• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lengkap lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab, seperti kondisi geografis desa yang memberikan gambaran umum letak lokasi penelitian, sarana dan prasarana desa yang memberikan informasi mengenai gambaran tingkat kesejahteraan desa, struktur kependudukan desa yang memberikan informasi mengenai gambaran peluang lapangan kerja dan tingkat kesejahteraan penduduk, serta alur sejarah migrasi penduduk setempat.

Kondisi Geografi

Desa Pamanukan Hilir merupakan salah satu desa dari kedelapan desa yang terdapat pada Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kedelapan desa tersebut ialah Desa Bongas, Desa Lengkongjaya, Desa Mulyasari, Desa Pamanukan, Desa Pamanukan Hilir, Desa Pamanukan Sebrang, Desa Rancahilir, dan Desa Rancasari. Desa Pamanukan Hilir berbatasan langsung dengan beberapa desa di dalam satu kecamatan dan dengan beberapa kecamatan lain. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Lengkongjaya, sebelah timur berbatasan dengan Desa Mulyasari, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pamanukan, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Legonkulon dan Kecamatan Sukasari. Jarak yang ditempuh dari Desa Pamanukan Hilir menuju Ibukota Kecamatan berkisar 3 km, dari Ibukota Kabupaten berkisar 33 km, dari Ibukota Provinsi Jawa Barat berkisar 97 km, dan dari Ibukota Negara berkisar 120 km. Desa ini berada disebelah utara jalan pantura yang menjadi salah satu titik strategis dalam lalu lintas perdagangan antar kota.

Desa Pamanukan Hilir memiliki luas wilayah sebesar 9,14 km2 atau 272 ha dengan ketinggian berkisar antara 6 sampai 10 m dpl (di atas permukaan laut). Desa ini memiliki penduduk yang cukup padat dengan kepadatan penduduk mencapai 652,84 jiwa per km2 mengingat kondisi luas wilayah yang tidak begitu luas. Desa ini terbagi menjadi beberapa dusun dan setiap dusun memiliki kepala dusunnya masing-masing Dusun-dusun yang terdapat pada Desa Pamanukan Hilir meliputi Dusun Pilang Hilir, Dusun Kaum Tua, Dusun Cimanggu, Dusun Sarwijan, dan Dusun Poponcol. Lahan yang terdapat pada Desa Pamanukan Hilir sebagian besar dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, terutama untuk lahan persawahan karena komoditi utama di Desa Pamanukan Hilir ialah Padi. Lahan pertanian yang berada di Desa Pamanukan Hilir mencapai 249 ha atau sekitar 92% dari total lahan yang ada, sedangkan sisa lahan tersebut lebih banyak dipakai untuk membangun perumahan penduduk dan membangun sarana serta prasarana desa.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Pamanukan Hilir meliputi sarana transportasi darat, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, pasar, irigasi, jembatan, koperasi, keamanan dan paguyuban, serta lapangan olahraga. Arus lalu lintas di desa ini tergolong mudah karena sebagian besar jalan

desa merupakan jalan yang telah di aspal sehingga dapat digunakan sebagai akses masuk ke wilayah Desa Pamanukan Hilir. Jalan beraspal ini merupakan jalan yang menghubungkan antar dusun di dalam desa dan juga menghubungkan antara Desa Pamanukan Hilir dengan desa dan kecamatan lainnya. Kondisi jalan beraspal pada jalan utama desa sangat baik, namun jalan yang menghubungkan antar dusun kini sudah mulai rusak dan membutuhkan perbaikan yang cukup besar. Kerusakan yang terjadi disebabkan sering masuknya truk-truk besar pengangkut beras pada saat musim panen padi berlangsung sehingga jalan sering mengalami erosi dan berlubang-lubang akibat aktivitas tersebut. Sarana transportasi darat yang tersedia di Desa Pamanukan Hilir lebih banyak memakai becak dan ojek karena tidak terdapat angkutan kota (angkot) yang melewati desa ini. Pada umumnya warga desa memakai kendaran pribadi, seperti sepeda dan sepeda motor untuk mengantarkan mereka keluar masuk desa. Pangkalan ojek yang terdapat di Desa Pamanukan Hilir terbagi menjadi dua unit. Unit pertama terletak di dekat Kantor Kepala Desa dan unit kedua terletak di pertigaan jalan utama antara Desa Desa Mulyasari dan Desa Pamanukan Hilir.

