BAB III MUFASSIR: BOGRAFI, HASIL PEMIKIRAN,
B. Profil Kitab Tafsir al-Sya’rāwī dan Letak Pembahasan
B. Profil Kitab Tafsir Sya’rāwī dan Letak Pembahasan al-Dukhān
Tafsir al-Sya’rāwī pada mulanya diberi judul Khawāṭir al-Sya’rāwī. Makna Khawāṭir adalah ‘perenungan’. Tafsir ini kemudian dikenal juga dengan nama Khawāṭir al-Sya’rāwī haula al-Qur’ān al-Karīm. Pendapat ini dikemukakan oleh ‘Ali Iyāzī.16 Tafsir al-Sya’rāwī merupakan kumpulan ceramah-ceramah Muḥammad Mutawalli al-Sya’rāwī yang dihimpun oleh muridnya-muridnya tentang penafsiran Qur’an. Tiga murid Mutawalli Sya’rāwī yang memiliki andil besar dalam hal ini adalah Muḥammad al-Sinrāwī dan ‘Abd al-Wāris al-Dasūqī yang mengumpulkan ceramah-ceramahnya, dan Ahmad ‘Umar Hasyīm yang mentakhrij hadis-hadis yang termuat di dalamnya.17 Tafsir ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1991 M oleh Penerbit Akhbar al-Yaum.18 Pada terbitan pertama ini Tafsir al-Sya’rāwī hanya memuat tafsir surah al-Fatihah sampai surah al-Jumu’ah yang termuat dalam 23 jilid kitab. Sedangkan Tafsir al-Sya’rāwī yang berjumlah 30 juz diterbitkan belakangan oleh Dār al-Rayah.19
Sebelum terbit dalam bentuk kitab tafsir, penafsiran-penafsiran Mutawalli al-Sya’rāwī pernah dipublikasikan di jurnal al-Liwa’ mulai
16 Yogi Imam Perdana, “Penafsiran Nafsu Ammarah bi al-Suk Menurut Syeikh Mutawalli al-Sya’rawi (Menyoroti Siapa Musuh Paling Berbahaya Dalam Diri)”, El-Afkar, vol.8, no. 2 (Juli-Desember 2019): 53.
17 Mhd. Idris, “The Contribution of al-Sya’rawi to Developement of Tafsir: Study on The Book of Tafsir al-Sya’rawi”, Fuaduna, vol.04, no.02 (Juli-Desember 2020): 141.
18 Selamet Amir dan Zulkifli Mohd Yusoff, “The Contemporary Scientific Interpretation of Al-Qur’an: A Review on al-Sha’rawi’s Method in Tafsir”, Quranica, vol.9, no.1 (Juni 2017): 58
19 Selamet Amir dan Zulkifli Mohd Yusoff, “The Contemporary Scientific Interpretation of Al-Qur’an: A Review on al-Sha’rawi’s Method in Tafsir”, Quranica, vol.9, no.1 (Juni 2017): 58.
1986-1989 M edisi 251-332.20 Al-Sya’rāwī dalam pendahuluan tafsinya menjelaskan bahwa penjelasannya terkait ayat-ayat al-Qur’an tersebut bukanlah merupakan tafsir al-Qur’an, tetapi hanya percikan pemikiran melalui hati dari seorang yang beriman ketika membaca al-Qur’an.21
Muḥammad Mutawalli al-Sya’rāwī memiliki motivasi tersendiri dalam menuangkan makna-makna al-Qur’an. Penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur’an agar dapat dipahami oleh setiap orang. Al-Sya’rāwī ingin menunjukkan kemukjizatan al-Qur’an, baik dari segi bahasanya (balagah), kandungannya (ma’ānī), dan rahasia-rahasia Qur’an (asrār al-Qur’ān). Karena itu, ketika mena menafsirkan al-Qur’an, al-Sya’rāwī memiliki beberapa prinsip, seperti yang dijelaskan oleh Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy dalam bukunya Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, yaitu:
1) Komitmen keislaman. Al-Sya’rāwī berkeyakinan bahwa Islam dapat bertindak sebagai metode dan landasan untuk memperbaiki kerusakan umat Islam saat ini, terutama yang berorientasi pada pemikiran dan keyakinannya.
2) Modernisasi. Al-Sya’rāwī tidak antipati terhadap modernisasi, tetapi mengadopsi modernisasi. Itu sebabnya tafsir yang dihasilkannya dapat diidentifikasi sebagai tafsir modern.22
Ketika menafsirkan al-Qur’an, al-Sya’rāwī cenderung menggunakan metode tafsir bi al-ra’yi23. Itu sebabnya al-Sya’rāwī
20 Mhd. Idris, “The Contribution of al-Sya’rawi to Developement of Tafsir: Study on The Book of Tafsir al-Sya’rawi”, Fuaduna, vol.04, no.02 (Juli-Desember 2020): 142.
