• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT (PHBM)

1. Program kerja

Program kerja disusun dengan melibatkan berbagai unsur yang terlibat dalam kelembagaan PHBM yang tentunya didasarkan pada kondisi dan potensi pangkuan hutan dan karakteristik masyarakat setempat. Program kerja disusun dalam upaya untuk mengelola secara menyeluruh setiap tahapan kegiatan pengelolaan hutan selama 1 (satu) daur tanaman jati (40 tahun) dari tahap penanaman, penjarangan dan tebang habis tegakan pohon hutan. Akan tetapi dikarenakan kondisi hutan di Desa Tonjong merupakan tanaman muda (penanaman tahun 2000, 2001, 2003) maka dari ketiga tahapan tersebut hanya tahap penjarangan tanaman yang bisa dilaksanakan.

Keterlibatan berbagai unsur terkait dalam penyusunan program kerja disampaikan beberapa informan antara lain :

§ DN (Asper/KBKPH Pengarasan)

Pengurus dan Perum Perhutani bersama-sama menyusun Program Kerja yang dituangkan dalam Renstra. Kerjasama pengelolaan sumberdaya hutan di wilayah Desa Tonjong kemudian diformalkan dalam Surat Perjanjian Kerjasama antara Perum Perhutani dan LMDH yang kemudian dikukuhkan dalam Akta Notaris.

§ Ks (PJS Kepala Desa Tonjong/Penasehat LMDH)

Pada Bulan Desember 2004 dilaksanakan kegiatan penyusunan program kerja bersama yang dihadiri Perum Perhutani (Asper dan Mantri Kehutanan), aparat desa dan pengurus LMDH. Pada pertemuan tersebut banyak rencana program kerja yang disampaikan pengurus. Setelah disesuaikan dengan kegiatan Perum Perhutani maka program kerja yang dirumuskan antara lain : pamswakarsa, penjarangan hutan, penggemukan kambing dan tumpangsari. Program kerja tersebut sudah mewakili kepentingan kedua belah pihak dan yang terpenting diharapkan manfaat yang dirasakan amat besar dapat diperoleh masyarakat miskin yang tinggal di sekitar hutan.

77

§ Wt (Ketua LMDH Desa Tonjong)

Proses penyusunan program kerja dilakukan bersama-sama antara LMDH dengan Perum Perhutani. Pada saat itu beberapa program kerja banyak ditawarkan oleh pengurus akan tetapi harus juga disesuaikan dengan kepentingan Perum Perhutani, sehingga diharapkan kepentingan kedua belah pihak dapat terwakili. Program kerja yang disepakati : pamswakarsa, penjarangan hutan, penggemukan kambing dan tumpangsari.

Penyusunan program kerja PHBM dilaksanakan pada awal Bulan Desember 2004 yang melibatkan Perum Perhutani dan Pengurus LMDH “Wana Bhakti”. Program kerja tersebut kemudian dituangkan dalam “Rencana Strategi Lima Tahun (Renstra) Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) Tahun 2005-2009. Secara terinci program kerja 5 (lima) tahun tersebut dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel 10

Rencana Kerjasama Pengelolaan Hutan

LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong Tahun 2005-2009

No. Tahun Kegiatan Volume Sumber Dana

1. 2005 - Pamswakarsa - Penjarangan - Penggemukan Kambing - Tumpangsari 20 orang 9,60 hektar 12 ekor - - Perum Perhutani - Bagi hasil

- Swadaya & PUKK - Masyarakat 2. 2006 - Penjarangan - Tumpangsari 69,10 hektar - - Bagi hasil - Masyarakat 3. 2007 - Penjarangan 25,60 hektar - Bagi hasil 4. 2008 - Penjarangan 9,60 hektar - Bagi hasil 5. 2009 - Penjarangan 69,10 hektar - Bagi hasil

Sumber : Renstra LMDH “Wana Bhakti”

Walaupun program kerja telah tersusun dalam renstra dan disusun dengan melibatkan berbagai pihak LMDH dan Perum Perhutani, namun pada pelaksanaannya setelah berjalan 2 tahun (2005-2006) tidak dapat terlaksana dengan baik sesuai rencana. Hal tersebut disebabkan berbagai kendala yaitu tidak aktifnya kepengurusan LMDH dan potensi tanaman hutan di wilayah pangkuan Desa Tonjong yang masih muda sehingga belum dapat menghasilkan sesuai yang diharapkan.

Penjelasan tentang pelaksanaan program kerja dan kendala yang dihadapi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Pamswakarsa

Berkaitan dengan kegiatan pamswakarsa beberapa informan menyatakan :

§ DN (Asper/KBKPH Pengarasan)

Pada awal 2005 Pak Mantri pernah menyampaikan kalau Pengurus LMDH (Pak Wasto) pernah mengajukan dana pamswakarsa tetapi tidak dilanjutkan lagi karena dananya terlalu kecil katanya.

