• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis

Kecamatan Taliwang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sumbawa Barat yang memiliki wilayah seluas 375.93 km2.. Bagian utara berbatasan dengan Kecamatan Seteluk, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jereweh, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Seteluk dan Selat Alas dan berbatasan dengan Kecamatan Brang Ene di sebelah timur. Sedangkan Kelurahan Menala sesuai dengan Perda No. 9 Thn 2007 memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sampir, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Labuhan Lalar, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sermong, dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kuang.

Tabel 3 Luas wilayah desa di Kecamatan Taliwang tahun 2011

Desa Luas Wilayah

(Km2) Persentase (%) (1) (2) (3) 1. Batu Putih 27,75 7,38 2. Banjar 36,36 9,67 3. Lalar Liang 45,89 12,21 4. Labuan Lalar 24,6 6,54 5. Labuan Kertasari 46,3 12,32 6. Telaga Bertong 24,22 6,44 7. Kuang 24,84 6,61 8. Bugis 20,75 5,52 9. Dalam 23,72 6,31 10. Menala 20,45 5,44 11. Sampir 23,12 6,15 12. Tamekan 21,36 5,68 13. Seloto 27,8 7,39 14. Sermong 8,49 2,26 15. Arab Kenangan 0,28 0,07 Jumlah 375.93 100

Kecamatan Taliwang memiliki 14 buah desa/kelurahan yaitu 7 Kelurahan dan 8 Desa. Adapun nama desa/kelurahan adalah Batu Putih, Banjar,Lalar Liang,Labuan Lalar, Labuan Kertasari, Telaga Bertong, Kuang, Bugis, Dalam, Menala, Sampir, Tamekan, Seloto, Sermong dan Arab Kenangan. Luas wilayah Kecamatan Taliwang seluas 375,93 km2 dan terdiri dari Batu Putih, Banjar, Lalar Liang, Labuan Lalar, Labuan Kertasari, Telaga Bertong, Kuang, Bugis, Dalam, Menala, Sampir, Tamekam, Seloto, Sermong, dan Arab Kenangan. Luas seluruh desa/kelurahan yang ada di Kecamatan Taliwang disajikan pada Tabel 3, jarak desa dengan ibukota kecamatan dan ibukota kabupaten tahun 2011 disajikan pada Tabel 4, dan tinggi ibukota desa dari permukaan air laut dirinci per desa di Kecamatan Taliwang pada akhir tahun 2011 disajikan pada Tabel 5.

Tabel 4 Jarak desa dengan ibukota kecamatan dan ibukota Kabupaten tahun 2011 Desa Jarak dari Ibukota Kecamatan (km) Jarak dari Ibukota Kabupaten (km) (1) (2) (3) 1. Batu Putih 4 4 2. Banjar 4,1 5 3. Lalar Liang 14,5 15,5 4. Labuan Lalar 12 12,5 5. Labuan Kertasari 15 15 6. Telaga Bertong 4.5 5 7. Kuang 0,2 1 8. Bugis 1,5 2 9. Dalam 0.5 1.3 10. Menala 0,3 1 11. Sampir 1 1.5 12. Tamekan 4 4,5 13. Seloto 10 11 14. Sermong 3 3,5 15. Arab Kenangan 1.1 1.5

Sumber : Desa se-Kecamatan Taliwang 2011

Kependudukan

Jumlah dan Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk tahun 2012 menurut data dari Kelurahan Menala adalah 5.425 orang yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 2.682 orang dan jumlah penduduk perempuan 2.743, sedangkan tahun 2011 adalah 5.152 orang dengan

jumlah penduduk laki-laki adalah 2.582 orang dan penduduk perempuan 2.570 orang. Sedangkan jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Menala tahun 2012 adalah 1473 KK dan tahun 2011 adalah 1265 KK.

