(KAJIAN KADAR KOLESTEROL TOTAL)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Veronica Ari Haryanti NIM: 058114089
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TAHAP II TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT
DI DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO-SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN 2008
(KAJIAN KADAR KOLESTEROL TOTAL)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Veronica Ari Haryanti NIM: 058114089
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
v
Karya Kecil ini Kupersembahkan kepada:
Allah Bapa di Surga, Tuhan Yesus Penyelamat dan Penopang Hidupku, Bunda
Maria yang mendoakanku.
Suamiku tercinta, Didit Aditya.
Papa, Mama, Kakak-kakakku dan adikku.
Sahabat dan teman-temanku,
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala anugerah dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Edukasi (Tahap II) tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta (Kajian Kadar Kolesterol Total)”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelas sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan
Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang
mudah, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat, bimbingan dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
2. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi dan dosen
pembimbing utama atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, nasihat,
dukungan dan kesediaaan waktunya untuk berkonsultasi.
3. Ibu dr. Fenty, M. Kes, Sp. PK atas kesediaan menguji dan memberikan
masukan yang berharga bagi penulis.
4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. atas kesediaan menguji dan
vii
5. Walikota Yogyakarta c.q BAPPEDA Sleman yang telah memberikan ijin
untuk melakukan penelitian ini di dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta.
6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan UGM yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini terutama dr. Rustamaji, M.
Kes yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.
7. Bapak Kepala Desa Maguwoharjo, Bapak Dukuh dan Bapak RW/RT yang
telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.
8. Suamiku tercinta, Didit Aditya, atas segala cinta, motivasi, semangat, kasih
sayang, perhatian, dan nasihat nya bagi penulis selama ini
9. Kedua orang tuaku tercinta atas kasih sayangnya yang sangat berharga dalam
hidupku, kepercayaan, bimbingan, doa, semangat dan dukungannya setiap
waktu.
10.Masyarakat dusun Krodan, Dosen dan Karyawan Kampus III Paingan atas
kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
11.Laboratorium Prodia Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerjasama
dalam pengambilan sampel darah terutama mas Yudi yang telah membantu
mendapatkan informasi.
12.Temen-temen sekelompok: Sr. Amandine, mb Ivone, Ina atas kerjasama dan
semangatnya dari awal sampai selesai penelitiannya selama ini.
13.Kakak-kakakku, Avianita dan Lucia, serta adikku Margareta atas kasih sayang
viii
14.Sahabat- sahabatku tercinta: Vita, Imelda, Tami, Bembi, Rio, Sita, Lini, Kaka,
Ela, Kak Berta, Ani, Silvi, Roni, Chrisye atas semangat, kasih, saran, canda
tawa, dan dukungannya.
15.Teman-temanku FKK angkatan 2005 kelas B serta kelompok praktikum B
FKK 2005 atas kerjasama dan kebersamaannya selama ini
16.Anak-anak kost Aulia: Intan Josi adekku tercinta, Joice, Maria, Icha, Berta,
Heni, Lia, Dini, Kak icha, Kak Kiki, Carol, Atik, Novi, dan Yudith atas
kebersamaan dan keceriaannya selama ini.
17.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada
yang sempurna dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
Yogyakarta, 13 Maret 2009
ix
x
INTISARI
Sindrom metabolik merupakan sekelompok kelainan metabolik lipid maupun non lipid yang dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Prevalensi sindrom metabolik meningkat seiring dengan meningkatnya prevalensi penderita obesitas abdominal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta yang terkait dengan kadar kolesterol total.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu. Rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Metode survei dengan instrumen penelitian kuisioner dan wawancara terstruktur terhadap sampel. Analisis menggunakan uji Mann Whitney taraf kepercayaan 90%.
Dari hasil penelitian secara statistik diperoleh hasil berbeda bermakna ((p)<0,1) pada profil responden sesudah edukasi antara kelompok edukasi dan non edukasi meliputi kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang-pinggul responden laki-laki, pengukuran lingkar pinggang, dan pengukuran kadar gula darah puasa. Untuk kriteria rasio lingkar pinggang-pinggul untuk responden perempuan, tekanan darah dan kadar kolesterol, diperoleh hasil berbeda tidak bermakna (p>0,1) antar kelompok edukasi dan non edukasi. Berdasarkan nilai rata-rata kuisioner, terdapat perubahan perilaku pada responden edukasi dibandingkan non edukasi meskipun tidak signifikan. Pada observasi III, profil kadar kolesterol total untuk responden edukasi = 203,7±36,9mg/dl dan non edukasi = 199,7±32,8mg/dl, untuk uji statistikanya diperoleh nilai signifikansi (p)>0,1(0,879), yang menunjukkan bahwa antara kelompok edukasi maupun non edukasi hasilnya berbeda tidak bermakna setelah diberi edukasi tahap II ini.
xi
ABSTRACT
Metabolic Syndrome is a group of metabolic disorder both lipid and non lipid, that could increase the risk of cardiovascular disease. The prevalence of metabolic syndrome is increasing along with the prevalence of abdominal obesity. The purpose of this research is to investigate the effect of education delivery about metabolic syndrome towards people attitudes at Dusun Kodran, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta, related with total level of cholesterol.
This research is a pseudo experimental. It is a non-randomized pretest-postest control group design. The method is survey with research instruments such questionnaire and structured interview to the samples. The analysis is done by using Mann Whitney with 90% of confidence.
