• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TAHAP II TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO-SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN 2008 (KAJIAN KADAR KOLESTEROL TOTAL) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TAHAP II TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO-SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN 2008 (KAJIAN KADAR KOLESTEROL TOTAL) SKRIPSI"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

(KAJIAN KADAR KOLESTEROL TOTAL)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Veronica Ari Haryanti NIM: 058114089

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TAHAP II TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT

DI DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO-SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN 2008

(KAJIAN KADAR KOLESTEROL TOTAL)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Veronica Ari Haryanti NIM: 058114089

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

v

Karya Kecil ini Kupersembahkan kepada:

Allah Bapa di Surga, Tuhan Yesus Penyelamat dan Penopang Hidupku, Bunda

Maria yang mendoakanku.

Suamiku tercinta, Didit Aditya.

Papa, Mama, Kakak-kakakku dan adikku.

Sahabat dan teman-temanku,

(6)
(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala anugerah dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Edukasi (Tahap II) tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta (Kajian Kadar Kolesterol Total)”

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelas sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan

Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari, bahwa penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang

mudah, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat, bimbingan dan rahmat-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi dan dosen

pembimbing utama atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, nasihat,

dukungan dan kesediaaan waktunya untuk berkonsultasi.

3. Ibu dr. Fenty, M. Kes, Sp. PK atas kesediaan menguji dan memberikan

masukan yang berharga bagi penulis.

4. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. atas kesediaan menguji dan

(8)

vii

5. Walikota Yogyakarta c.q BAPPEDA Sleman yang telah memberikan ijin

untuk melakukan penelitian ini di dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta.

6. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan UGM yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini terutama dr. Rustamaji, M.

Kes yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

7. Bapak Kepala Desa Maguwoharjo, Bapak Dukuh dan Bapak RW/RT yang

telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.

8. Suamiku tercinta, Didit Aditya, atas segala cinta, motivasi, semangat, kasih

sayang, perhatian, dan nasihat nya bagi penulis selama ini

9. Kedua orang tuaku tercinta atas kasih sayangnya yang sangat berharga dalam

hidupku, kepercayaan, bimbingan, doa, semangat dan dukungannya setiap

waktu.

10.Masyarakat dusun Krodan, Dosen dan Karyawan Kampus III Paingan atas

kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

11.Laboratorium Prodia Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerjasama

dalam pengambilan sampel darah terutama mas Yudi yang telah membantu

mendapatkan informasi.

12.Temen-temen sekelompok: Sr. Amandine, mb Ivone, Ina atas kerjasama dan

semangatnya dari awal sampai selesai penelitiannya selama ini.

13.Kakak-kakakku, Avianita dan Lucia, serta adikku Margareta atas kasih sayang

(9)

viii

14.Sahabat- sahabatku tercinta: Vita, Imelda, Tami, Bembi, Rio, Sita, Lini, Kaka,

Ela, Kak Berta, Ani, Silvi, Roni, Chrisye atas semangat, kasih, saran, canda

tawa, dan dukungannya.

15.Teman-temanku FKK angkatan 2005 kelas B serta kelompok praktikum B

FKK 2005 atas kerjasama dan kebersamaannya selama ini

16.Anak-anak kost Aulia: Intan Josi adekku tercinta, Joice, Maria, Icha, Berta,

Heni, Lia, Dini, Kak icha, Kak Kiki, Carol, Atik, Novi, dan Yudith atas

kebersamaan dan keceriaannya selama ini.

17.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada

yang sempurna dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini. Oleh karena itu,

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini

dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan

Yogyakarta, 13 Maret 2009

(10)

ix

(11)

x

INTISARI

Sindrom metabolik merupakan sekelompok kelainan metabolik lipid maupun non lipid yang dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Prevalensi sindrom metabolik meningkat seiring dengan meningkatnya prevalensi penderita obesitas abdominal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta yang terkait dengan kadar kolesterol total.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu. Rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Metode survei dengan instrumen penelitian kuisioner dan wawancara terstruktur terhadap sampel. Analisis menggunakan uji Mann Whitney taraf kepercayaan 90%.

Dari hasil penelitian secara statistik diperoleh hasil berbeda bermakna ((p)<0,1) pada profil responden sesudah edukasi antara kelompok edukasi dan non edukasi meliputi kriteria Indeks Massa Tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang-pinggul responden laki-laki, pengukuran lingkar pinggang, dan pengukuran kadar gula darah puasa. Untuk kriteria rasio lingkar pinggang-pinggul untuk responden perempuan, tekanan darah dan kadar kolesterol, diperoleh hasil berbeda tidak bermakna (p>0,1) antar kelompok edukasi dan non edukasi. Berdasarkan nilai rata-rata kuisioner, terdapat perubahan perilaku pada responden edukasi dibandingkan non edukasi meskipun tidak signifikan. Pada observasi III, profil kadar kolesterol total untuk responden edukasi = 203,7±36,9mg/dl dan non edukasi = 199,7±32,8mg/dl, untuk uji statistikanya diperoleh nilai signifikansi (p)>0,1(0,879), yang menunjukkan bahwa antara kelompok edukasi maupun non edukasi hasilnya berbeda tidak bermakna setelah diberi edukasi tahap II ini.

(12)

xi

ABSTRACT

Metabolic Syndrome is a group of metabolic disorder both lipid and non lipid, that could increase the risk of cardiovascular disease. The prevalence of metabolic syndrome is increasing along with the prevalence of abdominal obesity. The purpose of this research is to investigate the effect of education delivery about metabolic syndrome towards people attitudes at Dusun Kodran, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta, related with total level of cholesterol.

This research is a pseudo experimental. It is a non-randomized pretest-postest control group design. The method is survey with research instruments such questionnaire and structured interview to the samples. The analysis is done by using Mann Whitney with 90% of confidence.

In this research, found that statistically there is a significant difference ((p)<0.1) on the respondents' profile after education, between education and non education group including Body Weight Index, rational number of waist-hip measurement on male respondents, waist measurement, and measurements on fast diabetes level on blood. While on female's, from rational number of waist-hip measurement, blood pressure and cholesterol measurement, resulted insignificant difference (p>0.1) between education group and non education group. Based on the average score of questionnaire, there is an attitude changing on education group respondents compare to non education group although not significant. On the third observation resulted total level of cholesterol for education respondents is 203.7±36.9mg/dl and for non education is 199.7±32.8mg/dl, for its statistical experiment resulted significance (p)>0.1(0.879), this shows that the different between education and non education group the result is not significant after the second education.