Kepadatan Geografis dan Agraris

Luas wilayah Desa Menala pada tahun 2011 menurut penggunaan lahannya seluas 204,5 ha atau 5.44% dengan kepadatan 300 jiwa/km2. Sebagian besar luas lahan pertanian yaitu seluas 179.96 ha, perkebunan 2.89 ha, dan pemukiman penduduk 21.65 ha.

Penggunaan luas lahan Desa Menala pada tahun 2011 sebagai berikut: penggunaan lahan sawah 179,96 ha; bukan sawah 2,89 ha; dan non pertanian 21,65 ha. Dari sini dapat diketahui bahwa pemanfaatan luas wilayah Desa Menala adalah lebih banyak digunakan untuk lahan pertanian sehingga dimanfaatkan oleh penduduk desa pada sektor pertanian dengan mendapat irigasi dari 2 aliran sungai yang melintasi desa itu.

Tabel 5 Tinggi ibukota desa dari permukaan air laut dirinci per desa di Kecamatan Taliwang pada akhir tahun 2011

Desa Tinggi dari Permukaan Air Laut

(Meter) (1) (2) 1. Batu Putih 13 2. Banjar 11 3. Lalar Liang 17 4. Labuan Lalar 6 5. Labuan Kertasari 5 6. Telaga Bertong 7 7. Kuang 14 8. Bugis 12 9. Dalam 14 10. Menala 15 11. Sampir 14 12. Tamekan 19 13. Seloto 34 14. Sermong 18 15. Arab Kenangan 13

Luas wilayah menurut penggunaannya tahun 2012 sebanyak 538,3 ha/m2, dengan perician sebagai berikut: Luas wilayah yang digunakan untuk pemukiman sebanyak 100 ha/m2, yang digunakan untuk persawahan sebanyak 331 ha/m2, yang digunakan untuk perkebunan 47 ha/m2, untuk perkantoran 7,3 ha/m2, untuk kuburan 1 ha/m2, untuk pekarangan 52 ha/m2. Sehingga lebih dari 60 persen lahan yang ada di Kelurahan Menala digunakan untuk persawahan.

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk tahun 2012 meningakat 5 persen dari tahun 2011. Jumlah migrasi penduduk di Kelurahan Menala juga semakin meningkat setiap tahunnya. Penduduk yang datang dan pergi disebabkan oleh faktor perkawinan antara penduduk pendatang dengan penduduk asli atau sebaliknya. Pekembangan fertilisasi penduduk di Kelurahan Menala juga sangat mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Kelurahan Menala. Begitu juga dengan mortalitas penduduk di Kelurahan Menala.

Tingkat kelahiran dan kematian di Kelurahan Menala tidak begitu tinggi, dalam satu tahun terakhir untuk kelahiran sebanyak 5 orang sedangkan jumlah kematian sebanyak 4 orang. Sedangkan untuk migrasi penduduk juga masih rendah bahkan lebih tinggi penduduk yang keluar dari pada masuk, untuk migrasi masuk sebanyak 9 orang dan migrasi keluar sebanyak 25 orang.

Struktur Sosial

Stratifikasi Sosial

Dalam lingkungan masyarakat kita dapat melihat adanya perbedaan- perbedaan yang berlaku dan diterima oleh masyarakat, perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab sosial saja akan tetapi juga terjadi akibat pendidikan, kepemilikan harta kekayaan, pekerjaan yang membedakan manusia satu dengan yang lainnya. Karena beragamnya orang yang ada disuatu wilayah maka disinilah akan muncul pengkelasan sosial atau pembedaan-pembedaan, orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang berstatus sosial yang rendah. Pelapisan sosial (stratifikasi sosial) komunitas Desa Menala dipengaruhi oleh tokoh yang dituakan dalam hal ini golongan keturunan dari keturunan bangsawan, kepemilikan harta kekayaan, pekerjaana, dan pendidikan.