In this research, found that statistically there is a significant difference ((p)<0.1) on the respondents' profile after education, between education and non education group including Body Weight Index, rational number of waist-hip measurement on male respondents, waist measurement, and measurements on fast diabetes level on blood. While on female's, from rational number of waist-hip measurement, blood pressure and cholesterol measurement, resulted insignificant difference (p>0.1) between education group and non education group. Based on the average score of questionnaire, there is an attitude changing on education group respondents compare to non education group although not significant. On the third observation resulted total level of cholesterol for education respondents is 203.7±36.9mg/dl and for non education is 199.7±32.8mg/dl, for its statistical experiment resulted significance (p)>0.1(0.879), this shows that the different between education and non education group the result is not significant after the second education.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix
INTISARI ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Perumusan Masalah ... 3
2. Keaslian Penelitian ... 4
3. Manfaat Penelitian ... 4
B. Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
xiii
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 6
A. Sindrom Metabolik ... 6
1. Definisi ... 6
2. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik ... 7
3. Patogenesis Sindrom Metabolik ... 8
4. Faktor Risiko...9
5. Penatalaksanaan Sindom Metabolik...10
B. Kolesterol...12
C. Dislipidemia...13
D. Edukasi ... 15
E. Perilaku ... 15
1. Pengetahuan ... 15
2. Sikap ... 16
3. Praktik atau Tindakan ... 16
F. Landasan Teori ... 17
G. Hipotesis ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 19
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19
B. Variabel Penelitian ... 20
1. Variabel bebas ... 20
2. Variabel tergantung ... 20
C. Definisi Operasional ... 20
xiv
E. Tempat Penelitian ... 24
F.Ruang Lingkup...25
G. Teknik Sampling ... 26
H. Instrumen Penelitian ... 27
I. Tata Cara Penelitian ... 27
1. Analisis Situasi ... 27
2. Pembuatan Kuisioner ... 27
a. Pembuatan Kuisioner ... 27
b. Uji Coba Kuisioner ... 29
c. Uji Validitas ... 29
d. Uji Reliabilitas ... 29
3. Pembuatan Informasi Tertulis atau Leaflet ... 30
4. Penyebaran Kuisioner ... 30
5. Pemberian Edukasi/Informasi ... 30
6. Wawancara Terstruktur ... 31
7. Pengukuran Kadar Kolesterol Total ... 31
8. Pengolahan Data ... 31
9. Analisis Data Penelitian ... 31
J. Kesulitan Penelitian ... 33
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34
A. Profil Responden ... 34
xv
C. Profil Kadar Kolesterol Total Pada Saat Sebelum Edukasi
(Observasi Awal) dan Sesudah Edukasi (Observasi I&III)
Tentang Sindrom Metabolik ... 47
D. Rangkuman Pembahasan... 55
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN ... 62
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar1. Seseorang yang Beresiko Terkena Sindrom Metabolik (Obesitas Sentral
/ Apple Shape)...6
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian Non-RandomizedPretest-Posttest Control GroupDesign Tahap II ... 20
Gambar 3. Skema Subyek penelitian ... 24
Gambar 4. Ruang Lingkup Penelitian ... 25
Gambar 5. Nilai rata-rata kuisioner ... 41
Gambar 6. Nilai kuisioner obervasi III-observasi awal vs nomor soal terkait kadar kolesterol total...44
Gambar 7. Nilai kuisioner observasi III- observasi I vs nomor soal terkait kadar kolesterol total……….………..44
Gambar 8. Nilai rata-rata kadar kolesterol total responden... 49
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998 ... 7
Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP III Tahun2001...7
Tabel III. Panduan Praktis Pola Hidup Bagi Penderita Sindrom Metabolik...11
Tabel IV. Klasifikasi Kolesterol Total, LDL, dan HDL ... ...14
Tabel V. Kriteria Sindrom Metabolik dalam Penelitian ... 22
Tabel VI. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan yang Terdapat Dalam Kuisioner ... 28
Tabel VII. Profil Pada Observasi Awal Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang- Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total ... . 34
Tabel VIII. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total...35
Tabel IX. Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total...…35
xviii
Tabel XI. Jumlah Faktor Risiko Observasi I Responden Edukasi dan Non
Edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non
Laboratorium... ... . 38
Tabel XII. Jumlah Faktor Risiko Observasi III Responden Edukasi dan Non
Edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non
Laboratorium...38
Tabel XIII. Nilai Rata-rata Kuisioner terkait Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Responden Saat Observasi Awal, Kedua, dan Akhir ... ...42
Tabel XIV. Profil Kadar Kolesterol Total Observasi Awal, Observasi I, dan
Observasi III……… ... ………...47
Tabel XV. Data Kadar Kolesterol Total Responden yang pada Observasi III
Mengalami Peningkatan dan atau berada di atas Nilai Normal
dibandingkan dengan Observasi Sebelumnya………...52
Tabel XVI. Data Kadar Kolesterol Total Responden yang pada Observasi III
Mengalami Penurunan dan atau Berada dalam Ambang Nilai Normal
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Komisi Etik Kedokteran ... 62
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Bappeda Sleman ... 63
Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ... 64
Lampiran 4. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik
Observasi awal ... 68
Lampiran 5. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik
Observasi I ... 70
Lampiran 6. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik
Observasi II ... 72
Lampiran 7. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik
Observasi III ... 74
Lampiran 8. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik
Observasi awal ... 76
Lampiran 9. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik
Observasi I ... 78
Lampiran 10. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik
Observasi II ... 80
Lampiran 11. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik
Observasi III ... 82
xx
Puasa Observasi awal ... 84
Lampiran 13. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah
Puasa Observasi I ... 86
Lampiran 14. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah
Puasa Observasi III ... 88
Lampiran 15. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol
Total Observasi awal ( Independent Sample T-Test) ... 90
Lampiran 16. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol
Total Observasi I ( Independent Sample T-Test) ... 91
Lampiran 17. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol
Total Observasi III ( Independent Sample T-Test) ... 92
Lampiran 18. Uji Hipotesis Profil Kadar Kolesterol Total Observasi Awal
(Mann-Whitney Test)……….94
Lampiran 19. Uji Hipotesis Profil Kadar Kolesterol Total Observasi I
(
Mann-Whitney Tes)………..95Lampiran 20. Uji Hipotesis Profil Kadar Kolesterol Total Observasi III
(Mann-Whitney Test)……….96
Lampiran 21. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Kolesterol Total
Observasi III-Observasi Awal...97
Lampiran 22. Uji normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Kolesterol Total
Observasi III- Observasi I...99
Lampiran 23. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Data Kuisioner
xxi
Lampiran 24. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Data Kuisioner
Observasi III-Observasi I ... 103
Lampiran 25. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Gula Darah Puasa
Observasi III-Observasi Awal ... …….105
Lampiran 26. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Gula Darah Puasa
Observasi III-Observasi I ... ...107
Lampiran 27. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan Observasi awal ... 109
Lampiran 28. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan Observasi I ... 112
Lampiran 29. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan Observasi II ... 115
Lampiran 30. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Perempuan Observasi III ... 118
Lampiran 31. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki Observasi awal ... 121
Lampiran 32. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
xxii
Responden Laki-laki Observasi I ... 124
Lampiran 33. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki Observasi II ... 127
Lampiran 34. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang
dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul
Responden Laki-laki Observasi III ... 130
Lampiran 35. Hasil Wawancara Responden ... 133
Lampiran 36. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III
Responden Edukasi Non Laboratorium ... 153
Lampiran 37. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III
Responden Non Edukasi Laboratorium ... 155
Lampiran 38. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III
Responden Edukasi Laboratorium ... 157
Lampiran 39. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III
Responden Non Edukasi Non Laboratorium ... 159
Lampiran 40. Informed Consent Responden Edukasi Non Laboratorium ... 161
Lampiran 41. Informed Consent Responden Edukasi Laboratorium ... 162
Lampiran 42. Informed Consent Responden Non Edukasi
Non Laboratorium ... 163
Lampiran 43. Informed Consent Responden Non Edukasi Laboratorium ... 164
1
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Menurut National Cholesterol Education Program Expert Panel on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults, Adults
Treatment Panel III (NCEP ATP III) tahun 2001, sindrom metabolik adalah
sekelompok kelainan metabolik lipid maupun non lipid yang merupakan faktor
resiko penyakit jantung koroner, yang terdiri atas kegemukan sentral,
dislipidemia, hipertensi, dan glukosa plasma yang abnormal.
