UPAYA PELAYANAN KESEHATAN
3. Program P2 Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sebagian besar menyerang pada organ tubuh
paru, namun dapat juga menyerang organ tubuh yang lain seperti usus, tulang, kulit dan otak.
Diagnosis TB berdasarkan strategi DOTS dan International Standard for TB Care adalah menemukan kuman dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. Bahan yang diperiksa bila yang diserang adalah paru adalah dahak dengan pengambilan dahak sebanyak 3 kali (sewaktu-pagi-sewaktu).
Pengobatan menggunakan obat anti TB kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination/FDC) yang dibedakan menjadi 2 kategori pengobatan, yaitu kasus baru diberi kategori 1 (minimal 6 bulan pengobatan) dan pengobatan ulang diberi kategori 2 (minimal 8 bulan pengobatan dengan suntikan streptomisin selama 2 bulan pertama). FDC merupakan obat kombinasi yang terdiri dari Rifampisin, INH, Pirazinamid dan Ethambutol (4FDC) dan kombinasi Rifampisin dan INH (2FDC).
Kondisi gawat darurat pada kasus TB ada beberapa, yaitu: 1. Batuk darah
2. Alergi obat anti TB Tata laksana batuk darah
Batuk darah adalah salah satu kondisi komplikasi pada penderita TB, baik saat dalam pengobatan maupun ketika sudah dinyatakan sembuh. Penyebab terjadinya batuk darah adalah pecahnya pembuluh darah di organ paru.
Ketika ada kasus batuk darah, terutama yang masif (diperkirakan volume darah yang keluar adalah 500 cc), maka perlu tindakan segera dan tepat. Upayakan pasien tetap bebas jalan napasnya dengan meminta tidur posisi miring ke arah sisi yang sakit yang diduga menjadi sumber keluar darah. Bila darah keluar banyak dan menutup saluran napas atas, segera bersihkan gumpalan darah yang biasanya menyumbat. Upayakan
pasien tetap sadar dan tidak menahan batuknya. Segera rujuk ke puskesmas dengan perawatan atau rumah sakit terdekat
Tata laksana alergi obat anti TB
Pemberian obat anti TB berisiko untuk terjadi alergi. Kondisi alergi dapat ringan sampai berat. Kondisi alergi yang ringan biasanya berupa gatal di kulit yang dapat diatasi dengan pemberian anti histamin. Pada kondisi alergi berat dapat terjadi syok anafilaktik maupun sindroma Steven Johnson. Pada kondisi alergi berat, harus dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang lebih intensif. Sebelum merujuk, perlu dipasang infus untuk suportif.
Observasipadatatalaksana TB Pengobatan TB di Indonesia menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Dengan strategi ini observasi menelan obat menjadi hal yang pokok. Observasi ini ditujukan untuk memastikan pasien menelan obat yang diberikan. Pengawasan menelan obat selain dilakukan oleh petugas, juga dilakukan oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengawasan menelan obat di Pustu Gadarsi oleh petugas dilakukan setiap kali pasien TB datang mengambil obat. Pasien diminta untuk menelan obat didepan petugas dan sisa obat untuk keperluan satu minggu diberikan ke pasien untuk ditelan di rumah sesuai jadwal dengan pengawasan oleh PMO. Selain terkait dengan menelan obat, observasi juga dilakukan pada klinis dan berat badan pasien.
Obat TB adalah obat program untuk pasien yang dalam pengobatannya ada 2 kategori / 2 kategori pengobatan yaitu kategori 1 pengobatan selama 6 bulan, kategori 2 selama 8 bulan.Obat TB harus dikonsumsi sesuai dengan jangka waktu yang diberikan dan harus terus menerus karena apabila lupa tidak mengkonsumsi satu hari, maka pengobatan sebelumnya akan gagal, oleh sebab itu untuk pengawasan dan kemudahan bagi penderita,mungkin untuk obat program TB perlu di sediakan di pustu, karena jika harus ke puskesmas induk jarak tempuh dari rumah pasien terlalu jauh,maka persedian di pustu boleh disediakan sesuai wilayah tempat tinggal pasien.
Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan pasien TB dilakukan dengan mengisi TB.01 dan TB.02. TB.01 adalah kartu pengobatan pasien. Petugas mengisi TB.01 dengan memberi tanda rumput saat pasien datang mengambil obat dan menelan obat di depan petugas. Pada kolom tanggal pasien menelan obat di rumah, diberi tanda garis. TB.02 adalah kartu perjanjian pasien datang mengambil obat. Kartu ni diisi setiap kali pasien datang mengambil obat.
Selain jadwal mengambil obat, pada TB.02 juga digunakan untuk mengingatkan pasien tentang jadwal pemeriksaan dahak.
1. Kegiatan di dalam gedung
a. Pengamatan perkembangan penyakit (data kesakitan dan kematian) menurut karakteristik epidemiologi (waktu, tempat, dan orang) dan efek samping obat.
b. Membuat pemetaan daerah rawan TB dengan indikator cakupan penemuan penderita BTA +, dengan disertai analisis faktor penyebab
Melakukan penjaringan suspek TB
d. Melakukan rujukan ke Puskesmas satelit/ Puskesmas Rujukan Mikroskopis e. Pengambilan obat dan pengawasan minum obat
f. Pelayanan konseling
g. Melakukan pencatatan pengobatan (TB 01 dan TB 02) dan pelaporan kegiatan 2. Kegiatan di luar gedung
a. Melakukan penyuluhan di posyandu dalam rangka penjaringan suspek b. Melakukan pelacakan kasus mangkir
c. Melakukan koordinasi lintas sektor dan tokoh masyarakat dalam rangka pencegahan dan pengendalian TBC
4. Program P2 Demam Berdarah Dengue
Kegiatan yang bisa dilakukan di Pustu Gadarsi : 1 Penyuluhan DBD
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang cara pencegahan, cara penularan dan cara penanggulangan DBD. Sehingga tidak terjadi kematian DBD yang disebabkan karena keterlambatan membawa ke RS.
Sasaran : Masyarakat
Penyuluh : Petugas kes / masy terlatih (kader jumantik) Topik : Penyakit DBD
Metode : - Penyuluhan langsung
- Media elektronik (radio, TV) - Media cetak (leaflet, koran) 2 Gerakan PSN DBD
a. Menggerakkan masyarakat untuk melakukan PSN DBD secara rutin, teratur dan berkesinambungan dengan cara membentuk Pokja2 DBD dan membentuk kader
b. Mengupayakan agar setiap RT ada 1 (satu) orang kader jumantik yang bertanggung jawab terhadap kondisi jentik di RT nya masing-masing, dengan cara melakukan pemeriksaan jentik secara rutin dan melaporkan ke Pustu. Contoh blangko laporan terlampir (lampiran-1).
c. Melakukan pemantauan kinerja Jumantik dengan melakukan pemeriksaan jentik secara samling ke rumah-rumah penduduk dan menganalisa laporan hasil pemeriksaan jentik RT untuk dilaporkan ke Puskesmas induk. Contoh blangko laporan terlampir (lampiran-2)
3 Penemuan Penderita sedini mungkin.
a. Pencarian penderita DBD / penderita panas tanpa sebab jelas yang dicurigai DBD untuk dilakukan pengobatan segera atau dirujuk. Contoh blangko rujukan terlampir (lampiran-3).
b. Menyarankan kepada masyarakat apabila ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala penyakit DBD :
- Segera memberikan pertolongan pertama yaitu memberi minum yang banyak, kompres dengan air biasa dan memberikan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat.
- Segera diperiksakan ke unit pelayanan kesehatan terdekat.
Pertolongan Pertama Pada Penderita DBD :
1 Apabila ada pasien tersangka / penderita DBD segera memberikan pengobatan sesuai dengan keadaan penderita dan kemempuan Pustu.