Sarana kesehatan yang terdapat di Desa Pamanukan Hilir cukup minim dengan kondisi sarana kesehatan yang juga terpusat di Kecamatan Pamanukan. Jumlah sarana kesehatan yang terdapat di desa ini terdiri dari 1 unit Polindes Pamanukan Hilir dan beberapa UKBM yang terdiri dari 5 kelompok Jimpitan dan 2 kelompok Dasolin dengan jumlah kader kesehatan sebanyak 40 orang tenaga. Setiap unit kesehatan tersebut masih aktif dan memiliki kader yang cukup terlatih. Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Pamanukan Hilir hanya terdapat PAUD dan SD saja. Jumlah PAUD yang terdapat di desa ini terdiri dari 3 PAUD, sedangkan jumlah sekolah dasar yang terdapat di desa ini terdiri dari 4 SD, yakni SD Budi Utama, SD Karya Utama, SD Taman Siswa, dan SDN 2 Pamanukan. Untuk sarana pendidikan SMP dan SMA tidak terdapat di Desa Pamanukan Hilir karena sarana tersebut terpusat di Kecamatan Pamanukan, sehingga banyak siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi harus pergi mencari sekolah ke luar desa.

Pasar yang terdapat di Desa Pamanukan Hilir terdiri dari satu unit pasar tradisional dan satu mini market modern. Masyarakat di Desa Pamanukan Hilir lebih sering berbelanja ke pasar tradisional yang berlokasi di desa lain karena selain minim keberadaan pasar tradisional yang ada di desa ditambah pasar di desa hanya buka dari pagi hingga siang hari saja. Selain itu, desa ini memiliki jumlah toko/kios/warung yang cukup banyak yakni mencapai 48 unit. Lembaga koperasi yang terdapat di Desa Pamanukan Hilir hanya ada satu unit saja, namun keberadaan koperasi di desa ini kurang begitu diminati oleh para penduduk desa karena ketidakpercayaan mereka akan kinerja koperasi.

Sarana peribadatan yang terdapat di Desa Pamanukan Hilir cukup banyak. Jumlah sarana peribadatan yang terdapat di desa ini terdiri dari Masjid sebanyak 2 unit, Mushola sebanyak 12 unit, dan Majelis Taalim sebanyak 5 unit. Sarana keamanan yang terdapat di Desa Pamanukan Hilir terdiri dari satu unit Kantor Polisi yang berlokasi di Kecamatan Pamanukan dan beberapa pos keamanan lingkungan yang berjaga di setiap dusun. Adapun jumlah anggota Perlindungan Masyarakat (Linmas) sampai saat ini tercatat sebanyak 10 orang. Secara pengamatan peneliti, kondisi sosial politik serta keamanan dan ketertiban di wilayah Desa Pamanukan Hilir cukup kondusif terlihat dari antusias penduduk

dalam mengikuti Pemilihan Umum (Pemilu) DPR dan DPRD tahun 2014 yang berjalan lancar dan terkendali. Dalam hal ini, penduduk desa berharap aspirasi dan pilihannya dapat tersalurkan dengan tepat seiring dengan bergulirnya informasi dan banyaknya partai politik yang berkembang pada saat ini.

Kegiatan paguyuban yang dilakukan oleh masyarakat desa lebih kepada kegiatan PNPM Mandiri, seperti perbaikan jalan, jembatan dan irigasi, pembuatan MCK, kematian serta pengajian. Untuk sarana dan prasarana olahraga di desa ini dinilai kurang memadai karena hanya terdapat 1 GOR, 1 unit tenis meja, dan lapangan badminton yang keadaannya tidak terurus. Sarana komunikasi dan informasi dapat terlihat dari menara pemancar sinyal yang terdapat di dekat Masjid sebanyak satu unit dan beberapa warung internet (warnet) serta telepon umum sebanyak tiga unit yang terletak di Kantor Kepala Desa.