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 3

2. Keaslian Penelitian ... 4

3. Manfaat Penelitian ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

(14)

xiii

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Sindrom Metabolik ... 6

1. Definisi ... 6

2. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik ... 7

3. Patogenesis Sindrom Metabolik ... 8

4. Faktor Risiko...9

5. Penatalaksanaan Sindom Metabolik...10

B. Kolesterol...12

C. Dislipidemia...13

D. Edukasi ... 15

E. Perilaku ... 15

1. Pengetahuan ... 15

2. Sikap ... 16

3. Praktik atau Tindakan ... 16

F. Landasan Teori ... 17

G. Hipotesis ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

B. Variabel Penelitian ... 20

1. Variabel bebas ... 20

2. Variabel tergantung ... 20

C. Definisi Operasional ... 20

(15)

xiv

E. Tempat Penelitian ... 24

F.Ruang Lingkup...25

G. Teknik Sampling ... 26

H. Instrumen Penelitian ... 27

I. Tata Cara Penelitian ... 27

1. Analisis Situasi ... 27

2. Pembuatan Kuisioner ... 27

a. Pembuatan Kuisioner ... 27

b. Uji Coba Kuisioner ... 29

c. Uji Validitas ... 29

d. Uji Reliabilitas ... 29

3. Pembuatan Informasi Tertulis atau Leaflet ... 30

4. Penyebaran Kuisioner ... 30

5. Pemberian Edukasi/Informasi ... 30

6. Wawancara Terstruktur ... 31

7. Pengukuran Kadar Kolesterol Total ... 31

8. Pengolahan Data ... 31

9. Analisis Data Penelitian ... 31

J. Kesulitan Penelitian ... 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Profil Responden ... 34

(16)

xv

C. Profil Kadar Kolesterol Total Pada Saat Sebelum Edukasi

(Observasi Awal) dan Sesudah Edukasi (Observasi I&III)

Tentang Sindrom Metabolik ... 47

D. Rangkuman Pembahasan... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 62

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar1. Seseorang yang Beresiko Terkena Sindrom Metabolik (Obesitas Sentral

/ Apple Shape)...6

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian Non-RandomizedPretest-Posttest Control GroupDesign Tahap II ... 20

Gambar 3. Skema Subyek penelitian ... 24

Gambar 4. Ruang Lingkup Penelitian ... 25

Gambar 5. Nilai rata-rata kuisioner ... 41

Gambar 6. Nilai kuisioner obervasi III-observasi awal vs nomor soal terkait kadar kolesterol total...44

Gambar 7. Nilai kuisioner observasi III- observasi I vs nomor soal terkait kadar kolesterol total……….………..44

Gambar 8. Nilai rata-rata kadar kolesterol total responden... 49

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998 ... 7

Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP III Tahun2001...7

Tabel III. Panduan Praktis Pola Hidup Bagi Penderita Sindrom Metabolik...11

Tabel IV. Klasifikasi Kolesterol Total, LDL, dan HDL ... ...14

Tabel V. Kriteria Sindrom Metabolik dalam Penelitian ... 22

Tabel VI. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan yang Terdapat Dalam Kuisioner ... 28

Tabel VII. Profil Pada Observasi Awal Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang- Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total ... . 34

Tabel VIII. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total...35

Tabel IX. Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total...…35

(19)

xviii

Tabel XI. Jumlah Faktor Risiko Observasi I Responden Edukasi dan Non

Edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non

Laboratorium... ... . 38

Tabel XII. Jumlah Faktor Risiko Observasi III Responden Edukasi dan Non

Edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non

Laboratorium...38

Tabel XIII. Nilai Rata-rata Kuisioner terkait Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Responden Saat Observasi Awal, Kedua, dan Akhir ... ...42

Tabel XIV. Profil Kadar Kolesterol Total Observasi Awal, Observasi I, dan

Observasi III……… ... ………...47

Tabel XV. Data Kadar Kolesterol Total Responden yang pada Observasi III

Mengalami Peningkatan dan atau berada di atas Nilai Normal

dibandingkan dengan Observasi Sebelumnya………...52

Tabel XVI. Data Kadar Kolesterol Total Responden yang pada Observasi III

Mengalami Penurunan dan atau Berada dalam Ambang Nilai Normal

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Komisi Etik Kedokteran ... 62

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Bappeda Sleman ... 63

Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ... 64

Lampiran 4. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik

Observasi awal ... 68

Lampiran 5. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik

Observasi I ... 70

Lampiran 6. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik

Observasi II ... 72

Lampiran 7. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Sistolik

Observasi III ... 74

Lampiran 8. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik

Observasi awal ... 76

Lampiran 9. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik

Observasi I ... 78

Lampiran 10. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik

Observasi II ... 80

Lampiran 11. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Tekanan Diastolik

Observasi III ... 82

(21)

xx

Puasa Observasi awal ... 84

Lampiran 13. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah

Puasa Observasi I ... 86

Lampiran 14. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Gula Darah

Puasa Observasi III ... 88

Lampiran 15. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol

Total Observasi awal ( Independent Sample T-Test) ... 90

Lampiran 16. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol

Total Observasi I ( Independent Sample T-Test) ... 91

Lampiran 17. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Kadar Kolesterol

Total Observasi III ( Independent Sample T-Test) ... 92

Lampiran 18. Uji Hipotesis Profil Kadar Kolesterol Total Observasi Awal

(Mann-Whitney Test)……….94

Lampiran 19. Uji Hipotesis Profil Kadar Kolesterol Total Observasi I

(

Mann-Whitney Tes)………..95

Lampiran 20. Uji Hipotesis Profil Kadar Kolesterol Total Observasi III

(Mann-Whitney Test)……….96

Lampiran 21. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Kolesterol Total

Observasi III-Observasi Awal...97

Lampiran 22. Uji normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Kolesterol Total

Observasi III- Observasi I...99

Lampiran 23. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Data Kuisioner

(22)

xxi

Lampiran 24. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Data Kuisioner

Observasi III-Observasi I ... 103

Lampiran 25. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Gula Darah Puasa

Observasi III-Observasi Awal ... …….105

Lampiran 26. Uji Normalitas dan Hipotesis Selisih Kadar Gula Darah Puasa

Observasi III-Observasi I ... ...107

Lampiran 27. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan Observasi awal ... 109

Lampiran 28. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan Observasi I ... 112

Lampiran 29. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan Observasi II ... 115

Lampiran 30. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan Observasi III ... 118

Lampiran 31. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki Observasi awal ... 121

Lampiran 32. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

(23)

xxii

Responden Laki-laki Observasi I ... 124

Lampiran 33. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki Observasi II ... 127

Lampiran 34. Uji Normalitas dan Hipotesis Profil Lingkar Pinggang

dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki Observasi III ... 130

Lampiran 35. Hasil Wawancara Responden ... 133

Lampiran 36. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III

Responden Edukasi Non Laboratorium ... 153

Lampiran 37. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III

Responden Non Edukasi Laboratorium ... 155

Lampiran 38. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III

Responden Edukasi Laboratorium ... 157

Lampiran 39. Hasil Skoring Kuisioner Observasi III

Responden Non Edukasi Non Laboratorium ... 159

Lampiran 40. Informed Consent Responden Edukasi Non Laboratorium ... 161

Lampiran 41. Informed Consent Responden Edukasi Laboratorium ... 162

Lampiran 42. Informed Consent Responden Non Edukasi

Non Laboratorium ... 163

Lampiran 43. Informed Consent Responden Non Edukasi Laboratorium ... 164

(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Menurut National Cholesterol Education Program Expert Panel on

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults, Adults

Treatment Panel III (NCEP ATP III) tahun 2001, sindrom metabolik adalah

sekelompok kelainan metabolik lipid maupun non lipid yang merupakan faktor

resiko penyakit jantung koroner, yang terdiri atas kegemukan sentral,

dislipidemia, hipertensi, dan glukosa plasma yang abnormal.

Sindrom metabolik dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas yang

berkaitan dengan penyakit kardiovaskuler. Seiring dengan perubahan pola hidup

masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler di Indonesia

mengalami peningkatan yang signifikan. Pola hidup tidak sehat akan

menyebabkan kegemukan yang mengarah pada kondisi sindroma metabolik dan

selanjutnya akan menimbulkan penyakit jantung koroner, stroke, diabetes mellitus

dan sebagainya.

