DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ambadar, Jackie. 2008. CSR Dalam Praktik Di Indonesia. Jakarta :Gramedia Anoraga, Pandji Dan Sudantoko Djoko, (2002). Koperasi Kewirausahaan, Dan
Usaha Kecil. Jakarta : Rineka Cipta.
Bararualuo, Frans. 2001. Kajian Strategis Pengelolaan Dan Keunggulan Bisnis Usaha Kecil Di Indonesia. Yogyakarta: Aditya Media
Bobo, Julius. 2003. Transformasi Ekonomi Rakyat. Jakarta: PT. Pustaka Cidesindo
Effendi,Sofian, Dan Tukiran. 2012. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Isono, Sadoko & Heryadi. 2001. Pengembangan Usaha Kecil (Pemihakan
Setengah Hati). Bandung: Penerbit Yayasan Akatiga
Kartini, Dwi. 2009. Corporate Social Responsibility (Transformasi Konsep Suistainability Management Dan Implementasi Di Indonesia). Bandung : Refika Aditama.
Longenecker, Justin G & Dkk. 2001. Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil Buku I. Jakarta: Salemba Empat
Nugroho, Riant. 2014 .Kebijakan Publik Di Negara-Negara Berkembang. Jakarta: Pustaka Pelajar
Putra, Fadillah. 2003. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Riyanto, A. S. 2011. PKBL Ragam Derma Sosial BUMN. Jakarta: Banana publisher.
Sartika,dkk.2002. Ekonomi Skalakecil/Menengah & Koperasi.Jakarta: Gahlia Indonesia
Solichin, H Abdul Wahab. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UMM Press: Malang
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta Sukirno,Sadono.2004. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Implementasi Kebijakan Publik. Yogyakarta : Lukman Offset YPAPI.
Tulus, Tambunan. 2009. UMKM Di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia Untung, Hendri Budi.2009. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar
Grafika
Wibisono, Yusuf.2007. Membedah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik : Fascho Publishing
Winarno, Budi.2014. Kebijakan Publik Teori, Proses Dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS (Center Of Academik Publishing Service)
Sumber jurnal
Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Pada Badan Usaha Milik Negara (Studi Kasus Pada Pt. Pln Perserocabang Jayapura).Benny Andhika Sesa .2015. Fakultas Hukum .Universitas Atma Jaya Yogjakarta.
Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan (Pkbl) Sebagai Implementasi Tanggungjawab Sosial Badan Usaha Milik Negara : Studi Pelaksanaan Pkbl Perum Jasa Tirta I . Soraya Anggun Puspitasari . Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Studi Implementasi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dan Hubungannya dengan Kesejahteraan Target Group di PT. Perkebunan Nusantara III Deli Serdang 2, Sei Karang Galang
Efektifitas program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) dalam mengembangkan usaha kecil. Studi pada PT.Perkebunan Nusantra III Medan. putrid maulida. 2013. USU
Sumber Undang –Undang
Undang Undang No. 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil
Undang-Undang No.19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Umkm
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-09/MBU/07/2015 Tentang Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan BUMN
Sumber lnternet
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Bentuk Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47), penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian- kejadian, secara sistematis dan akurat, mengenai sifat- sifat populasi atau daerah tertentu.
III.2 Lokasi Penelitian
Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penelitian ini sekaligus guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, maka lokasi penelitian ini pada PT.Perkebunan Nusantara IV yang beralamat di Jl. Letjend Suprapto No. 2 medan
III.3 Informan Penelitian
Informan penelitian adalah orang-orang yang memberikan informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Menurut Bagong informan peneliti meliputi beberapa macam yaitu
1. Informan Kunci (Key Informan) yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah
a. Alimusri, SE.Ak.Mm selaku Kepala Bagian PKBL
b. Hendy Sujatmiko,SE selaku Kepala Urusan Administrasi Keuangan dan Bina Lingkungan
c. H. Dahlan Situmorang, SE selaku kepala urusan Program Kemitraan.
d. Afni Ria Safitri, SE selaku Kepala Urusan CSR dan Administrasi Program Kemitraan
2. Informan Utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi social yang diteliti. Adapun yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah para mitra binaan PTPN IV, yaitu:
a. Ibu Irma Ramadhani Pemilik Usaha Rantangan
b. Bapak Rasman Bangun Selaku Pedangang Gas Elpiji 3 Kg
III.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, keterangan, informasi yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan melalui :
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakuakn denagn tanya jawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam kepada pihak – pihak yang terkait. b. Observasi yaitu pengamatan langsung pada suatu objek yang akan
diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.
2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :
a. Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber–sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.
III.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu deskripsi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti mengkonfirmasi seluruh existing data sekunder dan data primer (wawancara dan observasi) dan menyajikannya dengan analisis kualitatif. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. Adapun model analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif. Model teknik analisis data interaktif yang dikemukan oleh Miles dan Huberman (dalam Herdiansyah, 2010:164) terdiri dari empat tahapan, yaitu :
1. Pengumpulan data
yang akan diolah. Ketika peneliti telah mendapatkan data yang cukup untuk diproses dan dianalisis, tahap selanjutnya adalah melakukan reduksi data.
2. Reduksi data
Inti dari reduksi data adalah proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan (script) sesuai dengan formatnya masing-masing
3. Display data
Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih sederhana dan lebih konkret yang disebut dengan subtema sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan.
4. Kesimpulan/verifikasi
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.1 Gambaran Umum Perusahaan IV.1.1 Riwayat Singkat Perusahaan
IV.1.2 Jejak langkah Tahun 1996 - 2000
Peleburan perusahaan PT Perkebunan VI, VII dan VIII yang merupakan cikal pendirian PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Perusahaan memulai menyusun langkahlangkah strategis dan melakukan transformasi bisnis untuk meningkatkan produktivitas agar dapat bersaing.
Tahun 2001-2005
Merencanakan strategi transformasi bisnis dimana semakin tingginya permintaan kelapa sawit dengan merencanakan pengembangan areal kelapa sawit dan mulai melaksanakan konversi tanaman teh dan kakao ke kelapa sawit di Unit Balimbingan, Bah Birong Ulu dan Marjandi.
Tahun 2006 - 2010
Perusahaan membentuk Direktorat Perencanaan dan Pengembangan Usaha dengan mengganti Direktorat Pemasaran menjadi Direktorat Keuangan. Perusahaan mulai melakukan pengembangan areal kelapa sawit di Kab. Labuhan Batu dan Mandailing Natal dan Membentuk Unit Proyek Pemgembangan Batang laping, Timur, Panai Jaya.
Tahun 2011 - 2015
Perusahaan mulai melakukan restruktur organisasi dan sdm untuk menuju perusahaan best practices. Restruktur Organisasi dimulai dengan menyederhanakan proses bisnis dan melakukan penggabungan Grup Unit Usaha yang semula ada 5 GUU menjadi 4 GUU dan melakukan
organisasi di tingkat Bagian dan Unit Usaha. diakhir tahun 2014 PTPN IV telah berubah status dari BUMN menjadi anak perusahaan BUMN. Perubahan Nama Perusahan Pada tahun 2015 perusahan tidak melakukan perubahan nama perusahaan. Perusahaan melakukan perubahan nama perusahaan pada tahun 2014 berdasarkan ketentuan Pasal 1 Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor: 25 tanggal 23 Oktober 2014 yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauz Iwan, SH,M.Kn, nama perusahaa berubah menjadi PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV atau disingkat PTPN IV .
IV.1.3 Bidang Usaha
PTPN IV adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang agrobisnis dan agroindustri. Dalam menjalankan bisnisnya PTPN IV mengelola 2 segmen usaha komoditi perkebunan yaitu :
1. Segmen Usaha Komoditi Kelapa Sawit 2. Segmen Usaha Komoditi Teh
2 unit Pabrik Pengolahan Inti Sawit dengan kapasitas 405 ton perhari. Selain mengelola kedua komoditi tersebut PTPN IV juga mengelola balai benih kelapa sawit yang terdapat di Unit
Usaha Adolina.PTPN IV juga didukung oleh 1 Unit Usaha Engineering Manufacturing and Construction yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) . Bidang Usaha menurut Anggaran Perusahaan
Berdasarkan Akta Nomor 5 tanggal 14 Maret 2016 tentang Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat dihadapan Notaris Nanda Fauz Iwan SH, M.Kn. adalah melakukan usaha di bidang agro bisnis dan agro indutri serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, untuk mendapatkan/mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha utama sebagai berikut :
a. Pengusahaan budidaya tanaman meliputi pembukaan dan pengolahan lahan, pembibitan,penanaman dan pemeliharaan, serta pemungutan hasil tanaman dan melakukan kegiatan- kegiatan lain yang berhubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut.
b. Produksi meliputi penerimaan dan pengolahan hasil tanaman sendiri maupun dari pihak lain menjadi barang setengah jadi dan/atau barang jadiserta produk turunannya.
berhubungan dengan kegiatan usaha Perseroan, baik hasil produksi sendiri maupun hasil produksi pihak lain.
d. Pengembangan usaha bidang Perkebunan, Agro Wisata, Agro Bisnis, Agro Industri, dan Agro Forestry.
limbah, pelatihan, aneka tanaman, particle board, oleochemical), jasa perbengkelan (workshop), jasa konstruksi, rekayasa, pengadaan, dan konstruksi (engineering procurement and construction (EPC), industri pengecoran logam (foundry), dan manufaktur.