Meskipun demikian, stratifikasi sosial di Kelurahan Menala masih bersifat tradisional artinya pelapisan masyarakat Keluraham Menala masih homogen, sehingga hal ini sangat mendukung kerukunan masyarakat karena tidak terjadi pembedaan dalam hal memperoleh akses kebijakan dan sumberdaya. Ini terlihat dari aktivitas – aktivitas di dalam masyarakat Kelurahan Menala, seperti bergotong royong membangun rumah, membersihkan saluran air, dll. Meskipun terjadi mobolitas penduduk yang cukup tinggi, tetapi tidak menyebabkan terjadinya konflik horizontal di Kelurahan Menala.

Kelembagaan Sosial

Kelembagaan sosial merupakan suatu wadah yang dibentuk untuk mengorganisasi pola pemikiran yang terwujud melalui aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Biasanya kelembagaan ini mempunyai tujuan-tujuan sesuai dengan

kepentingan dibuatnya kelembagaan tersebut, serta mempunyai tradisi-tradisi tertulis dan tidak tertulis.

Kelembagaan yang ada di Kelurahan Menala terdiri dari lembaga formal dan non formal. Lembaga formal merupakan lembaga yang diinisiasi oleh pemerintah, baik pemerintah desa maupun kecamatan, seperti RT, RW, PKK, dan LPM. Sedangkan lembaga non formal adalah lembaga yang diinisiasi oleh masyarakat, seperti LSM, Karang Taruna, Organisasi Masjid, Bumdes, Lembaga Adat Tana Samawa (LATS), Kelompok Tani dan lembaga lainnya sesuai ketentuan.

Jejaring Sosial

Pada dasarnya hubungan sosial satu dengan yang lainnya didasarkan pada hubungan saling membutuhkan satu sama lain. jejaring sosial yang ada di Desa Menala terjalin dari terbentuknya lembaga-lembaga yang ada di masyarakat, baik lembaga formal maupun informal.

Jaringan sosial yang terbentuk sangat peduli dengan masyarakat yang menghubungkan dengan budaya luar daerah, seperti halnya Lembaga Adat Tana Samawa. Secara luas memang belum begitu dikenal masyarakat karena memang lembaga ini baru dibentuk untuk mempertahankan budaya-budaya yang ada di Kabupaten Sumbawa Barat yang selama ini tidak ada wadah untuk menampung aspirasi dari masyarakat.

Hubungan atau jaringan sosial yang terjalin antar lembaga yang ada di wilayah tersebut adalah sangat intens dan sangat baik, ini bisa terlihat dari tingkat resistensi atau konflik yang terjadi di daerah tersebut. Hubungan yang terjalin dengan lebaga lain yang ada di luar cukup baik, dan ini terjadi karena adanya kesadran dan inisiatif masyarakat Kelurahan Menala sendiri bahwa kemajuan dan kesjahteraan itu merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Untuk lebih maksimal maka fasilitas komunikasi dan transpotasi harus mendukung proses terciptanya hubungan sosial yang baik di Kelurahan Menala.

Kelembagaan Ekonomi

Kelompok Usaha Produktif

Perekonomian masyarakat Kelurahan Menala sangat dipengaruhi oleh sektor pertanian. Sesuai dengan data dari Kelurahan Menala ada 61 persen luas wilayah yang ada di Kelurahan Menala adalah lahan persawahan, sehingga mayoritas masyarakat Kelurahan Menala menggantungkan hidup dari hasil pertanian. Sarana prasarana pendukung aktifitas pertanian yang terdapat di Kelurahan Menala adalah 1 unit Koperasi Unit Desa dan 1 unit Koperasi Simpan Pinjam yang ada merupakan koperasi berbasis rukun tetangga yang dananya bersumber dari Pemerintah Kabupataen Sumbawa Barat. Sampai saat ini koperasi tidak berkembang karena kurangnya pendampingan dari pemerintah. Selain itu ada industri kecil dan menengah yang membantu perekonomian Kelurahan Menala, antara lain: 12 unit industri makanan, 4 unit industri rumah tangga, 3 unit industri material bahan bangunan, 1 unit industri alat pertanian, 3 unit industri kerajinan, dan 6 unit rumah makan dan restoran.