Di Indonesia, adanya peningkatan gaya hidup mewah dengan konsumsi

makanan tinggi gula dan lemak semakin meningkatkan kejadian obesitas yang

menjadi salah satu gejala sindrom metabolik. Penelitian yang dilakukan oleh

Indonesian Society for Study of Obesity (ISSO) pada tahun 2004, di Indonesia

menunjukkan jumlah pria yang tergolong obesitas yaitu sebesar 9,16% dan pada

(25)

Suatu penelitian di Makassar pada tahun 2002 yang memeriksa

pengunjung klinik untuk pemeriksaan kesehatan rutin ditemukan prevalensi

sindroma metabolik sebesar 35,6%, jumlah pada wanita lebih banyak

dibandingkan pria yaitu masing-masing sebesar 42,3% dan 29,8% (Anonim,

2007c).

Farmasis, sebagai salah satu tenaga kesehatan, mempunyai peran yang

cukup penting dalam mengubah perilaku pasien dengan mempromosikan

kesehatan melalui konseling pada pasien. Peran seorang farmasis adalah

memberikan pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi). Dengan

informasi-informasi yang diberikan oleh farmasis, pasien dapat menjadi

berperilaku lebih sehat dibandingkan sebelumnya, sehingga diharapkan tingkat

kesehatan pasien menjadi lebih baik.

Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Krodan karena berdasarkan data

puskesmas pada periode Juli-Desember 2007, diketahui angka kejadian stroke dan

penyakit degeneratif di Dusun Krodan tinggi, sebanyak 12 orang dari 63 orang

(19,05%) masyarakat dusun ini mengalami penyakit degeneratif yang

kemungkinan dapat mengarah ke sindrom metabolik. Pemberian edukasi pada

penelitian ini diharapkan lebih meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

sindrom metabolik yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler khususnya

yang terkait dengan kadar kolesterol total. Dengan meningkatnya pengetahuan

masyarakat diharapkan dapat mengubah perilaku sehubungan dengan

(26)

memperhatikan kesehatannya dan meningkatkan kesadarannya akan bahaya

sindrom metabolik, serta menciptakan pola hidup sehat.

Penelitian ini merupakan penelitian tahap II, sebelumnya telah dilakukan

penelitian serupa, yaitu pada tahap I. Pada tahap I lama waktu edukasi, yaitu 3

bulan, sedangkan pada tahap II ini lama edukasinya adalah 4 bulan (dengan

frekuensi 4 kali dalam 4 bulan dengan jarak antara edukasi satu dengan edukasi

berikutnya yaitu 1 bulan). Diharapkan dengan diperpanjangnya lama edukasi akan

semakin meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait dengan sindrom

metabolik, mengingat juga bahwa sindrom metabolik ini terkait dengan penyakit

kronik dan edukasi yang diberikan ini berhubungan dengan perubahan perilaku

pada responden sehingga diharapkan dengan diperpanjangnya lama edukasi ini

dapat lebih efektif dalam memantau dan mendampingi para responden.

1. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitan ini sebagai berikut:

a. Seperti apakah profil subyek secara keseluruhan, meliputi Indeks Massa

Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul,

tekanan darah, gula darah puasa, dan kadar kolesterol total?

b. Adakah pengaruh pemberian edukasi tahap II tentang sindrom metabolik

terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta ?

c. Seperti apakah profil kadar kolesterol total sesudah pemberian edukasi pada

(27)

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan yaitu “Pengaruh Pemberian

Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat Dusun

Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta (Kajian Kadar Kolesterol Total)”

dengan lama masa penelitian 3 bulan (Dewi, 2008).

Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian sebelumnya dengan

menggunakan metode kuesioner yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian

edukasi (informasi) tentang Sindrom Metabolik berupa leaflet, selain itu

dilakukan juga wawancara terstruktur dengan masyarakat.

Perbedaan penelitian ini dibandingkan penelitian tahap I terletak pada

lamanya penelitian yang lebih panjang ( kurang lebih selama 6 bulan).

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran atau referensi

dan pengetahuan tentang pemberian edukasi sindrom metabolik khususnya yang

terkait dengan kadar kolesterol total pada masyarakat di Dusun Krodan,

Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

b. Manfaat praktis

Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan

pihak-pihak terkait dalam menangani masalah sindrom metabolik terkait dengan kadar

kolesterol total dan dapat memberikan informasi tentang sindrom metabolik

sehingga diharapkan dapat mencegah dan menekan jumlah penderita sindrom

(28)

B.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi

tahap II tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun

Krodan, Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui profil subyek secara keseluruhan terkait sindrom metabolik

meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar

pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, gula darah puasa, dan kadar

kolesterol total.

b. Mengetahui pengaruh pemberian edukasi tahap II tentang sindrom metabolik

terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta yang

dilihat berdasarkan nilai kuisionernya.

(29)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sindrom Metabolik 1. Definisi

Sindrom metabolik merupakan suatu kumpulan faktor risiko metabolik

yang berkaitan secara langsung terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler

artherosklerotik. Faktor risiko tersebut antara lain terdiri dari dislipidemia

atherogenik, peningkatan tekanan darah, peningkatan kadar glukosa plasma,

keadaan protrombotik, dan proinflamasi (Semiardji, 2004).

Gambar 1. Seseorang yang Beresiko Terkena Sindrom Metabolik (Obesitas Sentral / Apple Shape)

(30)

2. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik

Saat ini ada 2 kriteria diagnosis sindrom metabolik yang banyak

digunakan, yaitu kriteria WHO tahun 1998 dan NCEP ATP III tahun 2001.

Diantara kedua kriteria tersebut, NCEP ATP III lebih mudah diterapkan di klinik

karena menggunakan parameter yang mudah diperiksa oleh dokter. Kriteria

diagnosis sindrom metabolik WHO lebih menekankan adanya toleransi glukosa

dan resistensi insulin (Ardiansjah dan Adam, 2004).

Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998

Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP IIITahun 2001

(Ardiansjah dan Adam, 2004).

Toleransi glukosa terganggu atau diabetes melitus dan/atau resistensi insulin dengan dua/atau lebih keadaan berikut:

Tekanan darah meningkat ≥ 160/90 mmHg

Trigliserida plasma meningkat ≥ 150 mg/dl

Dan/atau Kolesterol high density lipoprotein rendah Pria

Wanita

< 35 mg/dl < 39 mg/dl Obesitas sentral

Pria ratio lingkar pinggang-pinggul Wanita ratio lingkar pinggang-pinggul

> 0,9 > 0,85

Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2

Mikroalbuminuria rerata ekskresi albumin urin Ratio albumin : kreatinin

> 20 g/menit ≥ 30 mg/gr

Diagnosis sindrom metabolik ditegakkan bila didapatkan 3 atau lebih faktor resiko tersebut dibawah ini:

Obesitas abnormal (lingkar pinggang): Pria

Wanita

> 90 cm > 80 cm

Trigliserida ≥ 150 mg/dl

Kolesterol HDL: Pria Wanita

< 40 mg/dl < 50 mg/dl

Tekanan Darah ≥ 130 / ≥85 mmHg

(31)

3. Patogenesis Sindrom Metabolik

Menurut Adult Treatment Panel III (ATP III), penyakit kardiovaskular

merupakan outcome primer dari sindrom metabolik. Ada enam komponen

sindrom metabolik yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular menurut

ATP III, yaitu sebagai berikut ini.

a. Obesitas abdominal, yang dapat dilihat dengan meningkatnya ukuran lingkar

pinggang.

b. Dislipidemia aterogenik, yang manifestasinya berupa peningkatan trigliserida

dan rendahnya konsentrasi HDL pada analisis lipoprotein rutin.

c. Meningkatnya tekanan darah, yang dihubungkan dengan obesitas dan

umumnya terjadi pada orang yang mengalami resistensi insulin.

d. Resistensi insulin dengan atau tanpa intoleransi glukosa, yang terutama terjadi

pada orang dengan sindrom metabolik.

e. Stadium proinflamasi, yang secara klinis dapat diperhatikan dengan adanya

peningkatan C-reactive protein (CRP). Salah satu penyebabnya adalah

obesitas, karena kelebihan jaringan adiposa akan mendatangkan sitokin

inflamatori yang akan menyebabkan meningkatnya level CRP.

f. Stadium protrombotik, yang dikarakteristikkan dengan peningkatan plasma

plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 dan fibrinogen, juga dihubungkan

dengan sindrom metabolik. Fibrinogen, suatu fase akut reaktan seperti CRP,

mengalami peningkatan sebagai respon terhadap tingginya stadium sitokin.