VI.1.4 Produk dan Jasa Yang Dihasilkan
PTPN IV memiliki 2 segmen usaha yaitu kelapa sawit danteh dengan komoditi kelapa sawit merupakan segmen usaha terbesar. Selain itu perseroan juga memiliki 1 Unit Usaha Engineering Manufacturing and Construction yaitu Pabrik Mesin Tenera (PMT) Dolok Ilir. Produk dan Jasa yang dihasilkan Perseroan sebagai berikut : Komoditi Kelapa Sawit :
1. Minyak Sawit 2. Inti Sawit Komoditi Teh : 1. Teh Hitam Jasa lainnya
IV.1.5 VISI DAN MISI Visi
Menjadi perusahaan unggul dalam usaha agroindustri yang terintegrasi. Misi
1. Menjalankan usaha dengan prinsip-prinsip usaha terbaik, inovatif, dan berdaya saing tinggi.
2. Menyelenggarakan usaha agroindustri berbasis kelapa sawit, teh, dan karet.
3. Mengintegrasikan usaha agroindustri hulu, hilir dan produk baru, pendukung agroindustri dan pendayagunaan aset dengan preferensi pada teknologi terkini yang teruji (proven) dan berwawasan lingkungan.
Visi dan Misi tersebut telah mendapat persetujuan dari Direksi dan Dewan Komisaris yang dituangkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan 2015 – 2019 pada tanggal 3 November 2014.
IV.1.6 Budaya Perusahaan
Memberi, membimbing dan mendorong perilaku seluruh karyawan perusahaan agar dalam melaksanakan tugas selalu:
IV.1.7 Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Perkebunan Nusantara IV No. 04.15/Kpts/83/V/2015 Tentang Struktur Organisasi PT Perkebunan Nusantara IV. Struktur organisasi perusahan sebagai berikut :
Adapun struktur organisasi PKBL tahun 2016 sebagai berikut : Bagan IV.3 organisasi PKBL (04.13)
Pj. Kepala Urusan Kepala Urusan Pj. Kepala Urusan
Admi Keuangan dan Bina
Lingkungan
IV.1.8 Rencana Kegiatan
Untuk melaksanakan tugas Komite Audit perlu disusun program kerja tahunan. Rencana kerja tahunan PT. Perkebunan Nusantara IV dimaksud antara lain sebagai berikut :
a. Memonitor juga mengevaluasi proses penyelesaian laporan keuangan tahunan dan penetapan laporan pertanggung jawaban keuangan perusahaan.
b. Melakukan evaluasi atas efektifitas satuan pengawasan intern kegiatan tertentu.
c. Melakukan evaluasi dan memonitor atas laporan direksi d. Melakukan evaluasi atas laporan manjemen triwulan Direksi.
e. Melakukan evaluasi atas laporan kinerja bulanan Group Unit Usaha tertentu.
f. Melakukan evaluasi atas sistem pengendalian intern kegiatan tertentu. g. Melakukan evaluasi atas rencana da realisasi perusahaan.
h. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program PKBL (program kemitraan dan bina lingkungan.
BAB V
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
V.1. Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Dalam Pengembangan Usaha Kecil
V.1 1 Implementasi Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan
Implementasi merupakan suatu tahapan yang digunakan ( tahap pelaksanannya) setelah suatu kebijakan ditetapkan, kegiatan-kegiatan pelaksanaan program dari pemerintah yang dimana para agen pelaksana tersebut ditetapkan yang digunakan sebagai penghubung untuk melaksanakan kebijakan tersebut secara terencana dan terorganisisr yang bermanfaat untuk mencapai hasil atau tujuan yang telah ditetapkan. Menurut George c. Edwards dalam winarno( 2014:177) implementasi kebijakan adalah salah satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijkana itu mungkin mengalami kegagalan sekalipun kebijkana itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijkan yang telah direncanakan dengan sangat baik, mungkin juga akan mengalami kegagalan , jika kebijakn tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana.
yang penulis gunakan untuk mengetahui implementasi program kemitraan dan bina lingkungan oleh PTPN IV Medan.
V.1.1.1 Standar dan sasaran kebijakan
Dalam mengkaji suatu proses kebijakan yang sedang berjalan (implementasi) hendaknya kita memperhatikan bagaimana standar dan sasaran dari kebijakan tersebut. Standar dan sasaran ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap sistem -sistem yang menentukan pencapaian kebijakan. Didalam proses pencapaian sasaran kebijakan ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan yang telah direalisasikan. Program kemitraan dan bina lingkungan atau yang disingkat menjadi PKBL ini merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk memberikan bantuan secara nyata kepada masyarakat melalui program kemitraan yaitu program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Dan juga program bina lingkungan yaitu program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Berkaitan dengan standar dan sasaran kebijakan ini, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan yang berhubungan dengan pelaksanaan Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan. Adapun ringkasan pertanyaan yang peneliti ajukan kepada beberapa informan antara lain :
Pertama Peneliti memulai wawancara dengan menanyakan mengenai apa yang menjadi dasar PER-09/MBU/07/2015 dari hasil wawancara dengan ibu Afni ria safitri SE selaku penanggung jawab kepala urusan CSR dan administrasi program kemitraan menyatakan
Kemitraan dan Bina lingkungan lalu memuat standard operating procedures (SOP) sebagai landasan untuk melaksanakan PKBL.”
Kebijakan-kebijakan tersebut dibuat dengan mengharapkan tujuan-tujuan tertentu tersebut dapat telaksana dengan baik maka dari itu, penulis menanyakkan apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari kebijakan PKBL ini. Berikut pernyataan ibu Afni selaku kepala urusan CSR dan administrasi program kemitraan
“Di PTPN IV bidang PKBL terbagi menjadi 3 bagian urusan yaitu program kemitraan, Bina lingkungan , dan CSR. Tujuan dan sasaran dari Program kemitraan adalah penyaluran kredit usaha lunak kepada masyarakat yang memiliki usaha( usaha kecil). Bina lingkungan memiliki tujuan untuk memberikan bantuan kepada 8 hapsnah yang tertera pada permen maka penyaluran dana bina lingkungan haruslah disalurkan kepada 8 aspek tersebut. Dan CSR bertujuan memberikan bantuan berupa perbaikan ataupun rehabilitasi infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang ada disekitar kebun unit usaha PTPN IV.”
Hal serupa juga dituturkan oleh bapak Hendy selaku kepala urusan adminisistrasi keuangan dan bina lingkungan
dibenrikan bantuan dengan hanya memberikan proposal, alu dilakukan survey dan dana pun bisa disalurkan. Maka tujuan dan sasaran dari PKBL ini lebih bersifat kepada bantuan dana terhadap masyrakat yang membutuhkan”.
Demikian juga dengan pernyataan Pak Syarial selaku karyawan pelkasana
“Berdirinya PTPN IV bukan hanya semata-mata mencari keuntungan saja tetapi bisa lebih bermanfaat terhadaplainnya. Masyarakat disekitar perusahaan kan ada jadi jangan hanya pegawai saja yang merasakan mendapatkan pekerjaan dari pemerintah tetapi setidaknyaknya dapat berbagi kepada masyarakat sekitar perusahaan ataupun unit usaha kebun jadi permen yang dikeluarkan tersebut sangat mendukung kegiatan untuk berbagi terhadap sesama. Maka tujuan dan sasaran dari PKBL ini jelas kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan baik materil ataupun non materil.”