Sindrom metabolik dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang
berkaitan dengan penyakit kardiovaskuler. Seiring dengan perubahan pola hidup
masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler di Indonesia
mengalami peningkatan yang signifikan. Pola hidup tidak sehat akan
menyebabkan kegemukan yang mengarah pada kondisi sindroma metabolik dan
selanjutnya akan menimbulkan penyakit jantung koroner, stroke, diabetes mellitus
dan sebagainya.
Di Indonesia, adanya peningkatan gaya hidup mewah dengan konsumsi
makanan tinggi gula dan lemak semakin meningkatkan kejadian obesitas yang
menjadi salah satu gejala sindrom metabolik. Penelitian yang dilakukan oleh
Indonesian Society for Study of Obesity (ISSO) pada tahun 2004, di Indonesia
menunjukkan jumlah pria yang tergolong obesitas yaitu sebesar 9,16% dan pada
Suatu penelitian di Makassar pada tahun 2002 yang memeriksa
pengunjung klinik untuk pemeriksaan kesehatan rutin ditemukan prevalensi
sindroma metabolik sebesar 35,6%, jumlah pada wanita lebih banyak
dibandingkan pria yaitu masing-masing sebesar 42,3% dan 29,8% (Anonim,
2007c).
Farmasis, sebagai salah satu tenaga kesehatan, mempunyai peran yang
cukup penting dalam mengubah perilaku pasien dengan mempromosikan
kesehatan melalui konseling pada pasien. Peran seorang farmasis adalah
memberikan pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi). Dengan
informasi-informasi yang diberikan oleh farmasis, pasien dapat menjadi
berperilaku lebih sehat dibandingkan sebelumnya, sehingga diharapkan tingkat
kesehatan pasien menjadi lebih baik.
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krodan karena berdasarkan data
puskesmas pada periode Juli-Desember 2007, diketahui angka kejadian stroke dan
penyakit degeneratif di Dusun Krodan tinggi, sebanyak 12 orang dari 63 orang
(19,05%) masyarakat dusun ini mengalami penyakit degeneratif yang
kemungkinan dapat mengarah ke sindrom metabolik. Pemberian edukasi pada
penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
sindrom metabolik yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler khususnya
yang terkait dengan kadar kolesterol total. Dengan meningkatnya pengetahuan
masyarakat diharapkan dapat mengubah perilaku sehubungan dengan
memperhatikan kesehatannya dan meningkatkan kesadarannya akan bahaya
sindrom metabolik, serta menciptakan pola hidup sehat.
Penelitian ini merupakan penelitian tahap II, sebelumnya telah dilakukan
penelitian serupa, yaitu pada tahap I. Pada tahap I lama waktu edukasi, yaitu 3
bulan, sedangkan pada tahap II ini lama edukasinya adalah 4 bulan (dengan
frekuensi 4 kali dalam 4 bulan dengan jarak antara edukasi satu dengan edukasi
berikutnya yaitu 1 bulan). Diharapkan dengan diperpanjangnya lama edukasi akan
semakin meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait dengan sindrom
metabolik, mengingat juga bahwa sindrom metabolik ini terkait dengan penyakit
kronik dan edukasi yang diberikan ini berhubungan dengan perubahan perilaku
pada responden sehingga diharapkan dengan diperpanjangnya lama edukasi ini
dapat lebih efektif dalam memantau dan mendampingi para responden.
1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitan ini sebagai berikut:
a. Seperti apakah profil subyek secara keseluruhan, meliputi Indeks Massa
Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul,
tekanan darah, gula darah puasa, dan kadar kolesterol total?
b. Adakah pengaruh pemberian edukasi tahap II tentang sindrom metabolik
terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta ?
c. Seperti apakah profil kadar kolesterol total sesudah pemberian edukasi pada
2. Keaslian Penelitian
Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu “Pengaruh Pemberian
Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat Dusun
Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta (Kajian Kadar Kolesterol Total)”
dengan lama masa penelitian 3 bulan (Dewi, 2008).
Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian sebelumnya dengan
menggunakan metode kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian
edukasi (informasi) tentang Sindrom Metabolik berupa leaflet, selain itu
dilakukan juga wawancara terstruktur dengan masyarakat.
Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian tahap I terletak pada
lamanya penelitian yang lebih panjang ( kurang lebih selama 6 bulan).
3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis
Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran atau referensi
dan pengetahuan tentang pemberian edukasi sindrom metabolik khususnya yang
terkait dengan kadar kolesterol total pada masyarakat di Dusun Krodan,
Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.
b. Manfaat praktis
Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
pihak-pihak terkait dalam menangani masalah sindrom metabolik terkait dengan kadar
kolesterol total dan dapat memberikan informasi tentang sindrom metabolik
sehingga diharapkan dapat mencegah dan menekan jumlah penderita sindrom
B.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi
tahap II tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun
Krodan, Sleman, Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui profil subyek secara keseluruhan terkait sindrom metabolik
meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar
pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, gula darah puasa, dan kadar
kolesterol total.
b. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi tahap II tentang sindrom metabolik
terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta yang
dilihat berdasarkan nilai kuisionernya.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Sindrom Metabolik 1. Definisi
Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik
yang berkaitan secara langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler
artherosklerotik. Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia
atherogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma,
keadaan protrombotik, dan proinflamasi (Semiardji, 2004).
Gambar 1. Seseorang yang Beresiko Terkena Sindrom Metabolik (Obesitas Sentral / Apple Shape)
2. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik
Saat ini ada 2 kriteria diagnosis sindrom metabolik yang banyak
digunakan, yaitu kriteria WHO tahun 1998 dan NCEP ATP III tahun 2001.
Diantara kedua kriteria tersebut, NCEP ATP III lebih mudah diterapkan di klinik
karena menggunakan parameter yang mudah diperiksa oleh dokter. Kriteria
diagnosis sindrom metabolik WHO lebih menekankan adanya toleransi glukosa
dan resistensi insulin (Ardiansjah dan Adam, 2004).
Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998
Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP IIITahun 2001
(Ardiansjah dan Adam, 2004).
Toleransi glukosa terganggu atau diabetes melitus dan/atau resistensi insulin dengan dua/atau lebih keadaan berikut:
Tekanan darah meningkat ≥ 160/90 mmHg
Trigliserida plasma meningkat ≥ 150 mg/dl
Dan/atau Kolesterol high density lipoprotein rendah Pria
Wanita
< 35 mg/dl < 39 mg/dl Obesitas sentral
Pria ratio lingkar pinggang-pinggul Wanita ratio lingkar pinggang-pinggul
> 0,9 > 0,85
Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2
Mikroalbuminuria rerata ekskresi albumin urin Ratio albumin : kreatinin
> 20 g/menit ≥ 30 mg/gr
Diagnosis sindrom metabolik ditegakkan bila didapatkan 3 atau lebih faktor resiko tersebut dibawah ini:
Obesitas abnormal (lingkar pinggang): Pria
Wanita
> 90 cm > 80 cm
Trigliserida ≥ 150 mg/dl
Kolesterol HDL: Pria Wanita
< 40 mg/dl < 50 mg/dl
Tekanan Darah ≥ 130 / ≥85 mmHg
3. Patogenesis Sindrom Metabolik
Menurut Adult Treatment Panel III (ATP III), penyakit kardiovaskular
merupakan outcome primer dari sindrom metabolik. Ada enam komponen
sindrom metabolik yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular menurut
ATP III, yaitu sebagai berikut ini.