Struktur Kependudukan

Kependudukan di Desa Pamanukan Hilir tergolong cukup padat penduduk. Berdasarkan data dari Profil Desa jumlah penduduk di Desa Pamanukan Hilir pada tahun 2013 tercatat sebanyak 6.239 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 1.899 KK. Jika dibagi berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki sebesar 3.080 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 3.159 jiwa. Berdasarkan penggolongan umur yang terdapat di Desa Pamanukan Hilir, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak berumur 16–56 tahun atau sekitar 54% dari jumlah penduduk keseluruhan. Penduduk yang berumur lebih dari 56 tahun keatas jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan umur 0–15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja dan penduduk usia produktif lebih banyak terdapat di Desa Pamanukan Hilir. Jumlah penduduk berdasarkan golongan usia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan presentase penduduk Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan Pamanukan berdasarkan golongan umur

Golongan Umur Jumlah Presentase (%)

0 – 1 tahun 120 2 2 – 6 tahun 933 15 7 – 15 tahun 816 13 16 – 56 tahun 3356 54 > 56 tahun 1014 16 Jumlah 6239 100

Sumber: Profil Desa Pamanukan Hilir 2013 (diolah)

Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah sebagai petani, baik petani pemilik, petani bukan pemilik, dan buruh tani. Menjadi petani di desa ini merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi para penduduk karena yang berprofesi sebagai petani dipandang sebagai orang yang sukses. Petani di desa ini memiliki pendapatan yang lumayan besar dari hasil pertanian mereka sehingga banyak penduduk desa yang melakukan kegiatan bertani sebagai mata pencaharian utama mereka. Namun, penduduk desa yang bekerja sebagai buruh

tani lebih besar jumlahnya karena sebagian besar lahan pertanian yang berada di desa ini telah dikuasai oleh para petani pemilik. Selain menjadi petani, tedapat juga penduduk desa yang bekerja di luar sektor pertanian, seperti PNS, karyawan, pedagang, pertukangan, jasa, dan buruh bangunan yang jumlahnya tidak banyak.

Di samping ada penduduk yang bekerja di dalam desa, terdapat juga penduduk Desa Pamanukan Hilir yang bekerja di luar desa, seperti bekerja di Jakarta, Bekasi, Bandung, Bogor dan Tanggerang. Mereka adalah para petani khususnya buruh tani yang melakukan migrasi sirkuler ke kota dengan bekerja menjadi pedagang, buruh bangunan, buruh pabrik, dan pengumpul barang bekas di luar sektor pertanian yang selama ini mereka kerjakan. Kecilnya tingkat penguasaan lahan pertanian oleh petani bahkan banyak petani tidak memiliki lahan pertanian memaksa para petani untuk bekerja keluar desa mencari pekerjaan lain. Hal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh sebagian petani untuk mempertahankan kehidupannya, pada kondisi pendapatan petani yang semakin berkurang dari hasil pertanian. Penguasaan lahan pertanian di Desa Pamanukan Hilir masih dimiliki oleh penduduk asli desa yang lebih banyak dikuasai oleh petani kaya, jarang sekali penduduk yang menjual lahan pertaniannya kepada orang lain di luar desa. Lahan pertanian turun temurun diwariskan para orang tua kepada anak dan keturunannya, sehingga tingkat penguasaan lahan pertanian semakin kecil karena telah dibagi-bagi. Apabila lahan pertanian tersebut tidak digarap maka penduduk desa lebih suka menyewakannya kepada petani lain dan berusaha untuk tidak menjualnya. Namun, jika kondisi perekonomian rumah tangga mereka sedang mengkhawatirkan tak jarang banyak penduduk yang menjual lahan pertaniannya demi mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya.

