit ini diperlukan agar seseorang mampu kembali kepada Islam dengan benar.

Hati yang senantiasa disembuhkan akan terbuka pada cahaya yang Allah

14 Diana Rahmasari, Self Healing is Knowing Your Own Self, (Surabaya : Penerbit Unesa University Press, 2020) h. 4.

15Susatyo Yuwono, “Mengelola Stres dalam Perspektif Islam dan Psikologi”, Psycho Idea 8, No. 2, (Juli 2010), h. 14.

16Kholil Lur Rochman, “Terapi Penyakit Hati Menurut Ibn Taimiyah dalam Perspektif Bimbingan Konseling Islam”, Komunika 3, No. 2, (Desember 2009), h. 2.

(31)

turunkan sehingga hatinya akan bersih dari hal-hal yang mampu mengotori fitrah manusia untuk berbuat baik. Karena itulah dibutuhkan adanya metode penyembuhan mandiri atau self healing yang sesuai dengan pedoman dalam agama Islam yakni Al-Qur’an, dimana Al- Qur’an sendiri merupakan sumber utama ajaran Islam memberikan petunjuk dan bimbingan bagi manusia dalam menjaga fitrahnya untuk meraih kebahagiaan yang hakiki.17

Berdasarkan pemaparan rangkaian latar belakang di atas, penulis tertarik agar meneliti atau mengkaji tema; Konsep self healing dengan zikir dan syukur di dalam Al-Qur’an. Tujuan penulis meneliti tema tersebut tidak lain adalah ingin mengetahui nilai-nilai serta penjelasan terkait penyembuhan diri atau self healing dalam perspektif Al-Qur’an yang dalam hal ini penulis mengambil perspektif Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab.

Alasan penulis mengkaji tema tersebut dengan Tafsir Al- Mishbah karena kitab ini sangat kontekstual dengan kondisi di Indonesia.

Hal-hal yang aktual dalam dunia Islam Indonesia cukup banyak dibahas di dalamnya. Tafsir Al-Mishbah juga kaya akan berbagai referensi penafsiran yang cukup banyak dari tafsir-tafsir sebelumnya.18

B. Permasalahan Penelitian

Bergerak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis akan memaparkan permasalahan penelitian dalam skripsi ini ke dalam beberapa poin sebagaimana berikut :

17 Ikhwan Fuad, “Menjaga Kesehatan Mental Perspektif Al-Qur‟an dan Hadits”, Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi 1, No. 1, (2016), h. 33.

18 Lufaefi, “Tafsir Al-Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas dan Lokalitas Tafsir Nusantara”, Substantia 21, No. 1, (April 2019), h. 39.

(32)

1. Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan telah penulis identfikasi berdasarkan fenomena pada latar belakang di atas, yakni :

a. Banyaknya masyarakat yang mengalami gangguan psikologis seperti gangguan kecemasan, depresi, dan pascatrauma selama pandemi Covid-19.

b. Minimnya pemahaman masyarakat dalam menyikapi penderita gangguan mental seperti pemasungan yang dilakukan masyarakat terhadap penderita gangguan mental di Indonesia.

c. Kurangnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya melakukan pengobatan apabila telah mengalami gangguan mental.

d. Tidak sedikit orang yang mengambil pelarian gangguan mental yang salah.

e. Minimnya pemahaman masyarakat mengenai konsep self healing perspektif Al-Qur’an.

2. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis hanya membatasi masalah dalam penelitian ini pada poin e, yakni minimnya pemahaman masyarakat mengenai konsep self healing perspektif Al-Qur’an. Sehingga pada penelitian ini penulis hanya akan membahas terkait aspek mengungkap konsep penyembuhan diri atau self healing dengan zikir dan syukur dalam Al-Qur’an.