Program kemitraan dan bina lingkungan adalah suatu paket kebijakan yang berisi dua program didalamnya yaitu program kemitraan dan program bina lingkungan. Program kemitraan BUMN adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tanggung dan mandiri. Usaha kecil adalah kegitan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikian diatur dalam pasal 3 PER-09/MBU/07/2015 . Usaha Kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut :
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah);
b. milik Warga Negara Indonesia;
c. berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar;
d. berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk usaha mikro dan koperasi;
e. mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan; f. telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun; g. belum memenuhi persyaratan perbankan (non bankable).
Mitra binaan adalah usaha kecil yang mendapatkan pinjaman dari program kemitraan. Serta program bina lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN. Dana program kemitraan disalurkan dalam bentuk:
a. Bantuan korban bencana alam;
b. Bantuan pendidikan dan/atau pelatihan; c. Bantuan peningkatan kesehatan;
d. Bantuan pengembangan prasarana dan/atau sarana umum; e. Bantuan sarana ibadah;
f. Bantuan pelestarian alam;
h. Bantuan pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, dan bentuk bantuan lain yang terkait dengan upaya peningkatan kapasitas Mitra Binaan Program Kemitraan.
Dengan pemaparan tujuan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tersebut maka aturan tersebut haruslah dipahami dan diikuti oleh pihak pelaksana sesuai dengan prosedur yang ada agar pencapaian tujuan dapat berlangsung secara efektif. Berkaitan dengan hal tersebut diketahui bahwa tujuan utama dari program ini adalah untuk membantu usaha kecil maka penulis melakukan wawancara kepada mita binaan selaku penerima bantuan. Berikut pernyataa ibu Irma selaku mitra binaan PTPN IV
“Saya merupakan mitra binaan dari PTPN IV, melalui program kemitraan saya merasakan manfaat yang cukup membantu saya dalam membangun usaha saya. Melalui pinjaman dana yang saya peroleh dengan bunga yang relatif kecil sangat membantu saya untuk mengelola usaha saya .
Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau panjang. Dalam penelitian ini, standar dan sasaran kebijakan Program kemitraan dan bina lingkungan dapat dilihat dari beberapa hal yaitu proses tahapan pelaksanaan, kesesuaian prosedur bantuan PKBL yang diterima, serta manfaat Program kemitraan dan Bina Lingkungan
menseleksi dan mensurvei calon penerima bantuan, jika hal tersebut sesuai dengan kriteria yang ditetapkan maka pencairan dana pun dapat dilaksanakan.
Maka dari analisis keseluruhan diketahui bahwa dalam PER-09/MBU/07/2015 telah memenuhi indikator standar dan sasaran kebijakan. Hal tersebut dapat terlihat berdasarkan pemahaman implementor, yang dimaksud disisni adalah para pegawai bidang PKBL PTPN IV Medan telah mengetahui dan memahami dengan baik permen tersebut sehingga dapat dengan mudah melaksanakan kebijakan tersebut dikarenakan pemahaman akan stujuan dan sasaran kebijakan telah diketahui. Dan dapat di transformasikan dengan mudah kepada masyarakat sehingga masyarakat pun mengetahui dan memahami tujuan dari kebijakan ini sehingga hubungan timbal balik antara pelaksana dan penerima terjalin dengan baik sehingga memudahkan proses pengimplementasian PER-09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan Badan Usaha Milik Negara..
V.1.1.2 Sumber Daya
A. Sumber daya manusia
Dalam suatu proses kebijakan yang sedang bejalan, hendaknya perlu dilihat juga bagaimana kemampuan dari implementor kebijakan. Sumber daya manusia adalah kecukupan baik kualitas maupun kuantitas implementor yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran Kemampuan implementor ini dapat dilihat dari jenjang pendidikan, pemahaman terhadap tujuan dan sasaran serta kemampuan menyampaikan program dan mengarahkan.
Menurut kepala bagian PKBL bapak Alimusri SE, Ak. MM. menyatakan
“Para pegawai disini saya rasa sudah paham mengenai tugas mereka sebagai implementor PKBL, mereka memahami PKBL dengan cukup baik, kemapuan mereka dalam pekerjaan ini juga baik. Karena mereka disini tidak bisa bekerja sendiri, di bidang PKBLini semua karyawan dituntut agar bisa bekerjasama layaknya tim. Karena mereka orang lapangan jadi harus bisa menjadi tim yang solid agar PKBL ini terlaksana. Hal ini juga didukung dari latar belakang mereka yang hampr semua merupakan sarjana, hal ini seharusnya menjadikan mereka tau bagaimana caranya berorganisasi dan bekerja layaknya suatu tim. “
Hal tersebut diperkuat oleh salah satu mitrabinaan yang bernama pak rasman
mereka meninjau dan melakukan sleksi dan selang beberapa waktu akhirnya saya diberikan bantuan dana.”
Kemampuan pegawai dalam melaksanakan PKBL ini sangatlah penting dimana pemahaman pegawai akan kebijakan yang ada dan bagaimana cara untuk merelaisasikannya merupakan hal penting yang harus dimiliki setiapa para agen pelaksanana kebijakan namun tidak hanya kualitas yang diperlukan tetapi juga kuantitas. Jumlah pegawai yang tersedia dalam melaksanakan program ini juga cukup penting.walaupun terkadang Kuantitas staf yang ada tidak menjamin sebuah kebijakan diimplementasikan dengan baik, namum kurangnya jumlah staf dapat menyebabkan penggandaan wewenang atau tugas sehingga pelayanan yang dilaksanakan tidak berhasil maksimal. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan selama penelitian, penulis masih mendapati kurangnya jumlah sumber daya manusia dalam pelaksanaan PKBL berikut pernyataan Pak Hendy.
Dengan adanya perubahan sistem penempatan personil maka otomotasi pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan semakin besar namun untuk jumlah karyawan pelaksana pun masih belum cukup untuk mengcover daerah-daerah tersebut.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ibu Afni
“Disini Cuma ada 17 karyawan yang membatu 3 kaur itu tapi kadangkan kami harus dinas keluar kota, mengikuti rapat, dsb. jadi saya rasa kurang lah jumlah pegawai yang ada, karena kan wilayah nya banyak yang harus dimonitor dengan jangka waktu yang tidak tentu kadang, terus harus ada juga yang tetap dikantor. Karena kami ini orang lapangan jadi jumlah personil kurang untuk dapat memantau wilayah yang luas.
Berdasarkan data yang didapat penulis dari lokasi penelitan maka sumber daya manusia yang tersedia di bagian PKBL PTPN IV Medan ada sebagai berikut:
Tabel V.1 Daftar Pegawai bagian PKBL 2016
No Nama Jabatan
1 Ali Musri SE,Ak.MM Kepala bagian PKBL
2 Hendy sujatmiko SE kepala urusan administrasi keuangan dan bina lingkungan;
3 H. Dahlan R. situmorang SE kepala urusan program kemitraan
4 Afni ria safitri SE kepala urusan CSR dan Administrasi keuangan
5 Herlina parinduri Karyawan pelaksana
6 Nadra raifana Karyawan pelaksana
8 Fiqi rinaldi abdulah Karyawan pelaksana
9 Jumadi Karyawan pelaksana
10 Miswar hakim Karyawan pelaksana
11 Sahrial dalimunthe Karyawan pelaksana
12 Effendi Karyawan pelaksana
13 chairul hasbi Karyawan pelaksana
14 Abdul hakim Karyawan pelaksana
15 Sumitro Karyawan pelaksana
16 Ahmad suhaimi Karyawan pelaksana
17 Dharma saputra Karyawan pelaksana
Meskipun demikian, perlu juga diketahui bahwa jumlah manusia (staf) tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah pegawai atau staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil. Ini juga dipengaruhi oleh kualitas pegawai ataupun staf, namun di sisi lain kurangnya staf juga akan menimbulkan persoalan menyangkut implementasi kebijakan yang efektif. Artinya kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi kualitas dan kuantitasnya. Dilihat dari segi kualitasnya, para pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL pada PTPN IV Medan memiliki kualitas yang baik. Kualitas pelayanan yang diberikan juga baik hal ditinjau dari keramah-tamahan,dan kepedulian terhadap penerima bantuan,. Kualitas yang baik itu juga dapat ditemui pada keahlian para pegawai PKBL PTPN IV Medan dalam mengerjakan tugas dan pekerjaannya masing-masing, begitu pun juga dengan wewenang yang mereka jalankan dan miliki. Namun jika dilihat dari segi jumlahnya Sumber Daya Manusia ataupun pegawai-pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL kurang memadai mengingat unit usaha yang dimiliki tersebar dengan cakupan wilayah yang luas.
