• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan gender, sebagian besar responden adalah perempuan dan dari sisi usianya mayoritas berusia di bawah 25 tahun. Kemudian dari status pekerjaannya, mayoritas respon yaitu karyawan dan diikuti oleh mahasiswa pelajar

Laporan Mini Riset Mahasiswa FE-UNINUS 2014-2017 [74]

Gambar 1. Distribusi responden menurut gender, usia & pekerjaan Gambar 1. Distribusi reponden menurut jenis kelamin, usia dan pekerjaan

Sejauhmana kekuatan kesadaran merek Polytron, gambar berikut menjelaskan bahwa hanya sekira 4% responden yang tergolong unaware of brand atau tidak pernah mendengar Polytron (A), sebaliknya sebesar 96% responden mengenal merek Polytron.

Gambar 2. Kekuatan kesadaran merek Polytron dan produk yang paling diingat

Kemudian responden yang tergolong mengenal banyak tetapi tidak pernah menggunakan (B) 43%, pernah mendengar tetapi tidak mengenal banyak (C) 29%, dan yang tergolong mengenal banyak

serta pernah menggunakan (D) sebanyak 24%. Televisi merupakan produk Polytron yang memiliki

kekuatan kesadaran merek paling tinggi (69%) dan kemudian diikuti oleh kulkas (17%), DVD (8%), dan Radio (6%). Besarnya kekuatan kesadaran merek televise Polytron dapat dipahami mengingat televise merupakan produk pertama yang dihasilkan Polytron yaitu tahun 1978.

Laki-laki 41% Perem puan 59% < 25 50% 25-40 35% > 40 15% Mhsw /pelaj ar 40% Ibu RT 17% Karya wan 43% TV 69% Kulkas 17% Radio 6% DVD 8% 4% 43% 29% 24% A B C D

Laporan Mini Riset Mahasiswa FE-UNINUS 2014-2017 [75]

Gambar 3. Kekuatan kesadaran merek berbagai merek kulkas dan televise

Dibandingkan dengan berbagai merek lain, kekuatan kesadaran kesadaran merek konsumen terhadap merek Polytron juga relatif lebih tinggi. Untuk produk elektronik jenis kulkas dan TV, kekuatan kesadaran merek Polytron berada pada peringkat pertama masing-masing 32% dan 35 %. Pesaing terdekat untuk kulkas adalah merek Sharp dan untuk TV adalah merek Sony.

Gambar 4. Distribusi toko yang memajang kulkas dan televise merek Polytron

Kekuatan kesadaran merek televise dan kulkas merek Polytron diduga karena didukung oleh peran toko penjual yang banyak memajang merek Polytron. Gambar di atas menjelaskan bahwa sekira 61% penjual yang ada di Kota Bandung memajang televise dan kulkas di tokonya.

Selain itu, harganya yang relative lebih rendah juga mendukung terhadap besarnya kekuatan merek kedua produk Polytron tersebut. Hasil survey di Kota Bandung menunjukkan bahwa harga TV LED-32 Polytron yaitu Rp3.144.150 atau lebih rendah daripada merek Samsung (Rp3.669.000-6.399.000), Sharp (Rp3.799.000), dan LG (Rp3.879.000). Kemudian untuk kulkas

2-30% 31% 13% 7% 5% 4% 4% 3% 1% 2% Kulkas tv dvd RC ac dps MC radio Lainnya Audio 32% 24% 23% 11% 6% 4% Polytron Sharp LG Lainnya Samsung Toshiba kulkas 35% 13% 14% 14% 16% 8% Polytron Sharp Samsung LG Sony Toshiba TV

Laporan Mini Riset Mahasiswa FE-UNINUS 2014-2017 [76] pintu, rerata harga merek Polytron adalah Rp.2.650.000 atau lebih rendah daripada merek Sharp (Rp.2.799.000), dan LG (Rp.3.109.000).

Sebaliknya untuk produk rice cooker dan hand phone, kekuatan kesadaran merek Polytron berada pada peringkat paling rendah. Merek Cosmos menempati peringkat pertama untuk rice cooker dan Nokia untuk hand phone. Harus diakui bahwa merek Cosmos termasuk perusahaan pioner dalam memproduksi rice cooker, sedangkan untuk hand phone, Polytron baru memasuki pasar pada tahun 2013.

