• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Penjaminan Mutu Pelayanan Kebidanan

Dalam dokumen BAB I KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN (Halaman 31-36)

Jaminan mutu pelayanan kesehatan secara umum dapat diartikan sebagai keseluruhan upaya yang bertujuan untuk memberikan suatu layanan kesehtan yang terbaik mutunya, yaitu layanan kesehatan yang sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati. Pengertian operasional jaminan mutu layanan kesehatan adalah upaya yang sistematis dan berkesinambungan dalam meantau dan mengukur mutu serta melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senantiasa sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati (L.D.Brown, 1992).

Secara umum mutu layanan kesehatan dapat diukur melalui cara pengukuran mutu perspektif, konkruen, retrospektif, internal dan eksternal.

2.2.1 Program Menjaga Mutu Perspektif

Pengukuran mutu prospektif adalah pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan. Oleh sebab itu, pengukurannya akan dituukkan teradap struktur atau masukan layanan kesehatan denan asumsi bahwa layanan keehatan harus memiliki sumberdaya tertentu agar dapat menghasilkan layanan kesehatan yang bermutu, seperti: standarisasi, lisensi, sertifikasi dan akreditasi.

a. Standarisasi

Penerapan standarisasi, seperti standarisasi peralatan, tenaga, gedung, sistem, organissi, anggaran, dan lain-lain. Setiap fasilitas layanan kesehatan yang memiliki standar yang sama mutunya. Standarisasi dapat membangun klasifikasi layanan kesehatan. Contoh standarisasi layanan rumah sakit ke dalam berbagai kelas tertentu, misalnya rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas C, dan kelas D, rumah sakit jiwa kelas A dan kelas B.

b. Lisensi

Perizinan atau lisens merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin mutu layanan kesehatan. Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) yang diberikan merupakan suatu pengakuan bahwa seseorang telah memenuhi syarat untuk melakukan praktek sesuai dengan profesinya. Demikian juga dengan profesi

32

kesehatan lain, harus mempunyai izin kerja sesuai dengan profesinya. Rumah sakit, rumah bersalin/bidan praktek mandiri aupun fasilitas layanan kesehatan lain akan mendapat izin operasional setelah memenuhi persyaratan tertentu dan izin itu harus diperbaharui dalam kurun waktu tertentu. Mekanisme perizinan belum menjamin sepenuhnya kompetensi profesi layanan kesehatan yang ada atau mutu layanan kesehatan fasilitas layanan kesehatan tersebut.

c. Sertifikasi

Sertifiasi adalah langkah selanjutnya dari perizinan. Pengakuan sebagai bidan adalah contoh sertifikasi. Di Indonesia perizinan itu dilakukan oleh departemen kesehatan dan /atau dinas kesehatan, sedangan sertifikasi oleh majelis tenaga kesehatan Indonesia (MTKI).

d. Akreditasi

Akreditasi adalah pengakuan bahwa suatu institusi layanan kesehatan seperti rumah sakit telah memenuhi beberapa standar layanan kesehatan tertentu. Indonesia telah melakukan akreditasi rumah sakit umum melalui departemen kesehatan.

Pengukuran mutu prospektif berfokus pada penilaian sumber daya, bukan pada kinerja penyelenggaraan layanan kesehatan. Inilah salah satu kekurangan pengukuran mutu dengan cara prospektif.

2.2.2 Program Menjaga Mutu Konkuren

Pengukuran mutu konkuren adalah pengukuran terhadap mutu layanan kesehatan, yang dilakukan selama layanan kesehatan dilangsungkan atau diselenggarakan. Pengukuran ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan kadang-kadang perlu dilengkapi dengan peninjauan pada rekam medik, wawancara dengan pasie/keluarga/petugas kesehatan, dan mengadakan pertemuan dengan pasien/keluarga/petugas kesehatan.

33 a. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung dapat menghindarkan berbagai kesulitan yang berhubungan dengan rekonstruksi kejadian hasil pemeriksaan pencatatan retrospektif dn dari jawaban terhadap wawancara atau kuesioner. Pengamatan langsung mungkin merupakan satu-satunya cara untuk melihat rincian penyelenggaraan layanan kesehatan. Dalam pelaksanaan pengamatan langsung terdapat syarat bagi pengamat yaitu:

• Harus mengerti terhadap apa yang akan diamati • Harus low profile, tidak sok pintar

• Mempunyai latarbelakang yang berhubungan dengan apa yang sedang diamati

• Harus dapat bersifat objektif.

Instrumen dalam melaksanakan pengamatan langsung dapat berupa daftar tilik atau cheeklist. Daftar tilik merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk memudahkan pengaatan selama proses layanan kesehatan dilakukan.

b. Penentuan sampel

Semua tehnik pengukuran memerlukan sampel pengamatan. Penentuan berapa besar sampel dapat dibaca dala uku statistik khususnya kesehatan, tetapi hal-hal berikut perlu diperhatikan:

• Pertama, sampel yang dipilih harus bebas bias sehingga sampel sama atau hampir sama dengan populasinya.