B. Sumber daya finansial
ini sesuai dengan yang diatur dalam permen PER/09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan menyatakan bahwa sumber dana dari PKBL ini adalah penyisihan laba setelah pajak BUMN Pembina maksimum sebesar 4%(empat persen) dari laba setelah pajak tahun buku sebelumnya.
Dana yang tersedia (netto) tahun 2015 sebesar Rp. 12.433.628.268,- atau 169, 40% diatas anggaran disebabkan dana sebesar Rp. 7523.635.915,- tidak dianggarkan, tapi pada bulan Juili terbit peraturan menteri baru yaitu PER/09/MBU/07/2015 pengganti PER-07/MBU/05/2015, dilanjutkan Surat Keputusan Pemegang Saham PT Perkebunan Nusantara IV Nomor : SK-03/D1.MBU/09/2015 dan Nomor: KPJAK/Hold/SK/406/2015 tanggal 28 september 2015. dengan perihal: perubahan persetujuan pemegang saham atas laporan tahunan tahun buku 2014 PTPN IV yang menyatakan bagian PKBL PTPN IV mendapat pembagian laba tahun 2014 masing-masing sebesari 1% atau sebesar Rp. 7.523.635.915.
Sumber : laporan tahunan kinerja PKBL PTPN IV Medan Tahun Buku 2015 a. Penjelasan sumber dan penggunaan dana Program kemitraan tahun 2015 Penyaluran dana pinjaman kepada mitra binaan tahun 2015 sebesar Rp. 4.975.000.000,- yang diserap oleh sebanyak 132 mitra binaan dan akumulasi penyaluran sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar Rp. 129.753.530.024.024,- . Sampai dengan tahun 2015 jumlah mitra binaan PTPN IV Medan adalah sebesar 7.202 mitra binaan.
1 Asahan 3 110.000.000
2 Batubara 6 230. 000.000
3 Labuhan batu 4 125. 000.000
4 Langkat 7 260. 000.000
5 Madina 6 305. 000.000
6 Medan 25 1.095. 000.000
7 Padang lawas 2 65. 000.000
8 Serdang bedagai 16 525. 000.000
9 Simalungun 40 1.380. 000.000
10 Diluar wilayah kerja 23 880. 000.000
Total 132 4.975. 000.000
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015
dana yang ada akan diakumulasikan dan digunakan di awal tahun berikutnya sebelum ada pencairan dana PKBL.
Tabel V.3 Penyaluran dana program kemitraan per sektor tahun 2015 No Sektor usaha Unit Jumlah (Rp).
1 Industri 10 360.000.000
2 Perdagangan 66 2.580.000.000
3 Pertanian 6 205.000.000
4 Peternakan 9 315.000.000
5 Perkebunan 13 485.000.000
6 Perikanan 5 170.000.000
7 Jasa 23 860.000.000
Total 132 4.975.000.000
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015
b. Penjelasan sumber dan penggunaan dana Program Bina Lingkungan tahun 2015
Akumulasi penyaluran dana bina lingkungan sampai dengan 2015 sebesar Rp. 103.658.694.835. alokasi dana dari laba perusahaan sebesar Rp. 7.523.635.915 yang telah disediakan untuk tahun buku 2015 Namun bantuan dana Bina L ingkungan PTPN IV yang dialokasikan selama tahun 2015 hanya sebesar Rp. 5.053.972.287,- merupakan bantuan untuk: korban bencana alam,pendidikan dan pelatihan, peningkatan kesehatan, pengembangan sarana dan prasarana umum, sara ibadah dan pelelestarian alam, bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan serta bantuan pendidikan, pelatihan pemagangan, pemasaran, promosi, dan bentuk bantuan lain yang terkat dengan upaya kapasitas mitra binaan program kemitraan..
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL PTPN IV Medan Tahun Buku 2015
Tabel V.4 Penyaluran dana program bina lingkungan tahun 2015 berdasarkan bentuk bantuan yang diberikan sesuai dengan 8 hapsanah yang tertera di permen.
No Keterangan Jumlah
1 Korban bencana alam -
2 Pendidikan dan pelatihan 308.040.000
3 peningkatan kesehatan 401.443.000
4 Pengembangan sarana dan prasarana umum 2.592.489.306
6 Pelestarian alam 160.350.000 7 Bantuan sosial kemasyarakatan dalam rangka
pengentasan kemiskinan
541.810.000
8 Bantuan pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi dan bentuk lain yang terkat dengan upaya peningkatan kapasitas mitra binaan PK
24.458.000
Total 5.053.972.287
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015
Tabel V.5 Penyaluran dan penyebaran dana program bina lingkungan tahun 2015 berdasarkan wilayah
No Keterangan Jumlah
Di dalam wilayah kerja
1 Asahan 22.750.000
2 Batu bara 334.988.000
3 Labuhan batu 25.000.000
4 Langkat 29.610.000
5 Madina 1.071.974.203
6 Medan 1.381.203.107
7 Serdang bedagai 292.934.000
8 Simalungun 836.835.000
Di luar wilayah kerja
9 Aceh 75.568.040
10 Dairi 22.000.000
11 Deli serdang 721.846.143
12 Karo 40.000.000
13 Padang lawas utara 20.000.000
14 Pematang siantar 133.586.749
15 Tebing tinggi 18.650.000
Total 5.053.972.287
Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa BUMN Pembina menyalurkan dana bantuan program bina lingkungan tidak hanya dalam wilayah sekitar usaha namun juga diluar wilayah kerja. Karena sesuai dengan permen -09/MBU/07/2015 tentang program kemitraan dan bina lingkungan dalam pasal 6 menyatakan bahwa; BUMN Pembina dapat menyalurkan dana PKBL di seluruh wilayah republik Indonesia dan BUMN Pembina dalam menyalurkan dana PKBL mengutamakan wilayah sekitar BUMN, termasuk unit cabang/perwakilannya. Maka terlihat dari tabel berdasarkan jumlah pemberian bantuan di dalam wilayah kerja ataupun diluar wilayah kerja bahwa PTPN IV telah memprioritaskan daerah/wilayah kerja dalam meberikan bantuan. Berikut bebarap bantuan yang diberikan PTPN IV pada tahun 2015
Gambar V.1 saat penyaluran dana program bina lingkungan tahun 2015
Gambar diatas merupakan kegiatan yang dilakukan dalam penyaluran dana program bina lingkungan yang berada diluar wilayah kerja. Kegiatan tersebut merupakan pembangunan meunasah gampoeng alue bugeng yang terletak di kabupaten aceh timur. PTPN IV melakukan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat dengan membantu pembangunan di daerah tersebut.
Gambar V.2 penyaluran dana program bina lingkingan di aera kerja tahun 2015
PTPN IV peduli pendidikan dengan membangun rumah baca kopasude dan sanggar anugrah kampung badur di daerah tersebut.
Berdasarkan data sekunder diatas penulis dapat menyatakan bahwa sumber daya finansial telah tersedia dengan jumlah yang memadai maka diharapkan dengan keadaan finansial yang seperti itu maka kegiatan atau proses pengimplementasian PKBL dapat dilaksanakan dengan baik karena biasanya persoaalan yang lain yang sering muncul disebabkan oleh pembiayaan dari program-program kebijakan tersebut. sumber daya finansial telah di distribusikan dengan baik dapat dilihat dari terlaksananya penyaluran bantuan program kemitraan dan bina lingkungan
C. Fasilitas
Fasilitas fisik merupakan faktor yang penting dalam mengimplementasikan suatu kebijakan. Fasilitas dibutuhkan untuk menunjang kelancaran proses pelayanan agar dapat berjalan. Fasilitas yang utama adalah kantor sebagai pusat pelayanan dan tempat terjadinya arus komunikasi antara implementor dengan pemohon. Dari hasil pengamatan fasilitias yang tersedia di kantor cukup memadai sesuai dengan standar kantor pada umumnya . seperti memiliki gedung perkantoran yang permanen, ruang kantor setiap bidang atau satuan kerja sudah terpenuhi dengan dilengkapi meja, kursi, AC, Komputer. Berikut pernyataan pak fiqi selaku pegawai PKBL
Gambar V.3 keadaan kantor dan fasilitas yang diberikan ke pegawai berupa meja beserta komputer dan peralatan lainnya
Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa setiap pegawai diberikan fasilitas fisik berupa meja, komputer, printer,dan alat kantor lainnya untuk menunjang pekerjaan mereka.
“Sarana memang kurang terutama transportasi. Tidak ada kendaraan dinas yang tersedia, jadi kalau ada keperluan, ya harus merental mobil dulu. Nanti biaya operasional nya diajukan ke bagian keuangan barulah dan bisa keluar untuk pembayaran rental itu namun terkadang pun dana harus didahulukan secara pribadi baru nanti dianggarkan karena prosesnya kan memakan waktu tapi kan kita sudah harus gerak untuk memonitor. Jadi ya pandai-pandai kita lah untuk menutupi dulu dana itu.”