a. Obesitas abdominal, yang dapat dilihat dengan meningkatnya ukuran lingkar
pinggang.
b. Dislipidemia aterogenik, yang manifestasinya berupa peningkatan trigliserida
dan rendahnya konsentrasi HDL pada analisis lipoprotein rutin.
c. Meningkatnya tekanan darah, yang dihubungkan dengan obesitas dan
umumnya terjadi pada orang yang mengalami resistensi insulin.
d. Resistensi insulin dengan atau tanpa intoleransi glukosa, yang terutama terjadi
pada orang dengan sindrom metabolik.
e. Stadium proinflamasi, yang secara klinis dapat diperhatikan dengan adanya
peningkatan C-reactive protein (CRP). Salah satu penyebabnya adalah
obesitas, karena kelebihan jaringan adiposa akan mendatangkan sitokin
inflamatori yang akan menyebabkan meningkatnya level CRP.
f. Stadium protrombotik, yang dikarakteristikkan dengan peningkatan plasma
plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 dan fibrinogen, juga dihubungkan
dengan sindrom metabolik. Fibrinogen, suatu fase akut reaktan seperti CRP,
mengalami peningkatan sebagai respon terhadap tingginya stadium sitokin.
4. Faktor Risiko
Lima kondisi dibawah ini terdaftar sebagai faktor risiko metabolik
gangguan jantung. Sindrom metabolik didiagnosis ketika seseorang mempunyai
minimal tiga faktor risiko gangguan jantung dibawah ini:
a. Ukuran pinggang yang lebar. Hal ini disebut dengan kegemukan perut atau
mempunyai perut bulat seperti apel (“having an apple shape”). Kelebihan
lemak pada area perut sangat berisiko mengalami gangguan jantung
dibandingkan dengan kelebihan lemak pada bagian tubuh lain, seperti pada
pinggul.
b. Tingginya tingkat kadar trigliserida di dalam darah. Trigliserida merupakan
jenis lemak yang ada di dalam darah.
c. Rendahnya HDL kolesterol di dalam darah. HDL adalah kolesterol yang
“baik” dipertimbangkan karena rendahnya HDL kolesterol dapat
menyebabkan gangguan jantung.
d. Tingginya tekanan darah. Tekanan darah diketahui dengan adanya dua angka,
biasanya ditulis satu di atas dan satunya di bawah, contoh 120/80 mmHg.
Nomor yang di atas menunjukkan tekanan darah sistolik, yang
menggambarkan tekanan aliran darah ketika jantung kontraksi. Nomor yang di
bawah menunjukkan tekanan darah diastolik yang menggambarkan tekanan
aliran darah ketika jantung relaksasi.
e. Tingginya kadar gula (glukosa) puasa. Tingginya kadar gula dapat menjadi
peringatan terkena diabetes.
5. Penatalaksanaan Sindrom Metabolik
Sindrom metabolik terdiri atas dua komponen utama, yaitu obesitas sentral
dan beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner baik berupa kelainana lipid
maupun non lipid. Oleh karena itu, NCEP membagi penatalaksanaan tersebut
yang ditujukan pada penyebab utama sindrom metabolik (yaitu menurunkan berat
badan dan meningkatkan aktivitas tubuh) dan terapi yang ditujukan kepada faktor
risiko lipid dan non lipid yang didapatkan pada penderita. Walaupun obesitas
merupakan masalah utama pada sindrom metabolik, sesuai kesepakatan NCEP
ATP III, dalam penatalaksanaan sindrom metabolik tetap harus didahulukan
mencapai sasaran kolesterol LDL yang diinginkan sesuai jumlah faktor risiko
yang ditemukan pada penderita.
Penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas fisik pada penderita
obesitas penting karena terbukti dapat memperbaiki profil lipid serum, yaitu
menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida, meningkatkan kadar kolesterol
HDL, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar glukosa plasma, dan
memperbaiki keadaan resistensi insulin. Sasaran yang ingin dicapai penderita
obesitas adalah menurunkan berat badan sekitar 5-10% dari berat badan awal,
terbukti faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dikurangi (Adam, Adam,
Ardiansjah, 2004).
Jangka waktu untuk melakukan hal ini adalah 6 bulan. Setelah 6 bulan,
biasanya penurunan berat badan menurun dan berat badan akan tetap berada di
garis datar karena rendahnya atau berkurangnya penggunaan energi tubuh pada
kestabilan penurunan berat badan yang sudah dicapai sehingga tidak terjadi
kenaikan berat badan kembali. Apabila hal ini tercapai, usaha untuk menurunkan
berat badan lebih lanjut dapat dilakukan berdasarkan indikasi dan kebutuhan
penderita (Ridjab, Ridwan, Judio, dan Hermansjah, 2006).
Beberapa studi menekankan bahwa untuk mengontrol berbagai faktor
risiko kardiovaskular dibutuhkan usaha yang intensif. Dalam mewujudkan usaha
tersebut, National Clinical Guidelines menyarankan pengurangan gaya hidup
yang berisiko terkena penyakit kardiovaskuler. Saran tersebut yaitu “Therapeutic
Lifestyle Change” atau “TLC” yang terdiri dari olahraga dan latihan bersama
pakar nutrisi dan berhenti merokok (Anonim, 2005b).
Tabel III. Panduan Praktis Pola Hidup Bagi Penderita Sindrom Metabolik
HINDARI makanan berkadar gula yang tinggi merokok
KURANGI
berat badan (dengan berolahraga sedang (jogging) selama 30 menit setiap hari)
makanan yang berlemak, khususnya yang berlemak jenuh seperti daging merah dan mentega, atau makanan penuh lemak lainnya
konsumsi alkohol
konsumsi total karbohidrat dengan mengganti karbohidrat murni (roti putih, kentang, pasta) dengan kacang polong, padi-padian, dan lemak tak jenuh tunggal (kacang-kacangan, alpukat, minyak zaitun) dan mengganti minuman soda dan jus dengan air, dan minuman diet
konsumsi garam dapur sampai kurang dari 2,4 gram per hari dengan banyak menggunakan rempah-rempah dalam masakan
KONSUMSI
asam lemak omega 3 dengan memakan ikan 1 kali seminggu Perbanyak makan serat (30 gram per hari), buah-buahan, serta makanan berkadar gula rendah
B. Kolesterol
Kolesterol merupakan zat berlemak yang ditemukan di setiap sel tubuh
kita. Ada dua cara dari mana tubuh kita mendapatkan kolesterol, yaitu dengan
cara dibuat di hati dan didapatkan dari asupan makanan. Hati adalah organ yang
membuat sebagian besar kolesterol dalam tubuh, dan hanya sebagian kecil yang
berasal dari makanan. Makanan yang kaya dengan kolesterol adalah produk susu,
daging berlemak, kuning telur dan makanan laut (terutama kerang). Kolesterol
berperan penting terhadap fungsi tubuh sehari-hari, antara lain membuat hormon
dan vitamin tertentu, memastikan sistem pencernaan bekerja dengan baik dengan
membentuk empedu. Selain berbagai fungsinya, kolesterol merupakan komponen
terbesar membran sel.
