• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Peserta, Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan

BAB II. GAMBARAN UMUM ORGANISASI DAN KONSEPSI NILAI-NILAI

2.2. Profil Peserta, Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan

2.2.1 Identitas Diri Peserta

Nama : Filia Adelin Barthimeus S.Kep., Ns NIP : 1991010820022032004

Pendidikan : S1 Keperawatan + Profesi Ners Jabatan : Ahli Perawat - Pertama

Unit Kerja : RSUD Kabupaten Kolaka Timur 2.2.2 Riwayat Pendidikan Peserta

Tabel 2.2. Riwayat Pendidikan Peserta

Nama Sekolah Tahun Lulus Jurusan/

Program Studi TK Anamolepo Kec. Uepai Kab. Konawe 1997

SD Neg. 1 Uepai 2003

SMP Neg 3 Uepai 2006

SMA Neg 1 Kendari 2009 IPA

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2013 S1 Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2015 Profesi Ners

2.3 Konsepsi Nilai Dasar, Kedudukan dan Peran ASN Deskripsi terkait BerAKHLAK, SMART ASN dan MANAJEMEN ASN

2.3.1 Berorientasi Pelayanan

Berorentasi pelayanan merujuk pada 3 hal, yaitu memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat, ramah cekatan,solutif dan dapat diandalkan, serta melakukan perbaikan tiada henti. Pelayanan publik adalah semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan masyarakat serta penyediaanya terkait dengan upaya mewujudkan tujuan bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen perencanaan pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan dasar

warga, mencapai tujuan strategis pemerintah, dan komitmen dunia internasional.

Penyelenggaraan pelayanan publik memiliki unsur penting yang harus ada, yaitu:

a. ASN sebagai penyelenggara;

b. Publik/masyarakat sebagai penerima layanan;

c. Kepuasaan masyarakat/pelanggan (costumer satisfaction).

Menurut UU no 25 tahun 2009 masyarakat adalah seluruh pihak, baik warga negara maupun penduduk sebagai orang-perseorangan, kelompok, maupun badan hukum yang berkedudukan sebagai penerima manfaat pelayana publik baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan penyelenggara pelayanan publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Adapun hal fundamental dalam pelayanan publik, yaitu:

1) Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi;

2) Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara;

3) Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang strategis bagi kemajuan bangsa dimasa yang akan datang;

4) Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga negara (proteksi).

Pelayanan prima penting dilakukan karena memberi kepuasan pelanggan sebagai sarana untuk menghadapi kompetisi dimasa yang akan datang, kepuasan pelanggan adalah promosi terbaik, kepuasan pelanggan merupakan aset terpenting, kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan perkembangan organisasi, pelanggan makin kritis dalam memilih produk atau jasa, pelanggan puas akan kembali (costumer retention), dan pelanggan yang puas mudah memberikan referensi. Adapun prinsip dalam pelayanan publik, yaitu:

1) Partisipatif: Pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya;

2) Transparan: Penyelenggara pelayanan penyelenggara pelayanan public harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang

terkait dengan pelayan public yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya. Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar-besarnya untuk mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan;

3) Responsif; pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan public yang mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan;

4) Tidak diskriminatif: pelayanan publ;ik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara lainnya;

5) Mudah dan murah; mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akanl dan mudah untuk dipenuhi. Murah artinya biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga negara;

6) Efektif dan efisien;: penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan dilakukan dengan prosedur yang sederhana , tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah;

7) Aksesibel: pelayanan public yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan non fisik:

8) Akuntabel: penyelenggaraan pelayanan public dilakukan dengan menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar;

9) Berkeadilan: salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga negara dari praktik buruk yang dilakukan oleh warga negara yang lain.

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 mengenai pelayanan public, terdapat strategi peningkatan pelayanan prima, yaitu:

1) Menerapkan standar pelayanan dan maklumat pelayanan;

2) Melaksanakan survey kepuasan masyarakat, minimal 1 tahun sekali;

3) Pengelolaan pengaduan masyarakat;

4) Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan

5) Pengembangan inovasi;

6) Replikasi best practice;

7) Perbaikan berkelanjutan

Masyarakat memiliki keterlibatan dalam rangka peningkatan pelayanan prima, meliputi: penyusunan kebijakan, penyusunan standar pelayanan dan maklumat pelayanan, serta penyampaian dan pengelolaan pengaduan pelayanan publik.

Pelayanan public yang dbiberikan harus berinovasi yang bertujuan memberikan pelayanan yang bermutu sehingga custumer merasa senang.