Aksesibilitas terhadap Kebijakan dan Sumberdaya

Kelurahan Menala memiliki keistimewaan dimana selain memiliki lahan sawah yang luas tetapi juga memiliki akses yang baik dengan pusat pemerintahan KSB karena jarak yang sangat dekat dan juga kediaman Bupati KSB berada di Kelurahan Menala, yang pastinya membuat fasilitas umum seperti jalan dan penerangan juga sangat baik. Pondok Pesantren Al – Ikhlas yang santri-santrinya datang dari seluruh penjuru pulau Sumbawa juga ikut mempengaruhi penyediaan fasilitas transportasi juga sangat mendukung. Kondisi yang kondusif juga merupakan faktor pendukung yang menjadikan akses masyarakat Kelurahan Menala dengan kebijakan pemerintah dan sumberdaya sangat baik.

Aksesibilitas usaha-usaha yang dijalankan oleh masyarakat Desa Menala dapat berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan mudahnya mendapatkan bahan- bahan utama yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha tersebut. Seperti usaha pengolahan kayu, dan pengrajin rotan masyarakat desa tidak terlalu sulit untuk mendapatkan bahan utamanya tersebut karena letak hutan tidak terlalu jauh dari Kelurahan Menala. Kemudian usaha rumahan tersebut berupa pengolahan jagung menjadi makanan ringan, untuk mendapatkan jagung juga tidak terlalu sulit karena tersedia di masyarakat desa setempat.

Kemudian aksebilitas terhadap pembentukan modal usaha, Pemerintah Daerah KSB memberikan dana stimulus ekonomi baik melalui program UMKM dan KBRT untuk membantu masyarakat lokal dalam hal pembentukan modal usaha tanpa bunga, sehingga masyarakat desa dapat meningkatkan usaha mereka dengan lebih baik.

Mengingat penduduk Desa Menala sebagian masih tergolong miskin dan sebagian berada di wilayah pedesaan, maka hal terbaik yang perlu dilakukan adalah meningkatkan akses petani kecil terhadap sumber daya produktif untuk meningkatkan produksi. Sehingga kebijakan pemerintah diarahkan pada upaya melakukan gerakan nasional diversifikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal.

Jaringan Bisnis

Jaringan bisnis yang ada di Kelurahan Menala tidak lepas dari aksessibilitas yang baik sehingga tokoh bisnis yang ada di Kelurahan Menala dapat melakukan peranannya dengan baik dan bisa direspon oleh masyarakat dengan baik serta cepat dirasakan oleh masyarakat secara umum. Secara tidak langsung jaringan bisnis yang baik akan mempercepat pertumbuhan masyarakat Kelurahan Menala khusunya dan masyarakat KSB umumnya.

Usaha produktif yang ada di Desa Menala terbentuk tidak berkelompok akan tetapi berjalan sendiri-sendiri serta membuat jaringan sendiri. Seperti usaha pengolahan kayu yang dimiliki oleh Bapak Yames dengan nama UD. Jual Beli Emas yang mampu menjaring 10 orang karyawan serta UD. Alia yang dimiliki oleh Bapak Syarafuddin dan UD. Taruna Mesa dimiliki oleh Bapak H. A.Yani yang sama-sama bergerak di pengolahan kayu.

Pengolahan kerajinan rotan juga membuat jaringan sendiri, mereka pasarkan hasil kerajinannya di masyarakat sekitar dan desa-desa tetangga. Hanya dibidang pertanian yang terbentuk kelompok yaitu kelompok tani, yang kemudian ditindak lanjuti oleh pemerintah dengan memberikan penyuluhan pertanian.