Terkait pembahasan mengenai self healing dalam Al-Qur’an, penulis menggunakan objek penelitian dengan kitab Tafsir Al- Mishbah karya M. Quraish Shihab. Sementara untuk konsep self

(33)

healing sendiri penulis mengunakan teori yg ditawarkan oleh Diana Rahmasari, yakni teknik self healing dengan (1) Forgiveness (Melepaskan Emosi), (2) Gratitude (Bersyukur), (3) Mindfulness (Kesadaran/Melihat hikmah), (4) Positive Self Talk (Berbicara Positif pada Diri/husnudzon), (5) Self Compassion (Belas Kasih dalam Diri/Empati), (6) Expressive Writing (Tulisan Ekspresif), (7) Managemen Diri, (8) Relaksasi, dan (9) Imagery (Membayangkan).

Namun dalam penelitian ini, hanya dua teknik yang akan penulis gunakan yakni self healing saja yaitu gratitude dan zikir terkait relaksasi.

Pada penelitian ayat tentang self healing ini, penulis menggunakan lafadz “żikir” untuk aspek relaksasi, serta lafadz

“syukur” untuk aspek gratitude. Adapun kata żikir disebut sebanyak 292 kali di dalam Al-Qur’an, sedangkan kata syukur disebut sebanyak 76 kali di dalam Al-Qur’an.

Agar penjelasan tidak meluas dan berfokus pada permasalahan yang dibahas, maka penulis akan memaparkan batasan masalah pada penelitian ini hanya dengan beberapa ayat saja.

Pertama, untuk lafadz żikir, yakni Al-Baqarah [2]:152, Al-A’rāf [7]:201, Al-Ra’du[13]:28, dan Az-Zumar [39]:23, yang mana pada ayat-ayat tersebut menjelaskan ayat-ayat zikir yang berhubungan dengan aspek Relaksasi serta ketenangan hati. Kedua, untuk lafadz syukur, yakni Al-Baqarah [2]:152, Āli-Imrān [3]:145, Luqmān [31]:12, dan Az-Zumar [39]:7 yang mana pada ayat-ayat tersebut menjelaskan aspek gratitude serta balasan yang baik untuk orang- orang yang bersyukur.

(34)

3. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini sesuai dengan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah adalah:

a. Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab di dalam Tafsir Al- Mishbah terhadap ayat-ayat mengenai zikir dan syukur?

b. Bagaimana relevansi penafsiran M. Quraish Shihab terhadap praktik self healing di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membahas lebih dalam mengenai bentuk dan teknik self healing dengan zikir dan syukur menurut tafsir M. Quraish Shihab di dalam tafsirnya Al-Mishbah.

Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang mukjizat Al-Qur'an terhadap aspek psikologis.

Karena banyak masyarakat modern ini yang hidupnya jauh dari agama, jauh dari Al-Qur'an, padahal dengan mengkaji Al-Qur'an hidup akan lebih tentram.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi beberapa poin sebagaimana berikut :

1. Menggali penafsiran M.Quraish Shihab terkait lafadz zikir dan syukur sebagai penyembuhan diri dari penyakit dalam dada.

2. Menganalisa relevansi penafsiran M. Quraish Shihab terhadap praktik self healing di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Di samping memiliki tujuan, penelitian Konsep Self Healing dengan zikir dan Syukur Dalam Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

(35)

1. Secara teoritis, manfaat hadirnya penelitian ini:

a. Untuk memperkaya khazanah keilmuan terutama dari sisi kajian tafsir.

b. Untuk dijadikan bahan pertimbangan dari teori-teori yang digunakan para ulama dalam memahami teks-teks keagamaan, khususnya dalam memahami ayat yang berkaitan dengan self healing/penyembuhan diri.

2. Secara praktis, hadirnya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi kalangan masyarakat secara luas untuk lebih memahami konsep penyembuhan diri dengan zikir dan syukur dalam Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab sesuai dengan teori self healing yang dicetuskan oleh Diana Rahmasari yakni self healing dengan gratittude dan relaksasi.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan peninjauan kembali pustaka- pustaka dalam penelitian yang dilakukan terkait kelebihan dan kekurangan pada hasil penelitian sebelumnya, landasan teori dan rancangan penelitian, juga prosedur pemilihan data.19 Oleh karena itu, sebelum penulis melakukan penelitian tentang konsep self healing dengan zikir dan syukur menurut M. Quraish Shihab dalam kitab Al- Mishbah, terlebih dahulu penulis menelaah referensi-referensi dan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dengan maksud agar dapat memperjelas titik temu penelitian yang sudah ada atau menggali beberapa teori dan pemikiran para ahli.