21 Mhd. Idris, “The Contribution of al-Sya’rawi to Developement of Tafsir: Study on The Book of Tafsir al-Sya’rawi”, Fuaduna, vol.04, no.02 (Juli-Desember 2020): 142.
22 Faizah Ali Syibromalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir
Klasik-Modern, 153
23 Tafsir bi al-ra’yi adalah penafsiran yang tidak mengambil sumber penafsiran dari riwayat-riwayat yang sampai kepada Rasulullah, tetapi bersumber dari pendapat, akal, atau opini seorang penafsir. Lihat Ahmad Sarawat, Ilmu Tafsir, Sebuah Pengantar, cet. Ke-2 (Jakarta: Rumah Fiqih Publishing, 2020), 35-36.
menggunakan sumber-sumber berikut dalam penafsiran, yaitu: etimologi makna kata, konstruksi bahasa Qur’an, kalimat identik pada lafaz al-Qur’an, dan rekonstruksi ayat dengan ayat.24
Secara umum, metode tafsir yang digunakan para mufassir untuk menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur’an adalah metode tahlili, ijmali, muqarran, dan maudhu’i.25 Adapun posisi al-Sya’rāwī dalam penggunaan metode tafsir adalah dikategorikan tafsir tahlili, yaitu menafsirkan dari surah pertama al-Qur’an dengan mengurai makna surah, makna ayat dan munasabah antar surah. Al-Sya’rāwī juga memperhatikan korelasi sebuah ayat dengan ayat lain atau dengan hadis-hadis Nabi Saw. Selain itu, al-Sya’rāwī juga menjelaskan gramatikal dan gaya bahasa dari suatu ayat. Ini merupakan bukti bahwa al-Sya’rāwī memang ahli dalam bidang bahasa. Menurut Selamet Amir dan Zulkifli Mohd Yusoff, al-Sya’rāwī mengikuti metode penafsiran mufassir-mufassir sebelumnya, seperti Muhammad Abduh, Sayyid Rasyid Riḍa, dan Sayid Quṭb. Dalam penafsirannya al-Sya’rāwī menggunakan pendekatan al-‘Ilmi al-Naqli al-Ijtima’i, di mana penafsiran seperti ini menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an dengan nilai-nilai ilmu ketuhanan, sosial, dan alam.26
Jika membaca Tafsir al-Sya’rāwī akan diketemukan sistematika penafsiran yang digunakan, yaitu:
1. Al-Sya’rāwī menyebutkan arti dan nama suatu surah, kemudian mengemukakan hikmah penamaan dari sebuah surah.
24 Hikmatir Pasya, “Studi Metodologi Tafsir al-Sya’rawi”, Studia Quranica, vol.1, no.2 (Januari 2017): 150.
25 Mhd. Idris, “The Contribution of al-Sya’rawi to Developement of Tafsir: Study on The Book of Tafsir al-Sya’rawi”, Fuaduna, vol.04, no.02 (Juli-Desember 2020):144.
26 Selamet Amir dan Zulkifli Mohd Yusoff, “The Contemporary Scientific Interpretation of Al-Qur’an: A Review on al-Sha’rawi’s Method in Tafsir”, Quranica, vol.9, no.1 (Juni 2017): 59.
