• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL

5.2 Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT- P)

Program pemberian PMT-P di Puskesmas Pamulang dilakukan dengan tujuan meningkatkan status gizi balita serta untuk mencukupi kebutuhan zat gizi anak agar tercapai status gizi dan kondisi gizi yang baik sesuai dengan umur anak tersebut. Sasaran pemberian PMT-P adalah balita usia 6-59 bulan gizi kurang atau kurus termasuk balita dengan Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin.

Pemberian PMT-P dilakukan setiap hari selama 60 hari. PMT-P yang diberikan berupa susu dan biskuit dengan komposisi zat gizi yaitu energi sebesar 350 - 450 kkal dan protein sebesar 10-15 gram. Dalam pelaksanaannya, TPG dibantu oleh bidan desa dan kader posyandu. Program PMT-P di Puskesmas Pamulang memiliki beberapa kegiatan seperti penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan (antropometri), konseling gizi, dan pemeriksaan klinis oleh dokter.

5.3 Gambaran Umum Informan 5.3.1 Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini adalah 5 ibu dari balita yang tidak naik berat badannya setelah mengikuti program PMT-P minimal 1 tahun. Status gizi diketahui berdasarkan indikator BB/U dari hasil penimbangan berat badan yang dilakukan Puskesmas Pamulang selama balita tersebut mengikuti program PMT-P sampai penelitian ini berlangsung. Karakteristik informan utama dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik ibu dari balita yang tidak mengalami peningkatan berat badan setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014

Karakteristik Y A S N E

Umur 22 tahun 27 tahun 40 tahun 39 tahun 20 tahun

Umur nikah 18 tahun 17 tahun 19 tahun 16 tahun 18 tahun

Pendidikan SMP (tidak tamat) SMP SD SD SD

Pekerjaan Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Buruh Ibu rumah tangga Pekerjaan suami Satpam Sekolah Karyawan Jual bubur/Buruh Buruh Buruh Serabutan Pendapatan keluarga/bulan Rp 1.000.000,- Rp 1.700.000,- Rp 1.500.000,- Rp 3.000.000,- Rp 800.000,- Jumlah anggota keluarga

dalam satu rumah

6 orang 5 orang 5 orang 8 orang 7 orang Jumlah balita dalam

keluarga

1 orang 2 orang 1 orang 1 orang 2 orang Karakteristik balita penerima PMT-P

Umur 43 bulan 37 bulan 58 bulan 55 bulan 36 bulan

Anak ke 1 3 3 5 1

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan

BB lahir 2,5 kg 3,5 kg 3,4 kg 3 kg 2,5 kg

Gizi kurang sejak umur 7 bulan 19 bulan 24 bulan 12 bulan 6 bulan

Penyakit infeksi Demam, batuk, pilek, diare Demam, batuk, pilek Demam, batuk, pilek, diare, penyakit kulit Demam, batuk, pilek Demam, batuk, pilek, diare, Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 5.1 di atas diketahui bahwa sebagian besar informan utama berumur di bawah 30 tahun dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan satu informan bekerja sebagai buruh. Empat informan menamatkan Sekolah Dasar (SD) dan satu informan menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Mereka memiliki balita yang berusia antara 3-5 tahun, dan menderita gizi kurang sudah lebih dari setahun bahkan ada yang mencapai tiga tahun. Penyakit infeksi yang diderita balita selama tiga bulan terakhir rata-rata sama yaitu demam, batuk, pilek, dan beberapa balita dari informan utama menderita diare.

5.3.2 Informan Pendukung

Pada penelitian ini, informan pendukung berjumlah 8 orang terdiri dari 5 orang keluarga informan utama, 1 orang staff Puskesmas Pamulang, dan 2 orang kader Posyandu. Pengambilan informasi dilakukan melalui wawancara mendalam yang bertujuan untuk meng-cross check informasi yang diperoleh dari informan utama.

1) Keluarga Informan Utama

Informan pendukung yang pertama dalam penelitian ini adalah keluarga dari balita yang berat badannya tidak meningkat setelah mendapat PMT-P yang turut serta dalam pengasuhan balita dan merupakan keluarga dari informan utama yang terdiri dari 5 informan. Karakteristik keluarga informan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.