19 Sony Faisal Rinaldi dan Bagya Mujianto, Metodologi Penelitian dan Statistik, (Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017), h. 120.

(36)

Pembahasan maupun kajian yang berkaitan dengan penyembuhan diri atau self healing selalu menarik untuk dikaji dalam setiap disiplin ilmu, baik dari segi keilmuan psikologi, tasawuf, tafsir, maupun keilmuan lainnya. Hal yang demikian ini dikarenakan tema tersebut masih susah dicari makna maupun hakikatnya. Adapun karya- karya terdahulu mengenai penelitian ini, penulis lebih banyak menemukan karya dengan tema syifa’ (obat) dalam Al-Qur’an atau karya dengan tema psikoterapi dan sedikit sekali penelitian tentang penyembuhan dengan berfokus kepada diri sendiri. Diantaranya sebagai berikut:

1) Skripsi dengan judul “Konsep Kesehatan Jiwa Dalam Al-Qur’an”

yang disusun oleh Munawwaroh sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2018.

Dalam skripsinya, Munawwaroh menjelaskan bahwa dalam memahami makna sehat, Islam mengartikannya bukan hanya sekedar pada kesehatan jasmani, melainkan juga kesehatan pada ruhani yang bersumber dari Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan betapa pentingnya kesehatan mental, yakni dipacu oleh wahyu spiritual serta memiliki kesinambungan erat pada aspek biologis, sosiologi, dan psikologis.

Jiwa yang sehat dalam Islam dijelaskan dengan keterkaitan erat terhadap kesejahteraan dan kehidupan manusia baik di dunia mupun di akhirat, dimana hal ini mencakup pada aspek kesejahteraan diri sendiri, orang lain, serta lingkungan yang dilandasi dengan aspek ketuhanan.20

20 Munawwaroh, “Konsep Kesehatan Jiwa dalam Al-Qur’an”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2018).

(37)

Penulis menemukan beberapa persamaan pada penelitian Munawwaroh dengan penelitian penulis, yakni pembahasan terkait penyakit dalam dada atau yang bersifat ruhaniah. Sedangkan perbedaan penelitian Munawwaroh dengan penelitian penulis, penulis dapati dari segi pemecahan masalah yang ditawarkan dalam Al- Qur’an. Saudara Munawwaroh lebih condong memaparkan solusi dalam menjaga kesehatan jiwa dalam Al-Qur’an secara umum.

Sedangkan penulis akan lebih condong membahas penyembuhan mandiri atau self healing dengan zikir dan syukur menurut penafsiran M. Quraish Shihab.

Terkait hasil penelitian, saudara Munawwaroh juga menjelaskan bahwa ayat-ayat terkait kebahagiaan dan ketenangan merupakan petunjuk utama konsep kesehatan jiwa dalam Al-Qur’an.

Ayat-ayat tersebut disebut 11 kali dengan istilah f ī qulūbihim maraḍ.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkait kesehatan jiwa yang kemudian menumbuhkan urgensi bagi penulis tentang perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

2) Skripsi dengan judul “Konsep Syifa dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir AlMarāghi Karya Ahmad Mustāfa Al-Marāghi)” yang ditulis oleh Malihatul Fuadah sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun 2018.

(38)

Dari hasil penelitian yang dikaji Malihatul Fuadah, dapat disimpulkan dari penafsiran M. Quraish Shihab, bahwa Al-Qur’an merupakan obat penyembuh bagi manusia, yang tidak hanya penyembuhan pada penyakit ruhani melainkan juga termasuk pengobatan pada jasmani. Namun Malihatul Fuadah menjelaskan bahwasannya pada penyakit jasmani, maka Al-Qur’an hanya mampu menyembuhkan penyakit psikosomatis saja, Sedangkan menurut Ahmad Mustāfa Al-Marāghi syifa’ dalam Al-Qur’an tersebut lebih menjelaskan kepada pengertiannya namun yang membedakan dari keduanya adalah cara menempatkan penafsiran, menjelaskan kosa kata secara bahasa.21

Kesamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Malihatul Fuadah dengan penulis ialah pembahasan terkait Al-Qur’an sebagai penyembuh menurut penafsiran M. Quraish Shihab. Namun penelitian saudara Malihatul Fuadah lebih menekankan pada penafsiran syifa’ dalam Al-Qur’an melalui dua pandangan mufassir, yakni M. Quraish Shihab dan Ahmad Mustāfa Al-Marāghi. Penelitian saudara Malihatul Fuadah memiliki konsep yang berbeda dengan judul ini.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkait syifa’ atau obat di dalam perspektif Al-Qur’an, yang kemudian menumbuhkan urgensi penulis terkait perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

21 Malihatul Fuadah, “Konsep Syifa dalam Perspektif Alquran”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Negeri “Sultan Maulana Hasanuddin”

Banten, 2018), h. 68.

(39)

3) Skripsi dengan judul “Implikasi Doa terhadap Kesehatan Jiwa (Analisis Penafsiran Ayat-Ayat Doa Dalam Tafsir Al-Sya’rāwī)”

yang ditulis oleh Dahlia Maleteng sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2019.

Dalam skripsinya, Dahlia Maleteng menjelaskan bahwa doa sanggup membentuk jiwa yang kokoh. Doa ialah kebutuhan yang membentengi diri dari lemahnya jiwa dan pendeknya akal. Saudara Dahlia Maleteng sependapat dengan ahli jiwa Dzakiah darajat, tata cara doa yang dilakukan dengan baik akan menjadi sebab akibat yang berkualitas menghasilkan doa yang berkualitas pula (khusyuk) yang selanjutnya membawa jiwa menjadi lapang menghadapi semua tantangan realitas hidup. Pendapat Zakiah sejalan dengan pembahasan dalam tafsir ayat-ayat doa dalam kitab tafsir Al- Sya’rāwī.22

Dari hasil penelitian yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa Tafsir Al-Sya’rāwī memberikan gambaran yang relatif cukup mengenai anjuran Allah agar manusia mengupayakan kondisi jiwa sedemikian rupa saat berdoa (khauf, raja’, tawakkal, tawadhu’) dan paska berdoa (optimisme, lapang dada, ikhlas).

Ada beberapa persamaan penelitian saudara Dahlia Maleteng dengan penelitian ini dari segi kesehatan jiwa. Namun penilitian ini berbeda dengan apa yang akan penulis teliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Dahlia Maleteng, ia lebih menekankan implikasi do’a terhadap kesehatan jiwa. Penelitian saudara Dahlia

22 Dahlia Maleteng, “Implikasi Doa terhadap Kesehatan Jiwa (Analisis Penafsiran Ayat-Ayat Doa dalam Tafsir Al-Sya’râwî)”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2019), h. 127.

(40)

Maleteng memiliki konsep yang berbeda dan lebih khusus daripada judul ini, yang mana pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pembahasan terkait konsep penyembuhan diri dengan zikir dan syukur dalam Al-Qur’an.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkait pengobatan jiwa yang ditawarkan Islam dengan cara berdo’a dalam rangka menjaga kesehatan jiwa, yang kemudian menumbuhkan urgensi penulis terkait perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

4) Skripsi dengan judul “Penafsiran Ayat-Ayat Syifa Dalam Alqur’an:

(Studi Komparatif Tafsir Al-Jailāni dan Tafsir Al-Assās)” yang ditulis oleh Cucun Fuji Lestari sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2019.

Dalam skripsinya, saudara Cucun Fuji Lestari merumuskan makna syifa’ dalam Al-Qur’an dengan mengkomparatifkan tafsir klasik dan kontemporer, yang difokuskan pada pengungkapan syifa’

dalam Al-Qur’an.