2. Al-Sya’rāwī menyebutkan urutan surah berdasarkan kronologi turunnya.
3. Menyebutkan secara umum ruang lingkup kandungan dari suatu surah.
4. Menuangkan asbab al-nuzūl ayat
5. Al-Sya’rāwī menafsirkan ayat perayat kemudian mengaitkannya dengan ayat lain yang memiliki tema sama atau memiliki keterkaitan dengan ayat yang sedang ditafsirkan.27
Terkait pembahasan al-Dukhān, Muḥammad Mutawalli al-Sya’rāwī membahasnya panjang-lebar dalam kitab tafsirnya Tafsir al-Sya’rāwī ketika menafsirkan surah al-Dukhān ayat 8-12 pada juz 22 dari 24 jiid Tafsir al-Sya’rāwī. Al-Sya’rāwī mengulas tema al-dukhān sebanyak 6 halaman dalam kitab tafsirnya. Menurut al-Sya’rāwī, dukhān merupakan gas yang mengganggu dan memenuhi atmosfir atau udara seperti kabut yang dapat dilihat di pagi hari. Kepadatan kabut tersebut menyebabkan kaburnya pengelihatan karena masuknya partikel kecil yang memenuhi rongga di antaranya mata. Hal itu kemudian yang menjadi sebab udara menjadi buruk ketika bernafas. Jika dua hal itu terjadi – tidak bisa melihat dan sulit bernafas- maka akan didapatkan kesengsaraan yang luar biasa yang tidak dapat ditanggung manusia.28 Selain itu, dari pembahasan panjang-lebar dalam kitab tafsirnya, al-Sya’rāwī memberikan gambaran bahwa al-dukhān yang dimaksud dalam surah al-Dukhān tersebut menurut al-Sy’rāwī sudah terjadi ketika pada masa Jahiliyah. Di mana orang-orang Quraisy tidak mau
27 Faizah Ali Syibromalisi & Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir
Klasik-Modern, 157-158
28 Muḥammad Mutawalli Sya’rāwī, Tafsīr Sya’rāwī (Kairo: Dār Akhbār al-Yaum, 1991), 13989.
menerima dakwah Nabi Saw, sehingga Rasulullah Saw mendoakan kekeringan seperti yang pernah terjadi kepada kaum Nabi Yusuf as.29
C. Muhammad Quraish Shihab
1. Profil M. Quraish Shihab
M. Quraish Shihab lahir di Lotassalo, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan pada 16 Februari 1944 M. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab, seorang profesor dalam bidang tafsir. Sedari kecil Quraish Shihab digembleng oleh orang tuanya dengan pendidikan yang keras dan disiplin. Sosok yang mempengaruhi kecintaannya dalam belajar al-Qur’an adalah ayahnya, Abdurahman Shihab.30 Tidak mengherankan, karena ayah Quraish Shihab adalah seorang cendikiawan terkemuka di Ujung Pandang ketika itu. Abdurrahman Shihab juga termasuk salah seorang pendiri Universitas Muslim Indonesia (MUI) di Ujung Pandang.31
Sedari kecil Quraish Shihab senang mengikuti pengajian yang diadakan ayahnya. Quraish Shihab Pernah nyantri selama dua tahun di Pesantren Dar al-Hadits al-Faqihiyah, Malang, Jawa Timur. Ia mendapat bimbingan langsung dari pakar hadis sekaligus pimpinan pesantren, Habib Abdul Qadir Bilfaqih.32
Tahun 1958 M Quraish Shihab beserta adiknya, Alwi Shihab dikirim ke al-Azhar untuk menimba ilmu. Di sana Quraish Shihab mengambil jurusan Tafsir dan Hadis. S1 di al-Azhar, Kairo diselesaikannya
29 Lihat Muḥammad Mutawalli al-Sya’rāwī, Tafsīr al-Sya’rāwī.
30 Mauluddin Anwar, dkk., Cahaya, Cinta, dan Canda M. Quraish Shihab, cet. Ke-2 (Ciputat: Lentera Hati, 2015), xxii.
31 Edi Bahtiar, “Mencari Format Baru Penafsiran di Indonesia: Telaah Terhadap Pemikiran M. Quraish Shihab” (Tesis Magister IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1999), 17.
32 Mauluddin Anwar, dkk., Cahaya, Cinta, dan Canda M. Quraish Shihab, cet. Ke-2 (Ciputat: Lentera Hati, 2015), xxii.
pada tahun 1967 M dan mendapat gelar Lc. (License). Quraish Shihab kemudian melanjutkan studinya di tempat yang sama dan mengambil jurusan yang sama pula. Pada tahun 1969 M Quraish Shihab mendapat gelar MA setelah berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul “Kemukjizatan al-Qur’an al-Karim dari Segi Hukum”.33
Kesempatan menimba ilmu di al-Azhar dimanfaatkan Quraish Shihab untuk belajar kepada syeikh-syeikh yang terkemuka ketika itu. Quraish Shihab belajar kepada Syeikh Abdul Halim Mahmud, seorang ulama yang sudah menghasilkan karya intelektual berjudul Tafsīr al-Falsafi fī al-Islām. Dengan gurunya ini Quraish Shihab memiliki banyak kesan, itu sebabnya Quraish Shihab pernah mengenang gurunya dengan mengatakan, “Beliau adalah dosen saya yang kemudian menjadi syeikh al-Azhar. Saya sering naik bus bersama beliau, beliau punya pengaruh yang sangat besar.”34
Tahun 1973 M Quraish Shihab diminta pulang oleh ayahnya untuk membantu mengelola perguruan tinggi IAIN Alauddin. Ketika itu ayahnya menjabat sebagai rektor. Quraish Shihab diberikan amanah menjadi wakil rektor bidang akademis dan kemahasiswaan. Jabatan itu ia emban sampai tahun 1980 M. Semenjak itu, Quraish Shihab banjir tawaran memimpin beberapa lembaga pendidikan dan pemerintahan. Pernah menjabat sebagai Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Wilayah VI Indonesia bagian timur, pembantu pimpinan kepolisian Indonesia timur dalam bidang pembinaan mental, dan beberapa jabatan lainnya.35
33 Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: E-Nusantara, 2009), 272.