2 Merujuk pasien ke Unit Pelayan Kesehatan yang memadai (Puskesmas perawatan / Rumah Sakit). Contoh blangko rujukan terlampir. (lampiran-3)
PenanggulanganDBD : 1 Melakukan pengamatan.
Bila diwilayah kerjanya ada penderita/tersangka DBD, petugas Pustu bersama petugas Puskesmas melaksanakan kegiatan PE (Penyelidikan Epidemiologi) untuk mengetahui luasnya penyebaran/penularan penyakit dan upaya yang harus dilakukan.
Adapun kegiatan PE adalah melakukan pengamatan di 20 rumah sekitar penderita (radius 100 meter), yaitu :
-Pemeriksaan jentik
2 Melakukan penanggulangan seperlunya.
Dilakukan bersama dengan petugas Puskesmas dan masyarakat untuk membatasi penyebaran penyakit.
Jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan hasil penyelidikan epidemiologi sebagai berikut :
1) 1) Bila :
- ditemukan tersangka/penderita demam berdarah dengue lainnya
dan atau
- ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik dilakukan pengasapan insektisida (2 siklus interval 1 minggu) disertai penyuluhan di rumah tersangka/penderita dan sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan bila penderita/tersangka adalah anak sekolah.
2) 2) Bila tidak ditemukan keadaan seperti diatas, dilakukan penyuluhan di RW/Dusun yang bersangkutan.
3)
Kegiatan di dalam gedung
a. Pengamatan perkembangan penyakit (data kesakitan dan kematian) menurut karakteristik epidemiologi (waktu, tempat dan orang) dalam rangka kewaspadaan dini dan respon KLB (Kejadian Luar Biasa).
b. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan DBD c. Rujukan DBD
2. Kegiatan di luar gedung a. Melakukan penyuluhan DBD
b. Gerakan PSN DBD
c. Pemeriksaan jentik berkala (PJB)
d. Penyelidikan epidemiologi e. Pengasapan/ Fogging
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh Nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini banyak berjangkit di daerah tropis dan sub tropis. Di Indonesia penyakit ini berjangkit diseluruh wilayah Provinsi termasuk di Jawa Timur. Sampai saat ini penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Jatim terutama di daerah endemis dan reseptif yang tersebar di wilayah pantai Selatan, Kepulauan Sumenep dan wilayah sekitar gunung Wilis.
Kegiatan pokok dalam pengendalian penyakit malaria ini adalah : 1. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko
2. Penemuan penderita dan tatalaksana penderita
3. Peningkatan surveilans epidemiologi & penangulangan wabah 4. Peningkatan KIE untuk pencegahan & pemberantasan
Kegiatan di puskesmas pembantu sebagai unit pelayanan terdepan, adalah membantu kegiatan Puskesmas induk sebagai berikut :
1. Kegiatan di dalam gedung
a. Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka malaria meliputi : - Anamnese
- Pemeriksaan fisik
- Pengambilan Sediaan darah tetes tebal untuk diagnosa pasti
Melakukan pengobatan terhadap penderita positif malaria ringan sesuai hasil
pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh Puskesmas Induk di wilayah kerjanya. c. Membantu Puskesmas melakukan Follow up pengobatan malaria di wilayah kerjanya
d. Pencatatan dan pelaporan Kegiatan di luar gedung
a. Melakukan pemeriksaan terhadap tersangka malaria meliputi : - Anamnese
- Pemeriksaan fisik
- Pengambilan Sediaan darah tetes tebal untuk diagnosa pasti b. Mengirimkan Sediaan Darah ke Puskesmas
c. Bekerjasama dengan kelurahan setempat dalam kegiatan Surveilans Migrasi
d. Membantu Puskesmas melakukan Follow up pengobatan malaria di wilayah kerjanya e. Merujuk penderita malaria berat ke Puskesmas
f. Membantu kegiatan Puskesmas Induk dalam upaya pengendalian vector malaria di wilayah kerjanya.
h. Mengirimkan hasil kegiatan penemuan penderita ke Puskesmas Induk (Format terlampir)