(32)

4. Faktor Risiko

Lima kondisi dibawah ini terdaftar sebagai faktor risiko metabolik

gangguan jantung. Sindrom metabolik didiagnosis ketika seseorang mempunyai

minimal tiga faktor risiko gangguan jantung dibawah ini:

a. Ukuran pinggang yang lebar. Hal ini disebut dengan kegemukan perut atau

mempunyai perut bulat seperti apel (“having an apple shape”). Kelebihan

lemak pada area perut sangat berisiko mengalami gangguan jantung

dibandingkan dengan kelebihan lemak pada bagian tubuh lain, seperti pada

pinggul.

b. Tingginya tingkat kadar trigliserida di dalam darah. Trigliserida merupakan

jenis lemak yang ada di dalam darah.

c. Rendahnya HDL kolesterol di dalam darah. HDL adalah kolesterol yang

“baik” dipertimbangkan karena rendahnya HDL kolesterol dapat

menyebabkan gangguan jantung.

d. Tingginya tekanan darah. Tekanan darah diketahui dengan adanya dua angka,

biasanya ditulis satu di atas dan satunya di bawah, contoh 120/80 mmHg.

Nomor yang di atas menunjukkan tekanan darah sistolik, yang

menggambarkan tekanan aliran darah ketika jantung kontraksi. Nomor yang di

bawah menunjukkan tekanan darah diastolik yang menggambarkan tekanan

aliran darah ketika jantung relaksasi.

e. Tingginya kadar gula (glukosa) puasa. Tingginya kadar gula dapat menjadi

peringatan terkena diabetes.

(33)

5. Penatalaksanaan Sindrom Metabolik

Sindrom metabolik terdiri atas dua komponen utama, yaitu obesitas sentral

dan beberapa faktor risiko penyakit jantung koroner baik berupa kelainana lipid

maupun non lipid. Oleh karena itu, NCEP membagi penatalaksanaan tersebut

yang ditujukan pada penyebab utama sindrom metabolik (yaitu menurunkan berat

badan dan meningkatkan aktivitas tubuh) dan terapi yang ditujukan kepada faktor

risiko lipid dan non lipid yang didapatkan pada penderita. Walaupun obesitas

merupakan masalah utama pada sindrom metabolik, sesuai kesepakatan NCEP

ATP III, dalam penatalaksanaan sindrom metabolik tetap harus didahulukan

mencapai sasaran kolesterol LDL yang diinginkan sesuai jumlah faktor risiko

yang ditemukan pada penderita.

Penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas fisik pada penderita

obesitas penting karena terbukti dapat memperbaiki profil lipid serum, yaitu

menurunkan kadar kolesterol LDL dan trigliserida, meningkatkan kadar kolesterol

HDL, menurunkan tekanan darah, menurunkan kadar glukosa plasma, dan

memperbaiki keadaan resistensi insulin. Sasaran yang ingin dicapai penderita

obesitas adalah menurunkan berat badan sekitar 5-10% dari berat badan awal,

terbukti faktor risiko penyakit jantung koroner dapat dikurangi (Adam, Adam,

Ardiansjah, 2004).

Jangka waktu untuk melakukan hal ini adalah 6 bulan. Setelah 6 bulan,

biasanya penurunan berat badan menurun dan berat badan akan tetap berada di

garis datar karena rendahnya atau berkurangnya penggunaan energi tubuh pada

(34)

kestabilan penurunan berat badan yang sudah dicapai sehingga tidak terjadi

kenaikan berat badan kembali. Apabila hal ini tercapai, usaha untuk menurunkan

berat badan lebih lanjut dapat dilakukan berdasarkan indikasi dan kebutuhan

penderita (Ridjab, Ridwan, Judio, dan Hermansjah, 2006).

Beberapa studi menekankan bahwa untuk mengontrol berbagai faktor

risiko kardiovaskular dibutuhkan usaha yang intensif. Dalam mewujudkan usaha

tersebut, National Clinical Guidelines menyarankan pengurangan gaya hidup

yang berisiko terkena penyakit kardiovaskuler. Saran tersebut yaitu “Therapeutic

Lifestyle Change” atau “TLC” yang terdiri dari olahraga dan latihan bersama

pakar nutrisi dan berhenti merokok (Anonim, 2005b).

Tabel III. Panduan Praktis Pola Hidup Bagi Penderita Sindrom Metabolik

HINDARI makanan berkadar gula yang tinggi merokok

KURANGI

berat badan (dengan berolahraga sedang (jogging) selama 30 menit setiap hari)

makanan yang berlemak, khususnya yang berlemak jenuh seperti daging merah dan mentega, atau makanan penuh lemak lainnya

konsumsi alkohol

konsumsi total karbohidrat dengan mengganti karbohidrat murni (roti putih, kentang, pasta) dengan kacang polong, padi-padian, dan lemak tak jenuh tunggal (kacang-kacangan, alpukat, minyak zaitun) dan mengganti minuman soda dan jus dengan air, dan minuman diet

konsumsi garam dapur sampai kurang dari 2,4 gram per hari dengan banyak menggunakan rempah-rempah dalam masakan

KONSUMSI

asam lemak omega 3 dengan memakan ikan 1 kali seminggu Perbanyak makan serat (30 gram per hari), buah-buahan, serta makanan berkadar gula rendah

(35)

B. Kolesterol

Kolesterol merupakan zat berlemak yang ditemukan di setiap sel tubuh

kita. Ada dua cara dari mana tubuh kita mendapatkan kolesterol, yaitu dengan

cara dibuat di hati dan didapatkan dari asupan makanan. Hati adalah organ yang

membuat sebagian besar kolesterol dalam tubuh, dan hanya sebagian kecil yang

berasal dari makanan. Makanan yang kaya dengan kolesterol adalah produk susu,

daging berlemak, kuning telur dan makanan laut (terutama kerang). Kolesterol

berperan penting terhadap fungsi tubuh sehari-hari, antara lain membuat hormon

dan vitamin tertentu, memastikan sistem pencernaan bekerja dengan baik dengan

membentuk empedu. Selain berbagai fungsinya, kolesterol merupakan komponen

terbesar membran sel.

Kolesterol tidak dapat bergerak sendiri di dalam tubuh karena tidak larut

dalam air. Oleh karena itu, kolesterol diangkut sebagai bagian dari struktur yang

bernama lipoprotein. Ada berbagai jenis lipoprotein, tetapi dua jenis lipoprotein

yang perlu diperhatikan adalah Lipoprotein densitas rendah (Low Density

Lipoprotein, LDL) dan Lipoprotein berdensitas tinggi ( High Density Lipoprotein,

HDL).