Tokoh Bisnis

Tokoh bisnis yang berperan di Kelurahan Menala adalah para tokoh masayarakat yang memiliki banyak tanah, punya usaha produktif, seperti Bapak Yames yang memiliki UD. jual beli emas, Bapak Syarafuddin dan UD. Taruna Mesa dimiliki oleh bapak H. A.Yani yang sama-sama bergerak di pengolahan kayu, dan juga para tokoh yang memiliki jabatan penting di pemerintahan KSB seperti Bupati KSB, Dr. KH. Zulkifli Muhadli, SH, MM. yang berdomisili di Kelurahan Menala yang sekaligus sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al – Ikhlas Taliwang. Selain itu seperti Lurah Kelurahan Menala dana jajaran perangakat desa yang memegang kendali perekonomian masyarakat Kelurahan Menala.

Pola-pola Kebudayaan

Sistem Norma dan Nilai

Secara umum dapat dikatakan belum ada perubahan yang terjadi dalam komunitas dan kehidupan masyarakat terkait sistem norma dan budaya di Kelurahan Menala. Adat istiadat Sumbawa merupakan budaya yang masih melekat kuat di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh adat-istiadat seperti; adat dalam perkawinan, adat dalam kelahiran anak, adat dalam pengelolaan tanah pertanian dan lain-lain. Adat yang telah turun temurun dan sampai sekarang tetap hidup ditengah masyarakat diantaranya bakelewang (gotong royong dalam kegiatan masak-memasak), tokal adat (rapat keluarga untuk perkawinan), sorong serah (kegiatan melamar pengantin wanita) dan barodak. Kegiatan basenata (gotong royong dalam memperbaiki rumah), yang ada di desa juga masih sangat kuat.

Untuk lebih menjaga adat yang ada, meningkatkan partisipasi dan silaturahmi masyarakat, pemerintah desa pun telah menyusun aturan dalam bentuk peraturan desa (perdes) untuk mengatur kegiatan adat seperti Tokal adat. Hal ini dilakukan karena kegiatan tokal adat melibatkan pemerintahan desa dan masyarakat banyak. Dalam kegiatan ini, masyarakat akan menyumbang untuk membantu masyarakat yang akan melaksanakan perkawinan, dalam hal ini tidak mengenal apakah keluarga tersebut dari keluarga miskin ataupun kaya. Kepala desa sebagai pimpinan wajib dilaporkan rencana kegiatan katokal adat sehingga kepala desa dapat menentukan jadwal pelaksanaannya. Untuk tanggal resepsi diserahkan kepada pihak keluarga untuk menentukan.

Dari perdes tersebut telah dibentuk pula lembaga adat dengan pemangku adat yang dibuat surat keputusan (SK) oleh kepala desa. Lembaga adat dibantu beberapa peralatan oleh pemerintah desa berupa gong genang dan rebana ode. Kegiatan kesenian kecimol (dari Pulau Lombok) dan gambus (dari Arab) dalam beberapa kali kegiatan masyarakat sering diundang untuk menyemarakkan kegiatan-kegiatan seperti sunatan atau perkawinan. Namun secara umum kegiatan kesenian tersebut belum mempengaruhi adat yang ada di Kelurahan Menala.

Orientasi Nilai Budaya

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan di desa secara umum dapat dikatakan cukup aktif. Kegiatan gotong royong di sekolah dan di seluruh lingkungan dusun cukup aktif diikuti oleh masyarakat.

Selain itu ada budaya dimana semakin tinggi kedudukan seseorang dilingkungan masyarakat maka orang tersebut akan semakin dihargai dan dihormati dilingkungannya. Kedudukan tersebut bisa di berbagai bidang, seperti bidang agama, pemerintahan, pendidikan, masyarakat serta kepemilikan harta. Seperti yang terjadi di Desa Menala, masyarakat akan menghargai seseorang bukan karena faktor pendidikan semata, tapi lebih memandang dari sisi sebagai orang yang dituakan di desa tersebut. Maksud orang yang dituakan ini adalah keturunan bangsawan, orang yang mempunyai pengaruh dan mendapat kepercayaan dari masyarakat desa tersebut karena usaha dan jasa-jasanya dalam pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat.