Kolesterol tidak dapat bergerak sendiri di dalam tubuh karena tidak larut
dalam air. Oleh karena itu, kolesterol diangkut sebagai bagian dari struktur yang
bernama lipoprotein. Ada berbagai jenis lipoprotein, tetapi dua jenis lipoprotein
yang perlu diperhatikan adalah Lipoprotein densitas rendah (Low Density
Lipoprotein, LDL) dan Lipoprotein berdensitas tinggi ( High Density Lipoprotein,
HDL).
Kolesterol LDL mengangkut kolesterol dari hati, tempatnya diproduksi, ke
jaringan tubuh yang memerlukan. LDL merupakan transporter terbanyak di dalam
darah. Kolesterol HDL mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan dan
membawanya kembali ke hati untuk diproses kembali atau dibuang dari tubuh.
Kadar trigliserida dalam darah sering kali dikelompokkan bersama kadar
dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi bagi tubuh. Trigliserida juga
ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati.
Seperti kolesterol, trigliserida merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah.
Kolesterol LDL, HDL, dan triglisrida disebut ”lipid darah” (Bull dan Morrell,
2007).
C. Dislipidemia
Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi
lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,
kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL (Anonim, 2006b).
Semakin lama LDL akan menumpuk di bagian dalam dinding arteri yang
memasok organ tubuh dengan oksigen dan nutrisi, jika terdapat terlalu banyak
kolesterol LDL yang bersirkulasi dalam aliran darah. Penumpukan kolesterol LDL
ini dapat mempersempit dan menyumbat arteri melalui pembentukan arteroma.
Proses tersebut dinamakan arterosklerosis.
Berbeda dengan kolesterol LDL, koesterol HDL justru membawa
kelebihan kolesterol dari dinding arteri ke hati, dimana kolesterol akan
dikeluarkan dari tubuh sebagai empedu yang keluar melalui kotoran.
Trigliserida termasuk ”si jahat” yang juga perlu diwaspadai, kadar
trigliserida yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung
dan penyakit vaskular lainnya. Orang dengan kadar trigliserida tinggi, sering kali
kolesterol HDL rendah. Hal tersebut seperti tiga serangkai. Walaupun kadar
trigliserida yang tinggi membawa risiko tersendiri, namun risiko itu semakin
bertambah bila disertai kadar kolesterol HDL yang rendah.
Kenaikan kadar kolesterol (terutama LDLteroksidasi) merusak endotelium
dini pada proses aterosklerosis dan dibawa oleh makrofag (sel busa) ke dalam inti
lipid dari plak yang telah terbentuk. Menurunkan kadar kolesterol-LDL dapat
mengurangi deposisi kolesterol menjadi plak aterosklerosis dan bisa membalikkan
proses ini. Sangat penting untuk menurunkan kadar kolesterol karena akan
menstabilkan plak, menurunkan risiko ruptur plak akut (Davey, 2006).
The National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment
Panel III (ATP III)mempublikasikan laporan kesimpulan ketiga dan mendapatkan
rekomendasi untuk pengaturan hiperkolesterimia. Kadar kolesterol total di dalam
tubuh dapat diklasifikasikan sebagai berikut pada tabel IV.
Tabel IV. Klasifikasi Kolesterol Total, LDL, dan HDL
Kolesterol total < 200 mg/dl Kadar yangdiinginkan 200 - 239 mg/dl Batas tinggi
≥ 240 mg/dl Tinggi LDLkolesterol < 100 mg/dl Optimal
100 – 129 mg/dl Mendekati atau diatas optimal 130 – 159 mg/dl Batas tinggi
160 – 189 mg/dl Tinggi ≥ 190 mg/dl Sangat tinggi
HDL kolesterol < 40 mg/dl Rendah
≥ 60 mg/dl Tinggi
(Tarbelt, 2005).
D. Edukasi
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan
dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,
memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan
atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah
suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku
tersebut konduksif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan
mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai
pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,
2003).
E. Perilaku
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2003).
Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku
manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu:
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, indera pendengaran,
indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli
psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.
3. Praktik atau Tindakan
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian
mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses
selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang
diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik kesehatan
F. Landasan Teori
Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta
interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.
Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang individu
terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Sarwono,
1997). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, serta lingkungan.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan (kognitif)
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Notoatmojo, 2003). Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup (Notoatmojo, 2003).
Pemberian edukasi adalah pemberian informasi tertulis tentang sindrom
metabolik dengan media berupa leaflet dan wawancara terstruktur kepada
responden. Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap
seseorang terhadap sesuatu yang baru bagi orang tersebut atau memperjelas
sesuatu yang telah diketahui. Dengan berubahnya tingkat pengetahuan dan sikap
seseorang akan mempengaruhi tingkah laku atau tindakan seseorang terhadap
Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden
tentang sindrom metabolik. Bertambahnya pengetahuan responden tentang
sindrom metabolik, akan mempengaruhi perubahan sikap dan tindakannya
sehingga diharapkan munculnya kesadaran dari diri responden untuk mencegah
sindrom metabolik dan mengusahakan kualitas hidup yang lebih baik. Perubahan
perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dapat digambarkan dari hasil jawaban
kuisioner serta penurunan nilai kadar kolesterol totalnya.
G. Hipotesis
Pemberian edukasi atau informasi tentang sindrom metabolik akan
mempengaruhi responden dengan meningkatkan nilai kuisioner dan meningkatkan
kualitas hidup untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik khususnya untuk
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (kuasi) dengan
rancangan penelitian yang digunakan adalah non-randomized pretest-postest
control group design dan deskriptif evaluatif. Rancangan penelitian deskriptif
evaluatif digunakan untuk menggambarkan profil responden secara keseluruhan
yang terkait sindrom metabolik meliputi meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT),
lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, gula
darah puasa, dan kadar kolesterol total (Pratiknya, 2007).
Penelitian eksperimental berarti adanya intervensi peneliti terhadap
responden penelitian. Istilah intervensi yang dimaksudkan di sini adalah setiap
tindakan terhadap responden penelitian, dengan adanya tindakan tersebut akan
menimbulkan efek, dan efek inilah yang kemudian dipelajari. Tindakan yang
dimaksudkan di sini adalah pemberian edukasi tentang sindrom metabolik,
sehingga akan menimbulkan efek yang dapat berupa perubahan perilaku
(Pratiknya, 2007).