Kolesterol LDL mengangkut kolesterol dari hati, tempatnya diproduksi, ke

jaringan tubuh yang memerlukan. LDL merupakan transporter terbanyak di dalam

darah. Kolesterol HDL mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan dan

membawanya kembali ke hati untuk diproses kembali atau dibuang dari tubuh.

Kadar trigliserida dalam darah sering kali dikelompokkan bersama kadar

(36)

dan minyak goreng, serta merupakan sumber energi bagi tubuh. Trigliserida juga

ditemukan dalam simpanan lemak tubuh dan berasal dari pecahan lemak di hati.

Seperti kolesterol, trigliserida merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah.

Kolesterol LDL, HDL, dan triglisrida disebut ”lipid darah” (Bull dan Morrell,

2007).

C. Dislipidemia

Dislipidemia yaitu kelainan metabolisme lipid (lemak) yang ditandai

dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi

lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL,

kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL (Anonim, 2006b).

Semakin lama LDL akan menumpuk di bagian dalam dinding arteri yang

memasok organ tubuh dengan oksigen dan nutrisi, jika terdapat terlalu banyak

kolesterol LDL yang bersirkulasi dalam aliran darah. Penumpukan kolesterol LDL

ini dapat mempersempit dan menyumbat arteri melalui pembentukan arteroma.

Proses tersebut dinamakan arterosklerosis.

Berbeda dengan kolesterol LDL, koesterol HDL justru membawa

kelebihan kolesterol dari dinding arteri ke hati, dimana kolesterol akan

dikeluarkan dari tubuh sebagai empedu yang keluar melalui kotoran.

Trigliserida termasuk ”si jahat” yang juga perlu diwaspadai, kadar

trigliserida yang tinggi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung

dan penyakit vaskular lainnya. Orang dengan kadar trigliserida tinggi, sering kali

(37)

kolesterol HDL rendah. Hal tersebut seperti tiga serangkai. Walaupun kadar

trigliserida yang tinggi membawa risiko tersendiri, namun risiko itu semakin

bertambah bila disertai kadar kolesterol HDL yang rendah.

Kenaikan kadar kolesterol (terutama LDLteroksidasi) merusak endotelium

dini pada proses aterosklerosis dan dibawa oleh makrofag (sel busa) ke dalam inti

lipid dari plak yang telah terbentuk. Menurunkan kadar kolesterol-LDL dapat

mengurangi deposisi kolesterol menjadi plak aterosklerosis dan bisa membalikkan

proses ini. Sangat penting untuk menurunkan kadar kolesterol karena akan

menstabilkan plak, menurunkan risiko ruptur plak akut (Davey, 2006).

The National Cholesterol Education Program (NCEP) Adult Treatment

Panel III (ATP III)mempublikasikan laporan kesimpulan ketiga dan mendapatkan

rekomendasi untuk pengaturan hiperkolesterimia. Kadar kolesterol total di dalam

tubuh dapat diklasifikasikan sebagai berikut pada tabel IV.

Tabel IV. Klasifikasi Kolesterol Total, LDL, dan HDL

Kolesterol total < 200 mg/dl Kadar yangdiinginkan 200 - 239 mg/dl Batas tinggi

≥ 240 mg/dl Tinggi LDLkolesterol < 100 mg/dl Optimal

100 – 129 mg/dl Mendekati atau diatas optimal 130 – 159 mg/dl Batas tinggi

160 – 189 mg/dl Tinggi ≥ 190 mg/dl Sangat tinggi

HDL kolesterol < 40 mg/dl Rendah

≥ 60 mg/dl Tinggi

(Tarbelt, 2005).

(38)

D. Edukasi

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan

dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,

memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan

atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah

suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku

tersebut konduksif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan

mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai

pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

E. Perilaku

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan

(Notoatmodjo, 2003).

Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku

manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk

pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu:

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

(39)

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, indera pendengaran,

indera penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli

psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap

obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek.

3. Praktik atau Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian

mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses

selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang

diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik kesehatan

(40)

F. Landasan Teori

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta

interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang individu

terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Sarwono,

1997). Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan, serta lingkungan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan (kognitif)

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(Notoatmojo, 2003). Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat

langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup (Notoatmojo, 2003).

Pemberian edukasi adalah pemberian informasi tertulis tentang sindrom

metabolik dengan media berupa leaflet dan wawancara terstruktur kepada

responden. Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap

seseorang terhadap sesuatu yang baru bagi orang tersebut atau memperjelas

sesuatu yang telah diketahui. Dengan berubahnya tingkat pengetahuan dan sikap

seseorang akan mempengaruhi tingkah laku atau tindakan seseorang terhadap

(41)

Pemberian edukasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden

tentang sindrom metabolik. Bertambahnya pengetahuan responden tentang

sindrom metabolik, akan mempengaruhi perubahan sikap dan tindakannya

sehingga diharapkan munculnya kesadaran dari diri responden untuk mencegah

sindrom metabolik dan mengusahakan kualitas hidup yang lebih baik. Perubahan

perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dapat digambarkan dari hasil jawaban

kuisioner serta penurunan nilai kadar kolesterol totalnya.

G. Hipotesis

Pemberian edukasi atau informasi tentang sindrom metabolik akan

mempengaruhi responden dengan meningkatkan nilai kuisioner dan meningkatkan

kualitas hidup untuk mencegah terjadinya sindrom metabolik khususnya untuk

(42)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (kuasi) dengan

rancangan penelitian yang digunakan adalah non-randomized pretest-postest

control group design dan deskriptif evaluatif. Rancangan penelitian deskriptif

evaluatif digunakan untuk menggambarkan profil responden secara keseluruhan

yang terkait sindrom metabolik meliputi meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT),

lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, gula

darah puasa, dan kadar kolesterol total (Pratiknya, 2007).

Penelitian eksperimental berarti adanya intervensi peneliti terhadap

responden penelitian. Istilah intervensi yang dimaksudkan di sini adalah setiap

tindakan terhadap responden penelitian, dengan adanya tindakan tersebut akan

menimbulkan efek, dan efek inilah yang kemudian dipelajari. Tindakan yang

dimaksudkan di sini adalah pemberian edukasi tentang sindrom metabolik,

sehingga akan menimbulkan efek yang dapat berupa perubahan perilaku

(Pratiknya, 2007).

Penelitian eksperimental semu di sini maksudnya adalah pengelompokan

subyek yang dilakukan tidak menggunakan teknik random. Rancangan

non-randomized pretest-postest control group design yaitu dengan melakukan

pengukuran sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada subyek, serta

(43)

0>...(X1)...01>————— (X2)—————02

0>...( - )...01>————— ( - )—————02

Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian Non- Randomized Pretest-Postest Control Group Design

(Tahap II)

Keterangan:

01 = Observasi I

... = Garis kegiatan kelompok sebelumnya 0 = Observasi awal

02 = Observasi III

(X1&2) = Perlakuan/edukasi

( - ) = non edukasi

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

a. Pemberian edukasi (informasi) tentang Sindrom Metabolik kepada masyarakat

di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta.

2. Variabel tergantung

a. Perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat tentang Sindrom

Metabolik).