2.3.2 Akuntabel

Dalam banyak ha, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Responsibilitas adalah kewajibab untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.

Dalam konteks ASN akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada public (Matsiliza dan zonke, 2017). Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik;

b. Kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;

c. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;

d. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;

e. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

Adapun pedoman prilaku akuntabilitas, yaitu:

a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin, dan berintegritas tinggi;

b. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan efisien;

c. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan.

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder. Adapun cara menciptakan lingkungan akuntabel, yaitu:

a. Kepemimpinan : Adanya komitmen yang tinggi falam melakukan pekerjaan sehingga memberikan efek positif bagi pihak lain untuk berkomitmen;

b. Transparansi : mendorong komunikasi, memberikan perlindungan, dan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan;

c. Integritas: suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan mematuhi semua hukum yan berlaku, Undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang berlaku;

d. Tanggung jawab (responsibility): Kewajiban bagi setiap individu dan lembag bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap Tindakan yang telah dilakukan;

e. Keadilan: Landasan utama dari akuntabilitas. keadilan harus dipelihara Dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya;

f. Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.

Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas tidak akan lahirdari hal-hal yang tidak dapat dipercaya;

g. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas;

h. Kejelasan: Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan mempertahankan akuntabilitas;

i. Konsistensi: Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibat melemahnya komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.

2.3.3 Kompeten

Kompetensi merupakan perpaduan aspek penetahyan, keterampilan, dan sikap yang terindikasikan dalam kemampuan dan prilaku seseorang sesuai tuntutan pekerjaan. Adapun prinsip pengembangan kompetensi ASN, yaitu:

a. Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pegawai;

b. Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi;

c. Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan;

d. Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan jabatan dan pengembangan karir.

Menurut PP no 11 tahun 2017 pengembangan kompetensi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pendidikan dan pelatihan. Pada proses pendidikan dapat dilakukan dengan pemberian tugas belajar yang bertujuan memenuhi standar kompetensi jabatan dan pengembangan karir. Sedangkan pelatihan dilakukan dengan dua metode, yaitu klasikal berupa pembelajaran tatap muka di dalam kelas seperti pelatihan, seminar, kursus dan penataran. Metode kedua yaitu dengan non klasikal melalui e-learning bimbingan di tempat kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antara PNS sengan pegawai swasta paling lama 1 tahun dengan koordinasi LAN dan BKN. Kompeten memiliki tiga aspek penting, yaitu:

a. Meningkatkan kompetensi diri: Merubah mindset, menembangkan mandiri secara heutagogik atau "net-centric", memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan, dan melakukan jejaring formal/informal;

b. Membantu orang lain belajar: Aktif dalam pasar pengetahuan, memanfaatkan dokumen kerja, aktif mengakses dan mentransfer pengetahuan, dan sosialisasi informal;

c. Melaksanakan tugas terbaik: pengetahuan menjadi karya, makna hidup dan bekerja baik, serta tipikal individu semangat berkarya.

2.3.4 Harmonis

Menurut kamus besar bahasa Indonesia harmonis bersangkut paut dengan harmoni; seia sekata. Harmoni adalah kerjasama antara berbagai factor dengan

sedemikian rupa hingga factor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerjasama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.

Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Penegakkan etika ASN terjabarkan dalam undang-undang non 5 tahun 2014. Upaya mewujudkan keharmonisan dapat dilakukan dengan memahami tugas seorang ASN, yatu melaksanakan kebijakan public, memeberikan pelayanan publik yang berkualitas dan professional, dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara kesatuan Republik Indonesia. Adapun pedoman prilaku harmonis, yaitu:

a. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya;

b. Suka menolong orang lain;

c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

2.3.5 Loyal

Secara etimologis, istilah "loyal" diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu "Loial yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri pada masa lalu.Loyal adalah berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara. Adapun panduan prilaku dari loyal, yaitu:

a. Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, setia pada NKRI serta pemerintahan yang sah;

b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, Instansi, dan Negara;

c. Menjaga rahasia jabatan da Negara.

2.3.6 Adaptif

Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003). Adaptif merupakan proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan, penyesuaian terhadap

norma-norma untuk menyalurkan, serta proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. Adaptif sebagai nilai ASN dan budaya ASN, terdiri atas:

a. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal mastery);

b. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);

c. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin wujudkan (mental model);

d. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan visinya (team learning);

e. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kacamata kuda, atau bermental silo (systems thinking).