Gambar 5. Kekuatan kesadaran merek berbagai merek rice cooker & hand-phone

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Diduga kekuatan kesadaran merek Polytron erat kaitannya jangka waktu berapa lama produk tersebut dipasarkan. Makin lama usia produk tersebut dipasarkan, makin kuat kesadaran mereknya.

2. Produk televise dan kulkas merupakan dua produk merek Polyron yang memilik kesadaran merek paling tinggi, baik dibandingkan dengan produk Polytron lainnya maupun relative terhadap merek lain.

3. Kekuatan kesadaran merek televise dan kulkas Polytron diduga didukung oleh harganya yang relative murah dibandingkan merek lain dan display yang massive oleh toko penjual. 4. Temuan dalam penelitian ini baru pada tahap dugaan atau kecenderungan saja, dan

penggunaan indicator untuk merepresentasikan kesadaram merek masih sangat terbatas sehingga temuan yang terungkap pun masih pada lingkup permukaan atau tidak mendalam. Oleh karena itu penelitian ini akan lebih bermakna dan implementatif untuk pengambilan keputusan secara praktis apabila dilanjutkan dengan penelitian-penelitian berikutnya dengan menggunakan kaidah-kaidah teoritis dan desain penelitian yang lebih memadai serta melibatkan indicator-indikator yang lebih mewakili.

33% 25% 26% 1% 15% Cosmos Miyako Yongma Polytron Lainnya rice cooker 57% 25% 5% 6% 7% Nokia Samsung Sonny Iphone Lainnya HP

Laporan Mini Riset Mahasiswa FE-UNINUS 2014-2017 [77]

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D. (1991). Managing Brand Equity. New York: Free Press.

Aaker, D. (1996). Measuring brand equity across products and markets. California Managing

Reviews, 38(3).

Aaker, D. (1997). Manajemen ekuitas merek. Jakarta: Spektrum Mitra Utama.

Anselmsson, J., Johansson, U., & Persson, N. (2007). Understanding Price Premium for Grocery products: A conceptual model of customer-based brand equity. Journal of Product & Brand

Management, 16(6), 401-414.

Armstrong, G., & Kotler, P. (2015). Marketing: An introduction (12 ed.). Edinburgh Gate: Pearson. Astria, R. (2014, Pebruari).

http://industri.bisnis.com/read/20140211/257/202528/produk-elektronik-dalam-negeri-mulai-pd.

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, & Mixed Methods Approaches (4th ed.). London: Sage Publications, Ltd.

Darmawan, A. (2013, May 10).

http://www.marketing.co.id/pasar-elektronik-antara-pesimistis-dan-optimistis/.

De Chernatory, L., & McDonald, M. (2003). Creating Powerful Brands (3rd ed.). Oxford: Butterworth-Heinemann.

Detikinet. (2014, Januari 11).

https://inet.detik.com/business/d-2464841/penjualan-elektronik-di-indonesia-tembus-rp-385-triliun.

Frontier Consulting Group. (2016). ICSA. Retrieved from www.isca-indo.com.

Keller, K. L. (2002). Strategic brand management: Building, measuring and managing brand equity (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.

Kementerian Perindustrian RI. (2012, September). http://www.kemenperin.go.id/artikel/

5285/Penjualan-Elektronik-Ditaksir-Rp-30-Triliun.

Kimpakorn, N., & Tocquer, G. (2010). Service brand equity and employee brand commitment.

Journal of Services Marketing, 24(5), 378-388.

Kompas. (2013, Mei). http://tekno.kompas.com/read/2013/05/01/03332122/ elektronik. bertumbuh.

Kotler, P., Amstrong, G., Sander, J., & Wong, V. (2005). Principle of marketing (4th ed.). European Edition: Prentice Hall.

Kurtz, D. L. (2008). Contemporary marketing (13rd ed.). South-Western: Cengage Learning.

Lemon, K. N., Rust, R. T., & Zeithaml, V. A. (2001). What Drives Customer Equity? Marketing

Management, 20-25.

MARS Indonesia. (2014). Studi pasardan kinerja pemasaran produk elektronik 2014. Jakarta: Mars Indonesia.

Neuman, W. L. (2007). Basic of Social Research: Qualitative & Quantitative Approaches (2nd ed.). Pearson Education, Inc.

Osenton, T. (2002). Customer share marketing. New Jersey: Prentice Hall.

Van Osselaer, S. M., & Alba, J. W. (2000). Consumer learning and brand equity. Journal of

Consumer Research, 27(1), 1-16.

Wood, L. (2000). Brands and brand equity: Definition and management. Management Decision,

Dokumen terkait