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan maka penulis menyimpulkan bahwa variabel sumber daya belum terpenuhi dikarenakan Dengan keadaan finansial yang baik seharusnya persoalan ini dapat diatasi, namun demikian uang uang tidak selalu memberikan jawaban dari kebutuhan yang kurang hal ini dapat dilihat dari keterbatasan sumber daya manusia yang tersedia , dimana SDM merupakan ujung tombak dari pelaksanaan PKBL dirasa belum memadai jika dilihat berdasarkan jumlah pegawai yang tersedia dikarenakan banyaknya cakupan wilayah yang harus ditangani. Serta fasilitas yang kurang memadai juga dapat menghambat pelaksanaan PKBL.
V.1.1.3 Komunikasi
Maka penulis menanyakan bagaimana komunikasi yang terjalin antara para pembuat kebijakan dengan implementor kebijakan. Berikut pernyataan ibu Afni
“Inikan kami (PTPN IV ) merupakan anak perusahaan BUMN. Dimana kami memiliki holding yaitu PTPN III. Jadi kami dapat informasi mengenai perubahan-perubahan kebijakan atau informasi lainyya biasanya dari holding bisa berupa email, atau dari teman-teman BUMN lainnya. Dari kemetrian BUMN juga seperti surat keputusan mentri tentang PKBL ini, terus surat edaran direksi lalu SOP utuk menjalankan PKBL ini.”
Setelah pihak implementor memahami apa yang harus dilakukan dalam implementasi program tersebut maka kebijakan tersebut diinformasikan kepada masyarakat yang akan menerima bantuan dana tersebut. Penulis mencoba menanyakkan bagaimana proses penyampain informasi kepada masyarakat misalnya melalui sosialisasi namun ternyata hal tersebut tidak dilakukan karena masyarakat sudah mengetahui kebijakan ini dengan sendirinya.. Seperti penyataan ibu Afni mengenai informasi PKBL
mengirimkan proposal ke unit usaha sekitar lalu unit usaha kami. Lau kami tndak lanjuti permohonan mereka.”
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan pak andri selaku mitraa binaan “Saya tau informasi PKBL ini dari saudara saya. Dia sudah duluan menjadi mitra binaan terus saya juga tertarik yasudah saya berbincang-bincang dengan dia mengenai baimana bisa menjadi mitraa binaan dengan syarat-syarat apa saja.”
Walaupun tidak ada sosialisasi secara langsung kepada masyarakat mengenai PKBL ini namun untuk program kemitraan sendiri biasanya mereka melakukan kegiatan-kegitan tertetu untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwasanya ada kebijakan pemerintah untuk memberikan bantuan keapda masayarakat melalui BUMN termasuk didalamnya PTPN IV. Hal ini disampaikan oleh pak hendy
“Kami tidak ada program sosialisasi rutin yang kami siapkan karena tanpa ada melakukan sosialisasi pun sudah banyak masyarakat yang datang kesini untuk permohonan bantuan dana itu. Tapi khusus program kemitraan kami ada melakukan kegiatan rutin seperti ikut-ikut di pameran-pameran tertentu seperti kemarin di acara PRSU (pekan raya sumatera utara). Mitraan binaan kami yang memiliki produk khas dan yang bersedia ikut langsung
Gambar V.4 salah satu pameran yang telah diikuti oleh mitra binaan PTPN IV tahun 2015
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2015
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan untuk memperkenalkan adanya program kemitraan kepada masyarakat yang diberikan oleh PTPN IV melalui pameran-pameran di event-event tertentu sehingga masyarakat dapat mengetahui informasi tentang bantuan modal usaha.
Komunikasi juga dilakukan antara pihak PKBL dengan para penerima bantuan salah satunya penerima bantuan kredit dana dalam program kemitraan yang selanjutnya disebut mitrabinaan. Berikut penyataan Pak Dahlan
Komunikasi antara PTPN IV dengan mitra binaan berjalan dengan lancar. Pihak PTPN IV juga selalu menanggapi setiap keluhan mitra binaar tentang perkembangan usaha dan hambatan-hambatan yang mitra binaan alami serta selalu berupaya menuntun mitra binaan untuk menggunakan pinjaman yang diperoleh secara tepat guna. Komunikasi yang dilangsungkan dapat berjalan baik apabaila ada koordinasi yang terbangun antara pihak terkait. koordinasi menyangkut persoalan bagaimana praktik pelaksanaan kekuasaan. Koordinasi berarti adanya kerja sama yang saling terkait dan saling mendukung antar pelaksana kebijakan dalam guna pencapaian tujuan implementasi kebijakan.maka bagian PKBL . Berikut pernyataan pak hendy mengenai komunikasi dan koordinasi bagian PKBL
“Kami tidak melakukan komunikasi dan kordinasi yang harus dilakukan secara tertulis( tidak ada kordinasi khusus yang dibuat antara bagian PKBL ini, semua pegawai bisa menjadi humas. Biasanya kami cenderung berdiskusi antara kepalau urusan dengan kepala bagian serta dengan bagian keuangan mengenai pelaksanaan PKBL ini”.
Namun tidak hanya kordinasi internal yang terjadi namun juga eksternal karena mengingat PKBL ini merupakan bantuan yang akan diberikan kepada masyarakat baik secara pinjaman ataupun hibah maka ada instansi lain yang diajak kerjasama ketika pelaksanaan penyaluran odana PKBL tersebut. Sesuai dengan pernyataan Pak Dahlan
pemerintah provinsi meminta kami sebagai perusahaan perkebunan untuk membantu para petani dengan menacari petani lalu diberdayakan serta tempat tinggalnya (kampung) . dan juga dengan LPP(lembaga pendidikan perkebunan) yang berada di pancing, biasanya mereka sebagai tenaga pengajar, seperti dalam penyaluran dana untuk program kemitraan maka para mitra binaan tersebut diajari bagaimana dasar-dasar keuangan sederhana untuk menjalankan usahanya, bisa dikatan pihak LPP ini sebagai konsultan pelatihan. Serta dengan USU, kalau dengan USU kami berkoordinasi dengan memberikan penyaluran dana sebagai bantuan untuk program membangun densa mandiri celawan dengan fakultas pertanian USU.”
Gambar V.5 pembangunan desa celawan yang dilakukan oleh PTPN IV bekerjasama dengan fakultas pertanian USU
Sumber : Laporan Tahunan Kinerja PKBL 2105
sosial masyarakat. Komunikasi dan Koordinasi dilakukan kepada instansi terkait yang dapat membantu dalam penyaluran dana PKBL untuk kegiatan pembangunan salah satunya yaitu pembangunan desa. Seperti gambar diatas merupakan kegiatan pembangunan desa celawan sebagai desa budaya, mandiri dan wisata (BMW) Kecamatan Pantai Cermin Serdang Bedagai.
Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi.Jika tidak ada kejelasan dan konsistensi serta keseragaman terhadap suatu standar dan tujuan kebijakan, maka yang menjadi standar dan tujuan kebijakan sulit untuk bisa dicapai. Dengan demikian, prospek implementasi kebijakan yang efektif, sangat ditentukan oleh komunikasi kepada para pelaksana kebijakan secara akurat dan konsisten
yang menjadi sasaran suatu kebijakan. Dalam hal ini masyarakat yang merupakan kelompok sasaran tersebut.
Komunikasi yang dilakukan antar pihak terkait berjalan dengan baik, kita dapat melihat hal tersebut dari jawaban para implementor yang paham dan mengerti tentang kebijakan yang sedang dijalankannya dan dari para kelompok sasaran yang juga paham tentang kebijakan yang dikenakan kepada mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam prosesnya, komunikasi tersebut ditransmisikan dengan benar dan tepat, diterima dan disampaikan dengan jelas, serta memiliki konsistensi yang baik. Tidak hanya komunikasi yang berjalan dengan baik namun juga kordinasi yang baik juga diperlukan dalam melaksanakan PKBL ini. Berdasarkan keterangan yang penulis dapatkan maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pihak PTPN IV telah melaksanakan PKBL dengan baik karena mereka melakukan koordinasi terhadap instansi terkait untuk membantu dan mempermudah mereka dalam proses mengimplementasikan PKBL tersebut.