C. Definisi Operasional

1. Masyarakat di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta adalah mereka yang

tinggal dan atau bekerja di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta baik laki-laki

maupun perempuan yang memiliki kriteria inklusi sesuai dengan penelitian

(44)

2. Profil subyek pada penelitian ini meliputi Indeks Massa Tubuh ( IMT), lingkar

pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, gula darah

puasa, dan kadar kolesterol total .

3. Edukasi adalah pemberian informasi tertulis atau lisan tentang sindrom

metabolik dengan media berupa leaflet subyek penelitian.

4 Kadar kolesterol yang diteliti dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total

terkait dengan keterbatasan biaya penelitian.

5 Perilaku adalah semua aktivitas dari masyarakat yang merupakan respon dari

adanya stimulus dari luar yang akan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap,

dan tindakan dari setiap orang.

6. Observasi pada penelitian ini ( tahap I sampai dengan tahap II) dilakukan 4 X

yaitu observasi awal, observasi I, observasi II, dan observasi III sedangkan

pengambilan darah untuk pengukuran kadar gula darah puasa dan kadar

kolesterol total hanya dilakukan 3 X yaitu pada observasi awal, observasi I,

dan observasi III. Pada observasi II hanya dilakukan pengukuran Indeks

Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar

pinggul, dan tekanan darah dikarenakan keterbatasan biaya.

7. Profil kadar kolesterol total sebelum dan sesudah edukasi merupakan selisih

antara kadar kolesterol total pada saat observasi awal, observasi I, serta

observasi III.

8. Standar sindrom metabolik yang dipergunakan dalam penelitian ini

merupakan gabungan antara NCEP ATP III tahun 2001 dan WHO 1998,

(45)

Tabel V . Kriteria Sindrom Metabolik dalam Penelitian

No. Kriteria sindrom metabolik gabungan antara kriteria NCEP

ATP IIItahun 2001 dan kriteria WHO 1998

1. Lingkar pinggang

Wanita Pria

≥ 80 cm ≥ 90 cm

2. IMT (Indeks Massa Tubuh) ≥ 23

3. Tekanan darah > 130/80

4. Kolesterol total > 200 mg/dL

5. Kadar gula puasa < 100 mg/dL

6. Obesitas sentral

Pria ratio lingkar pinggang-pinggul Wanita ratio lingkar pinggang-panggul

> 0,9 > 0,85

D. Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian tahap I adalah sebanyak 80 masyarakat yang

memenuhi kriteria inklusi yaitu antara lain tinggal dan atau bekerja di Dusun

Krodan, Sleman, Yogyakarta baik laki-laki maupun perempuan, berusia 40 ± 5

tahun, memiliki BMI ≥ 23, tidak sedang menjalani terapi farmakologi terkait

sindrom metabolik dan telah menjadi responden pada penelitian tahap I termasuk

juga yang memiliki faktor resiko, serta bersedia untuk diajak bekerjasama dalam

penelitian ini dengan terlebih dahulu menyetujui surat perjanjian bekerjasama

selama 6 bulan dengan mengisi informed consent.

Nilai BMI yang digunakan adalah =23 kg/m2, karena menurut klasifikasi

berat badan yang diusulkan berdasarkan BMI untuk penduduk dewasa Asia

nilai=23kg/m2 termasuk dalam kategori overweight. Nilai BMI didapat dari berat

(46)

Subyek pada penelitian ini disebut responden.

Kriteria eksklusinya antara lain sedang menjalani terapi farmakologi

terkait sindrom metabolik, responden di tengah penelitian hamil, tidak bersedia

mengikuti penelitian sampai selesai, serta tidak tinggal dan atau tidak bekerja di

Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta. Subyek pada penelitian ini dikelompokkan

menjadi 2, kelompok yang diberi edukasi dan kelompok yang tidak diberi

edukasi, kedua kelompok ini (edukasi dan non edukasi) masing-masing dibagi

lagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang dilakukan uji pengukuran gula

darah puasa dan kolesterol total oleh laboratorium Prodia® dan yang tidak.

Dari 80 responden, ternyata yang berhasil mengikuti penelitian sampai

selesai tahap observasi I adalah sebanyak 78 responden, sedangkan yang berhasil

mengikuti sampai selesai pada tahap observasi III yaitu sebanyak 66 responden,

pengurangan jumlah responden ini terjadi dikarenakan ada beberapa responden

yang tidak bisa melanjutkan penelitian dikarenakan mendapat terapi farmakologi

terkait sindrom metabolik, ada yang pindah tempat tinggal, ada pula yang tidak

bersedia lagi menjadi reponden pada penelitian tahap II ini. Di bawah ini

(47)

Gambar 3. Skema Subyek penelitian

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Krodan, kecamatan Maguwoharjo,

Kabupaten Sleman,Yogyakarta. Dusun ini berada di dekat kampus III Universitas

Sanata Dharma. Dusun Krodan ini terbagi menjadi lima tempat, 14 RT, dan 6 RW

yaitu Krodan termasuk RW 03 dan RT 01 dan 02, Timbul Rejo termasuk RW 04

dan RT 03 dan 04, Paingan termasuk RW 06 dan RT 08 dan 09, serta Taman

Cemara yang terdiri dari RT 10,11,12,13,14.

80 RESPONDEN

9 RESPONDEN TIDAK DAPAT MELANJUTKAN 4 RESPONDEN TIDAK DAPAT MELANJUTKAN PENELITIAN

1 RESPONDEN TIDAK DAPAT MELANJUTKAN

(48)

F. Ruang Lingkup

Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Edukasi Tahap II Tentang

Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan,

Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta” merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemberian edukasi tahap II tentang sindrom metabolik

terhadap perilaku responden. Penelitian ini dilakukan secara berkelompok dengan

jumlah anggota sebanyak 4 orang dengan kajian yang berbeda-beda untuk diteliti.

Kajian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Indeks Massa Tubuh

(IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-pinggul, tekanan darah, kadar

gula darah puasa, dan kadar kolesterol total. Namun pada penelitian ini peneliti

lebih berfokus pada kadar kolesterol total. Di bawah ini ditampilkan mengenai

pembagian kajian yang digunakan pada penelitian tahap II ini:

Keterangan : * : Kajian yang diteliti oleh peneliti Gambar 4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian Sindrom Metabolik

DAMPAK EDUKASI

Kajian Lingkar Pinggang IMT

Rasio Lingkar

Pinggang-Kajian Tekanan Darah

Kajian Gula Darah Puasa

(49)

G. Teknik Sampling

Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah

secara non-randomized sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan

jenis quota sampling dan purposive sampling. Quota sampling yaitu peneliti

terlebih dahulu menentukan jumlah responden yang akan mengikuti penelitian ini.

Dalam pengambilan sampel secara kuota, kita mengidentifikasikan kumpulan

karakteristik penting dari populasi dan kemudiaan memilih sampel yang

diinginkan secara non-acak .

Menurut Gay untuk penelitian korelasi minimal diperlukan 30 subyek,dan

pada penelitian ini telah memenuhi persyaratan, pada observasi awal yang diberi

edukasi 40 responden dan yang tidak diberi edukasi 40 responden juga, sedangkan

pada akhir observasi (observasi III) yang diberi edukasi sebanyak 36 dan non

edukasi 30 orang. Kelebihan subyek pada masing-masing perlakuan dimaksudkan

sebagai cadangan, misalnya bila subyek ternyata tidak bersedia untuk bekerja

sama. Proporsi subyek pada masing-masing kelompok diusahakan sama atau

hampir sama (cit., Sevilla, dkk, 1993).

