BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.3 Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
II.3.1 Program Kemitraan
Berdasarkan keputusan menteri BUMN Nomor : PER-09/NIBU/07/2015 Program Kemitraan BUMN, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan, adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dalam bentuk pinjamanan baik modal usaha maupun pembelian perangkat penunjang produksi agar usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan
II.3.1.1 Pengertian Kemitraan
Menurut Tennyson( dalam wibisono 2007 : 103) kemitraan adalah kesepakatan antar sektor dimana individu , kelompok atau organisasi sepakat bekerja sama untuk memenuhi sebuah kewajiban atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama sama menannggung resiko maupun keuntungan dan secara berkala meninjau kembali hubungan kerja sama. Menurut bobo (2003:182) kemitraan merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan berbagai macam bentuk kerjasama
dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya . Menurut anoraga (2002:23) kemitraan merupakan suatu bentuk jalinan kerjasama dari dua atau lebih pelaku usaha yang saling menguntungkan.kemitraan usaha ini harus dilakukan dengan usaha kecil dengan sektor usaha besar.
Dalam melaksanakan kemitraan agar kerjasama yang dilakukan dapat saling menguntungkan maka ada prinsip-prinsip yang harus dipahami secara bersama oleh para mitra. Antara lain:
II.3.1.2 Prinsip-Prinsip Kemitraan
Menurut Tennyson dalam wibisono ( 2007: 103) dalam membentuk kemitraan ada tiga prinsip penting yang harus diterapkan didalamnya, yaitu :
1. Kesetaraan atau Keseimbangan (equity)
Pendekatan yang ada dalam kemitraan bukan pendekatan top-down atau bottom-up, bukan pula berdasar kekuasaan semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya untuk dapat menghindari antagonisme yang terdapat di dalamnya.
2. Transparansi
Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja
3. Saling Menguntungkan
Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
Dalam proses implementasinya, kemitraan yang dijalankan tidak selamanya ideal karena dalam pelaksanaannya kemitraan yang dilakukan didasarkan pada kepentingan pihak yang bermitra. Maka dari itu ada beberapa
pola yang menjelaskan bagaimana kemitraan itu diterapkan oleh beberapa perusahaan.
II.3.1.3 Pola Kemitraan
Menurut Wibisono (2007:104), Kemitraan yang dilakukan antara perusahaan dengan pemerintah maupun komunitas/ masyarakat dapat mengarah pada tiga pola, diantaranya :
1. Pola kemitraan kontra produktif. Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola konvensional yang hanya mnegutamakan kepentingan yaitu mengejar profit sebesar-besarnya. Fokus perhatian perusahaan memang lebih tertumpu pada bagaimana perusahaan bisa meraup keuntungan secara maksimal, sementara hubungan dengan pemerintah dan komunitas atau masyarakat hanya sekedar pemanis belaka. Perusahaan berjalan dengan targetnya sendiri, pemerintah juga tidak ambil peduli sedangkan masyarakat tidak mempunyai akses apapun kepada perusahaan. yang kerap terjadi, hubungan ini hanya menguntungkan beberapa oknum saja, misalnya aparat pemerintah atau preaman ditengah masyarakat. Biasanya, biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan hanyalah digunakan untuk peduli terhadap orang tertentu saja. Hal ini bisa dipahami, bahwa bagi perusahaan yang penting adalah keamanan dalam jangka pendek.
2. Pola kemitraan semi produktif . dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat dianggap sebagai objek dan masalah diluar perusahaan. Perusahaan tidak tahu program –program pemerintah,
pemerintah juga tidak memberikan iklim yang kondusif kepada dunia usaha dan masyarakat bersifat pasif. Kemitraan masih belum strategis dan masih mengedepankan kepentingan diri bukan kepentingan bersama antara perusahaan dengan mitranya.
3. Pola kemitraan produktif . pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subjek. Perusahaan memiliki kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan dukungan positif kepada perusahan.