§ Ks (PJS Kepala Desa Tonjong/Penasehat LMDH)

Upaya pengurus selanjutnya adalah merealisasikan kegiatan pamswakarsa, namun sepertinya gagal dan tidak berlanjut karena dana yang bersumber dari Perum Perhutani sepertinya tidak cukup untuk operasionalisasi kegiatan bagi 20 orang pertugas pamswakarsa.

§ Wt (Ketua LMDH Desa Tonjong)

Berkaitan dengan pamswakarsa, saya dengan seksi keamanan pernah mengumpulkan 20 orang yang tinggal di sekitar hutan dan mereka bersedia. Selanjutnya saya menghubungi Perum Perhutani untuk menyampaikan kesediaan masyarakat. Perum Perhutani mendukung kesediaan masyarakat dan siap memberikan pengarahan tentang tata cara pengamanan hutan. Perum Perhutani juga menyediakan dana bagi masyarakat sebesar Rp. 600.000,00 perbulan. Namun, ketika informasi dari Perum Perhutani disampaikan kepada masyarakat, sebagian besar menganggap dana tersebut tidak sebanding dengan beratnya beban dan tanggung jawab. Dan akhirnya kegiatan ini tidak bisa dijalankan.

§ PR (Mantri Kehutanan/KRPH Tonjong)

Memang pada awal pelaksanaan kegiatan (sekitar awal 2005), Pak Wasto pernah menemui saya untuk merealisasikan program pamswakarsa. Pada saat itu saya menyatakan siap mendukung dan membantu. Untuk pelaksanaan kegiatan tersebut Perum Perhutani menyediakan dana operasional sebesar Rp. 600.000,00 tentunya dengan syarat kegiatan tersebut harus dilaksanakan dahulu. Namun pada saat itu juga, menurut pemikiran dan perhitungan Pak Wasto sepertinya sangat sedikit dan sulit untuk dikelola. Dan ketika Pak Wasto menyampaikan kepada warga, sebagian juga menganggap terlalu kecil dibandingkan dengan tanggung jawabnya. Dan akhirnya kegiatan tersebut tidak dilanjutkan.

79

Untuk pelaksanaan kegiatan pamswakarsa pengamanan hutan, pihak pengurus telah menunjuk dan memilih 20 orang yang berdomisili di sekitar hutan untuk melakukan kegiatan patroli pengamanan hutan. Pendanaan kegiatan tersebut berasal dari Perum Perhutani yaitu sebesar Rp. 600.000,00 perbulan. Pada tahap selanjutnya pengurus mengumpulkan 20 orang yang telah ditunjuk guna menginformasikan tugas dan dana operasiona l kegiatan. Namun, setelah mendapat informasi tersebut sebagian besar menganggap dana tersebut terlalu kecil dibanding dengan beratnya kegiatan dan tanggung yang mereka emban, sehingga selanjutnya mereka mundur. Karena berbagai pertimbangan tersebut, selanjutnya pengurus memutuskan untuk tidak melaksanakan kegiatan tersebut dan tidak mengajukan dana pamswakarsa kepada Perum Perhutani.

b) Penggemukan kambing

Berkaitan dengan program kegiatan penggemukan kambing beberapa informan menyatakan :

§ DN (Asper/KBKPH Pengarasan)

Pengurus LMDH juga pernah menanyakan bagaimana prosedur pengajuan dana PUKK, kemudian disampaikan bahwa persyaratan pengajuan dana PUKK adalah LMDHnya harus aktif dulu atau ada beberapa program kerja yang sudah dijalankan (misalnya pamswakarsa). Sela njutnya pengurus mengajukan proposal kegiatan usaha ekonomis produktif dan dana yang tersedia sebesar Rp. 5.000.000,00-an untuk pengajuan awal. Karena belum ada kegiatan yang terrealisir akhirnya pengurus tidak jadi mengajukan proposal.

§ Ks (PJS Kepala Desa Tonjong/Penasehat LMDH)

Tidak terlaksananya kegiatan pamswakarsa mengakibatkan pengurus tidak bisa mengakses dana bergulir untuk penggemukan kambing, karena kepengurusan dianggap tidak aktif dan tidak ada program yang terealisir.

§ Wt (Ketua LMDH Desa Tonjong)

Program kegiatan penggemukkan kambing tidak bisa dilaksanakan karena sumber dana berasal dari swadaya dan dana PUKK dari Perum Perhutani. Sementara LMDH belum ada pendanaan (kas) dan tidak bisa mengakses dana PUKK karena kondisi kepengurusan yang tidak aktif dan tidak ada program yang sudah dilaksanakan.

