• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Kemenkes RI (2014), upaya pengendalian TB paru di Indonesia sudah berlangsung sejak sebelum kemerdekaan. Setelah perang dunia kedua, secara terbatas melalui 20 balai pengobatan dan 15 sanototium pada umumnya berada di pulau Jawa. Era tahun 1960-1970 menandai diawalingya upaya pengendalian pedoman nasional pengendalian TB. Pada tahun1977 mulai diperkenalkan pengobatan jangka pendek (6 bulan) dengan menggunakan panduan OAT yang terdiri dari INH, Rifampisin, dan Eltahmbutol. Pada tahun 1994 Departemen Kesehatan RI melakukan uji coba penerapan strategi DOTS di satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dan satu kabupaten di Provinsi Jambi.

Lalu, pada tahun 1995 secara nasional DOTS diterapkan bertahap melalui puskesmas.

Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator sebagai alat ukur kinerja dan kemajuan program (marker of progress). Dalam menilai kemajuan atau keberhasilan program pengendalian TB digunakan beberapa indikator yaitu indikator dampak, indikator utama dan indikator operasional.

1. Indikator Dampak

Merupakan indikator yang menggambarkan keseluruhan dampak atau manfaat kegiatan penanggulangan TB. Indikator ini akan diukur dan di analisis di tingkat pusat secara berkala.

Yang termasuk indikator dampak adalah:

a. Angka Prevalensi TB b. Angka Insidensi TB c. Angka Mortalitas TB 2. Indikator Utama

Indikator utama digunakan untuk menilai pencapaian strategi nasional penanggulangan TB di tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat. Adapun indikatornya adalah:

a. Cakupan pengobatan semua kasus TB (case detection rate/CDR) yang diobati.

b. Angka notifikasi semua kasus TB (case notification rate/CNR) yang diobati per 100.000 penduduk.

c. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus.

d. Cakupan penemuan kasus resistan obat.

e. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat.

f. Persentase pasien TB yang mengetahui status HIV.

Untuk tingkat provinsi dan pusat, Kabupaten/Kota juga harus mencapai indikator, yaitu :

a. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target CDR.

b. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target CNR.

c. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus.

d. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target indikator cakupan penemuan kasus TB resistan obat.

e. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat.

f. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target indikator persentase pasien TB yang mengetahui status HIV.

3. Indikator Operasional

Indikator ini merupakan indikator pendukung untuk tercapainya indikator dampak dan utama dalam keberhasilan Program Penanggulangan TB baik di tingkat Kab/Kota, Provinsi, dan Pusat, diantaranya adalah:

a. Persentase kasus pengobatan ulang TB yang diperiksa uji kepekaan obat dengan tes cepat molukuler atau metode konvensional.

b. Persentase kasus TB resistan obat yang memulai pengobatan lini kedua.

c. Persentase Pasien TB-HIV yang mendapatkan ARV selama pengobatan TB.

d. Persentase laboratorium mikroskopik yang mengikuti uji silang.

e. Persentase laboratorium mikroskopis yang mengikuti uji silang dengan hasil baik.

f. Cakupan penemuan kasus TB anak.

g. Cakupan anak < 5 tahun yang mendapat pengobatan pencegahan INH .

h. Jumlah kasus TB yang ditemukan di Populasi Khusus (Lapas/Rutan, Asrama, Tempat Kerja, Institusi Pendidikan, Tempat Pengungsian) . i. Persentase kasus TB yang ditemukan dan dirujuk oleh masyarakat atau

organisasi kemasyarakatan.

Untuk tingkat provinsi dan pusat, selain memantau indikator di atas, juga harus memantau indikator yang dicapai oleh kabupaten/kota yaitu:

a. Persentase kabupaten/kota minimal 80% fasyankesnya terlibat dalam PPM b. Persentase kabupaten/kota yang mencapai target indikator persentase pasien

TB-HIV yang mendapatkan ARV selama pengobatan TB.