Penduduk Desa Pamanukan Hilir saat ini sudah mendapatkan sarana pendidikan yang memadai sehingga secara statistik tingkat pendidikan penduduk desa sudah menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan data agregat penduduk usia 10 tahun ke atas menurut pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Subang tahun 2007 sampai 2009. Kondisi masyarakat Desa Pamanukan Hilir berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkannya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah dan presentase penduduk Desa Pamanukan Hilir, Kecamatan Pamanukan berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase (%)

Tidak Tamat SD/sederajat 805 12,9

Tamat SD/sederajat 1217 19,5

Tamat SLTP/sederajat 1135 18,2

Tamat SLTA/sederajat 882 14,1

Tamat Akademi (D1, D2, D3) 351 5,6

Tamat Perguruan Tinggi/S1 61 1,0

Tamat Perguruan Tinggi/S2 4 0,1

Tidak Bersekolah 1784 28,6

Jumlah 6239 100

Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkannya, penduduk desa memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Mayoritas penduduk desa merupakan lulusan SD/sederajat yaitu sebanyak 1217 jiwa. Hal ini tidak mengejutkan karena mengingat pada tahun 1950–1980-an masyarakat desa hanya mengandalkan Sekolah Rakyat (SR) dan SD Inpres (Instruksi Presiden) saja sebagai tempat belajar di dalam desa. Selanjutnya sebanyak 1135 jiwa hanya lulus SLTP/sederajat. Pada tingkat SLTA/sederajat hanya ada 882 jiwa saja. Sebanyak 805 jiwa bahkan tidak tamat SD. Pada tingkat pendidikan tinggi seperti tamat akademi (D1, D2, D3) serta tamat perguruan tinggi untuk S1 dan S2 jumlah presentasenya tidak lebih dari dua persen dari total jumlah presentase tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk desa.

Kondisi Ekonomi Desa Pamanukan Hilir

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah terutama di tingkat desa atau kelurahan dapat diketahui berdasarkan dari Pendapatan Domestik Desa/Kelurahan Bruto (PDDKB). PDDKB adalah sumber pendapatan domestik desa/kelurahan yang berasal dari semua sektor perekonomian yang didapat dalam suatu wilayah perdesaan. Sebagai salah satu desa penghasil padi terbesar di Kecamatan Pamanukan, desa ini memiliki sumber PDDKB yang paling besar berasal dari hasil produksi pertanian, yakni sebesar Rp.1,3 miliar per tahunnya. Hasil-hasil produksi lainnya, seperti peternakan Rp.512 juta per tahun, perikanan Rp.140 juta per tahun, perdagangan Rp.832 juta per tahun, dan jasa Rp.630 juta per tahun, serta mata pencaharian lainnya juga memegang peranan dalam membantu menambah jumlah pendapatan daerah walaupun jumlah hasil produksi dari setiap sektor tidak sebesar di sektor pertanian. Hal ini mengingat bahwa 92% (249 Ha) lahan yang ada di Desa Pamanukan Hilir digunakan sebagai lahan pertanian terutama lahan persawahan untuk menanam padi. Tak heran mayoritas penduduk desa berprofesi sebagai petani, baik petani pemilik, petani bukan pemilik, maupun buruh tani. Meskipun keadaan lahan pertanian di desa ini sangat luas, hal tersebut tidak sejalan dengan tingkat kepemilikan lahan yang dimiliki oleh penduduk desa khususnya petani. Banyak petani yang tidak memiliki lahan pertanian lagi karena lahan pertanian mereka sudah dijual kepada petani kaya yang berada pada satu desa, sehingga lahan-lahan pertanian sekarang hanya dikuasai oleh para petani yang mempunyai modal besar.

Penduduk Desa Pamanukan Hilir lebih banyak bekerja sebagai buruh tani. Karena makin sedikitnya penduduk yang memiliki lahan pertanian maka jumlah buruh tani lebih banyak daripada petani. Lapangan pekerjaan yang masih memungkinkan tersedia di desa adalah sebagai penggarap (buruh tani) di sawah petani lain yang memiliki lahan luas dan membutuhkan tambahan tenaga kerja. Tanaman yang diusahakan pada umumnya adalah padi jenis IR 46 dan IR 64. Jarang sekali penduduk yang menanam tanaman selain padi, karena selain ilmu menanam padi yang sudah diajarkan turun temurun oleh orang tua mereka, hanya tanaman padi yang dapat tumbuh subur dan bagus hasilnya di Desa Pamanukan Hilir ini, berikut petikan wawancaranya:

“Tani di sini mah udah turun-temurun dilakukan semenjak nenek moyang kita masih hidup, orang-orang di sini juga kebanyakan pada nanemnya padi. Ada temen saya yang nyoba nanem jagung tapi

hasilnya jelek dan pada akhirnya dia balik lagi nanem padi” (Wt/47

tahun).