Penelitian eksperimental semu di sini maksudnya adalah pengelompokan
subyek yang dilakukan tidak menggunakan teknik random. Rancangan
non-randomized pretest-postest control group design yaitu dengan melakukan
pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subyek, serta
0>...(X1)...01>————— (X2)—————02
0>...( - )...01>————— ( - )—————02
Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian Non- Randomized Pretest-Postest Control Group Design
(Tahap II)
Keterangan:
01 = Observasi I
... = Garis kegiatan kelompok sebelumnya 0 = Observasi awal
02 = Observasi III
(X1&2) = Perlakuan/edukasi
( - ) = non edukasi
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
a. Pemberian edukasi (informasi) tentang Sindrom Metabolik kepada masyarakat
di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta.
2. Variabel tergantung
a. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat tentang Sindrom
Metabolik).
C. Definisi Operasional
1. Masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta adalah mereka yang
tinggal dan atau bekerja di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta baik laki-laki
maupun perempuan yang memiliki kriteria inklusi sesuai dengan penelitian
2. Profil subyek pada penelitian ini meliputi Indeks Massa Tubuh ( IMT), lingkar
pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, gula darah
puasa, dan kadar kolesterol total .
3. Edukasi adalah pemberian informasi tertulis atau lisan tentang sindrom
metabolik dengan media berupa leaflet subyek penelitian.
4 Kadar kolesterol yang diteliti dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total
terkait dengan keterbatasan biaya penelitian.
5 Perilaku adalah semua aktivitas dari masyarakat yang merupakan respon dari
adanya stimulus dari luar yang akan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap,
dan tindakan dari setiap orang.
6. Observasi pada penelitian ini ( tahap I sampai dengan tahap II) dilakukan 4 X
yaitu observasi awal, observasi I, observasi II, dan observasi III sedangkan
pengambilan darah untuk pengukuran kadar gula darah puasa dan kadar
kolesterol total hanya dilakukan 3 X yaitu pada observasi awal, observasi I,
dan observasi III. Pada observasi II hanya dilakukan pengukuran Indeks
Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar
pinggul, dan tekanan darah dikarenakan keterbatasan biaya.
7. Profil kadar kolesterol total sebelum dan sesudah edukasi merupakan selisih
antara kadar kolesterol total pada saat observasi awal, observasi I, serta
observasi III.
8. Standar sindrom metabolik yang dipergunakan dalam penelitian ini
merupakan gabungan antara NCEP ATP III tahun 2001 dan WHO 1998,
Tabel V . Kriteria Sindrom Metabolik dalam Penelitian
No. Kriteria sindrom metabolik gabungan antara kriteria NCEP
ATP IIItahun 2001 dan kriteria WHO 1998
1. Lingkar pinggang
Wanita Pria
≥ 80 cm ≥ 90 cm
2. IMT (Indeks Massa Tubuh) ≥ 23
3. Tekanan darah > 130/80
4. Kolesterol total > 200 mg/dL
5. Kadar gula puasa < 100 mg/dL
6. Obesitas sentral
Pria ratio lingkar pinggang-pinggul Wanita ratio lingkar pinggang-panggul
> 0,9 > 0,85
D. Subyek Penelitian
Subyek pada penelitian tahap I adalah sebanyak 80 masyarakat yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu antara lain tinggal dan atau bekerja di Dusun
Krodan, Sleman, Yogyakarta baik laki-laki maupun perempuan, berusia 40 ± 5
tahun, memiliki BMI ≥ 23, tidak sedang menjalani terapi farmakologi terkait
sindrom metabolik dan telah menjadi responden pada penelitian tahap I termasuk
juga yang memiliki faktor resiko, serta bersedia untuk diajak bekerjasama dalam
penelitian ini dengan terlebih dahulu menyetujui surat perjanjian bekerjasama
selama 6 bulan dengan mengisi informed consent.
Nilai BMI yang digunakan adalah =23 kg/m2, karena menurut klasifikasi
berat badan yang diusulkan berdasarkan BMI untuk penduduk dewasa Asia
nilai=23kg/m2 termasuk dalam kategori overweight. Nilai BMI didapat dari berat
Subyek pada penelitian ini disebut responden.
Kriteria eksklusinya antara lain sedang menjalani terapi farmakologi
terkait sindrom metabolik, responden di tengah penelitian hamil, tidak bersedia
mengikuti penelitian sampai selesai, serta tidak tinggal dan atau tidak bekerja di
Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta. Subyek pada penelitian ini dikelompokkan
menjadi 2, kelompok yang diberi edukasi dan kelompok yang tidak diberi
edukasi, kedua kelompok ini (edukasi dan non edukasi) masing-masing dibagi
lagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang dilakukan uji pengukuran gula
darah puasa dan kolesterol total oleh laboratorium Prodia® dan yang tidak.
Dari 80 responden, ternyata yang berhasil mengikuti penelitian sampai
selesai tahap observasi I adalah sebanyak 78 responden, sedangkan yang berhasil
mengikuti sampai selesai pada tahap observasi III yaitu sebanyak 66 responden,
pengurangan jumlah responden ini terjadi dikarenakan ada beberapa responden
yang tidak bisa melanjutkan penelitian dikarenakan mendapat terapi farmakologi
terkait sindrom metabolik, ada yang pindah tempat tinggal, ada pula yang tidak
bersedia lagi menjadi reponden pada penelitian tahap II ini. Di bawah ini
Gambar 3. Skema Subyek penelitian
E. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Krodan, kecamatan Maguwoharjo,
Kabupaten Sleman,Yogyakarta. Dusun ini berada di dekat kampus III Universitas
Sanata Dharma. Dusun Krodan ini terbagi menjadi lima tempat, 14 RT, dan 6 RW
yaitu Krodan termasuk RW 03 dan RT 01 dan 02, Timbul Rejo termasuk RW 04
dan RT 03 dan 04, Paingan termasuk RW 06 dan RT 08 dan 09, serta Taman
Cemara yang terdiri dari RT 10,11,12,13,14.
80 RESPONDEN
9 RESPONDEN TIDAK DAPAT MELANJUTKAN 4 RESPONDEN TIDAK DAPAT MELANJUTKAN PENELITIAN
1 RESPONDEN TIDAK DAPAT MELANJUTKAN
F. Ruang Lingkup
Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Edukasi Tahap II Tentang
Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan,
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta” merupakan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian edukasi tahap II tentang sindrom metabolik
terhadap perilaku responden. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan
jumlah anggota sebanyak 4 orang dengan kajian yang berbeda-beda untuk diteliti.
Kajian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Indeks Massa Tubuh
(IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-pinggul, tekanan darah, kadar
gula darah puasa, dan kadar kolesterol total. Namun pada penelitian ini peneliti
lebih berfokus pada kadar kolesterol total. Di bawah ini ditampilkan mengenai
pembagian kajian yang digunakan pada penelitian tahap II ini:
Keterangan : * : Kajian yang diteliti oleh peneliti Gambar 4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian Sindrom Metabolik
DAMPAK EDUKASI
Kajian Lingkar Pinggang IMT
Rasio Lingkar
Pinggang-Kajian Tekanan Darah
Kajian Gula Darah Puasa
G. Teknik Sampling
Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah
secara non-randomized sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan
jenis quota sampling dan purposive sampling. Quota sampling yaitu peneliti
terlebih dahulu menentukan jumlah responden yang akan mengikuti penelitian ini.