34 Muhammad Nur, “Konsep Kewajiban Berhijab: Studi Komparasi Pemikiran Said Nursi dan Quraish Shihab”, (Tesis S2 UIN Alauddin Makassar, 2015), 63.
35 Rahmat Hidayat, “Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Poligami” (Skripsi S1 Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2008), 62.
Tahun 1980 M Quraish Shihab kembali lagi ke Mesir untuk melanjutkan studinya. Hal ini didorong oleh permintaan ayahnya agar Quraish Shihab meraih gelar doktor dalam bidang ilmu al-Qur’an. Tidak menunggu waktu lama, gelar doktor dengan predikat Summa Cum Laude diraihnya dalam waktu dua tahun. Di samping itu, Quraish Shihab juga mendapat penghargaan mumtaz ma’a martabat al-syaraf al-‘ula. Gelar ini biasanya diberikan kepada mahasiswa yang memiliki peringkat tertinggi.36
2. Karier Akademik
Seperti yang sudah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, karier Quraish Shihab dalam bidang akademik dimulai ketika diberikan amanah menjadi wakil rektor bidang akademik dan kemahasiswaan pada tahun 1973 M. Karier akademiknya sempat terhenti karena memilih kembali ke Kairo melanjutkan pendidikan doktornya. Tahun 1982 M Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan doktoralnya dengan nilai yang sangat memuaskan. Pada tahun 1984 M, Quraish Shihab ditugaskan mengajar di Fakultas Ushuluddin dan di Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang kini bertransformasi menjadi UIN. Tahun 1995 M Quraish Shihab diangkat menjadi rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.37
3. Karier di luar akademik
Quraish Shihab tidak hanya memiliki karier yang cemerlang dalam bidang akademik, di luar dunia akademik ia juga memiliki karier yang menterang. Di antaranya pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat tahun 1984 M, Anggota Lajnah Pentashih al-Qur’an
36 Mauluddin Anwar, dkk., Cahaya, Cinta, dan Canda M. Quraish Shihab, cet. Ke-2 (Ciputat: Lentera Hati, 2015), xxiii.
37 Atik Wartini, “Nalar Ijtihad Jilbab Dalam Pandangan M. Quraish Shihab: Kajian Metodologi”, Musawa, vol.13, no.1 (Januari 2014): 32.
Departeman Agama tahun 1989 M, Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional tahun 1989 M, dan Ketua Lembaga Pengembangan.38
M. Quraish Shihab juga pernah menjabat sebagai pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari’ah, Pengurus Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan sempat dipercaya sebagai asisten ketua umum di Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI).39 Kariernya sebagai rektor di IAIN Syarif Hidayatullah terpaksa Quraish Shihab tinggalkan karena diminta oleh Presiden Soeharto menjadi Menteri Agama, pada Kabinet Pembangunan VII pada 16 Maret 1998 M.40
4. Hasil Pemikiran
Prestasi akademik yang diproleh di al-Azhar tidak hanya berhenti ketika selesai program doktoralnya. Quraish Shihab bahkan baru memulai dunia baru dalam dunia akademik dengan menuangkan ide dan gagasannya dalam tulisan. Ide-ide pemikirannya mulai muncul di media cetak pada rubrik ‘Pelita Hati’ pada surat kabar Pelita dan rubrik ‘Hikmah’ di surat kabar Republika. Pemikirannya dalam bidang tafsir juga menghiasi majalah Amanah yang kemudian sempat diterbitkan dengan judul Tafsir al-Amanah.41
Buah ide dan gagasan yang dituangkan Quraish Shihab dalam bentuk tulisan jumlahnya cukup banyak. Berikut beberapa karya tulis Quraish Shihab yang berhasil penulis himpun:
38 Muhammad Nur, “Konsep Kewajiban Berhijab: Studi Komparasi Pemikiran Said Nursi dan Quraish Shihab”, (Tesis S2 UIN Alauddin Makassar, 2015), 65.