Tabel 5.2 Karakteristik informan pendukung dari keluarga balita yang berat badannya tidak meningkat setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014

Karakteristik Ne/Y Ad/A Sn/S I/N Er/E

Umur 50 tahun 32 tahun 41 tahun 15 tahun 48 tahun

Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan

Pendidikan SD SMA SD SMP (tidak tamat) SD (tidak tamat)

Pekerjaan Ibu rumah tangga Karyawan Jual bubur/buruh - Jual kue keliling

Hubungan dengan balita penerima PMT-P

Nenek Ayah Ayah Kakak Nenek Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa karakteristik keluarga balita gizi kurang yang mendapatkan PMT-P yaitu berumur di atas 32 tahun dan satu informan pendukung yang masih berumur 15 tahun. Sebagian besar dari mereka menamatkan pendidikan tingkat SD. Informan pendukung tersebut yaitu dua dari ayah balita, dua dari nenek balita, dan satu dari kakak balita. Sebagian besar dari informan pendukung memiliki pekerjaan, dan dua informan tidak bekerja.

2) Staff Puskesmas Pamulang dan Kader Posyandu

Informan pendukung kedua adalah 1 orang staff bagian Gizi Puskesmas Pamulang dan 2 orang kader Posyandu yang terlibat langsung dalam program PMT-P bagi balita gizi kurang sampai penelitian ini berlangsung. Karakteristik informan pendukung dari staff Puskesmas Pamulang dan kader Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.3 Karakteristik informan pendukung dari staff Puskesmas dan kader Posyandu yang terlibat langsung dalam program PMT-P di wilayah kerja

Puskesmas Pamulang tahun 2014

Karakteristik Li En Ri

Umur 43 tahun 45 tahun 38 tahun

Pendidikan D3 Gizi SMP SMEA/SLTA

Jabatan Tenaga Pelaksana Gizi Kader Posyandu Kader Posyandu

Lama bekerja 20 tahun 4 tahun 2 tahun

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa karakteristik informan pendukung yang terlibat langsung dalam program PMT-P adalah satu orang petugas gizi lulusan D3 gizi dan telah bekerja di

Puskesmas Pamulang sebagai Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) selama 20 tahun. Sedangkan dua informan pendukung lainnya yaitu kader posyandu dengan tingkat pendidikan tamatan SMP dan SMEA. Bertugas sebagai kader Posyandu sudah lebih dari 2 tahun.

5.4 Hasil Penelitian

Hasil penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam baik dengan informan utama maupun dengan informan pendukung disertai dengan observasi. Observasi dilakukan selama 3 hari, setelah observasi peneliti melakukan wawancara mendalam kepada informan utama untuk menggali penemuan-penemuan masalah yang timbul ketika peneliti melakukan observasi. Selanjutnya peneliti melakukan validasi melalui cross check data dengan informan pendukung, yaitu keluarga informan utama yang turut serta mengasuh balita gizi kurang penerima PMT-P, staff Puskesmas Pamulang dan kader Posyandu yang terlibat langsung dalam program PMT-P. Sehingga diharapkan penelitian ini dapat menjawab latar belakang tidak meningkatnya berat badan balita setelah mendapat PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Pamulang tahun 2014.

5.4.1 Gambaran Asupan Makanan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan asupan makanan adalah Makanan yang diberikan ibu dan dikonsumsi balita selama 24 jam yang meliputi jenis dan jumlah makanan baik dari makanan utama maupun dari PMT-P.

Jenis makanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keragaman makanan yang diberikan oleh informan utama kepada balitanya dalam sehari. Sedangkan jumlah makanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya makanan yang diberikan oleh informan utama kepada balitanya dalam sehari.