Sebagai contoh adalah tokoh MLI, beliau merupakan salah satu penggagas berdirinya Kabupaten Sumbawa Barat, karena dipercaya oleh warga masyarakat sehingga beliau didaulat sebagai ketua adat Tana Samawa (Anorawi), selain faktor ketokohan beliau juga memaparkan bahwa stratifikasi di Desa Menala dilihat dari faktor ekonomi dan pendidikan.

Pola Bersikap, Bertindak, dan Sarana

Kepemimpinan seseorang yang memimpin lembaga-lembaga formal seperti Kepala Desa dan Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Kelurahan Menala sangat mempengaruhi pola bersikap dan bertindak masyarakat. Kegiatan- kegiatan di desa seperti rapat-rapat desa yang dalam kegiatannya diundang oleh Kepala Kelurahan Menala cukup aktif diikuti masyarakat, namun bagi lawan politik Kepala Desa, kegiatan rapat-rapat tersebut tidak pernah mau dihadiri. Hal berbeda terjadi ketika kegiatan rapat dilaksanakan oleh BPD, seluruh masyarakat menghadiri undangan, tidak ada sikap dan tindakan masyarakat yang menunjukkan seperti yang terjadi dengan Kepala Desa. Hubungan kepala desa dan BPD cukup harmonis dan saling mendukung, sehingga kebijakan-kebijakan yang dilahirkan tidak mengalami hambatan.

Setiap kegiatan yang ada di Desa Menala disambut dengan partisipasi warga masyarakat, saling tolong-menolong antar warga merupakan ciri khas warga desa untuk memupuk rasa solidaritas yang tinggi.

Begitu besar rasa solidaritas yang terbentuk di Desa Menala lama-kelamaan mulai terkikis sedikit demi sedikit, hal ini dikarenakan adanya stratifikasi sosial yang ada di masyarakat desa. Warga masyarakat sudah merasa dirinya mampu dari yang lainnya dan berpendidikan tinggi maka enggan untuk mengikuti kegiatan masyarakat desa dan cenderung menarik diri, namun masih ada dari sebagian masyarakat yang melakukan kegiatan dengan partisipasi.

Hal ini yang kemudian mendorong pemerintah menggunakan program untuk meningkatkan partisipasi warga masyarakat, program yang lebih menekankan masyarakat lokal yaitu program Bedah Rumah, Koperasi Berbasis RT, serta stimulus ekonomi untuk UMKM dan Koperasi.

Dengan adanya program ini, hampir semua warga masyarakat merespon baik yang pro dan kontra dengan program tersebut. Selain pastisipasi yang muncul, kesejahteraan warga juga diharapkan semakin membaik. Dalam melaksanakan sebuah program peran seorang tokoh sangat membantu kelancaran berjalannya program, peran ketokohan ini yang dijadikan acuan warga untuk memegang tanggungjawab dan dijadikan sebagai orang yang dipercaya oleh warga masyarakat. Seperti pada program KBRT, ketua RT disini sebagai tokoh

yang memiliki tanggungjawab, kekuasaan, wewenang, dan menindak lanjuti dalam menjalankan program KBRT di wilayahnya yang dibarengi dukungan dan interaksi dari masyarakat.

Masyarakat akan memposisikan tokoh pada kedudukan terdepan dalam setiap kegiatan, baik kegiatan sosial maupun kegiatan-kegiatan yang lainnya. Hal ini merupakan salah satu pola sikap dan bertindak warga masyarakat untuk menghormati dan menghargai tokoh tersebut.

Pola-pola Adaptasi Ekologi

Basis Ekologi dan Perubahannya

Secara umum basis ekologi kehidupan masyarakat Kelurahan Menala bertumpu pada sektor pertanian. Kondisi lahan pertanian yang sebagian besar merupakan lahan persawahan menyebabkan sebagaian besar produksi hasil pertanian bisa dimanfaatkan untuk tiga kali musim tanam.