Dari hasil penelitian yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menunjukan kedua kitab tafsir sufistik yang digunakan memiliki persamaan dari segi isi dan makna yaitu konsep syifa’

dalam Al-Jailāni dan Al-Assās dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu (1) Syifa’ berkaitan dengan keimanan seseorang terhadap Allah SWT demi tercapainya kesempurnaan keridhaan Allah untuk memberi kesehatan pada hambanya yang beriman. (2) Syifa’ berkaitan dengan penyembuhan penyakit rohani dan jasmani (3)

(41)

Syifa’ berkaitan dengan Al-Qur`an dan minuman sejenis madu.

Perbedaan dari keduanya adalah terdapat dalam beberapa ayat, yaitu perbedaan redaksi kalimat penafsirannya dan perbedaan hikmah yang dapat di ambil.23

Kesamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Cucun Fuji Lestari dengan penulis ialah pembahasan terkait penafsiran Al-Qur’an sebagai penyembuh. Namun penelitian saudara Cucun Fuji Lestari lebih menekankan pada penafsiran syifa’ dalam Al-Qur’an melalui studi komparatif tafsir klasik dan kontemporer.

Penelitian saudara Cucun Fuji Lestari memiliki konsep yang berbeda dengan judul ini.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkait syifa’ atau obat di dalam perspektif Al-Qur’an secara umum, yang kemudian menumbuhkan urgensi penulis terkait perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

5) Skripsi dengan judul “Penyakit Hati dan Terapinya Dalam Al-Qur’an Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah” yang disusun oleh Diyana Dwi Pratiwi sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun 2021.

Dalam skripsinya, saudara Diyana Dwi Pratiwi menjelaskan bagaimana konsep penyembuhan penyakit hati seperti penyakit syahwat dan syubhat dengan penyambuhan secara Qur’ani berdasarkan pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.

23Cucun Fuji Lestari, “Penafsiran Ayat-Ayat Syifa dalam Alqur’an: (Studi Komparatif Tafsir Al-Jailâni dan Tafsir Al-Assâs)”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2019).

(42)

Dari hasil penelitian yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan Ibnu Qayyim penyakit hati itu memiliki dua macam, yaitu penyakit hati yang tidak dirasakan dan penyakit hati yang menimbulkan sakit seketika. Begitupun dalam menyembuhkan penyakit hati terdiri dari dua jenis, yaitu: Pertama, penyembuhan secara alamiah yaitu penyembuhan bagi penyakit hati yang menimbulkan sakit seketika seperti sedih, gundah, resah dan marah.

Kedua, penyembuhan secara imaniyyah, yaitu penyembuhan yang melibatan keimanan.24

. Beberapa persamaan penelitian saudara Diyana Dwi Pratiwi dengan penelitian ini dari segi penyembuhan penyakit hati dalam Al- Qur’an. Namun penilitian ini berbeda dengan apa yang akan penulis teliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Diyana Dwi Pratiwi, ia lebih menekankan penyembuhan penyakit hati seperti penyakit syahwat dan syubhat dengan penyambuhan secara Qur’ani berdasarka pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Penelitian saudara Diyana Dwi Pratiwi memiliki konsep yang berbeda dengan judul ini, yang bertemakan penyembuhan dengan teori self healing (penyembuhan mandiri dengan diri sendiri) dengan zikir dan syukur menurut penafsiran Quraish Shihab.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkait penyembuhan terhadap penyakit hati seperti syahwat dan syubhat, yang kemudian menumbuhkan urgensi penulis terkait perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

24Diyana Dwi Pratiwi, “Penyakit Hati dan Terapinya dalam Al-Qur’an Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2021).

(43)

Berdasarkan kajian terdahulu di atas, penulis menganggap bahwa penelitian dengan judul konsep self healing dalam Tafsir Al- Mishbah karya M. Quraish Shihab (L 1994 M) memiliki nilai kebaruan dan kontribusi pengetahuan yang cukup signifikan terkait kajian self healing dengan zikir dan syukur dalam Tafsir M. Quraish Shihab sehingga layak untuk diteliti.

F. Metode Penelitian

Dalam melakukan pengumpulan data, tentunya dibutuhkan suatu metode. Adapun pada bagian metode penelitian ini ialah mencakup jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode kualitatif, yang mana metode kualitatif ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati.25 Pendekatan kualitatif merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial serta masalah manusia.26 Dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang relevan tentang pengalaman seseorang atau suatu kelompok.