39 Muhammad Nur, “Konsep Kewajiban Berhijab: Studi Komparasi Pemikiran Said Nursi dan Quraish Shihab”, (Tesis S2 UIN Alauddin Makassar, 2015), 65.
40 Mauluddin Anwar, dkk., Cahaya, Cinta, dan Canda M. Quraish Shihab, cet. Ke-2 (Ciputat: Lentera Hati, 2015), 194.
41 Rahmat Hidayat, “Pemikiran Muhammad Quraish Shihab Tentang Poligami” (Skripsi S1 Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, 2008), 64
Tabel 3.2. Karya-karya M. Quraish Shihab
NO JUDUL TEMA
1 Tafsir al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya
Tafsir
2 Menyingkap Tabir Ilahi; Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur’an
Tafsir
3 Untaian Permata Buat Anakku Keluarga
4 Pengantin al-Qur’an Tafsir
5 Haji Bersama Quraish Shihab Haji
6 Sahur Bersama Quraish Shihab Puasa
7 Panduan Puasa Bersama Quraish Shihab Puasa 8 Panduan Shalat Bersama Quraish Shihab Ibadah 9 Anda Bertanya Quraish Shihab Menjagab
Berbagai Masalah Keislaman
Umum
10 Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah Mahdah
Ibadah
11 Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar al-Qur’an dan Hadits
Al-Qur’an dan Hadits
12 Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Ibadah dan Muamalah
Ibadah dan Muamalah
13 Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Wawasan Agama
Keislaman
14 Fatwa-fatwa M. Quraish Shihab Seputar Tafsir al-Qur’an
Ilmu Tafsir
15 Satu Islam, Sebuah Dilema Keislaman
17 Panduan Islam Tentang Perkawinan Usia Muda
Pernikahan
18 Kedudukan Wanita Dalam Islam Keislaman
19 Membumikan al-Qur’an, Fungsi dan Kedudukan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat
Fiqih al-Qur’an
20 Lentera Hari, Kisah dan Hikmah Kehidupan Soisal
21 Studi Kritis Tafsir al-Manar Tafsir
22 Wawasan al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat
Tafsir
23 Tafsir al-Qur’an Tafsir
24 Secercah Cahaya Ilahi, Hidup Bersama al-Qur’an
Fiqih al-Qur’an
25 Hidangan Ilahi, Tafsir Ayat-ayat Tahlili Tafsir
26 Jalan Menuju Keabadian Eskatologi
27 Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an
Tafsir
28 Menjemput Maut; Bekal Perjalalan Menuju Allah SWT
Akhirat
29 Jilbab Pakaian Wanita Muslimah dalam Pandangan Ulama dan Cendikiawan Kontemporer
Wanita
30 Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena
Keislaman
31 Perempuan Wanita
32 Logika Agama; Kedudukan Wahyu & Batas-baas Akal dalam Islam
33 Rasionalitas al-Qur’an’ Studi Kritis atas Tafsir al-Manar
Tafsir
34 Menebar Pesan Ilahi; al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat
Tafsir
35 Wawasan al-Qur’an Tentang Dikir dan Doa Tafsir 36 Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur’an Tafsir 37 Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan!
Mengkinkah? Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran
Keislaman
38 Al-Lubab; Makna, Tujuan dan Pelajaran dari al-Fatihah dan Juz ‘Amma
Tafsir
39 40 Hadts Qudsi Pilihan Hadis
40 Berbisnis dengan Allah; Tips Jitu Jadi pebisnis Sukses Dunia Akhirat
Keislaman
41 M. Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui
Keislaman
42 Doa Harian Bersama M. Quraish Shihab Doa-doa 43 Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Jin dalam
al-Qur’an
Tafsir
44 Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Malaikat dalam al-Qur’an
Tafsir
45 Seri yang Halus dan Tak Terlihat; Setan dalam al-Qur’an
Tafsir
46 M. Quraish Shihab Menjawab; 101 Soal Perempuan yang Patut Anda Ketahui
Wanita
47 Al-Qur’an dan Maknanya; Terjemah Makna Disusun oleh M. Quraish Shihab
48 Membumikan al-Qur’an Jilid 2 Fiqih al-Qur’an 49 Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw dalam
Sorotan al-Qur’an dan Hadits Shahih
Sirah
50 Do’a al-Asma al-Husna (Doa yang Disukai Allah SWT)
Doa-doa
51 Tafsir al-Lubab; Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari Surah-surah al-Qur’an
Tafsir
52 Kaidah Tafsir Ilmu tafsir
53 Kosakata Keagamaan Keislaman
54 Islam yang Saya Anut Keislaman
55 Corona Ujian Tuhan Keislaman