Desa Menala dialiri 2 sungai yang melintasi desa dimanfaatkan warga sekitar sebagai irigasi sawah dan lahan perkebunan, tapi ada juga dari sebagian masyarakat yang memanfaatkan sungai sebagai pembuangan limbah mercury hasil pengolahan emas ilegal (illegal mining). Tentu saja ini akan berdampak buruk bagi warga sekitar apalagi untuk jangka panjangnya apalagi untuk kesehatan dan lingkungan sekitar. Limbah merkuri merupakan limbah yang paling berbahaya dan paling beracun, tapi hal ini tidak disadari oleh warga dan dianggap sebagai hal biasa karena mereka lebih memikirkan gimana cara untuk mendapat rupiah demi rupiah untuk memenuhi kebutuhan hidup dari penambangan emas yang mereka lakukan.

Mata Pencaharian Utama

Masyarakat Kelurahan Menala dengan lahan sawah yang sangat luas tentunya matapencaharian utamanya adalah pertanian, dengan hasil yang diperoleh dari penanaman padi pertahunnya sekitar 2-3 ton per ha (sumber dari Desa Menala), meskipun masyarakat Kelurahan Menala banyak yang menjadi pegawai di sektor – sektor pemerintahan karena letak Kelurahan Menala yang dekat dengan pusat pemerintahan Kecamatan Taliwang yang merupakan ibukota dari Kabupaten Sumbawa Barat.

Oleh karena itu sistem pangan lokal difokuskan untuk mengutamakan produksi pertanian desa untuk kebutuhan pangan penduduk desa bersangkutan, memanfaatkan pertanian sebagai generator pengembangan ekonomi masyarakat dan sebagai cadangan pangan lokal.

Strategi Penghidupan

Kegiatan perkonomian yang dilakukan warga desa tak lebih untuk mempertahankan dan menjaga kelangsungan hidup mereka serta menjalankan roda perekomian. Dengan melakukan berbagai usaha baik bersifat rumahan maupun usaha-usaha mikro. Dengan adanya program KBRT dan juga Stimulus Ekonomi untuk UMKM dan Koperasi sangat membantu masyarakat desa untuk mengembangkan usaha-usaha kecil dan menciptakan lapangan kerja baru, sehingga akan mengurangi adanya pengangguran dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tapi sayang ada sebagian masyarakat yang tidak

memanfaatkan adanya program pemerintah ini dengan baik karena mereka mendapatkan dana untuk keperluan lain dan bukan diperuntukkan bagi modal usaha, sehingga banyak yang kerepotan saat pengembalian modal usaha dampak selanjutnya menjadi kredit macet. Hal ini disebabkan pengetahuan masyarakat yang kurang dan tidak adanya dampingan dari dinas terkait untuk pemanfaatan modal usaha.

Lembaga koperasi yang sangat membantu masyarakat Kelurahan Menala yaitu koperasi Bulan Sabit. Koperasi ini adalah satu-satunya koperasi yang dapat berjalan dengan baik dan yang memberikan modal usaha bagi masyarakat Desa Menala untuk menjalankan perekonomian masyarakat.

Selain melalui usaha-usaha kecil, banyak masyarakat yang beralih profesi menjadi pencari batu emas (gelondong). Dari hasil ini masyarakat mencukupi kehidupan sehari-harinya, pencarian emas bukan lagi sebagai mata pencaharian sampingan tetapi sudah menjadi mata pencaharian bagi penduduk desa karena hasil yang diperoleh sudah bisa mencukupi kebutuhan hidup dan untuk kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.

Masalah-masalah Sosial

Deskripsi Masalah Sosial

Masalah sosial yang terjadi di masyarakat biasanya dikarenakan tidak adanya kesesuaian antara unsur-unsur sosial, kebudayaan serta masyarakat dan akan berakibat pada masyarakat sekitar. Ketidak sesuaian yang terjadi terlihat begitu nyata dalam masyarakat dengan yang realita yang ada. Menurut Stark

Dokumen terkait