Hasil panen padi biasanya langsung dijual semua kepada tengkulak yang sudah menjadi langganan para petani dalam menjual hasil pertaniannya. Penduduk desa khususnya petani jarang yang hasil panennya disimpan ataupun dikonsumsi sendiri. Selain bercocok tanam padi, penduduk desa juga banyak yang mempunyai usaha sampingan lain, seperti memelihara ternak ayam dan kambing.

Desa Pamanukan Hilir masih banyak terdapat rumah tangga miskin yang hanya mengandalkan penghasilan utamanya dari buruh tani saja. Mereka hanya bisa menjadi buruh tani karena terbatasnya keterampilan dan tingkat pendidikan yang mereka miliki, sehingga tidak sedikit buruh tani yang memiliki kondisi perekonomian yang mengkhawatirkan. Hal ini dapat diketahui dari fisik bangunan rumah mereka yang masih semi permanen, lantai yang belum berkeramik, sumber mata air masih berasal dari sumur dan jumlah penghasilan yang setiap harinya tidak menentu serta memiliki hutang yang cukup besar kepada pemodal karena untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Pendapatan yang diperoleh penduduk desa khususnya petani berbeda-beda tergantung pada jenis pekerjaan dan luas lahan yang dimiliknya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 60 rumah tangga petani, baik pada rumah tangga petani migran maupun rumah tangga petani bukan migran, besarnya rata-rata pendapatan yang diperoleh rumah tangga petani di Desa Pamanukan Hilir menurut jenis pekerjaan dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4 Rata-rata pendapatan petani menurut jenis pekerjaan, Desa Pamanukan Hilir, 2014

Jenis Pekerjaan Rata-Rata Pendapatan/bulan

Buruh tani Rp.1.600.000

Petani bukan pemilik Rp.1.150.000

Petani pemilik berlahan sempit (1 – 2.2 Ha) Rp.3.450.000

Petani pemilik berlahan luas (≥3 Ha) Rp.8.150.000

Pendapatan dari bekerja sebagai buruh tani di Desa Pamanukan Hilir sebesar Rp.60.000/hari, namun jika pada saat bekerja diberi makan dan minum maka buruh tani hanya mendapatkan penghasilan Rp.50.000/hari. Jika dihitung berdasarkan perhitungan per bulan, maka pendapatan rata-rata buruh tani sekitar Rp.1.600.000. Angka tersebut memang terlihat cukup besar jika memang dihitung per bulan akan tetapi pendapatan yang diperoleh buruh tani sifatnya tidak kontinyu karena mereka hanya memiliki penghasilan pada saat bekerja saja. Buruh tani hanya dapat bekerja pada saat musim tanam dan panen berlangsung, tetapi pada saat musim kosong (masa istirahat tanah setelah panen) mereka tidak mendapatkan penghasilan dari sektor pertanian. Buruh tani juga tidak semuanya bekerja setiap hari pada saat musim tanam dan panen berlangsung karena petani yang memiliki lahan biasanya sudah memiliki buruh tani tetap sehingga buruh

tani harus pintar-pintar mencari petani yang butuh tambahan buruh tani. Selain itu terdapat sistem sewa-menyewa buruh tani pada saat musim tanam dan panen berlangsung yaitu sistem borong. Sistem ini hanya dilakukan oleh para petani yang lahannya lebih dari 1 Ha dan biasanya jumlah borongan mencapai 30 orang bahkan lebih tergantung kebutuhan petani dalam memperkerjakan buruh tani untuk menggarap lahan miliknya. Namun, bagi para buruh tani sistem ini sifatnya tidak terlalu menguntungkan karena hasil upah yang diberi oleh petani biasanya dalam hitungan borong bukan dalam hitungan individu yang ikut bekerja. Artinya upah tersebut harus dibagi secara merata kepada semua buruh tani yang ikut dalam satu borongan, akan tetapi biaya untuk sekali borong sudah dipatok oleh masing-masing petani. Hal tersebut dapat menimbulkan masalah apabila semakin banyak buruh tani yang ikut dalam suatu borongan tanam atau panen maka semakin sedikit upah yang diterima oleh satu orang buruh tani.