Purposive sampling yaitu merupakan teknik sampling yang digunakan

peneliti karena mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam

pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

Pertimbangan lain dalam purposive sampling ini yaitu adalah masalah lokasi atau

tempat responden yang akan diteliti lebih mudah dikunjungi dan efisiensi waktu

(50)

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner, leaflet,

mengenai Sindrom Metabolik, dan panduan wawancara terstruktur. Pemeriksaan

fisik menggunakan timbangan Camry ®, alat pengukur tinggi badan Stature Meter

@M ®, meteran Butterfly ®, sphygmomanometer mercurial Nova®, dan alat

pengukur kadar kolesterol serta kadar gula darah dengan merk Hitachi ®.

I. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai

kemungkinan bisa tidaknya diadakan penelitian lanjutan tahap II ini, dan melihat

keseharian subyek sebelum dilakukan penelitian. Pada tahap ini juga dilakukan

persiapan penelitian dengan permohonan izin pada Komisi Etik Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan

BAPPEDA Sleman Yogyakarta.

2. Pembuatan Kuesioner

a. Pembuatan Kuesioner

Pembuatan kuisioner berdasarkan tujuan penelitian, perumusan masalah,

dan definisi operasional. Dalam pembuatan kuisioner ada beberapa item yang

disusun berkelompok terkait dengan variabel penelitian yang ingin diketahui

meliputi pengetahuan, sikap, tindakan. Dalam penelitian ini, pembuatan kuisioner

dilakukan oleh kelompok peneliti sebelumnya dengan melakukan konsultasi

(51)

Jumlah pertanyaan yang terdapat didalam kuisioner sebanyak 38 item,

jenis pertanyaannya adalah pertanyaan yang bersifat obyektif dengan 4 peringkat

jawaban antara lain : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak

setuju (STS). Disusun demikian karena dalam penelitian ini menggunakan skala

pengukuran ordinal agar dapat mengetahui pemahaman perilaku responden secara

lebih mendalam terkait variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap

sindrom metabolik. Untuk distribusi variabel pengetahuan, sikap, dan tindakan

dapat dilihat lebih jelas pada tabel dibawah ini.

Tabel VI. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan yang Terdapat Dalam Kuisioner

Pengetahuan F 3, 4, 7, 11, 12, 15, 21, 24, 25, 6, 30, 37 NF 20, 30

Sikap F 1, 2, 6, 8, 13, 32, 28, NF 5, 10, 16, 19, 27, 38

Tindakan F 9, 14, 17, 18, 22, 33, 34, 36 NF 23, 29, 31

Untuk satu pertanyaan hanya ada satu satu jawaban benar, per item skor

yang diberikan untuk jawaban sangat setuju adalah 4, setuju diberi skor 3, tidak

setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju hanya mendapat skor 1. Hal tersebut

berlaku untuk jenis item yang favourable. Sedangkan untuk jenis item non

favourable berlaku hal yang sebaliknya yaitu skor 4 untuk jawaban sangat tidak

setuju, skor 3 untuk tidak setuju, skor 2 untuk jawaban setuju, dan jawaban sangat

setuju mendapat skor 1. Dari 38 item pertanyaan, sebanyak 27 item termasuk jenis

(52)

b. Uji coba kuesioner

Sebelum dilakukan penyebaran kuesioner dilakukan uji coba terlebih

dahulu, supaya pertanyaan yang diajukan pada kuesioner dapat dipahami oleh

responden. Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal,

maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Uji

coba kuesioner meliputi uji validitas dan uji reliabilitas yang telah dilakukan oleh

tim peneliti pada tahap I. Responden untuk uji coba adalah yang memiliki

karakteristik hampir sama dengan responden untuk penelitian (Notoatmodjo,

2003).

c. Uji Validitas

Setelah kuisioner disusun kemudian diuji validitasnya.. Pengujian validitas

ini penting dilakukan untuk memenuhi syarat ketepatukuran. Valid disini

maksudnya berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

hendak diukur.

d. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya, yaitu

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali

terhadap responden yang sama (Azwar, 2000). Uji reliabilitas dalam penelitian ini

telah dilakukan oleh kelompok penelitian sebelumnya.

Dilakukan dengan cara mengujikan kuisioner pada responden yang sama

saat uji coba kuisioner sebanyak 20 orang. Uji reliabilitas dalam penelitian

ditinjau dari segi pemahaman bahasa kuisioner apakah mudah dimengerti oleh

(53)

Pembuatan kuesioner, uji coba kuesioner, uji validitas, dan uji reliabilitas

kuisioner telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya (peneliti tahap I). Lembar

kuisioner yang digunakan pada penelitian tahap II ini sama dengan lembar

kuisioner yang digunakan pada penelitian tahap I.

3. Pembuatan Informasi Tertulis atau Leaflet

Leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang sindrom

metabolik pada masyarakat. Berisi tentang hal-hal yang terkait dengan sindrom

metabolik. Dibuat semenarik mungkin, jelas, singkat dan lengkap dengan bahasa

sesimpel mungkin agar mudah dipahami oleh responden.

Leaflet pada penelitian ini dibuat dengan 4 seri edukasi dengan urutan

edukasi sebagai berikut: pola makan, olahraga, cek kesehatan rutin (general

medical check up), dan review dari seluruh edukasi yang telah dilakukan

sebelumnya.

4. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner ditujukan kepada responden yaitu masyarakat, dengan

melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuesioner diberikan sebelum

dan sesudah pemberian edukasi oleh peneliti pada tahap I, dan kemudian pada

tahap II ini kuesioner diberikan lagi setelah edukasi tahap II selesai.

5. Pemberian Edukasi/Informasi

Dilakukan untuk memberikan pengetahuan tentang sindrom metabolik

yang berupa leaflet atau informasi tertulis. Diberikan secara berulang untuk

mengingatkan responden. Lamanya penelitian tahap II ini selama kurang lebih 6

(54)

dilakukan selama kurang lebih 4 bulan (dengan frekuensi sebulan sekali). Materi

edukasi yang diberikan berbeda-beda tiap pertemuan, dilakukan dengan cara door

to door, dan dengan 4 seri materi edukasi yaitu bulan pertama tentang pola makan,

bulan kedua tentang olahraga, bulan ketiga tentang cek kesehatan rutin (general

medical check up), dan bulan keempat review dari kesuluruhan materi.

6. Wawancara Terstruktur

Dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang

dibutuhkan dan berkaitan dengan permasalahan, melalui pembicaraan informal

dan pembicaraan yang dikaitkan dengan permasalahan.

7. Pengukuran Kadar Kolesterol Total

Pengukuran kolesterol dilakukan dengan mengambil spesimen darah

subyek, sebanyak kurang lebih 2 ml yang dilakukan oleh petugas dari

laboratorium klinik, kemudian di uji di laboratorium klinik pada saat sesudah

pemberian edukasi, kepada 40 orang subyek uji.

8. Pengolahan Data

Dilakukan dengan cara kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun data dan

menggolongkannya dalam kategori-kategori. Setelah itu dilakukan interpretasi.

9. Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan membandingkan

hasil data yang diperoleh pada pemberian perlakuan tahap 2 (observasi III)

dengan data sebelum pemberian perlakukan (observasi awal) dan data sesudah

(55)

statistik menggunakan statistik yang sesuai, yaitu menggunakan Uji Mann

Whitney dengan taraf kepercayaan 90%.