§ PR (Mantri Kehutanan/KRPH Tonjong)

Beberapa bulan kemudian Pak Wasto juga menemui saya dan Asper untuk menanyakan tentang prosedur dana PUKK. Kemudian dijelaskan kalau untuk mengajukan proposal dan PUKK syaratnya harus ada program yang sudah dijalankan LMDH (seperti : pamswakarsa). Dan juga paling tidak pihak LMDH harus mengajukan proposal usaha dan sudah ada kegiatan usaha yang dijalankan oleh LMDH.

Kegiatan penggemukkan kambing merupakan program Usaha Ekonomis Produktif yang bertujuan untuk memupuk keswadayaan LMDH dan meningkatkan penghasilan tambahan bagi pengurus dan anggota LMDH. Namun demikian, pada pelaksanaannya program ini tidak dapat dilaksanakan karena belum adanya pendanaan (kas) yang dimiliki oleh LMDH “Wana Bhakti” Desa Tonjong. Sebenarnya dari pihak Perum Perhutani tersedia dana dalam bentuk Bantuan Pinjaman Dana Bergulir (PUKK) yang biasanya pada tahap awal tersedia dana Rp. 5.000.000,00 setiap LMDH. Namun, pengurus LMDH tidak dapat mengakses dana tersebut karena kondisi kepengurusan yang tidak aktif dan belum ada program kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh LMDH.

c) Penjarangan

Program ini bertujuan untuk mengatur jarak tanaman dengan melakukan penjarangan tanaman sehingga jaraknya menjadi lebih lebar dan teratur sehingga pertumbuhan tanaman lebih cepat. Namun program ini belum bisa direalisasikan karena tidak aktifnya kepenguran LMDH dan pertimbangan kondisi tanaman yang masih berumur muda dan belum memerlukan penjarangan.

d) Tumpangsari

Berkaitan dengan kegiatan tumpangsari informan DS menyatakan : Kebetulan kondisi tanaman jati di hutan di wilayah Desa Tonjong merupakan tanaman muda, sehingga lahan- lahan di sekitarnya masih bisa menghasilkan jika ditanami tanaman palawija. Sehingga kami mengambil kebijakan memperbolehkan masyarakat untuk mengolah lahan tersebut dengan tanaman yang menghasilkan, dengan catatan mereka juga harus ikut merawat dan mengamankan tanaman jati kami.

81

Sementara itu, informan Wt juga menjelaskan bahwa :

Kegiatan ini telah dilakukan oleh warga masyarakat di sekitar hutan. Hal ini dikarenakan mereka sebagian besar buruh tani yang tidak memiliki lahan. Sementara itu, dalam upaya memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat sekitar hutan, pihak Perum Perhutani memperbolehkan dan memberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk mengelola lahan sekitar hutan dengan tanaman yang menghasilkan. Selain itu, pihak Perum Perhutani juga mengharapkan agar masyarakat ikut juga memelihara dan menjaga keamanan hutan.

Informan Sl yang merupakan masyarakat sekitar hutan yang melakukan kegiatan tumpangsari menyatakan :

Seperti halnya warga masyarakat di dukuh saya, saya juga ikut mengelola lahan sekitar hutan. Hal tersebut saya lakukan selain untuk mencari tambahan penghasilan, juga sekaligus mengawasi dan mengkoordinir warga saya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut... Selain memberi kesempatan untuk mengolah lahan sekitar hutan, pihak Perum Perhutani (melalui Mantri Kehutanan) juga selalu mengingatkan agar warga masyarakat ikut menjaga dan merawat kelestarian hutan. Untuk itu saya juga selalu menyampaikan hal tersebut kepada warga masyarakat yang mengolah lahan sekitar hutan.

Program ini bertujuan untuk membantu masyarakat miskin yang berada di sekitar hutan agar memperoleh pendapatan/penghasilan dari tanaman yang mereka kelola di lahan- lahan kosong sekitar hutan. Biasanya masyarakat menanami lahan kosong sekitar hutan dengan tanaman palawija seperti singkong, pisang, kacang tanah, pisang. Biasanya mereka dapat memanen hasil tanaman mereka setiap 4 (empat) bulan sekali. Hasil panen tersebut biasanya sebagian digunakan untuk keperluan makan sehari- hari dan sebagian dijual untuk menambah penghasilan mereka untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak dan lain- lain.

Selain melakukan kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman palawija mereka, masyarakat juga dapat berperan serta/berpartisipasi dalam memelihara dan menjaga keamanan tegakan tanaman hutan. Hal ini mereka lakukan karena mereka juga merasa ikut bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian dan keamanan hutan serta karena mereka juga merasa mendapatkan manfaat dari hutan tersebut.

Dokumen terkait