V.1.1.4 Struktur Birokrasi
Birokrasi merupakan badan yang bertugas dalam mengimplementasi kebijakan yang telah ditetapkan. Apabila kebijakan yang telah ada disususn sedemikian rupa dan memiliki sumber daya dalam implementasinya, tetapi masih terhambat dalam pelaksanaan oleh struktur birokrasi yang tidak sehat maka tujuan dari suatu kebijakan tidak akan diimplementasikan dengan baik. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standard operating procedur (SOP) yang dicantumkan dalam guideline program atau kebijakan.
Standard Operating Procedure (Standar Operasional Prosedur)
“Iya kami kan ada SOP, jadi SOP inilah yang mengatur tugak pokok dan fungsi kami dalam bekerja di bidang PKBL ini. Jadi apa yang kamiharus kerjakan itu semuanya sudah jelas tertera di sop tersebut, dan kami sebagai pegawai juga harus paham mengenai SOP kami.”.
Ketika SOP sudah dipahami dengan sangat baik, maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan PKBL ini.. adapun prosedur yang harus dijalani dalam penyaluran dan program kemitraan (anggey wira, 2015 dalam www.usu.repository.ac.id
1. Para calon mitra binaan harus membuat proposal permohonan bantuan program kemitraan yang ditujukan kepada pihak PTPN IV.
) sebagai berikut :
2. Tahap Evaluasi dan Seleksi
Bagi proposal permohonan dari calon mitra binaan akan dilakukan evaluasi pendahuluan berdasarkan data -data yang ada guna menentukan dapat tidaknya proposal tersebut untuk ditindak lanjuti. Bila memenuhi persyaratan maka akan diadakan peninjauan langsung ketempat usaha dan akan dilakukan wawancara guna mengetahui layak tidaknya usaha yang dijalankan oleh calon mitra binaan. Adapun data yang harus dilengkapi dalam proposal sebelum dievaluasi adalah :
a. Nama dan alamat unit usaha
b. Nama dan alamat pemilik unit usaha c. Foto copy KTP
e. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban dan neraca atau data yang menunjukkan keadaan
keuangan serta hasil usaha)
f. Rencana usaha dan kebutuhan dana yang disertai dengan penjelasan agunan apa yang diberikan sebagai jaminan dalam melakukan peminjaman.
Gambar V.6 Lembar Evaluasi
3. Tahap Identifikasi
Pada tahap ini dilakukan peneitian lanjutan kepada calon mitra binaan yang berdasarkan hasil peninjauan layak untuk dibina guna dapat diidentifikasi jenis bantuan apa yang paling dibutuhkan, apakah berupa bantuan modal kerja, investasi maupun bantuan pemasaran atau pelatihan. 4. Tahap Implementasi
Selanjutnya setelah calon mitra binaan dinyatakan layak untuk dibina, dilakukan perjanjian kerja sama dalam bentuk bantuan pinjaman lunak dengan tingkat bunga sebesar 6% pertahun, dengan tenggang waktu pengembalian pinjaman selama 36 bulan dan pembayaran bantuan pinjaman dilakukan melalui transfer ke rekening bank mitra binaan yang bersangkutan. Adapun lembar penjanjian kerjasama sebagai beikut:
Berikut gambar V.7 Bukti Perjanjian
5. Tahap Monitoring
Pada tahap ini, monitoring dilakukan untuk mengetahui perkembangan yang telah dicapai oleh mitra binaan melalui monitoring berkala yaitu terhadap perkembangan tenaga kerja, volume produksi, omset penjualan, asset usaha dan lain sebagainya. Untuk selanjutnya pihak PTPN IV, juga akan memberikan masukan solusi kepada mitra binaan yang mengalami permasalahan dan kendala yang dihadapi mitra binaan.
6. Tahap Pelepasan
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari prosedur untuk menjadi mitra binaan, dimana penilaian akan dilakukan setelah melewati masa pembinaan selama 3 tahun apakah usaha yang dijalankan sudah menjadi usaha yang mandiri sehingga sudah dapat dilepas. Dan apabila dinilai belum mandiri maka pembinaan dapat diperpanjang paling lama 2 tahun atau hanya diberikan berupa bantuan yang bersifat konsultasi manajemen bisnis saja.
Berdasarkan prosedur yang harus dilalui oleh kedua pihak yaitu pihak PTPN IV dan juga pemohon,dalam memproses proposal tersebut ada yang menjadi indikator ataupun prosedur yang harus diikuti oleh bagian PKBL PTPN IV medan, berikut proses yang harus dilalui:
2. Survey lapangan (bila diperlukan), yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan permohonan, menambah fakta lapangan yang belum tertuang dalam proposal, memastikan lokasi/tempat yang akan dibantu, menilai jenis bantuan yang dibutuhkan (tunai atau natura).
3. Menyampaikan usulan dari hasil evaluasi administrasi dan survey lapangan yang berisikan antara lain latar belakang usulan, dasar pertimbangan berdasarkan informasi yang diperoleh saat evaluasi dan ketentuan yang berlaku, rekomendasi penolakan atau persetujuan.
4. Menyampaikan surat penolakan atau persetujuan kepada pemohon atau unit operasional.
Adapun Tata cara penyaluran bantuan dana Program BL sebagai berikut :
a. BUMN Pembina terlebih dahulu melakukan survai dan identifikasi atas calon penerima bantuan dan/atau obyek yang akan dibiayai dari dana Program BL.
b. Pelaksanaan Program BL dilakukan oleh BUMN Pembina yang bersangkutan.
sekali. Tujuan dari adanya pengawasan ini adalah bukan untuk mencari kesalahan tetapi memperbaiki pekerjaan sesuai prosedur. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bu afni
“Kami dalam menjalankan program ini selalu diawasi baik oleh SPI ataupun audit independent. Biasanya kalau untuk para mitrabinaan ini yang sering dilakukan. Tiga bulan sekali tim mendatangi para mitra binaan dan menanyakan baimana perkembangan usaha mereka.begitu juga terhadap mitra yang berada di sekitar kebun. Kalau untuk program bina lingkungan kan itu hanya memberikan bantuan terhadap 8 aspek yang sudah diatur di permen itu jadi selesai pengajuan proposal dan diterima kami hanya melakukan pengawasan ketika penyaluran dan itu saja biasnya kami mendatangi lokasi-lokasi yang menjadi objek bantuan”.
Pengawasan memang dilakukan rutin oleh pihak PTPN IV sesuai dengan prosedur yang berlaku. Terutama untuk program kemitraan karena merupakan pinjaman dana maka para mira binaan haruslah membayar kredit yang telah disepakati. Maka agar para mitra tetap mengingat tanggung jawabnya maka dilakukan monitoring ke ukm-ukm tersebut. Hal serupa dinyatakan oleh mitra binaan yaitu pak rasman
itu memperhatikan mitra binaanya, tidak merasa dilepas begitu saja ketika selesai dapat dana tapi juga mereka mengkontrol perekembangan usaha kami ini.”
PTPN IV memiliki bagian PKBL yang bertugas utuk menjalankan peraturan mentri BUMN untuk meberikan bantuan kepada masyarakat dalam program kemitraan dan bina lingkungan. SOP sudah dimiliki dan dipahami oleh setiap pegawai maka mereka sudah mengetahui apa ynag harus dilakukan dalam menjalankan tugasnya serta adanya Job description juga sangat membantu para pegawai. Prosedur yang sudah ada haruslah dikaukan pengawasan dalam pelaksananya agar sesuai dengan koridor yang ditetapkan maka bagian PKBL menjadikan monitoring sebagai rutinitas bukan hanya melakukan pengawasan terhadap kerja pegawai namun juga kepada masyarakat penerima bantuan.
bahwa kerjasama antara pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL berlangsung dengan sangat baik.
Berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat disimpulkan bahwa struktur birokrasi/ organisasi yang ada pada bagian PKBL PTPN IV Medan sudah cukup jelas. Adapun tata cara atau petunjuk pelaksana/petunjuk teknis yang digunakan untuk melaksanakan peraturan tentang program kemitraan dan bina lingkungan sudah jelas dan serta sudah tercantum di dalam rincian isi PER/09/MBU/07/2015. Dimana dijelaskan bagaimana prosedur, tata cara dan syarat yang dibutuhkan dalam proses permohonan baik pinjaman modal usaha atau yang disebut program kemitraan maupun bantuan dana secara hibah atau yang disebut program bina lingkungan , baik sebelum pemberian maupun sesudah pemberian bantuan dah. Sehingga baik pelaksana kebijakan maupun masyarakat dapat mengetahui dengan jelas.
V.1.1.5 Disposisi
implementor untuk tetap berada dalam arus program yang telah digariskan dalam guideline program.