Penerapan budaya adaptif harus meampu mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, mendorong jiwa kewirausahaan, memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah, terkait dengan kinerja instansi, serta memperlihatkan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat, dan sebagainya. Adapun ciri-ciri individu adaptif, diantaranya:

eksperimen orang yang beradaptasi, melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan, memiliki sumberdaya, selau berpikir ke depan, tidak mudah mengeluh, tidak menyalahkan, tidak mencari popularitas, memiliki rasa ingin tahu, memperhatikan sistem, membuka pikiran,dan memahami apa yang sedang diperjuangkan.

Terdapat 3 komponen dalam pengembangan kapasitas pemerintah adaptif, yaitu pengembangan SDM adaptif, penguatan organisasi adaptif, dan pembaharuan institusional adaptif. Adapun pedoman prilaku, yaitu:

a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;

b. Terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas;

c. Bertindak proaktif.

2.3.7 Kolaboratif

Secara umum kolaborasi adalah hubungan antar organisasi yang saling berpartisipasi dan saling menyetujui untuk bersama mencapai tujuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi manfaat, dan bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan bersama untuk menyelesaikan berbagai masalah. Emily R.

Lai menjelaskan, “Collaboration is the mutual engagement of participants in a coordinated effort to solve a problem together. Collaborative interactions are characterized by shared goals, symmetry of structure, and a high degree of negotiation, interactivy, and interdependence.”. Definisi tersebut menjelaskan bahwa kolaborasi adalah keterlibatan bersama dalam upaya terkoordinasi untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Interaksi kolaboratif ditandai dengan tujuan bersama, struktur yang simeteris dengan negosiasi tingkat tinggi melalui intertivitas dan adanya saling ketergantungan. Irawan (2017) mengungkapkan bahwa collaborative governance sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance. Hal ini mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik.

Menurut Ansel dan Gash (2007:544), terdapat 6 kriteria penting untuk kolaborasi, yaitu, forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga, peserta dalam forum termasuk aktor nonstate, peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi public, forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif, forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen. Ada 3 tahapan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi, yaitu:

a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;

b. Merencanakan aksi kolaborasi; dan

c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.

Model Collaborative Governance Ansan dan Gash (2012), Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to process, pemahaman bersama, serta pengambangan outcome antara. Desain

kelembagaan yang salah satunya proses transparansi serta faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi yang diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan. Panduan perilaku kolaboratif organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:

a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;

b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;

c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);

d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;

e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;

f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong;

g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.

Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), aktivitas kolaborasi antar organisasi, yaitu:

a. Kerjasama Informal;

b. Perjanjian Bantuan Bersama;

c. Memberikan Pelatihan;

d. Menerima Pelatihan;

e. Perencanaan Bersama;

f. Menyediakan Peralatan;

g. Menerima Peralatan;

h. Memberikan Bantuan Teknis;

i. Menerima Bantuan Teknis;

j. Memberikan Pengelolaan Hibah;

k. Menerima Pengelolaan Hibah.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah, yaitu kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public.Sedangkan faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah menurut Custumato (2021), yaitu ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi, dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas. Adapun panduan prilakunya, yaitu :

a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;

b. Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah;

c. Menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama

Tabel 2.5. Konsepsi Nilai Dasar BerAKHLAK

No Nilai Dasar Definisi Kalimat Afirmasi Kode Etik

1 Berorientasi

1. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat

2. Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan

3. Melakukan perbaikan tiada henti

2 Akuntabel

1. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi 2. Menggunakan kekayaan dan

barang milik Negara seacara bertanggungjawab efektif dan efesien

3. Tidak menyalahgunakan kewenangan jabatan

3 Kompeten

Terus belajar dan mengembangkan

kapabilitas

“Kami terus belajar dan mengembangkan

kapabilitas”

1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah

2. Membantu orang lain belajar 3. Melaksanakan tugas dengan

kualitas terbaik

4 Harmonis

Saling peduli dan menghargai

perbedaan

“Kami saling peduli dan menghargai perbedaan”

1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya

2. Suka menolong orang lain 3. Membangun lingkungan kerja

yang kondusif

1. Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD, dan setipa pada NKRI serta Pemerintahan yang sah