Selain penelitian kualitatif, penelitian ini juga menggunakan penelitian data kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan merupakan kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang

25Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015), h. 28.

26Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, h. 17.

(44)

berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Artinya riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja.27 Karena penelitian ini hanya didasarkan pada karya tertulis saja, maka penulis memfokuskan pada penelusuran terhadap tema self healing dengan zikir dan syukur di dalam Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab sebagai objek inti.

2. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data menurut Rahmadi dalam Pengantar Metodologi Penelitian, adalah subjek dari mana data diperoleh. Bisa juga didefinisikan sebagai benda atau orang tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya mengenai informasi tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.28 Dalam hal ini data ataupun informasi yang digunakan dalam kajian ini ialah:

a. Sumber data primer.

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya.29 Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah Tafsir Al- Mishbah : Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an karya M.

Quraish Shihab cetakan ke-3 tahun 2005.

b. Sumber data sekunder.

Sumber data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah ada seperti

27Milya Sari, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian Pendidikan IPA”, Natural Science 6, No. 1, (2020), h. 42.

28Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Banjarmasin : Penerbit Antasari Press, 2011), h. 60.

29Sony Faisal Rinaldi dan Bagya Mujianto, Metodologi Penelitian dan Statistik, h. 91.

(45)

dokumen (peneliti sebagai tangan kedua).30 Yaitu tulisan mengenai laporan maupun jurnal yang terkait dengan tema dalam penelitian, buku-buku perpustakaan yang secara tidak langsung berkaitan dengan tema penelitian, buku-buku yang terkait dengan ilmu pengetahuan Al-Qur’an yang terkait dengan pembahasan, serta kamus-kamus yang terkait dengan pembahasan. Dalam hal ini penulis merujuk pada Al-Qur’an terjemah, kitab-kitab tafsir, juga mengacu pada karya-karya ilmiah, buku-buku, artikel, jurnal, majalah dan juga internet, dan karya-karya lain yang bisa dipertanggung jawabkan untuk membantu penelitian ini.

3. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid dan akurat, dalam hal ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data atau dokumentatif yakni dengan membaca kitab-kitab yang berkaitan dengan ayat-ayat dan bahan-bahan serta hal-hal yang berhubungan dengan tema diatas yang bertujuan untuk memperkaya, memperjelas dan memperkuat data primer.

4. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data dapat dimaknai sebagai suatu proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan dasar. Setelah itu dilanjutkan dengan penafsiran (interpretasi) data. Secara singkat dapat dikatakan bahwa teknik analisis data merupakan teknik yang digunakan untuk melakukan

30Sony Faisal Rinaldi dan Bagya Mujianto, Metodologi Penelitian dan Statistik, h. 91.

(46)

proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.31

Adapun langkah-langkah penelitian ini adalah sebagai berikut : Pertama, menentukan tema, dalam hal ini tema yang dipilih adalah konsep self healing dan metode-metodenya yakni zikir dan syukur. Kedua, mencatat dan membaca buku-buku yang membahas tantang self healing baik dalam ilmu psikologi maupun dalam ajaran Islam, serta buku-buku yang membahas tentang zikir dan syukur sebagai penyembuhan jiwa. Ketiga, melakukan identifikasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an mengenai self healing, dzkikir dan syukur.

Keempat, menggali penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat- ayat mengenai self healing, yakni dzkikir dan syukur sesuai dengan perbatasan masalah dalam penelitian ini. Kelima, melakukan kajian dan analisa terhadap penafsiran M. Quraish Shihab terkait ayat-ayat mengenai self healing dengan zikir dan syukur melalui pendekatan hermeneutika objektif yakni pembahasan yang disertai asbab al- nuzul, hadis-hadis yang relevan dan mengungkapkan makna-makna yang tersirat dari data-data tersebut untuk kemudian menuju pada proses kesimpulan.