• Kedua, sampel harus mengasilkan ukuran dalam jumlah yang dapat dikerjakan secara realistis atau mudah oleh kelompok.

2.2.3 Program Menjaga Mutu Retrospektif

Program menjaga mutu restrospektif adalah penjaminan mutu yang diselenggarakan setelah pelayanan kesehatan. Pada bentuk ini perhatian utama lebih ditujukan pada standar keluaran, yakni memantau dan menilai penampilan pelayanan kesehatan, maka obyek yang dipantau dan dinilai bersifat tidak

34

langsung, dapat berupa hasil kerja pelaksana pelayanan atau berupa pandangan pemakai jasa kesehatan. Contoh program menjaga mutu retrospektif adalah : Record review, tissue review, survey klien dan lain-lain.

a. Review Jaringan Rekam Medik

Pemeriksaan dan penilaian catatan medik atau catatan lain merupakan kegiatan yang disebut sebagai audit. Pemeriksaan rekam medik pasien atau catatan lainnya sangat berguna sebagai kegiatan awal kelompok jaminan mutu layanan kesehatan akan dengan mudah melakukan pemerikaan dan penilaian terhadap hasil pemeriksaan tersebut.

b. Review Jaringan

Review merupakan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, penggunaan sumber daya, laporan kejadian/kecelakaan seperti yang direfleksikan pada catatan-catatan. Penilaian dilakukan baik terhadap dokumennya sendiri apakah informasi memadai maupun terhadap kewajaran dan kecukupan daripelayanan yang diberikan.

c. Survey Klien

Survey dapat dilaksanakan melalui kuesioner atau interview secara langsung maupun melalui telepon, terstruktur atau tidak terstruktur.

2.2.4 Menjelaskan Program Menjaga Mutu Internal

Program Menjaga Mutu Internal (Internal quality assurance) adalah organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu berada dalam institusi yang menyelenggarakan layanan kesehatan. Untuk itu dalam institusi layanan kesehatan tersebut dibentuklah suatu organisasi yang khusus menangani dan diberi tanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu. Organisasi yang dibentuk banyak macamnya. Jika ditinjau dari peranan para pelaksananya secara umum dapat dibedakan atas dua macam : 1. Para pelaksana Program Penjaga Mutu yang terdiri para ahli yang tidak terlibat

dalam pendidikan kesehatan (expert group) yang secara khusus diberikan wewenang dan tanggungjawab menyelenggarakan program menjaga mutu.

35

2. Para pelaksana Program Penjaga Mutu adalah mereka yang menyelenggarakan pendidikan kesehatan (team based) jadi semacam gugus kendali mutu sebagaimana yang dibentuk di dunia industri.

Dari kedua bentuk organisasi ini yang dinilai paling baik adalah yang kedua karena sesungguhnya yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu seyogyanya bukan orang lain, tetapi mereka yang menjalankan pendidikan kesehatan itu sendiri (Saifuddin dkk, 2001).

Berdasarkan kenyataan tersebut maka Program Menjaga Mutu Internal adalah suatu kewajiban bagi kelompok organisasi itu sendiri dalam menjaga kualitas/mutu pendidikan. Berhasil atau gagalnya suatu program menjaga mutu sangat tergantung organisasi pendidikan kesehatan beserta para pelaksananya. Hal ini disebabkan merekalah yang tahu standar yang telah ditetapkan maupun visi dan misi dari organisasi yang telah mereka harapkan.

2.2.5 Menjelaskan Program Menjaga Mutu Eksternal

Program menjaga mutu eksternal (External quality Assurance) adalah suatu organisasi yang bertanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu dibentuk berada diluar organisasi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Biasanya dibentuk dalam suatu wilayah kerja tertentu dan/atau untuk kepentingan tertentu, dibentuklah suatu organisasi di luar institusi yang menyelenggarakan layanan kesehatan, yang diserahkan tanggungjawab menyelenggarakan Program Menjaga Mutu. Misalnya suatu Badan Penyelenggara Akreditasi layanan kesehatan, yang untuk kepentingan programnya membentuk suatu unit Program Menjaga Mutu, guna memantau, menilai serta mengajukan saran-saran perbaikan mutu pendidikan kesehatan yang tergabung ke dalam program yang dikembangkannya (Saifuddin dkk, 2001).

Program menjaga mutu eksternal ini merupakan sesuatu yang mungkin bisa menimbulkan konflik. Hal ini disebabkan kepentingan pihak ketiga dimasukkan ke dalam saran-saran yang diberikan. Saran-saran yang diberikan bisa saja tidak sesuai dengan visi dan misi dari institusi layanan kesehatan yang menjadi mitra

36

kerja Badan Penyelenggara diluar institusi tersebut. Apabila dibandingkan dengan Program Menjaga Mutu Internal maka Program Menjaga Mutu Eksternal kualitasnya lebih rendah.

Dalam dokumen BAB I KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN (Halaman 31-36)

Dokumen terkait