Langkah pertama sebelum dilakukan analisis statistik yaitu perlu

dilakukan uji normalitas pada data yang ada sehingga dapat dilihat distribusi

sebaran data. Distribusi data dikatakan normal bila nilai probabilitas (Asymp. Asg)

lebih besar dari 0,1 selanjutnya dapat dilakukan analisis statistik yang sesuai,

sebenarnya dalam penelitian ini sebaran data yang didapatkan normal dan

seharusnya digunakan uji Independent Samples T-Test untuk analisa statistiknya,

namun kemudian dalam penelitian ini digunakan uji Mann-Whitney, karena

adanya keterkaitan data dalam 4 kajian yang dilakukan secara terintegritas pada

penelitian yang berjudul“Pengaruh Pemberian Edukasi Tahap II Tentang Sindrom

Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo,

Sleman, Yogyakarta”. Uji statistika menggunakan Mann Whitney dengan cara

melihat nilai Asymp.Sig (2-tailed). Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) > α maka Ho

diterima yang berarti berbeda tidak bermakna pada perilaku responden terkait

sindrom metabolik (Trihendradi, 2006).

Analisis dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk melihat

persentase perubahan nilai kuisioner, perubahan kadar kolesterol total sebelum

dan sesudah pemberian edukasi tahap I. Analisis data dilakukan dengan

menghitung rata-rata selisih antara nilai observasi III dan observasi awal dan

selisih antara observasi III dan observasi I yang dicari dengan cara

(56)

dibagi dengan jumlah responden, serta menjumlahkan nilai selisih observasi III

dan observasi I kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah responden.

J. Kesulitan Penelitian

Kesulitan dalam penelitian ini adalah pada waktu pendekatan pada

responden, dan pemberian edukasi. Ada beberapa responden yang menolak untuk

diajak kerjasama pada tahap II ini beberapa dari mereka menyatakan diri enggan

diajak bekerjasama lagi menjadi responden pada penelitian tahap II ini. Ada pula

responden yang terlihat acuh tak acuh saat diberi edukasi serta sulitnya menemui

beberapa responden karena kesibukan dari responden tersebut. Selain itu pada

tahap pengambilan sampel darah, peneliti harus kehilangan data beberapa

(57)

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Responden

. Profil responden di Dusun Krodan, Sleman, Yogyakarta dalam penelitian

ini meliputi Indeks Massa Tubuh (IMT), Lingkar Pinggang, Rasio Lingkar

Pinggang-Lingkar Pinggul, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar

Kolesterol Total. Dalam penelitian ini terdapat 3 profil yang akan dibandingkan,

yaitu profil responden pada observasi awal, observasi I, dan observasi III

Tabel VII. Profil Pada Observasi Awal Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Kriteria

Edukasi Non edukasi

p

Kadar Gula Darah

Puasa 18 100,3± 26,7 14 91,0 ± 10,8 0,458

Kadar Kolesterol

(58)

Tabel VIII. Profil Observasi I Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Tabel IX . Profil Observasi III Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, Kadar Kolesterol Total

Kriteria

Edukasi Non edukasi

p

n X ±SD n X ±SD

IMT 66 26,7 ± 3,5 66 25,1 ± 4,1 0,017

rasio lingkar pinggang-

Edukasi Non edukasi

(59)

Keterangan :

n = Jumlah Responden SD = Standar Deviasi X = Nilai rata-rata P = Nilai Signifikansi

Pada tabel di atas, bagian yang dipertebal menunjukkan fokus

permasalahan penelitian ini. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa responden

dikelompokkan menjadi kelompok edukasi dan kelompok non edukasi. Uji

statistika dilakukan untuk mengetahui adanya signifikansi nilai kriteria pada tiap

kelompok responden. Untuk profil pada observasi awal responden sebagian besar

diperoleh nilai signifikansi (p) > 0,1 ini berarti bahwa profil responden secara

keseluruhan berbeda tidak bermakna antara kelompok edukasi maupun non

edukasi kecuali pada 2 profil yaitu pada profil lingkar pinggang laki-laki dan rasio

lingkar pinggang pinggul laki-laki yang mempunyai nilai signifikansi (p) < 0,1

sehingga dapat dikatakan profil lingkar pinggang responden laki-laki dan rasio

lingkar pinggang pinggul laki-laki pada kedua kelompok perlakuan adalah

berbeda bermakna.

Profil pada observasi I tidak jauh berbeda dengan profil pada observasi

awal hanya saja pada profil observasi I ini menjadi 3 kriteria profil yang memiliki

nilai signifikansi p<0,1 yaitu memiliki perbedaan pada nilai IMT nya yang

memiliki nilai signifikansi p <0,1 (dimana pada profil observasi awal nilai IMT

menunjukkan signifikansi sebesar >0,1), yang berarti setelah adanya edukasi pada

tahap I memberikan pengaruh pada nilai IMT nya sehingga berbeda bermakna

(60)

Jika dibandingkan dengan data pada profil responden observasi III

didapatkan peningkatan jumlah kriteria yang memiliki nilai signifikansi p<0,1,

yaitu terdapat 5 kriteria profil antara lain terdapat pada data untuk kriteria IMT ,

rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul untuk responden laki-laki, pengukuran

lingkar pinggang untuk perempuan dan laki-laki, serta pengukuran kadar gula

darah puasa. Hal ini berarti setelah adanya edukasi tahap II dapat memberikan

pengaruh pada responden dilihat dari profil akhir yang didapatkan ini, sehingga

hasilnya berbeda bermakna antara kelompok edukasi dan non edukasi pada 5

kriteria profil tersebut (yang memiliki nilai signifikansi p <0,1 ) sedangkan yang

menunjukkan nilai signifikansi (p) > 0,1 terdapat pada kriteria rasio lingkar

pinggang-lingkar pinggul untuk responden perempuan, pengukuran tekanan darah

dan kadar kolesterol total, hal ini berarti berbeda tidak bermakna antara kelompok

edukasi dan non edukasi.

Tabel X. Jumlah Faktor Risiko Observasi Awal Responden Edukasi dan Non edukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan Non laboratorium

Faktor Risiko

Test Laboratorium Non laboratorium

Edukasi Non edukasi Edukasi Non edukasi

< 2 faktor - 2 orang (14.3%) 1 orang (5.6%) 6 orang (37.5%) ≥ 2 faktor 18 orang (100%) 12 orang (85,7%) 17 orang

(94.4%)

Gambar

Gambar 1. Seseorang yang Beresiko Terkena Sindrom Metabolik
Tabel III. Panduan Praktis Pola Hidup Bagi Penderita Sindrom Metabolik
Tabel IV. Klasifikasi Kolesterol Total, LDL, dan HDL
Gambar 3. Skema Subyek penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran profit margin yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan operasional yang diperoleh perusahaan

Renstra ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi BPBD Kabupaten

Akan tetapi jika setelah upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut tidak dapat dicapai melalui pendekatan langsung antara para pihak yang bersengketa, maka hal tersebut dapat

Hal ini dilakukan mengingat penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur direktif guru (selanjutnya disingkat STTDG) dalam pembelajaran dan respons

(2) Pencatatan pengangkatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan Kutipan Akta Kelahiran

a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan kura-kura kaki bagian dalam. b) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak

1) Diklat Teknis Sandi, bertuliskan Lembaga Sandi Negara secara diagonal berwarna coklat dengan ukuran 8 pt. 2) Diklat Sandiman Dasar, bertuliskan Lembaga Sandi Negara

• Untuk setiap pembukaan secara kolektif, selain surat rekomendasi keanggotaan NU agar PC NU juga dapat menyampaikan surat pengantar dokumen kolektif/ bast ke Cabang Bank Mandiri