Dikarenakan saat penelitian persediaan PMT-P dari Puskesmas berupa susu dan biskuit sudah habis, sehingga peneliti berinisiatif membawakan susu dan biskuit yang sama sehingga peneliti dapat melihat secara langsung pemberian PMT-P oleh informan kepada balitanya. Berikut hasil observasi dan wawancara mendalam yang dilakukan peneliti selama 3 hari terkait pemberian makan balita.

a. Informan Y

Hasil observasi memperlihatkan bahwa informan sebisa mungkin membuat menu makanan yang berbeda setiap harinya agar balita mau makan dan tidak cepat bosan dengan makanan yang disajikan. Makanan yang disajikan terdiri dari makanan pokok, lauk pauk nabati dan hewani, serta sayur. Namun, hal ini hanya terjadi pada awal bulan saja, saat pertengahan dan akhir bulan menu makanan biasanya hanya terdiri dari dua jenis makanan saja, seperti nasi dengan tempe, atau nasi dengan telur, atau nasi dengan sayur saja. Meskipun di awal bulan informan masak berbagai macam menu makanan, tetapi balita hanya makan makanan yang berkuah saja dan hanya makan sedikit lauk pauk. Berikut kutipannya :

“Masak kan segitu yak banyak, tapi ya tetep makannya sayur doang. Kalo sayurnya lagi gak mau, kalo mau tempe ya tempe doang gitu, ada ikan ya ikan doang. Iya, saya ganti-ganti sayurnya biar anaknya gak bosen itu mulu sayurnya.” Hal serupa juga disampaikan oleh informan pendukung. Berikut kutipannya :

“Kagak dia mah, doyannya sayur yak. Kadang kalo lagi kagak ada sayur baru pake telor apa tempe gitu. Ya seadanya aja kita mah.”

Menurut informan utama, meskipun dalam satu piring makanan balita terdapat bermacam jenis makanan, namun balita hanya mau makan dua jenis makanan saja. Hal ini dikarenakan balita merasa bingung dengan adanya berbagai macam jenis makanan tersebut. Berikut kutipannya :

“Ni misalnya ada nasi, ada sayur, ada ikan, ada tempe, kalo maunya dia makan nasi sama ikan yaudah sayurnya enggak, tempenya enggak gitu, cuma makan ikannya doang, bingung dia kali.”

Sedangkan jenis buah-buahan tidak pernah disediakan informan sebagai makanan sehari-hari atau sebagai pencuci mulut. Hal ini disebabkan keterbatasan biaya. Berikut kutipannya :

“Gak pernah beli buah habisnya uangnya kagak cukup yak, kemarin kan masih ada angsuran motor yak. Paling kalo lagi ayahnya doang kalo lagi suka bawa dari sekolahan. Kalo

misalnya di sekolahan lagi ada acara apa ya dikasih nasi, kan ada buahnya gitu, gak dimakan sama ayahnya. Pisang paling mah, itu juga kalo ada orang hajatan kali mah.” Hal senada juga disampaikan oleh informan pendukung. Berikut kutipannya :

“Dia mah bukan karna gak doyan buah, ya karna mamanya

yang kagak beli, kagak punya duitnya beli buah.”

Rata-rata konsumsi perhari balita dari informan Y adalah sekitar 150 - 200 gram nasi, 50 - 100 gram lauk pauk seperti telur, tahu, tempe, dan sesekali ikan. Untuk sayur kurang dari 50 gram dan susu sekitar 40 - 50 gram perhari. Informan mengakui balita setiap hari hanya makan dengan jumlah seperti itu, hal ini disebabkan balita merasa sudah kenyang baik karena jajan maupun karena susu. Berikut kutipannya :

“Ya kalo abis-abis kalo kagak ya kagak, kenyang kali makan itu jajanan juga kali ya. Jadi kenyang ama gituan. Susu 2 apa 3x setiap hari. Dia mau aja sih, cuma makannya kagak mau, kenyang ama susu. Ya maksudnya kalo nyusunya ampe 5 botol gitu ya sehari, gak mau makan, paling makannya dikit doang. Jadi dijatahin cuma 3x, paling kalo susu-susu warung tetep minum.”