5. Pendekatan Penelitian

Dalam rangka menganalisis konsep self healing dengan zikir dan syukur dalam Al-Qur’an dengan kitab Tafsir Al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, penulis menggunakan teori pendekatan hermeneutika objektif yang digagas oleh Wilhelm Dilthey. Menurut Willhem Dilthey, pendekatan hermeneutika objektif ialah penafsiran yang berarti memahami teks sebagaimana yang dimaksudkan

31Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, h. 92.

(47)

pengarang.32 Pendekatan hermeneutika objektif berusaha memahami teks sebagaimana yang dimaksudkan pengarang dengan cara memahami konteks historis di mana si pengarang itu hidup atau teks tersebut ditulis atau ayat itu diturunkan.

Selain menggunakan pendekatan hermeneutika objektif, penulis juga menggunakan pendekatan psikologi untuk menjelaskan korelasi antara penyembuhan diri terkait kejiwaan manusia dengan penafsiran M. Quraish Shihab terkait ayat-ayat penyembuhan penyakit dada (jiwa) di dalam Al-Qur’an. Adapun pendekatan psikologi yang digunakan oleh penulis yakni dengan menggunakan teori self healing yang dicetuskan oleh Diana Rahmasari.33

Menurut Diana Rahmasari Dalam bukunya yang berjudul

“Self Healing is Knowing Your Own Self”, self healing merupakan metode penyembuhan suatu penyakit bukan dengan obat, melainkan dengan menyembuhkan dan mengeluarkan perasaan dan emosi yang terpendam di dalam tubuh.34 Beberapa teori self healing yang tercangkup di dalamnya ialah : Forgiveness (Melepaskan Emosi), Gratitude (Bersyukur), Mindfulness (Kesadaran/Melihat hikmah), Positive Self Talk (Berbicara Positif pada Diri/husnudzon), Self Compassion (Belas Kasih dalam Diri/Empati), Expressive Writing (Tulisan Ekspresif), Managemen Diri, Relaksasi, dan Imagery (Membayangkan). Sesuai dengan pembatasan masalah yang telah

32 Achmad Khudori Soleh, “Membandingkan Hermeneutika dengan Ilmu Tafsir”, Jurnal TSAQAFAH 7, No. 1, (April 2011), h. 34.

33Dr. Diana Rahmasari, S.Psi., M.Si. adalah dosen di Universitas Negeri Surabaya, lahir di Bangkalan pada tanggal 17 Agustus 1972. Dalam 1 tahun terakhir, mengampu 6 matakuliah. Sudah melakukan pengabdian sebanyak 16. Sudah mempublikasi Artikel Ilmiah

dalam jurnal sebanyak 30.

(https://cv.unesa.ac.id/detail/0017087203#:~:text=%2C%20M.Si.-

,Dr.%20Diana%20Rahmasari%2C%20S.Psi.%2C%20M.,Ilmiah%20dalam%20jurnal%20se banyak%2030.(26 Agustus 2022))

34Diana Rahmasari, Self Healing is Knowing Your Own Self, h. 4.

(48)

dipaparkan sebelumnya, maka teori self healing yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori self healing melaui metode gratitude (bersyukur) dan relaksasi.

Gratitude memiliki persamaan makna dengan bersyukur, yakni suatu orentasi dalam hidup untuk mengarahkan pandangan pada hal-hal positif dalam hidup.35 Menurut Diana Rahmasari, gratitude termasuk dalam bagian dari psikologi positif, yakni suatu sikap positif seseorang yang ditumbuhkan dengan memanfaatkan apa yang telah dimiliki selama hidupnya, untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dengan pandangan positif.36

Sedangkan relaksasi merupakan teknik penyembuhan yang paling sering digunakan dalam terapi psikologis. Teknik relaksasi adalah salah satu bentuk terapi dengan pemberian instruksi kepada seseorang terkait tindakan sensorik seperti instruksi menutup mata, bernafas perlahan, dan gerakan-gerakan lainnya untuk mencapai keadaan rileks pada otot tubuh.37

Relaksasi termasuk ke dalam pendekatan terapi perilaku pada diri yang dilakukan dengan teknik-teknik tertentu. Teknik tersebut dilakukan dengan berfokus pada komponen berulang, seperti kata- kata, suara, musik, sensasi pada tubuh (body sensation), aktivitas otot atau kalimat-kalimat doa (prayer phrase) seperti berzikir yang dilakukan demi tercapainya keadaan rileks pada tubuh.38

35 Rizky Fitria Dwinanda, “Hubungan Gratitude dengan Citra Tubuh Pada Remaja”, Jurnal Ilmiah Psikologi 9, No. 1, (Juni 2016), h. 36.

