• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden

. Profil responden di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta dalam penelitian ini meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total. Dalam penelitian ini terdapat 3 profil yang akan dibandingkan, yaitu profil responden pada observasi awal, observasi I, dan observasi III

Tabel VII. Profil Pada Observasi Awal Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Kriteria

Edukasi Non edukasi

p n X ±SD n X ±SD IMT 66 27 ± 3,4 66 26,03 ± 3,7 0,107 rasio lingkar pinggang- pinggul laki-laki 35 0,9± 0,03 35 0,9 ± 0,04 0,065 perempuan 31 0,9 ± 0,06 31 0,8 ± 0,05 0,645 Lingkar Pinggang laki-laki 35 95,9 ± 7,2 35 88,9 ± 5,9 0,001 perempuan 31 96,3 ± 7,3 31 88,5± 10,8 0,104 Tekanan Darah 36 30 Sistolik 117,5 ± 11,4 116,4 ± 15,6 0,417 Diastolik 80,8± 12,04 81,7 ± 11,8 0,634

Kadar Gula Darah

Puasa 18 100,3± 26,7 14 91,0 ± 10,8 0,458

Kadar Kolesterol

Tabel VIII. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Tabel IX . Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Kriteria

Edukasi Non edukasi

p

n X ±SD n X ±SD

IMT 66 26,7 ± 3,5 66 25,1 ± 4,1 0,017

rasio lingkar pinggang-

pinggul laki-laki 35 0,9 ± 0,03 35 0,87± 0,05 0,002 perempuan 31 0,9 ± 0,06 31 0,87± 0,04 0,128 Lingkar Pinggang laki-laki 35 93,61 ± 7,10 35 85,8 ± 9,6 0,005 perempuan 31 93,5± 9,3 31 87,4 ± 10,7 0,017 Tekanan Darah 36 30 Sistolik 122,6 ± 15,4 120,5 ± 18,5 0,406 Diastolik 80,4 ± 10,10 79,3 ± 9,0 0,602

Gula Darah Puasa 18 108,1 ± 54,1 14 78,6 ± 6,6 0,01

Kadar Kolesterol Total 18 203,7±36,9 14 199,7±32,8 0,879

Edukasi Non edukasi

p n X ±SD n X ±SD IMT 66 27,2 ± 3,6 26,07 ± 4,16 0,065 rasio lingkar pinggang- pinggul laki-laki 35 0,9± 0,04 35 0,9 ± 0,05 0,062 perempuan 31 0,9 ± 0,2 31 0,9 ± 0,05 0,459 Lingkar Pinggang laki-laki 35 94,9 ± 7,2 35 88,1 ± 7,7 0,007 perempuan 31 92,2 ± 6,9 31 89,8 ± 9,9 0,237 Tekanan Darah 36 30 Sistolik 114,3 ± 12,4 119,80± 20,2 0,230 Diastolik 79,8 ± 9,02 80,0± 12,18 0,946

Gula Darah Puasa 18 95,3± 26.7 14 85.7 ± 5.9 0,553

Kadar Kolesterol

Keterangan :

n = Jumlah Responden SD = Standar Deviasi X = Nilai rata-rata P = Nilai Signifikansi

Pada tabel di atas, bagian yang dipertebal menunjukkan fokus permasalahan penelitian ini. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa responden dikelompokkan menjadi kelompok edukasi dan kelompok non edukasi. Uji statistika dilakukan untuk mengetahui adanya signifikansi nilai kriteria pada tiap kelompok responden. Untuk profil pada observasi awal responden sebagian besar diperoleh nilai signifikansi (p) > 0,1 ini berarti bahwa profil responden secara keseluruhan berbeda tidak bermakna antara kelompok edukasi maupun non edukasi kecuali pada 2 profil yaitu pada profil lingkar pinggang laki-laki dan rasio lingkar pinggang pinggul laki-laki yang mempunyai nilai signifikansi (p) < 0,1 sehingga dapat dikatakan profil lingkar pinggang responden laki-laki dan rasio lingkar pinggang pinggul laki-laki pada kedua kelompok perlakuan adalah berbeda bermakna.

Profil pada observasi I tidak jauh berbeda dengan profil pada observasi awal hanya saja pada profil observasi I ini menjadi 3 kriteria profil yang memiliki nilai signifikansi p<0,1 yaitu memiliki perbedaan pada nilai IMT nya yang memiliki nilai signifikansi p <0,1 (dimana pada profil observasi awal nilai IMT menunjukkan signifikansi sebesar >0,1), yang berarti setelah adanya edukasi pada tahap I memberikan pengaruh pada nilai IMT nya sehingga berbeda bermakna antara kelompok edukasi dan non edukasi pada nilai IMT nya.