Informan pendukung juga membenarkan jika cucunya makan dengan jumlah yang sedikit karena sangat sering jajan atau karena kebanyakan minum susu. Berikut kutipannya :

“Jajan mulu sama kalo banyak minum susu makannya dikit.” Informan utama mengakui balitanya jajan dalam sehari mencapai Rp 5.000,- bahkan lebih meskipun informan tidak menyiapkan uang khusus buat jajan balita. Jenis jajanan biasanya berupa es, permen, kuaci, dan lain-lain. Walaupun informan terkadang mengetahui bahwa jajanan yang diberikan kepada balitanya tersebut tidak sehat, namun tetap dibelikan dengan alasan supaya balita tidak rewel. Berikut kutipannya :

“Kalo lagi kuat jajan paling 5 ribu sehari kadang bisa lebih kadang kalo lagi gak punya duit ya cuma 2 ribu. Kagak, paling kalo ada duit itu 5 ribu kalo kagak ya 2 ribu. Tiap hari mah, kalo gak jajan nangis, kayak tadi orang disuruh tidur minta jajan. Jajan coklat, bolu yang oreo itu, permen yupi, chiki kayak kentang, taro, es, jelly drink, permen, kuaci. Iya sih, kalo jajannya gak sehat mah, kalo sekarang kayak sosis-sosisan atau nugget-nuggetan yang berwarna tuh, ya tetep yak kalo anaknya mau ya dibeliin juga, hehe.. ya nangis, ya dianya pengen dari pada ngadat dijalanan, malu, hehe..” Sedangkan dalam pemberian PMT-P informan mengaku balita menyukai susu yang sering diberikan oleh Puskesmas dan diberikan sebanyak 3 gelas bahkan sampai 5 gelas perhari. Sedangkan jika tidak mendapatkan susu dari Puskesmas, informan menggantinya dengan susu kental manis. Sedangkan biskuit tidak terlalu suka dan hanya dikonsumsi 2-3 keping saja perhari. Informan

mengatakan jika pernah berusaha membuat supaya balitanya mau mengkonsumsi biskuit seperti dibuatkan dalam bentuk agar-agar, namun balita tetap tidak mau makan biskuit tersebut. Berikut kutipannya :

“Dia susu 3x kalo lagi mau ya bisa 5x. Kalo dari Puskesmas

abis paling beli susu kalengan. Kalo kalengan 4 harian, paling seminggu habis 2 kaleng. Biskuit paling sehari cuma 2 atau 3 keping doang. Pernah coba gitu, biskuit pake ager kita udek, kagak dimakan, agernya doang kadang-kadang, biskuitnya kan suka ke bawah kadang kan, agernya doang dimakan.”

Informan pendukung juga membenarkan hal tersebut jika balita menyukai susu dan kurang suka terhadap biskuit yang diterima dari Puskesmas. Berikut kutipannya :

“Kalo nyusu mah kuat, tapi kalo ginian mah dia totol pakek

susu yak, paling 1 apa 2 biji.”

Informan juga mengaku jika pernah memberikan susu dari Puskesmas kepada keponakannya, alasannya karena susu yang diberikan saat itu bukan susu yang biasa diterima oleh informan dan balita tidak suka dengan susu tersebut. Sedangkan biskuit tidak hanya dikonsumsi oleh balita saja, melainkan dikonsumsi juga oleh informan dan keponakannya. Berikut kutipannya :

“Kalo yang kemaren doang sekali ya gimana dikasih

itu yang sachetan doang 20 biji, merek apa ya, lupa sih udah lama bener, jadi susunya udah ada nasinya, udah ada sayurnya, jadi itu minum susu itu aja udah kenyang gitu, yah ayunya gak suka, iya dari Puskesmas, bungkusannya warna putih, kalo beli mahal katanya gitu, ini susu bagus emang untuk ayu, dianya gak mau. Yang lain mah suka, dancow, SGM mah suka dia. Ponakan, mamanya juga suka makan (biskuitnya), hehe..”

