MONITORING DAN EVALUAS
A. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal a. Kriteria Lokasi
Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang memungkinkan
penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);
Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.
b. Lingkup Kegiatan:
Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk kegiatan Sanitasi
Berbasis Masyarakat;
pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching;
pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air limbah (septic tank
komunal, MCK++, IPAL komunal);
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan
KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan masyarakat;
pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH;
membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihan
atau meningkatkan kinerja pelayanan;
sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan pengelolaan
Septic Tank;
produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman
dan lain sebagainya). c. Kriteria Kesiapan:
Sudah memiliki RPI2JM CK dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat
minat untuk mengikuti PPSP;
Laporan Akhir
VI-96
sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang (non
Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untuk kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;
sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH);
sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana yang dibangun;
pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan.
Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal
Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan Komunal
dipaparkan pada gambar berikut.
Gambar diatas menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusatdan pemerintah kabupaten
dalam pembangunan infrastrukturpengolahan air limbah sistem setempat (on-site). Peran
pemerintahpusat adalah membantu pendanaan fasilitator dan konstruksi PS airlimbah skala kawasan, serta membangun IPLT. Pemerintah daerahmempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasidan pemeliharaan, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.
Laporan Akhir
VI-97 B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site)
Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skalakota adalah:
a. Kriteria Lokasi:
Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah sistemterpusat (sewerage system)
seperti Medan, Parapat, Batam,Cirebon, Manado, Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta,Surakarta, Denpasar, Balikpapan dan Banjarmasin;
kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DEDuntuk tahun pertama, yang
terdiri dari 8 kota yaitu BandarLampung, Batam, Bogor, Cimahi, Palembang, Makassar,Surabaya dan Pekanbaru;
sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk> 1 juta jiwa.
b. Lingkup Kegiatan:
Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangkamembantu pemulihan atau
meningkatkan kinerja pelayanan;
pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) danpipa utama sekunder
(secondary main trunk sewer) yaitupengembangan jaringan perpipaan untuk mendukung perluasankemampuan pelayanannya dalam rangka pemanfaatankapasitas idle;
TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapatmelaksanakan pelatihan operator
IPAL;
sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL;
produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklanlayanan masyarakat, pedoman
dan lain sebagainya). c. Kriteria Kesiapan:
Sudah memiliki RPI2JM CKdan SSK/Memorandum Programatau sudah mengirim surat
minat untuk mengikuti PPSP;
tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahansudah dibebaskan), dan
disediakan oleh Pemda (±6000 m²);
terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasukdokumen lelang;
sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasaranayang dibangun;
pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untukpembangunan pipa lateral &
Laporan Akhir
VI-98 Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah SistemTerpusat
Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah SistemTerpusat (off-site) dipaparkan
dalam gambar berikut.
Dalam pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat, pemerintah pusat memiliki peran melakukan pembangunan IPAL dan mengembangkan jaringan pipa sewer sampai dengan pipa lateral. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pembangunan sambungan rumah.
6.3.2 Rencana Pengelolaan Persampahan 6.3.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan
Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem pengelolaan persampahan, antara lain:
a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.
b. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
Laporan Akhir
VI-99 c. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadappelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut:
Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu tertentu;
Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini
d. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.
e. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi:
kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;
penyelenggaraan pengelolaan sampah;
kompensasi;
pengembangan dan penerapan teknologi;
sistem informasi;
peran masyarakat; dan
Laporan Akhir
VI-100 f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.
g. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Ruang lingkup Peraturan menteri ini meliputi Perencanaan Umum, Penanganan Sampah, Penyediaan Fasilitas Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah, dan Penutupan/Rehabilitasi TPA.