Dalam pengambilan sampel secara kuota, kita mengidentifikasikan kumpulan
karakteristik penting dari populasi dan kemudiaan memilih sampel yang
diinginkan secara non-acak .
Menurut Gay untuk penelitian korelasi minimal diperlukan 30 subyek,dan
pada penelitian ini telah memenuhi persyaratan, pada observasi awal yang diberi
edukasi 40 responden dan yang tidak diberi edukasi 40 responden juga, sedangkan
pada akhir observasi (observasi III) yang diberi edukasi sebanyak 36 dan non
edukasi 30 orang. Kelebihan subyek pada masing-masing perlakuan dimaksudkan
sebagai cadangan, misalnya bila subyek ternyata tidak bersedia untuk bekerja
sama. Proporsi subyek pada masing-masing kelompok diusahakan sama atau
hampir sama (cit., Sevilla, dkk, 1993).
Purposive sampling yaitu merupakan teknik sampling yang digunakan
peneliti karena mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam
pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.
Pertimbangan lain dalam purposive sampling ini yaitu adalah masalah lokasi atau
tempat responden yang akan diteliti lebih mudah dikunjungi dan efisiensi waktu
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner, leaflet,
mengenai Sindrom Metabolik, dan panduan wawancara terstruktur. Pemeriksaan
fisik menggunakan timbangan Camry ®, alat pengukur tinggi badan Stature Meter
@M ®, meteran Butterfly ®, sphygmomanometer mercurial Nova®, dan alat
pengukur kadar kolesterol serta kadar gula darah dengan merk Hitachi ®.
I. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi
Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai
kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian lanjutan tahap II ini, dan melihat
keseharian subyek sebelum dilakukan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan
persiapan penelitian dengan permohonan izin pada Komisi Etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan
BAPPEDA Sleman Yogyakarta.
2. Pembuatan Kuesioner
a. Pembuatan Kuesioner
Pembuatan kuisioner berdasarkan tujuan penelitian, perumusan masalah,
dan definisi operasional. Dalam pembuatan kuisioner ada beberapa item yang
disusun berkelompok terkait dengan variabel penelitian yang ingin diketahui
meliputi pengetahuan, sikap, tindakan. Dalam penelitian ini, pembuatan kuisioner
dilakukan oleh kelompok peneliti sebelumnya dengan melakukan konsultasi
Jumlah pertanyaan yang terdapat didalam kuisioner sebanyak 38 item,
jenis pertanyaannya adalah pertanyaan yang bersifat obyektif dengan 4 peringkat
jawaban antara lain : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak
setuju (STS). Disusun demikian karena dalam penelitian ini menggunakan skala
pengukuran ordinal agar dapat mengetahui pemahaman perilaku responden secara
lebih mendalam terkait variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap
sindrom metabolik. Untuk distribusi variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan
dapat dilihat lebih jelas pada tabel dibawah ini.
Tabel VI. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan yang Terdapat Dalam Kuisioner
Pengetahuan F 3, 4, 7, 11, 12, 15, 21, 24, 25, 6, 30, 37 NF 20, 30
Sikap F 1, 2, 6, 8, 13, 32, 28, NF 5, 10, 16, 19, 27, 38
Tindakan F 9, 14, 17, 18, 22, 33, 34, 36 NF 23, 29, 31
Untuk satu pertanyaan hanya ada satu satu jawaban benar, per item skor
yang diberikan untuk jawaban sangat setuju adalah 4, setuju diberi skor 3, tidak
setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju hanya mendapat skor 1. Hal tersebut
berlaku untuk jenis item yang favourable. Sedangkan untuk jenis item non
favourable berlaku hal yang sebaliknya yaitu skor 4 untuk jawaban sangat tidak
setuju, skor 3 untuk tidak setuju, skor 2 untuk jawaban setuju, dan jawaban sangat
setuju mendapat skor 1. Dari 38 item pertanyaan, sebanyak 27 item termasuk jenis
b. Uji coba kuesioner
Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner dilakukan uji coba terlebih
dahulu, supaya pertanyaan yang diajukan pada kuesioner dapat dipahami oleh
responden. Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,
maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Uji
coba kuesioner meliputi uji validitas dan uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh
tim peneliti pada tahap I. Responden untuk uji coba adalah yang memiliki
karakteristik hampir sama dengan responden untuk penelitian (Notoatmodjo,
2003).
c. Uji Validitas
Setelah kuisioner disusun kemudian diuji validitasnya.. Pengujian validitas
ini penting dilakukan untuk memenuhi syarat ketepatukuran. Valid disini
maksudnya berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
hendak diukur.
d. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya, yaitu
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali
terhadap responden yang sama (Azwar, 2000). Uji reliabilitas dalam penelitian ini
telah dilakukan oleh kelompok penelitian sebelumnya.
Dilakukan dengan cara mengujikan kuisioner pada responden yang sama
saat uji coba kuisioner sebanyak 20 orang. Uji reliabilitas dalam penelitian
ditinjau dari segi pemahaman bahasa kuisioner apakah mudah dimengerti oleh
Pembuatan kuesioner, uji coba kuesioner, uji validitas, dan uji reliabilitas
kuisioner telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (peneliti tahap I). Lembar
kuisioner yang digunakan pada penelitian tahap II ini sama dengan lembar
kuisioner yang digunakan pada penelitian tahap I.
3. Pembuatan Informasi Tertulis atau Leaflet
Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang sindrom
metabolik pada masyarakat. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan sindrom
metabolik. Dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa
sesimpel mungkin agar mudah dipahami oleh responden.
Leaflet pada penelitian ini dibuat dengan 4 seri edukasi dengan urutan
edukasi sebagai berikut: pola makan, olahraga, cek kesehatan rutin (general
medical check up), dan review dari seluruh edukasi yang telah dilakukan
sebelumnya.
4. Penyebaran Kuesioner
Kuesioner ditujukan kepada responden yaitu masyarakat, dengan
melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuesioner diberikan sebelum
dan sesudah pemberian edukasi oleh peneliti pada tahap I, dan kemudian pada
tahap II ini kuesioner diberikan lagi setelah edukasi tahap II selesai.
5. Pemberian Edukasi/Informasi
Dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang sindrom metabolik
yang berupa leaflet atau informasi tertulis. Diberikan secara berulang untuk
mengingatkan responden. Lamanya penelitian tahap II ini selama kurang lebih 6
dilakukan selama kurang lebih 4 bulan (dengan frekuensi sebulan sekali). Materi
edukasi yang diberikan berbeda-beda tiap pertemuan, dilakukan dengan cara door
to door, dan dengan 4 seri materi edukasi yaitu bulan pertama tentang pola makan,
bulan kedua tentang olahraga, bulan ketiga tentang cek kesehatan rutin (general
medical check up), dan bulan keempat review dari kesuluruhan materi.