2. Menjaga nama baik sesama ASN, Pimpinan, Instansi, dan Negara

3. Menjaga rahasia jabatan dan Negara

1. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan

2. Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas

1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi

2. Terbuka dalam bekerjasama untuk menghasilkan nilai tambah 3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama

2.3.8. MANAJEMEN ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.

Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:

a. Kepastian hukum;

b. Profesionalitas;

c. Proporsionalitas;

d. Keterpaduan;

e. Delegasi;

f. Netralitas;

g. Akuntabilitas;

h. Efektif dan efisien;

i. Keterbukaan;

j. Non diskriminatif;

k. Persatuan;

l. Kesetaraan;

m. Keadilan;

n. Kesejahteraan 2.3.9. SMART ASN

Smart ASN adalah profil Aparatur Sipil Negara yang cerdas, berdaya saing dan menguasai Teknologi dan Informasi dalam menghadapi revolusi industry 4.0 (Pusat Pengkajian dan Penelitian Kepegawaian Nomor: 032-Juni 2019) yang disiapkan untuk mewujudkan birokrasi Indonesia berkelas dunia (World Class Government). Profil ASN tersebut meliputi Profil Smart ASN meliputi integritas,

nasionalisme, profesionalisme, berwawasan global, menguasai IT dan bahasa asing, berjiwa hospitality, berjiwa entrepreneurship, dan memiliki jaringan luas.

Adapun 8 (delapan) Profil SMART ASN sebagai berikut : a. Integritas

Integritas adalah konsistensi berperilaku yang selaras dengan nilai, norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan, serta mampu mendorong terciptanya budaya etika tinggi, bertanggung jawab atas tindakan atau keputusan beserta risiko yang menyertainya. (Permenpan RB Nomor 60 tahun 2020)

b. Nasionalisme

Nasionalisme adalah paham kebangsaan yang tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah serta kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta cita-cita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi identitas, persatuan, kemakmuran dan kekuatan atau kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan. Dalam implementasinya, seorang ASN harus bekerja dengan semangat cinta tanah air Indonesia.

c. Profesionalisme

Pengertian profesionalisme, adalah merupakan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuannya secara terus menerus (Nurita Putranti,Blog). Oleh karena Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu profesi maka konsekuensinya harus selalu meningkatkan kemampuannya secara terus menerus agar dalam melaksanakan tugas atau pekerjakaan dapat dilaksanakan secara profesional. Berpedoman pada pengertian dimuka, menunjukkan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang merupakan bagian dari profesi agar dapat melaksanakan pekerjaan secara professional harus diperhatikan dan memperhatikan mengenai profesionalisme. (Mustaqiem : Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS VOL. 4, No.2, November 2010)

d. Berwawasan global

ASN yang berwawasan global, disini diartikan sebagai organ birokrasi yang mampu melihat melampaui (beyond) dinding-dinding kaku tempat ia bekerja melalui pandangan yang bulat, menyeluruh serta mampu menemukan dan menggunakan perkembangan atau inovasi lain yang ada baik dalam skala nasional maupun internasional.

e. Menguasai IT dan bahasa asing

ASN dituntut tidak Gaptek (Gagap Teknologi) dan informasi yakni dapat mengoperasikan dan memanfaatkan aplikasi-aplikasi produk IT termasuk dapat dengan bijak memanfaatkan internet yang digunakan dalamn meningkatkan efektifitas dan efisiensi untuk meningkatlkan kinerja dalam rangka meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam pelayanan dan pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, seorang ASN selain menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar juga memiliki kemampuan menguasai bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin dan lain sebagainya.

f. Hospitality

Hospitality merupakan cara pemberian pelayanan atau penerimaan tamu, pengunjung, atau bahkan orang asing yang datang sehingga mereka akan memiliki kesan baik dan terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan.

g. Entrepreneurship

ASN dituntut memiliki kemampuan entrepreneurship yakni berjiwa kewirausahaan yang ditandai dengan dimilikinya keberanian, kreatifitas, inovatif, pantang menyerah dan cerdas dalam menangkap dan menciptakan peluang serta bertanggung jawab. Enterpreneurship juga dapat diartikan berpikir tentang masa depan orang banyak, kehidupan orang banyak, kesejahteraan masyarakat dan bagaimana cara membantu mereka yang membutuhkan. Dan dengan dimilikinya kemampuan Enterpreneurship ini maka seorang ASN akan mampu meningkatkan kinerja dalam setiap waktunya.

h. Networking

Networking adalah membangun menjalin hubungan dengan orang lain atau organisasi yang berpengaruh positif pada kesuksesan professional maupun personal.

Literasi digital merupakan hal paling utama dalam mewujudkan ASN yang berdaya saing dalam perkembangan teknologi dan informasi. Ada 4 pilar literasi digital, yaitu:

1) Etika bermedia digital

Etika bermedia digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan,

Etika bermedia digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan,