• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program PLPBK

Guna memberikan kepastian hukum terhadap proses perewncanaan beserta produk dokumen yang dihasilkan, perlu dilakukan upaya-upaya legalisasi. Upaya yang mungkin dilakukan adalah melalui penerbitan Peraturan Desa yang mengesahkan dokumen tersebut menjadi dokumen rencana desa, dan jika dimungkinkan akan lebih baik jika upaya legalisasi dilanjutkan sampi ke jenjang yang lebih tinggi seperti penerbitan SK Walikota/Bupati dan lain sebagainya.

Di dalam upaya ini TIPP difasiltasi TAPP dan tim Konsultan serta Tim teknis perlu berkoordinasi intensif dengan Biro Hukum di masing-masing kota/kabupaten.

Suplemen A. Contoh Format pendaftaran relawan perencanaan

Supplemen B : Kajian Produk Perencanan dan atau Kebijakan Pemda untuk menggali informasi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten/Kota

1. Langkah-langkah

a. Diskusi dengan Pemerintah Daerah.

Diskusi ini dilakukan oleh sekurang-kurangnya Askot PLPBK dengan Bappeda dan anggota Tim Teknis Pemda (sesuia SK Bupati/Walikota)

Diskusi dengan Dinas dan Pemda ini dilakukan untuk menyamakan persepsi dengan pihak-pihak terkait tentang apa yang akan dilakukan dalam Kajian tersebut.

Di dalam diskusi ini juga dibahas tentang kebijakan-kebijakan apa saja yang telah memiliki kekuatan hukum (telah di Perdakan atau telah memiliki perangkat hukum yang lain), terutama yang terkait langsung dengan wilayah/lokasi PLPBK.

Kebijakan yang dimaksud bisa berwujud kebijakan Tata Ruang maupun kebijakan/peraturan perundangan lain yang terkait.

Di dalam diskusi dibahas pula mengenai kebutuhan alat/media presentasi serta nara sumber dari pemerintah daerah yang dirasa cukup mumpuni agar proses Kajian dapat berjalan dengan baik.

Selain nara sumber perlu disepakati pula fasilitator forum Kajian tersebut yang seyogyanya memahami substansi kebijakan-kebijakan yang akan di Kajian bersama b. Penyepakatan dan Penyusunan materi Kajian

Penyepakatan dan penyusunan materi Kajian ini dapat dilakukan pada saat diskusi bersama dinas dan pemerintah daerah. Fungsi penyepakatan materi ini adalah untuk memberikan skenario Kajian yang jelas, runtut dan bermakna. Dengan penyepakatan materi Kajian ini diharapkan semua nara sumber akan siap untuk menyampaikan materi Kajian sesuai yang diharapkan dan tidak melebar kepada hal-hal yang tidak sesuai dengan konteks Kajian.

Materi Kajian sekurang-kurangnya menyangkut hal sebagai berikut : • Kebijakan apa saja yang terkait dengan lokasi PLPBK

• Apa implikasi dari kebijakan tersebut (implikasi bagi masyarakat/wilayah setempat maupun implikasi bagi dinas/pemerintah daerah)

• Bagaimana Pengendalian terhadap kebijakan yang telah dikeluarkan (sejauh yang telah diupayakan Pemerintah) serta sejauh mana legalitas/aspek legal dari kebijakan tersebut

• Apa dukungan yang diberikan oleh Pemerintah daerah terhadapa kebijakan yang telah dikeluarkan tersebut

Sebagai contoh :

Jika Pemerintah daerah menetapkan sebuah kawasan menjadi kawasan pertanian lahan basah, maka implikasi apa yang akan mengena kepada masyarakat/wilayah tersebut (misalnya pengetatatn perubahan peruntukan sawah, pembatasan ruang berkembang dll).

Sedangkan Implikasinya bagi pemerintah daerah misalnya : kewajiban pemerintah untuk mengatur perijinan mendirikan Bangunan/IMB,dll

Di sisi yang lain adakah dukungan riil pemerintah terhadap upaya perwujudan kawasan pertanian lahan basah tersebut misalnya: pemerintah telah mendukung dengan membuat saluran irigasi teknis dengan baik, kesiapan pemerintah untuk mendukung bibit pertanian unggul bagi wilayah tersebut, serta kesiapan pemerintah untuk mengamankan/memprioritaskan pupuk bagi wilayah tersebut dll.

c. Penyepakatan Jadwal dan Undangan peserta

Penyepakatan jadwal dan undangan peserta ini menjadi hal penting namun seringkali tidak dibicarakan secara serius, akibatnya seringkali terjadi kendala-kendala yang semestinya sudah dapat diantisipasi. Sebagai contoh : nara sumber berhalangan dan mewakilkan kepada orang lain yang tidak terlibat diskusi sejak awal sehingga pada saat melakukan Kajian si nara sumber pengganti ini tidak siap dan cenderung mengisi acara sesuka hati.

Undangan peserta juga menjadi hal yang penting harus dibicarakan, seringkali ketika mengundang, panitia penyelenggara tidak memperhatikan waktu yang dibutuhkan serta kesiapan peserta itu sendiri.

Untuk Kajian kebijakan di dalam PLPBK ini harus dinyatakan terbuka untuk umum/masyarakat setempat sehingga panitia harus menyiapkan ruang yang cukup representatif, dan pengumuman disampaikan secara terbuka dalam waktu yang cukup. Namun demikian panitia penyelenggara dapat pula menambahkan undangan dengan meminta kehadiran pihak-pihak yang menjadi representasi masyarakat (tokoh masyarakat, kelompok wanita, kelompok remaja/pemuda serta perwakilan kelompok-kelompok yang aktif di masyarakat (kelompok-kelompok pengajian, posyandu, karangtaruna, kelompok kesenian, kelompok olahraga dll))

d. Sosialisasi dan Penyiapan Masyarakat

Sebagaimana telah di singgung di atas maka seyogyanya dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat tentang Kajian yang akan dilakukan. Maksud sosialisasi ini

adalah menarik minat masyarakat untuk menghadiri dan terlibat aktif di dalam proses diskusi.

Materi sosialisasi seyogyanya menyangkut hal-hal teknis penyelenggaraan : tanggal, tempat dan waktu serta hal-hal yang menyangkut substansi : materi yang akan di sampaikan, nara sumber yang akan menyampaikan dll)

e. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan harus memperhatikan ketersediaan waktu dengan materi yang hendak di sampaikan. Akan lebih menarik apabila ruang pertemuan cukup representatif (cukup udara, tidak memiliki masalah terhadap kebisingan maupun hal-hal lain yang diperkirakan mengganggu diskusi, serta mudah dijangkau oleh masyarakat), di desain/dihias dengan media-media sosaialisasi yang mengundang peserta untuk dapat terlibat aktif dalam diskusi dan sesuai dengan tolok ukur perubahan perilaku yang diharapkan.

Seyogyanya pelaksanaan kegiatan dikemas dalam format sarasehan atau sejenisnya yang memeberikan ruang dan kesempatan kepada masyarakat untuk duduk setara (hindari hambatan-hambatan psikologis yang mungkin timbul akibat penataan tempat dan format acara yang tidak nyaman bagi peserta).

Penggalian informasi ini merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan dalam proses perencanaan partisipatif, agar masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya dapat mengetahui dan memahami isi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan kota/kabupaten (RTRW, RUTR, RDTR, RTRK, Masterplan jalan dll) secara lengkap dan rinci. Berikut adalah cara melaksanakannya:

• TIPP difasilitasi oleh Tim Konsultan, mengadakan forum diskusi (FGD) dan atau rembug warga, untuk membahas isi kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana pembangunan tingkat Kota/Kabupaten yang akan mempengaruhi perkembangan pembangunan wilayah Kelurahan/Desa. Dalam forum diskusi tersebut, Tim Teknis Pemda, akan memberikan penjelasan isi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan secara lengkap dan transparan, seperti: rencana pembangunan dan pelebaran jalan, rencana pembangunan perumahan, rencana pembangunan pusat perdagangan, dll.

• Masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya, sebagai peserta diskusi dan rembug warga, diharapkan dapat mengetahui, menanggapi dan memahami isi kebijakan dan rencana pembangunan Kabupaten/Kota. Hal-hal penting yang perlu dicermati, antara lain : kepastian implementasi rencana, manfaat bagi masyarakat dan dampak negatif yang diperkirakan muncul dari pelaksanaan rencana pembangunan kota/kabupaten.

• Tenaga Ahli Pendamping Perencanaan /TAPP bersama TIPP menyusun laporan hasil kegiatan diskusi dan rembug warga tentang isi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan Kabupaten/kota.

• TIPP merekomendasikan laporan hasil kegiatan di atas, untuk dikaji lebih lanjut dan disepakati dalam proses análisis Penataan Lingkungan wilayah kelurahan/Desa

f. Evaluasi dan sosialisasi hasil Kajian

Pasca pelaksanaan Kajian, seyogyanya dilakukan evaluasi bersama yang melibatkan TIPP dan pokja terkait. Evaluasi di lakukan untuk melihat apakan kegiatan Kajian telah sesuai dengan rencana, dan telah memberikan modal/gambaran bagi pelaksanaan kegiatan perencanaan berikutnya.

Jika kegiatan Kajian dianggap belum memenuhi harapan maka perlu dilakukan upaya-upaya lanjutan untuk memenuhi harapan/kebutuha tersebut.

Sosialisasi hasil Kajian arus dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang substansi kebijakan tersebut, maupun sebagai media pertanggungjawaban publik atas kegiatan yang telah dilakukan.

2. Alat/bahan dan media

Materi yang diberikan setidaknya mengenai peraturan Tata Bangunan dan lingkungan ( GSB, GSS, GSP, KDB, KLB), hal – hal terkait penyadaran kebersihan ( persampahan, sanitasi ), konsepsi hidup di lingkungan tanggap bencana ( peraturan terkait pencegahan kebekaran, pencegahan penyakit menular, penanggulangan dan tindakan pencegahan terjadinya bencana alam banjir, gempa bumi, tanah longsor, gelombang pasang/tsunami, angin badai )

Untuk mendukung proses ini maka setidaknya perlu disiapkan :

a. Materi Presentasi berisi kebijakan perencanaan pengendalian dan aspek legal b. Peta

c. Alat/tampilan-tampilan yang menunjang i. Waktu

Waktu pelaksanaan : dilakukan dalam durasi berkala hingga semua hal penting dapat disampaikan dan dipahami masyarakat

ii. Catatan

Askot UP PLPBK bertanggungjawab atas terselenggaranya diskusi di level pemerintah daerah, penyiapan materi Kajian dan penyiapan nara sumber serta fasilitator diskusi.

Senior fasilitator bertanggungjawab atas kepanitiaan dan penyelenggaraan di level kelurahan (kepanitiaan, penyiapan tempat dan peralatan, serta sosialisasi dan undangan kepada masyarakat

SUPLEMEN C : “Menggambar Kampung Masa Depan” (penggalian ide-ide masyarakat)1 a. Latar Belakang

Anak-anak dan remaja adalah ”pewaris sah” dari desa/kampung di masa yang akan datang. Mereka adalah pihak-pihak yang akan diuntungkan apabila perencanaan wilayah desa/kampung yang dilakukan saat ini baik, namun mereka-mereka pulalah yang akan sangat dirugikan apabila perencanaan yang dilakukan saat ini buruk, dan serampangan.

Sementara, di dalam segala proses perencanaan reguler yang ada, anak-anak dan remaja ini jarang (baca: tidak pernah) dilibatkan ataupun diberikan hak untuk menyampaikan ide/impian tentang ”tempat tinggalnya” di masa yang akan datang. Mereka hanya memiliki hak untuk mewarisi walaupun dengan segala kosekwensi sebagaimana tersebut di atas.

Di sisi yang lain, mencoba melibatkan anak-anak dan remaja dalam proses perencanaan tentu memiliki kerumitan-kerumitan. Anak-anak ”hampir tidak memungkinkan” diajak di dalam forum resmi perencanaan karena cenderung mengalami kebosanan dan rentan menimbulkan kegaduhan. Berangkat dari hal tersebut maka perlu dirumuskan suatu metode menggali idea/impian anak dan remaja namun dalam format yang nyaman bagi orang tua maupun si anak/remaja itu sendiri. Proses-proses perencanaan reguler yang ada selama ini seringkali kurang mendapat respon optimal dari masyarakat/khalayak luas karena kurangnya sosialisasi dan juga anggapan sebagaian masyarakat tentang proses perencanaan yang ”formal”, ”berat” sehingga tidak ”nyaman dan menggembirakan”. Untuk hal tersebut proses perencanaan di dalam kegiatan PLPBK diharapkan mampu membongkar sukat-sukat ketidak nyamanan menuju proses peencanaan yang menjadi ”hajatan masyarakat”

1

Foto gambar dan tulisan merupakan koleksi pribadi Wijang-Wijanarko dan disarikan dari Buku Panduan CAP GTZ GLG serta pengalaman menyuusun Comunity Action Plan .

Menggambar Kampung Impian: merupakan kegiatan penggalian visi anak-anak dan remaja terkait dengan masa depan desa/kampungnya di masa yang akan datang.