36Diana Rahmasari, Self Healing is Knowing Your Own Self, h. 28.

37Diana Rahmasari, Self Healing is Knowing Your Own Self, h. 49.

38 Aprilya Dewi Kartika Sari dan Subandi, “Pelatihan Teknik Relaksasi untuk Menurunkan Kecemasan pada Primary Caregiver Penderita Kanker Payudara”, Gadjah Mada Journal Of Professional Psychology 1, No. 3, (Desember 2015), h. 176.

(49)

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Teknik penulisan penelitian ini merujuk pada buku Pedoman Teknis Penulisan Proposal Skripsi dan Skripsi Institut Ilmu AlQur`an (IIQ) Jakarta tahun 2021. Sistematika penulisan bertujuan untuk menjelaskan bagian bagian yang akan ditulis dan dibahas dari penelitian ini secara sistematis. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Bab pertama, bab ini berupa pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub-bab, diantaranya: latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodelogi penelitian serta teknik dan sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran dari keseluruhan permasalahan yang akan dibahas secara mendetail pada bab-bab berikutnya.

Bab kedua, pada bab ini membahas masalah self healing, yang meliputi definisi self healing, identifikasi ayat-ayat self healing dalam Al-Qur’an, pandangan ulama dan praktek self healing dalam ajaran islam, dan urgensi terapi Islamic self healing dalam kehidupan.

Bab ketiga, bab ini membahas tentang biografi M. Quraish Shihab serta informasi mengenai Tafsir Al-Mishbah, pembahasan pada bab ini ditujukan untuk menjelaskan latar belakang M. Quraish Shihab, dan juga corak serta metode penafsirannya.

Bab keempat, bab ini membahas tentang penafsiran M. Quraish Shihab terhadap ayat-ayat self healing dengan zikir dan syukur terkait penyembuhan penyakit ruhani yang dilandasi dengan Asbabun Nuzul dan Munasabāh ayat, serta memberikan relevansi penafsiran Quraish Shihab terhadap praktik self healing di Indonesia.

(50)

Bab kelima, yakni berisi penutup yang merupakan kesimpulan atas jawaban dari rumusan masalah dan diakhiri dengan saran konstruktif bagi penelitian lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam al-Qur’an, kata yang digunakan untuk menunjukkan bencana sebagai teguran adalah kata fitnah. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah , Vol. Quraish Shihab, “Musibah

Penelitian ini membahas tentang konsep pendidikan anak dalam al-Qur’an surah Al- Alaq ayat 1-5 (telaah pemikiran Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah). Penelitian ini

Dalam ayat ini Quraish Shihab menjelaskan dalam tafsirannya bahwa fungsi dari qalb ini adalah untuk selalu mengingat Allah dengan cara selalu berzikir, karena dengan

Quraish Shihab, adalah satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha

Menurut Quraish Shihab, sebahagian ulama memahami bahwa ayat ini menjelaskan tentang tiga metode dakwah yang harus disesuaikan dengan sasaran dakwah. Terhadap cendikiawan yang

dan mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul, “Konsep Hijrah Da lam Perspektif al- Qur’an (Studi terhadap Pandangan Prof. Quraish Shihab , MA dalam Tafsir

Quraish Shihab, adalah satu corak tafsir yang menjelaskan petunjuk- petunjuk ayat-ayat al-Qur‟an yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat, serta usaha-usaha

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishba>h yaitu gabungan dari beberapa metode, seperti tahlîli karena dia menafsirkan berdasarkan urutan ayat yang ada