6. Wawancara Terstruktur
Dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang
dibutuhkan dan berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan informal
dan pembicaraan yang dikaitkan dengan permasalahan.
7. Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Pengukuran kolesterol dilakukan dengan mengambil spesimen darah
subyek, sebanyak kurang lebih 2 ml yang dilakukan oleh petugas dari
laboratorium klinik, kemudian di uji di laboratorium klinik pada saat sesudah
pemberian edukasi, kepada 40 orang subyek uji.
8. Pengolahan Data
Dilakukan dengan cara kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun data dan
menggolongkannya dalam kategori-kategori. Setelah itu dilakukan interpretasi.
9. Analisis Data Penelitian
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan membandingkan
hasil data yang diperoleh pada pemberian perlakuan tahap 2 (observasi III)
dengan data sebelum pemberian perlakukan (observasi awal) dan data sesudah
statistik menggunakan statistik yang sesuai, yaitu menggunakan Uji Mann
Whitney dengan taraf kepercayaan 90%.
Langkah pertama sebelum dilakukan analisis statistik yaitu perlu
dilakukan uji normalitas pada data yang ada sehingga dapat dilihat distribusi
sebaran data. Distribusi data dikatakan normal bila nilai probabilitas (Asymp. Asg)
lebih besar dari 0,1 selanjutnya dapat dilakukan analisis statistik yang sesuai,
sebenarnya dalam penelitian ini sebaran data yang didapatkan normal dan
seharusnya digunakan uji Independent Samples T-Test untuk analisa statistiknya,
namun kemudian dalam penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney, karena
adanya keterkaitan data dalam 4 kajian yang dilakukan secara terintegritas pada
penelitian yang berjudul“Pengaruh Pemberian Edukasi Tahap II Tentang Sindrom
Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta”. Uji statistika menggunakan Mann Whitney dengan cara
melihat nilai Asymp.Sig (2-tailed). Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) > α maka Ho
diterima yang berarti berbeda tidak bermakna pada perilaku responden terkait
sindrom metabolik (Trihendradi, 2006).
Analisis dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk melihat
persentase perubahan nilai kuisioner, perubahan kadar kolesterol total sebelum
dan sesudah pemberian edukasi tahap I. Analisis data dilakukan dengan
menghitung rata-rata selisih antara nilai observasi III dan observasi awal dan
selisih antara observasi III dan observasi I yang dicari dengan cara
dibagi dengan jumlah responden, serta menjumlahkan nilai selisih observasi III
dan observasi I kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah responden.
J. Kesulitan Penelitian
Kesulitan dalam penelitian ini adalah pada waktu pendekatan pada
responden, dan pemberian edukasi. Ada beberapa responden yang menolak untuk
diajak kerjasama pada tahap II ini beberapa dari mereka menyatakan diri enggan
diajak bekerjasama lagi menjadi responden pada penelitian tahap II ini. Ada pula
responden yang terlihat acuh tak acuh saat diberi edukasi serta sulitnya menemui
beberapa responden karena kesibukan dari responden tersebut. Selain itu pada
tahap pengambilan sampel darah, peneliti harus kehilangan data beberapa
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
. Profil responden di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta dalam penelitian
ini meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar
Pinggang-Lingkar Pinggul, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar
Kolesterol Total. Dalam penelitian ini terdapat 3 profil yang akan dibandingkan,
yaitu profil responden pada observasi awal, observasi I, dan observasi III
Tabel VII. Profil Pada Observasi Awal Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total
Kriteria
Edukasi Non edukasi
p
Kadar Gula Darah
Puasa 18 100,3± 26,7 14 91,0 ± 10,8 0,458
Kadar Kolesterol
Tabel VIII. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total
Tabel IX . Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total
Kriteria
Edukasi Non edukasi
p
n X ±SD n X ±SD
IMT 66 26,7 ± 3,5 66 25,1 ± 4,1 0,017
rasio lingkar pinggang-
Edukasi Non edukasi
Keterangan :
n = Jumlah Responden SD = Standar Deviasi X = Nilai rata-rata P = Nilai Signifikansi
Pada tabel di atas, bagian yang dipertebal menunjukkan fokus
permasalahan penelitian ini. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa responden
dikelompokkan menjadi kelompok edukasi dan kelompok non edukasi. Uji
statistika dilakukan untuk mengetahui adanya signifikansi nilai kriteria pada tiap
kelompok responden. Untuk profil pada observasi awal responden sebagian besar
diperoleh nilai signifikansi (p) > 0,1 ini berarti bahwa profil responden secara
keseluruhan berbeda tidak bermakna antara kelompok edukasi maupun non
edukasi kecuali pada 2 profil yaitu pada profil lingkar pinggang laki-laki dan rasio
lingkar pinggang pinggul laki-laki yang mempunyai nilai signifikansi (p) < 0,1
sehingga dapat dikatakan profil lingkar pinggang responden laki-laki dan rasio
lingkar pinggang pinggul laki-laki pada kedua kelompok perlakuan adalah
berbeda bermakna.
Profil pada observasi I tidak jauh berbeda dengan profil pada observasi
awal hanya saja pada profil observasi I ini menjadi 3 kriteria profil yang memiliki
nilai signifikansi p<0,1 yaitu memiliki perbedaan pada nilai IMT nya yang
memiliki nilai signifikansi p <0,1 (dimana pada profil observasi awal nilai IMT
menunjukkan signifikansi sebesar >0,1), yang berarti setelah adanya edukasi pada
tahap I memberikan pengaruh pada nilai IMT nya sehingga berbeda bermakna
Jika dibandingkan dengan data pada profil responden observasi III
didapatkan peningkatan jumlah kriteria yang memiliki nilai signifikansi p<0,1,
yaitu terdapat 5 kriteria profil antara lain terdapat pada data untuk kriteria IMT ,
rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk responden laki-laki, pengukuran
lingkar pinggang untuk perempuan dan laki-laki, serta pengukuran kadar gula
darah puasa. Hal ini berarti setelah adanya edukasi tahap II dapat memberikan
pengaruh pada responden dilihat dari profil akhir yang didapatkan ini, sehingga
hasilnya berbeda bermakna antara kelompok edukasi dan non edukasi pada 5
kriteria profil tersebut (yang memiliki nilai signifikansi p <0,1 ) sedangkan yang
menunjukkan nilai signifikansi (p) > 0,1 terdapat pada kriteria rasio lingkar
pinggang-lingkar pinggul untuk responden perempuan, pengukuran tekanan darah
dan kadar kolesterol total, hal ini berarti berbeda tidak bermakna antara kelompok
edukasi dan non edukasi.
Tabel X. Jumlah Faktor Risiko Observasi Awal Responden Edukasi dan Non edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non laboratorium
Faktor Risiko
Test Laboratorium Non laboratorium
Edukasi Non edukasi Edukasi Non edukasi
< 2 faktor - 2 orang (14.3%) 1 orang (5.6%) 6 orang (37.5%) ≥ 2 faktor 18 orang (100%) 12 orang (85,7%) 17 orang
(94.4%)