Dengan demikian ada pola yang diciptakan oleh perusahaan serta mitra nya maka harus dipahami beberapa unsur yang dapat menjelaskan pola seperti apa yang mereka gunakan dan unsur sepertia apa saja yang dapat digunakan oleh perusahaan dan mitra yang terkait sehingga kerjasama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling memerlukan dapat terlaksana. Berikut pemaparan mngenai unsur-unsur kemitraan :
II.3.1.4 Unsur –Unsur Kemitraan
Menurut bobo (2003:182) Kemitraan mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan kerjasama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling memerlukan, yaitu :
1. Kerjasama usaha
Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan adanya usaha kecil didasarkan pada kesejajaran keduduakan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara
pengusaha besar, menengah dan kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbale balik sehigga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengeksploitasi satu sama laindan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya diantara para pihak dalam mengembangkan usahanya.
2. Antara pengusaha besar, menengah atau kecil
Dengan hubungan kerjasama melalui kemitraan ini diharapkan pengusaha besar atau menengah dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pengusaha kecil atau pelaku ekonoi lainnya, sehingga pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh di dalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan.
3. Pembinaan dan pengembangan
Pada dasarnya yang membedakan hubungan kemitraan dengan hubungan dagang biasa oleh pengusaha kecil dengan pengusaha besar adalah bentuk pembinaan dari pengusaha besar terhadap pengusaha kecil atau koperasi yang tidak ditemukan pada hubungan dagang biasa. Bentuk pembinaan dalam kemitraan antara lain pembinaan di dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan, manajemen usaha, pembinaan peningkatan sumber daya manusia (SDM), pembinaan manajemen produksi, pembinaan mutu produksi serta menyangkut pula pembinaan didalam pengembangan aspek institusi kelembagaan, fasilitas alokasi serta investasi.
4. Prinsip saling memerlukan, memperkuat, dan saling menguntungkan
Dalam kemitraan, perusahan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Sebaliknya perusahaan yang lebiih kecil, yang umumnya relative lemah dalam hal kemampuan teknologi, permodalan, dan sarana produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki perusahaan besar. Dengan demikian adanya saling memerlukan dan ketergantungan diantara kedua belah pihak yang bermitra. Dalam kemitraan usaha pasti ada kerjasama antar kedua pihak yang slaing menghasilkan niali tamabah seperti peningkatan modal, pasar, kemampuan manajemen, dan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan saling menguntungkan adalah kesadarn dan saling menguntungkan, berpedoman pada kesejajaran kedudukan atau memiliki derajat yang setara bagi amsing-masing pihak yang bermitra, maka tidak ada pihak yang dieksploitasi dan dirugikan tetapi justru terciptanya rasa saling percaya diantara para pihak.
Setelah mengetahui bagaimana kemitraan itu, apa yang yang perlu dilakukan untuk membangun mitra kerjasama yang baik, dengan demikian ada tujuan yang dapat dicapai dari melaksanakan kemitraan tersebut.
II.3.1.5 Tujuan Kemitraan
Dalam kondisi ideal, Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkrit menurut Dr.Ir. Moh jafar (2000:63) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat 2. Meningkatkan perolehan niali tambah bagi pelaku kemitraan
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomipedesaan, wilayah, dan nasional 5. Memperluas kesempatan kerja
6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional
Menurut Undang -Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 11 tercantum bahwa tujuan program kemitraan yaitu:
a. Mewujudkan kemitraan antar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
b. Mewujudkan kemitraan antar Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar;
c. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; d. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam
pelaksanaan transaksi usaha antar Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Usaha Besar;
e. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;
f. Mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen;
g. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan pasar oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
II.3.1.6 Bentuk Penyaluran Dana Program kemitraan
Menurut PER-09/MBU/07/2015 tentang PKBL dalam pasal 9 dijelaskan bentuk penyaluran dana kemitraan
(1) Dana Program Kemitraan disalurkan dalam bentuk :
a. pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;
b. pinjaman tambahan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha Mitra Binaan;
(2) Jumlah pinjaman untuk setiap Mitra Binaan dari Program Kemitraan maksimum sebesar Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah).
Sesuai dengan PER/09/MBU/07/2015 ada dua program yang terkait yaitu Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan.Setelah program kemitraan yang berperan untuk membantu Usaha Kecil dalam mengembangkan usahanya agar menjadi tanggung dan mandiri maka program bina lingkingan diharapkan akan membantu bahnkan memperbaiki keadaan masyarakat dengan memberikan bantuan dana secara hibah.kepada masyarakat