Namun, informan pendukung mengatakan jika susu tersebut dijual untuk keperluan jajan balita. Sedangkan biskuit juga ada yang konsumsi selain balita, yaitu ponakan informan utama dan informan utama. Berikut kutipannya :

“Susu dancow sachetan, dia masih ASI dulu belum boleh. Kita jualin aja bakal jajan dia ini, jualin ke hera yang doyan dancow, jual 15 ribu. Dapet dari sono 2 sachetan tuh. Ya mamanya juga makan, kadang si K (ponakan informan utama).”

b. Informan A

Jenis makanan yang biasa dihidangkan oleh informan adalah makanan pokok berupa nasi atau mie, sayuran seperti bayam atau kangkung, dan lauk pauk seperti telur dan tempe. Namun terkadang balita hanya makan dua jenis makanan saja, menurut informan hal ini dikarenakan balita merasa bingung dengan banyaknya makanan dalam satu piring. Berikut kutipannya :

“Tapi bima kadang kalo ada semuanya salah satunya gak dimakan, bingung kali ya, jadi gak kemakan semua, kadang saya kasih sayur, tahu, tempe, bingung makannya, hehehe.. biasanya sayurnya yang dia makan, kadang tempenya makan sambil dia main gitu. Pernah, mungkin karna masih kenyang, jadi makan nasinya aja, sayurnya sama lauknya disisihin gitu.”

Informan biasanya memasak makanan sehari 2 kali dan sering membuat makanan cemilan untuk balitanya seperti puding dan agar-agar, hal ini dilakukan supaya balita tidak bosan, tetap mau ngemil, dan tidak jajan di luar rumah. Berikut kutipannya :

“Karna masak 2x jadi pagi masak ntar siang masak lagi buat persediaan sore gitu, biasanya setengah 6 tuh udah masak, siangnya jam 3 masak lagi, apa masak mie telor, telor dadar gitu, tergantung bocahnya minta apa gitu, gak mesti sih mbak. kadang saya bikinin ager-ager, kemaren saya bikinin jelly habis tak kasih susu, biar bocahnya gak bosen gitu, ntar biscuit terus takutnya bosen jadi gak mau ngemil lagi gitu. Jadi kalo jajan ke warung mintanya roti, susu, gitu, kalo yang chiki-chiki kan belum tau, saya takut ntar kalo tau jadi ketagihan.”

Informan mengaku tidak memberikan buah secara khusus setiap hari kepada balitanya. Namun membelikan buah sekitar dua kali seminggu. Berikut kutipannya :

“Tadi pisangnya saya kasih 1 biji gak habis, dia sukanya salak mbak, kalo jeruk atau apa harus diambil isinya dulu, gak bisa makan kalo sendiri. 2x seminggu biasanya beli jeruk, mangga, atau pisang. Saya gak beli banyak sih mbak, biar bocah gak bosen jadi saya beli sekilo dulu tapi lain jenis.”

Dalam sehari balita mengonsumsi nasi rata-rata sekitar 130 - 200 gram, lauk pauk 30 - 70 gram, sayuran 50 gram, dan susu 40 - 50 gram perhari. Hal ini dibenarkan informan, karena balita sering diberikan cemilan, sehingga merasa kenyang dan sedikit mengonsumsi makanan utama. Berikut kutipannya :

“Iya sih, mungkin karna kebanyakan makan roti, roti biskuit

apa namanya ya yang gandum itu yang dalemnya ada coklatnya, tadi cuman dikasih kakaknya sama masnya 2 biji selainnya dihabisin sendiri 1 bungkus itu, jadi sukanya ngemil gitu mbak. Kalo susu tergantung bocahnya kadang kalo bocahnya minta saya bikinin, bisa 2-3 gelas.”

Hal serupa juga disampaikan oleh informan pendukung. Berikut kutipannya :

“Nasi pake telor. Ya kalo lagi habis ya habis, kalo gak ya kenyang mungkin ya. Soalnya kan mamanya tak suruh bikinin cemilan buat anaknya biar gak jajan. Kalo pun minta jajan di warung kayak misal habis nganter kakaknya sekolah ya paling minta susu apa roti, gitu aja. Iya, satu sampai dua

kali seminggu saya beliin (buah), kan lewat pasar kalo pulang kantor.”