4. Formula dan Analisa Indikator

a. Proporsi Pasien Baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis diantara terduga TB adalah persentase pasien baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA Positif dan MTB Positif) yang ditemukan diantara seluruh terduga yang diperiksa dahaknya dengan formula :

jumlah pasien baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis yang ditemukan jumlah seluruh terduga yang diperiksa

Angka ini sekitar 5-15%. Bila angka ini terlalu kecil (<5%) kemungkinan disebabkan oleh :

1. Penjaringan terduga TB terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria terduga TB, atau

2. Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu) Bila angka ini terlalu besar (>15%) kemungkinan disebabkan : 1. Penjaringan terlalu ketat

2. Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium (positif palsu)

b. Proporsi pasien TB Paru terkonfirmasi bakteriologis diantara semua pasien TB Paru tercatat/diobati adalah persentase pasien TB Paru terkonfirmasi bakteriologis diantara semua pasien TB Paru tercatat (bakteriologis dan klinis). Indikator ini menggambarkan prioritas penemuan pasien TB paru yang menular diantara seluruh pasien TB Paru yang diobati.

jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologs jumlah seluruh pasien TB Paru

c. Proporsi Pasien Baru TB Anak diantara seluruh pasien TB adalah persentase pasien TB anak (0-14 tahun) yang diobati diantara seluruh pasien yang diobati dengan formula :

jumlah pasien TB anak (0 − 14 tahun) yang diobati jumlah seluruh pasien yang diobati

Angka ini dianalisis dengan memperhatikan berbagai aspek. Angka indikator ini diharapkan berkisar 8-12% pada wilayah dimana seluruh kasus TB anak ternotifikasi. Pada kondisi dimana pencatatan dan pelaporan berjalan dengan baik, angka ini menggambarkan over atau under diagnosis serta rendahnya angka penularan TB pada anak. Bila angka indikator ini kurang atau melebihi kisaran yang diharapkan maka perlu diperiksa prosedur diagnosis TB anak di fasyankes.

d. Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate = CDR) adalah jumlah pasien baru TB paru yang BTA positif yang ditemukan dibanding jumlah jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang diperkiraan dengan formula :

jumlah pasien baru TB paru yang BTA positif yang ditemukan jumlah pasien baru TB Paru BTA positif yang diperkiraan

Case Detection Rate menggambarkan cakupan penemuan pasien baru TB Paru BTA positif secara nasional. Indikator ini masih digunakan untuk evaluasi pencapaian MDGs 2015 untuk program pengendalian TB. Setelah tahun 2015, indikator ini tidak akan digunakan lagi dan akan diganti dengan Case Notification Rate (CNR) sebagai indikator yang menggambarkan cakupan penemuan pasien TB.

Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens kasus baru TB paru BTA positif dikali dengan jumlah penduduk. Target Case Detection Rate program pengendalian tuberkulosis nasional minimal 90% pada tahun 2015.

e. Angka Notifikasi Kasus (Case Notification Rate = CNR) adalah angka yang menunjukkan jumlah seluruh pasien TB yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk dengan formula:

jumlah seluruh pasien TB yang dicatat dlm TB. 07 selama setahun jumlah penduduk

Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut.

f. Angka Konversi (Conversion Rate) adalah persentase pasien baru TB Paru tekonfirmasi bakteriologis yang mengalami perubahan menjadi BTA negatif setelah masa pengobatan awal. Program pengendalian TB di Indonesia masih menggunakan indikator ini karena berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan dan untuk mengetahui apakah pengawasan langsung menelan obat dilakukan dengan benar.

jumlah seluruh pasien baru TB paru terkonfirmasi

bakteriologis yang hasil pemeriksaan BTA akhir tahap awal negatif jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang diobati Di fansyankes, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang mulai berobat dalam 3-6 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang hasil pemeriksaan dahak negatif, setelah pengobatan tahap awal (2bulan / 3 bulan). Di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat, angka ini mudah dapat dihitung dari laporan TB.11. Angka minimal yang harus dicapai adalah 80%.

g. Angka Kesembuhan (Cure Rate) adalah angka yang persentase pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara pasien baru TB paru terkonfirmasi biologis yang tercatat dengan formula :

jumlah seluruh pasien baru TB paru terkonfirmasi biologis yang sembuh

jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis

Untuk kepentingan khusus (survailans), angka kesembuhan di hitung juga untuk pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis pengobatan ulang (kambuh dan dengan riwayat pengobatan TB sebelumnya) dengan tujuan : 1. Untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan kekebalan terhadap obat

terjadi di komunitas, hal ini harus dipastikan dengan surveilans kekebalan obat.