Penulis mengajukan pertanyaan bagaimana persepsi impelemntor tertang program kemitraan dan bina lingkungan. Berikut pernyataan pak sahrial
“Kami senang adanya program ini. Karena program inikan kan berdampak kepada masyarakat. Jadi kami tidak hanya bekerja layaknya pegawai biasa namun juga membantu masyarakat secara tidak langsung. Kami terbuka dan memberi hak kepada siapa sajadan yang ingin meminjam atau meminta bantuan dan dari peruasahan kami namun kan harus ada persyaratannya. Ketika kami rasa itu sudah sesuai lalu ita bisa berikan dana itu.”
Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan buk Irma selaku mitra binaan
“Ketika saya datang kesana reaksi para pegawainya baik,mereka ramah dan terbuka mereka tidak memihak atau mengacuhkan saya dan saya langsung dilayani. Saya menanyakkan beberapa pertanyaan mengenai kemitraan ini dan mereka mejelaskan secara jelas jadi saya mudah memahami informasi yang diberikan. Saya cukup sedang bisa menjadi bagian dari mereka(mitrabinaan).”
baik. Hal ini dapat dilihat dari kejujuran, disiplin, komitmen, dan sikap untuk melayani dari para pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan PKBL tersebut. Dalam hal permohonan bantuan pegawai terkait mengetahui dan memahami apa yang menjadi tugas dan wewenangnya. Hal ini dapat dilihat ketika calon mitra binaan yang ingin mengurus permohonan bantuan pinjaman modal usaha kurang mengetahui persyaratannya , maka pegawai mau melayani masyarakat dengan menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami oleh masyarakat tersebut.
V.1.2 Implementasi Program Kemitraan Dalam Pengembangan Usaha Kecil
Program kemitraan dan bina lingkungan merupakan program yang memberikan bantuan peminjaman dana kepada masyarakat sekitar usaha. sasaran dari salah satu program tersebut adalah usaha kecil. Sehingga diharapkan bahwa jangan hanya perusahaan yang mendapatkan keuntungan bagi usahanya namun adanya rasa berbagi untuk membantu para ekonomi kecil untuk dapat tumbuh berkembang. Hambatan yang biasa muncul adalah tidak tersedianya modal untuk memulai usaha dan jika usa tersebut dimulai bagaimana cara menjalankan usaha tersebut agar bisa mberkembang dan menjadi sukses. Disitulah peran usaha besar dituntut untuk memberikan pembinnan ataupun pelatihan terhadap usaha kecil agar meningkatkan usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri. Maka dari itu ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha kecil yaitu
3. Permodalan yaitu memberikan dan menyediakan modal bagi pelaku usaha melalui bantuan keuangan, bantuan teknis, dan program peminjaman 4. Kemitraan usaha yaitu kerjasama antar pihak pemberi pinjaman dengan
penerima pinjaman berdasarkan prinsip saling mendukung, membutuhkan, dan menguntungkan dengan disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha besarpembinaan dan pelatihan dilakukan oleh sumber daya manusia yang merupakan pengelola dari usaha tersebut.
sejauh mana kebijakan PKBLyang dilaksanakan PTPN IV ini dapat menangani hal tersebut.
V.1.2.1 Permodalan
Sesuai dengan pengertian dari program kemitraan BUMN , yang dimaksud dengan program kemitraan adalah meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri. Masalah yang sering dihadapi oleh para pelaku usaha kecil adalah tidak tersedianya finasial yang dimilki untuk membangun ataupun mengembangkan usahanya. Maka degan adanya program kemitraan ini diharapkan masalah finansial yang sering dihadapi dapat ditanggulangi dengan bantuanpeminjaman permodalan yang dapat diberikan oleh BUMN kepada pelaku usaha dengan jasa administrasi pinjaman ditetapkan satu kali saat pemberian pinjaman yaitu sebesar 6% ( enam persen) per tahun dari saldo pinjaman awal tahun. Program kemitraan dapat menjadi solusi dari masalah yang dihadapi oleh usaha kecil, dikarenakan dana dari program kemitraan disalurkan dalam bentuk :
a. Pinjaman untuk membiayai modal kerja dan/ atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan;
b. Pinjaman tambahan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari usaha mitra binaan
c. Jumlah pinjaman untuk setiap mitra binaan dari program kemitraan maksimum sebesar Rp. 75.000.000
a. Calon Mitra Binaan menyampaikan rencana dan/atau proposal kegiatan usaha kepada BUMN Pembina, dengan memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut :
1. Nama dan alamat unit usaha;
2. Nama dan alamat pemilik/pengurus unit usaha; 3. Bukti identitas diri pemilik/pengurus;
4. Bidang usaha;
5. Izin usaha atau surat keterangan usaha dan pihak yang berwenang; 6. Perkembangan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan dan
beban, neraca atau data yang menunjukkan keadaan keuangan serta hasil usaha);
7. Rencana usaha dan kebutuhan dana; dan
8. Surat Pernyataan tidak sedang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina lain.
b. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 6), tidak diwajibkan bagi calon Mitra Binaan yang dibentuk atau berdiri sebagai pelaksanaan program BUMN Pembina, khusus untuk pengajuan pertama kali;
c. BUMN Pembina melaksanakan evaluasi dan seleksi atas permohonan yang diajukan oleh calon Mitra Binaan;
e. Pemberian pinjaman kepada calon Mitra Binaan dituangkan dalam surat perjanjian/kontrak yang sekurang-kurangnya memuat :
1. Nama dan alamat BUMN Pembina dan Mitra Binaan; 2. Hak dan kewajiban BUMN Pembina dan Mitra Binaan; 3. Jumlah pinjaman dan peruntukannya;
4. Syarat-syarat pinjaman (sekurang-kurangnya jangka waktu pinjaman, jadual
5. angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman).
f. BUMN Pembina dilarang memberikan pinjaman kepada calon Mitra Binaan yang menjadi Mitra Binaan BUMN Pembina lain.
g. Besarnya jasa administrasi pinjaman dana Program Kemitraan ditetapkan satu kali pada saat pemberian pinjaman yaitu sebesar 6% (enam persen) per tahun dari saldo pinjaman awal tahun
Berdasarkan data diatas maka ada beberapa prosedur yang harus dilaui dalam melakukan pinjaman modal usaha. maka dari itu penulis menanyakkan kepa salh satu mitra binaan PTPN IV medan mengenai tanggapan terhadap proses yang harus dilauinya ketikan mengajukan permohanan peminjaman dana.Berikut pernyatan ibu Irma sebagai mitra binaan yang memiliki usaha rantangan makanan.
cukuplah untuk memberi peralatan. Karena usaha saya kan rantangan jadi ya uang yang saya dapatkan saya gunakan untuk membeli aset seperti kulkas dan lainnya. Saya sih merasa bersyukur karena bisa ada bantuan modal ini karena membantu sekali. Seperti biasanya saya harus belanja untuk keperluan rantangan setiap hari tapi sekarang sudah tidak lagi karena sudah ada tempat penyimpanannya. Dan pelanggan juga lebih banyak bisa saya terima. Sekarang saya sudah memiliki 3 orang pekerja dan juga untuk bunga cicilannya paling kecil diatara pinjaman dI tempat lain, jadi tidak memberatkan saya untuk membayarnya.”
Dalam pelaksanaan prosedur seperti itu dinilai cukup mudah dan tidak berbelit-belit untuk pemenuhannya. Berikut pernyataan Pak Rasman Bangun selaku mitrabinaan PTPN IV
Gambar V.8 keadaan usaha gas elpiji 3 kg milik Pak Rasman
Gambar diatas merupakan usaha yang dimiliki pas rasman bangun yang dapat dikelola berkat bantuan pinjaman modal usaha dari PTPN IV sebesar Rp.50.000.000 hingga sekarang usaha tersebut masih berlangsung.
Tabel V.6 Simulasi Cicilan Pinjaman + Bunga Program Kemitraan PTPN IV
No Pinjaman Rp.
Bunga 18% per 36 bulan
Rp.
Pinjaman+bunga Rp.