Informan mengatakan jika balitanya menyukai PMT-P yang diberikan oleh Puskesmas, baik itu susu maupun biskuit. Namun, jika dari Puskesmas tidak ada maka informan sesekali membeli susu kotak cair, dan diberikan hanya jika balita minta, karena menurut informan balita cepat bosan sehingga tidak diberikan kecuali balitanya yang minta. Selain itu, balita tidak mau makan jika terlalu banyak diberikan susu. Untuk biskuit balita bisa menghabiskan setengah bahkan satu bungkus dalam sehari. Selain balita, biskuit juga dikonsumsi oleh dua kakaknya. Berikut kutipannya :

“Suka. Sama ayahnya kadang dibeliin susu ultra itu mbak. Cuma kalo gak ada dia gak minta susu, kalo lagi dibeliin dia mau. Tergantung bocahnya kadang kalo bocahnya minta saya bikinin, soalnya bocah suka bosen gitu mbak kalo itu (susu) terus, mintanya air putih, sehari paling 1-2 gelas. Cuman jangan terlalu sering gitu biar dia mau makan, kalo dikuatin minum susunya ntar makannya susah. Tadi cuman dikasih kakaknya sama masnya 2 keping selainnya bocahnya habisin sendiri 1 bungkus itu.”

Informan pendukung juga mengatakan hal yang sama, jika balitanya suka susu dan biskuit dari Puskesmas. Selain balita, informan juga mengaku jika kedua anaknya yang lain juga ikut mengkonsumsi biskuit tersebut. Berikut kutipannya:

“Itu kemarin saya beliin susu ultramilk yang gede habis buat dia sendiri dari pagi sampe sore. Iya, kadang kakaknya juga

suka makan, namanya anak-anak ya.”

Informan utama dan informan pendukung mengaku tidak pernah memberikan PMT-P kepada orang lain. Berikut kutipannya :

“Gak pernah ya. Anaknya juga suka kan.”

“Gak.. Gak pernah.”

c. Informan S

Makanan pokok yang biasa dikonsumsi setiap hari adalah nasi atau mie instant, sedangkan lauk balita lebih senang makan telur daripada jenis lauk pauk yang lain, dan untuk sayur biasanya balita hanya mengonsumsi sedikit dan lebih memilih untuk minum kuahnya saja. Hal ini dikarenakan informan lebih sering menyajikan nasi dengan lauk saja, sedangkan sayur tidak karena menurut informan, jika lauk dicampur dengan sayur akan berbau amis. Berikut kutipannya :

“Cuma bocahnya yang susah, susah gak mau makan, kayak ikan gitu gak makan, ini gak makan, susah, paling telor. Telor sih, seneng aja bocahnya. Kalo bocahnya gak seneng kita masakin ya gak mau, sama aja. Maunya telor ya beliin, kadang mie. Susah sih dia kalo sayur-sayuran. Kalo yang doyan, bening-bening bayem gitu, itu pun hanya mau kuahnya aja. Ga, kalo pake telor ama sayur kan amis, kadang kering aja.”

Sedangkan buah tidak disajikan sebagai makanan utama balita, karena informan merasa malas jika hanya ke pasar untuk membeli buah, selain itu buah dianggap tidak terlalu penting untuk dikonsumsi. Terkadang informan hanya menyediakan mie instant atau membeli makanan jadi seperti bakso, hal ini juga karena informan merasa malas jika harus sering bolak-balik ke dapur. Berikut kutipannya :

“Biasa aja sih ya (gak terlalu penting). Males jalan kesono (pasar). Kadang beli buah doang males. Misalnya dari pagi ampe sore kan masih (ada lauk atau sayur), kadang malem bosan gitu ntar minta mie atau kalo ada bakso malang minta bakso malang. Males masak mulu, gak ah, itu aja, males, ribet. Pagi masak sore masak, males bolak-balik cuma ke dapur doang.”

Informan pendukung juga mengatakan bahwa informan utama kurang terampil dalam hal memasak, dan makanan yang diberikan pada balita biasanya sesuai dengan keinginan balita. Berikut kutipannya :

“Gak bisa dia, kurang. Ini aja yak, kan dagang bubur gini

Dokumen terkait