2. Untuk mengambil keputusan program pada pengobatan menggunakan obat baris kedua (second-line drugs).

3. Menunjukkan prevalens HIV, karena biasanya kasus pengobatan ulang terjadi pada pasien dengan HIV.

4. Untuk perhitungan, digunakan rumus yang sama dengan cara mengganti sebutan numerator dan denominator dengan jumlah pasien TB paru pengobatan ulang.

Di fasyankes, indikator ini dapat dihitung dari kartu pasien TB.01, yaitu dengan cara mereview seluruh kartu pasien baru TB Paru terkonfirmasi biologis yang mulai berobat dalam 9-12 bulan sebelumnya, kemudian dihitung berapa diantaranya yang sembuh setelah selesai pengobatan.

Ditingkat kabupaten, provinsi dan pusat, angka ini dapat dihitung dari laporan TB.08. Angka minimal yang harus dicapai adalah 85 %. Angka kesembuhan digunakan untuk mengetahui hasil pengobatan.

Walaupun angka kesembuhan telah mencapai 85%, hasil pengobatan lainnya tetap perlu diperhatikan, yaitu beberapa pasien dengan hasil pengobatan lengkap, meninggal, putus berobat (lost to follow-up), dan tidak dievaluasi.

1. Angka pasien putus berobat (lost to follow-up) tidak boleh lebih dari 10%, karena akan menghasilkan proporsi kasus retreatment yang tinggi dimasa yang akan datang yang disebabkan karena ketidak-efektifan dari pengendalian TB paru.

2. Menurunnya angka pasien putus berobat (lost to follow-up) karena peningkatan kualitas pengendalian TB akan menurunkan proporsi kasus pengobatan ulang antara 10-20% dalam beberapa tahun.

3. Angka gagal untuk pasien baru TB paru BTA positif tidak boleh lebih dari 4% untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak boleh lebih besar dari 10% untuk daerah yang sudah ada masalah resistensi obat.

h. Angka keberhasilan pengobatan TB (Treatment Succes Rate = TSR) adalah yang menunjukkan persentase pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) di antara pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologis yang tercatat dengan formula :

jumlah seluruh pasien baru TB paru terkonfirmasi biologis (sembuh + pengobatan lengkap

jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi biologis diobati

i. Angka keberhasilan pengobatan TB Anak adalah persentase TB anak yang dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap (PL) diantara seluruh pasien TB Anak yang diobati dengan formula :

jumlah pasien TB anak yang sembuh + pengobatan lengkap jumlah pasien baru TB anak yang diobati

Angka ini menggambarkan kualitas tatalaksana TB anak dalam program nasional. Angka indikator ini diharapkan sebesar 85%. Apabila kurang dari angka yang diharapkan maka perlu dilakukan evaluasi pemantauan pengobatan kasus TB Anak suatu wilayah.

j. Proporsi pasien TB RR/MDR (Rifampisin Resistant / Multi Drug Resistant) yang terkonfirmasi dibanding perkiraan kasus TB RR/MDR yang ada adalah persentase pasien TB RR/MDR yang terkonfirmasi dibanding jumlah perkiraan kasus TB RR/MDR dengan formula:

jumlah pasien TB RR/MDR yang terkonfirmasi dalam setahun jumlah perkiraan kasus TB RR/MDR dalam setahun diwilayah tersebut

Jumlah pasien TB RR/MDR yang terkonfirmasi bersumber pada TB.06 MDR. Sedang jumlah perkiraan kasus TB RR/MDR dihitung setiap tahun berdasarkan perkiraan kasus TB RR/MDR dihitung setiap tahun berdasarkan perkiraan kasus TB RR/MDR diatara kasus TB Baru maupun kasus TB Pengobatan ulang.

Angka minimal yang harus dicapai adalah 80% setiap tahunnya. Indikator ini dihitung tahunan sebagai alat ukur upaya penemuan kasus TB RR/MDR.

Dokumen terkait