Jika dibandingkan dengan data pada profil responden observasi III didapatkan peningkatan jumlah kriteria yang memiliki nilai signifikansi p<0,1, yaitu terdapat 5 kriteria profil antara lain terdapat pada data untuk kriteria IMT , rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk responden laki-laki, pengukuran lingkar pinggang untuk perempuan dan laki-laki, serta pengukuran kadar gula darah puasa. Hal ini berarti setelah adanya edukasi tahap II dapat memberikan pengaruh pada responden dilihat dari profil akhir yang didapatkan ini, sehingga hasilnya berbeda bermakna antara kelompok edukasi dan non edukasi pada 5 kriteria profil tersebut (yang memiliki nilai signifikansi p <0,1 ) sedangkan yang menunjukkan nilai signifikansi (p) > 0,1 terdapat pada kriteria rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk responden perempuan, pengukuran tekanan darah dan kadar kolesterol total, hal ini berarti berbeda tidak bermakna antara kelompok edukasi dan non edukasi.

Tabel X. Jumlah Faktor Risiko Observasi Awal Responden Edukasi dan Non edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non laboratorium

Faktor Risiko

Test Laboratorium Non laboratorium

Edukasi Non edukasi Edukasi Non edukasi

< 2 faktor - 2 orang (14.3%) 1 orang (5.6%) 6 orang (37.5%) ≥ 2 faktor 18 orang (100%) 12 orang (85,7%) 17 orang

(94.4%)

10 orang (62.5%)

Tabel XI. Jumlah Faktor Risiko Observasi I Responden Edukasi dan Non edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non laboratorium

Tabel XII. Jumlah Faktor Risiko Observasi III Responden Edukasi dan Non edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non laboratorium

Dari data yang diperoleh jumlah responden pada tahap observasi III yang memiliki faktor risiko ≥ 2 faktor dengan jumlah terbanyak terdapat pada kelompok edukasi yaitu sebanyak 34 responden (94,4%), untuk responden yang memiliki faktor risiko < 2 faktor sebanyak 2 (5,6%). Sedangkan pada kelompok non edukasi, yang memiliki faktor risiko ≥ 2 faktor sebanyak 21 responden (70%), responden yang memiliki < 2 faktor sebanyak 9 (30%).

Faktor risiko merupakan petunjuk seberapa besar responden memiliki risiko menderita sindrom metabolik serta risiko penyakit kardiovaskuler..

Jika dilihat dari data pada tahap observasi III jumlah untuk kelompok edukasi tes laboratorium yang memiliki ≥ 2 faktor risiko mengalami kenaikan atau jumlahnya kembali sama seperti tahap observasi awal setelah sebelumnya pada

Faktor Risiko

Test Laboratorium Non laboratorium

Edukasi Non edukasi Edukasi Non edukasi

< 2 faktor 1orang ( 5.6%) 2 orang (14.3%)

2 orang (11.1%) 6 orang (27.5%) ≥ 2 faktor 17 orang (94.4%) 12orang

(85.7%)

16 orang (88.9%) 10 orang (62.5%)

Faktor Risiko

Test Laboratorium Non laboratorium

Edukasi Non edukasi Edukasi Non edukasi

< 2 faktor - 2 orang

(14,3%)

2 orang (11,1%) 7 orang (43,75%) ≥ 2 faktor 18 orang (100%) 12 orang

(85,7%)

16 orang (88,9%) 9 orang (56,25%)

tahap observasi I terjadi pengurangan sebanyak 1 responden. Sedangkan untuk kelompok edukasi non laboratorium jumlahnya masih tetap sama dengan tahap observasi I , yaitu berkurang 1 responden dari tahap observasi awal. Kesamaan data dari tahap observasi awal sampai tahap observasi III dapat ditemui pada kelompok non edukasi tes laboratorium, untuk kelompok non edukasi non laboratorium pada tahap observasi III ini mengalami pengurangan sebanyak 1 responden yang memiliki faktor risiko ≥ 2 faktor.

Dari data yang didapatkan di atas dapat dikatakan bahwa lamanya edukasi yang diperpanjang ini tidak memberikan pengaruh dalam menurunkan faktor resiko yang dimiliki responden, hal ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak bisa kita kendalikan dalam penelitian ini antara lain niat dari dalam diri responden sendiri untuk memperbaiki pola hidupnya menjadi pola hidup yang lebih sehat, sebagian responden (±20 responden) masih memiliki pola pikir atau paradigma yang salah mengenai obesitas, bagi mereka selama mereka belum pernah mengalami sakit yang kronik dan serius, mereka masih saja beranggapan bahwa obesitas itu sehat dan sebagai salah satu parameter kemakmuran bagi mereka, hal ini dapat diketahui ketika wawancara dengan responden dan ketika pemberian edukasi berlangsung. Ada pula responden yang mengalami kendala-kendala dalam mempraktekkan pola hidup yang lebih baik sesuai dengan yang telah diedukasikan dikarenakan keterbatasan–keterbatasan yang mereka miliki, antara lain keterbatasan waktu, yang banyak tersita untuk bekerja, sehingga terkadang lupa untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat, serta keterbatasan ekonomi sehingga untuk menerpakan pola makan yang sehat pun juga mengalami

kendala, terkadang mereka ada yang harus berpuasa dikarenakan ekonomi yang sulit sehingga untuk memikirkan pola makan yang sehat pun sudah tidak mereka anggap penting lagi, karena bagi mereka yang penting adalah bisa makan dalam porsi banyak tanpa memperdulikan menu sehatnya.

B. Pengaruh Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku

Dokumen terkait