Beda halnya dengan pendapatan yang diperoleh oleh petani. Petani mendapatkan penghasilan dari jumlah padi yang dihasilkan di tanah garapannya. Pendapatan yang diperoleh petani bersifat relatif, artinya jika diasumsikan dalam setahun petani mampu memanen padi sebanyak dua kali atau per 100 hari tanam padi dalam setahun, maka untuk setiap sekali panen petani yang memiliki lahan garapan sebesar 1 Ha sawah hanya mendapatkan rata-rata 7 Ton gabah dan 1 Ton gabah dijual dengan harga Rp.4.500.000. Dengan demikian pendapatan petani per musim panen mendapatkan sekitar Rp.28.350.000, namun pendapatan tersebut merupakan pendapatan kotor yang belum dikurangi dengan biaya pertanian. Untuk biaya pertanian dapat diuraikan menjadi biaya beli bahan-bahan pertanian, sewa buruh tani, sewa lahan, dan pajak lahan yang kesemua biaya tersebut dapat diakumulasikan dengan rata-rata 1 Ha lahan sawah membutuhkan biaya sebesar 22 juta rupiah per hektar per musim tanam, sehingga petani yang tidak memiliki lahan atau petani yang menggarap lahan milik orang lain hanya memiliki pendapatan rata-rata per bulan sebesar Rp.1.150.000 karena mahalnya biaya-biaya pertanian tersebut. Pada petani berlahan sempit (1–2.2 Ha) sudah dapat memperoleh penghasilan rata-rata sekitar Rp.3.450.000 per bulan, sedangkan petani berlahan luas (≥3 Ha) memperoleh pendapatan dari hasil bertani rata-rata sebesar Rp.8.150.000. Hal ini dapat terjadi karena petani berlahan sempit maupun berlahan luas tidak memasukan biaya sewa lahan sebagai biaya dalam pertanian mereka yang pada akhirnya pendapatan bisa menjadi lebih besar jumlahnya.

Untuk jenis pekerjaan lain seperti buruh bangunan pendapatan yang diperoleh Rp.70.000/hari itu pun tidak setiap hari seorang buruh bangunan melakukan pekerjaannya karena sifat pekerjaan yang hanya dibutuhkan jika ada orang yang ingin membutuhkan tenaganya saja; Sedangkan tukang ojek hanya menghasilkan Rp.50.000/hari. Tukang ojek tidak selalu rutin bekerja setiap hari karena pada waktu-waktu tertentu mereka libur bekerja. Penduduk yang memilih untuk bekerja di luar desa atau bekerja di kota pada umumnya karena tidak mendapatkan peluang kerja di desa dan ingin mendapatkan penghasilan yang lebih baik, sedangkan penduduk yang bertahan bekerja di dalam desa pada umumnya telah merasa sudah cukup penghasilan yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain itu juga karena merasa tidak cukup memiliki keterampilan dan kemampuan untuk bisa bekerja di kota yang pada akhirnya lebih banyak yang memilih sebagai pekerja serabutan di desa.

Kondisi Sosial Budaya Desa Pamanukan Hilir

Desa Pamanukan Hilir merupakan desa yang mayoritas semua penduduknya masih asli berasal dari suku Sunda. Ini artinya kebudayaan Sunda masih dipegang kuat dan melekat pada penduduk desa ini. Hal tersebut terbukti dari penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari mereka dalam berkomunikasi, menggunakan adat istiadat Sunda dalam acara pernikahan dan sifat khas orang Sunda yang terkenal someah1 juga masih mudah ditemui dalam karakter umum

penduduk desa, sehingga rasa kekeluargaan masih sangat kuat terasa diantara para

Dokumen terkait