Cicilan per bulan
Cicilan pembulatan
1 10.000.000 1.800.000 11.800.000 327.778 328.000 2 15.000.000 2.700.000 17.700.000 491.667 492. 000
9 50. 000.000 9. 000.000 59.000.000 1.638.889 1.640. 000 10 55. 000.000 9.900.000 64.900.000 1.802.778 1.803. 000 11 60. 000.000 10.800.000 70.800.000 1.966.667 1.967. 000
12 65. 000.000 11.700.000 76.700.000 2.130.556 2.131.000 13 70. 000.000 12.600.000 82.600.000 2.294.444 2.295.000 14 75. 000.000 13.500.000 88.500.000 2.58.33 2.460.000
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa bunga pinjaman yang diberikan setiap tahunnya adalah 6%.jumlah tersebut dinilai cukup rendah dibandingkan dengan pinjaman ke perbankan. Hal ini mendorong masyarakat untuk meminjam modal usaha dari program kemitraan PTPN IV medan.
Dari pernyataan yang diungkapkan oleh para mitra binaan dengan data sekunder yang peneliti dapatkan maka dapat dilihat bahwa angsuran yang harus dibayarkan sesuai dengan peminjaman tidaklah terlalu besar mengingat program kemitraan ini memang ditujukan untuk membantu para usaha kecil agar dapat menerima bantuan dan menjalankan usahanya tanpa harus diberatkan dengan bunga cicilan yang besar. Hal ini juga yang menjadi pertimbangan para usaha kecil untuk meminjam modal usaha. dengan bunga yang kecil memberikan mereka semangatdan memotivasi untuk memulai dan mengembangkan usaha, sehingga muncul jiwa berwirausaha tanpa mengharapkan lapangan pekerjaan. Sehingga perekonomian rakyat dapat berangsur membaik.
permodalan dalam pengembangan usaha dinilai memang mempengharui keadaan usaha kecil karena dengan adanya bantuan permodalan para usaha kecil dapat membuka ataupun mengembangkan usahanya sehingga perekonomian mereka pun terbantu dengan keadaan usaha yang baik.
V.1.2.2 Kemitraan usaha
Menurut Tennyson dalam wibisono ( 2007: 103) dalam membentuk kemitraan ada tiga prinsip penting yang harus diterapkan didalamnya, yaitu :
4. Kesetaraan atau Keseimbangan (equity)
Pendekatan yang ada dalam kemitraan bukan pendekatan top-down atau bottom-up, bukan pula berdasar kekuasaan semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya untuk dapat menghindari antagonisme yang terdapat di dalamnya.
5. Transparansi
Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja
6. Saling Menguntungkan
Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
peminjaman dana, pihak PTPN IV telah memberikan penyuluhan terhadap calon mitra binaan mengenai kisaran pencairan dana yang akan diberikan dengan adanya lembar evaluasi kelayakan usaha yang ada para mitra binaan mengetahui kriteria usaha yang dapat diberikan pinjaman.ketiga, , dengan jumlah bunga yang ditetapkan, serta surat perjanjian kerjasama yang ada. Ketiga, prinsip saling menguntungkan yaitu dalam penyelenggaran PKBL oleh PTPN IV tidak hanya mitra binaan yang kredit usaha tetapi juga brand image yang didapatkan. PTPN IV dipandang baik dimata masyarakat karena ikut aktif untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Maka dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip tersebut diterapkan di lingkungan PKBL PTPN IV sehingga proses penyaluran dana bantuan dapat berjalan dengan efektif.
Dalam proses implementasinya, kemitraan yang dijalankan tidak selamanya ideal karena dalam pelaksanaannya kemitraan yang dilakukan didasarkan pada kepentingan pihak yang bermitra. Maka dari itu ada beberapa pola yang menjelaskan bagaimana kemitraan itu diterapkan oleh beberapa perusahaan.
Menurut Wibisono (2007:104), Kemitraan yang dilakukan antara perusahaan dengan pemerintah maupun komunitas/ masyarakat dapat mengarah pada tiga pola, diantaranya :
2. Pola kemitraan semi produktif . dalam skenario ini pemerintah dan komunitas atau masyarakat dianggap sebagai objek dan masalah diluar perusahaan.
3. Pola kemitraan produktif . pola kemitraan ini menempatkan mitra sebagai subjek.
Berdasarkan pengamatan penulis maka penulis menyimpulkan bahwa bagian PKBL PTPN IV menggunakan pola kemitraan Poduktif. Hal tersebut terlihat bahwa PTPN IV menempatkan mitra binaan sebagai subjek . terlihat dari adanya kegiatan lanjutan yang dilakukan oleh PTPN IV setelah penyaluran dana PKBL. Pihak PTPN IV melakukan monitoring terhadap mitra binaan guna memantau perkembangan usahanya, serta memberikan pembinaan dan pelatihan kepada SDM usaha kecil agar para mitra binan daapat lebih termotivasi dan semangat dalam menjalankan usahanya sampai berhasil serta menumbuhkan kesadaran untuk membayar cicilan pinjaman. Perusahaan memiliki kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat memberikan dukungan positif kepada perusahan. sehingga tujuan-tujuan dari kemitraan tersebut tercapai dalam jafar (2000:63) :
7. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat 8. Meningkatkan perolehan niali tambah bagi pelaku kemitraan
9. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil 10.Meningkatkan pertumbuhan ekonomipedesaan, wilayah, dan nasional 11.Memperluas kesempatan kerja
Ketika prinsip-prinsip dan pola kemitraan dilakukan sehingga tercapi tujuan dari adanya kemitraan itu sendi. Namun kualitas SDM dari usaha kecil juga sangat dibutuhkan karena mereka lah yang akan menjalankan usaha tersebut maka dari itu PTPN IV melakukan pembinaandan pelatihan terhadap mitra binaan.
Pengembangan usaha bukan saja dibarengi dengan modal yang banyak atau tenaga kerja yang tersedia tetapi juga harus dibarengi dengan pembinaan secara rutin serta pelatihan terhadap SDM yang bersangkutan agar menjadi tenaga kerja yang terampil sehingga usaha yang dibuat dapat berjalan dan berkembang seiring dengan waktu.sesuai dengan PER/09/MBU/07/2015 tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan memuat pasal mengenai kewajiban BUMN Pembina salah satunya adalah melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap mitra binaan serta mengadministrasikan kegiatan pembinaan. Berikut pernyataan ibu afni mengenai pembinaan yang dilakukan oleh PTPN IV
Pembinaan bukan hanya dilakukan ketika mitra binaan akan mendapatkan bantuan pinjaman saya namun setelah itu juga berlangsung pembinaan dilakukan ketika pegawasan terhadap mitra binaan berlangsung. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan pak andriansyah
“iya ada pembinaan yang dilakukan. Kebetulan saya juga mitra baru jadi kalau tidak salah pada desember kemarin itu ada dilaukukan pembinaan seperti seminar begitu diadakan. Para mitra binaan dikumpulin dan diberikan penjelasan dan pengarahan mengenai kiat-kiat berwirausaha, serta motivasi, lalu setelah usaha berjalan mereka juga memantau perkembangannya, dalam monitoring itulah mereka menanyakkan keluh kesah kami dalam menjalankan usaha lalu mereka memberikan saran. Hal-hal seperti itulah pembinaan yang mereka lakukan terhadap kami.
Gambar V. 9 produk usaha yang dijalankan oleh pak andriansyah
pelatihan sebenarnya sangat diperlukan agar menciptakan ide-ide kreatif sehingga para mitra binaan dapat membuat kreasi dan inovasi dari usahanya.
Pembinaan dan pelatihan dilakukan dari segi sumber daya manusia yang tersedia untuk mengelola usaha tersebut. Pihak PTPN IV selau memberikan pembinaan kepada calon mitra binaan namun tidak sejalan dengan pelatihan. Pihak PTPN IV terakhir memberikan pelatihan SDM pada tahun 2013.Berikut pelatihan yang pernah dilakukan oleh bagian PKBL PTPN IV terhadap UKM mitra binaan tahun 2013. Pelatihan manajemen dan etika bisnis UKM mitrabinaan PTPN IV merupakan program pelatihan berkelanjutan yang terselenggaraatas kerjasama bagian PKBL PTPN IV dengan LPP Kampus medan, kerjasama pelatihan UKM mitrabinaan telah dilakukan sejak tahun 2008 sampai dengan 2013 sebanyak 70 angkatan pelatihan yang rata-rata perkelas diikuti 30 orang UKM mitrabinaan yang berasal dari berbagai bisang usaha dan daerah di wilayah Sumatera Utara . pelatihan dilaksanakan dalam rangka upaya dari PTPN IV sebagai BUMN Pembina untuk melakukan pembinaan terhadap kelompok usaha kecil.
Adapun tujuan dari pelaksananaya yaitu:
1. Memberikan bekal keilmuan praktis pengelolaan usaha, sehingga mitrabinaan mampu mengelola dan mengembangkan dengan baik usahanya.