Hak menentukan masa depan desa tidak sekedar hak orang dewasa namun juga hak anak-anak yang akan menjadi pewaris di masa yang akan datang

b. Bentuk Kegiatan

Dalam rangka menggali informasi dari sebanyak mungkin elemen masyarakat (termasuk di dalamnya anak & remaja), dan dalam upaya menjadikan proses perencanaan PLPBK benar-benar menjadi ”hajatan masyarakat” maka proses ”Menggambar Kampung Masa Depan Impian” dapat dilakukan.

Proses menggambar kampung impian ini dipilih karena selain bertutur kata, menggambar adalah media komunikasi yang selama ini cukup efektif untuk menyampaikan pesan. Di sisi yang lain menggambar dan bercerita menurut beberapa pakar akan menimbulkan rangsangan yang memicu rasa nyaman, gembira, terutama bagi anak-anak.

Pada prinsipnya menggambar kampung impian ini dapat dilakukan secara perorangan maupun kelompok. Sangat memungkinkan pula proses menggambar berkelompok ini dilakukan dalam skala keluarga maupun komunitas tertentu (RT/RW).

Hasil gambar yang dilengkapi diskripsi ringkas atas impian-impian kampung di masa yang akan datang ini menjadi salah satu materi yang akan dibahas dalam diskusi perencanaan yang akan dilakukan.

c. Teknis Pelaksanaan

Sebaiknya kegiatan “Menggambar Kampung Masa Depan Impian” diselenggarakan pada hari libur, atau waktu tertentu yang memungkinkan anak-anak terlibat secara aktif di dalam proses ini.

Kegiatan ”Menggambar Kampung Masa Depan Impian” ini bertujuan menggali impian anak-anak sebagai ”pemilik” kampung di masa depan, dan harapan-harapannya terhadap lingkungan yang ia dambakan. Kegiatan ini juga akan bermanfaat untuk mengajarkan cara berempati dengan lingkungan sejak sedini mungkin.

Upayakan kegiatan ini semeriah mungkin. Hal ini bermanfaat dalam membangkitkan motivasi komunitas dan menghangatkan suasana kampung menyambut proses perencanaan partisiptif di dalam kegiatan PLPBK. Jika perlu, sediakan hadiah bagi lukisan yang ‘menarik’, baik dari sudut pesan maupun keindahan lukisantersebut. Hasil kegiatan menggambar kampung masa depan ini dapat dihadirkan dalam bentuk pameran yang diselenggarakan di sekitar tempat acara/diskusi /musyawarah perencanaan berlangsung.

Hasil kegiatan menggambar kampung masa depan ini semestinya dijadikan rujukan dalam proses identifikasi dan perumusan rencana-rencana pengambangan wilayah Gambar dan cerita yang dihasilkan, menjadi bagian yang harus di diskusikan pada

saat masyarakat menggali permasalahan (bisa jadi yang tergambar oleh anak-anak merupakan masalah yang tidak terasakan oleh orang tua). Demikian pula saat menentukan dan menganalisis program-program, apakah program yang direncanakan telah sesuai dengan impian anak-anak.

Secara umum proses menggambar kampung masa depan ini dapat dibagi menjadi 2 bagian dan dilakukan dengan cara sebagai berikut.

c.1. Menggambar Kampung Masa Depan Impian oleh anak-anak dan remaja • Rencanakan kegiatan ini dengan mengkoordinasikan dengan pengelola sekolah

(jika ada) atau pengasuh kegiatan anak-anak di kampung. Sampaikan mengenai aktifitas ini dengan menjelaskan maksud dan tujuan utamanya, yaitu menjaring aspirasi anak-anak sebagai pewaris masa depan untuk ikut menentukan masa depan kampungnya, dengan cara menggambar dan mendiskripsikan impian mereka terhadap kampungnya di masa yang akan datang.

• Tentukan jadwal dan tempat acara bersama dengan para pengasuh kegiatan anak-anak setempat. Agar acara ini dapat diiikuti oleh anak-anak dalam jumlah yang ”cukup” maka dibutuhkan penyesuaian dalam menentukan jadwal acara. Seyogyanya jadwal acara disesuaikan dengan jam anak-anak biasa bermain/berkumpul (jangan bersamaan dengan jadwal ujian sekolah, ataupun jadwal film/pertunjukan TV yang digemari oleh anak-anak).

Gb. 1 Pengumuman Menggambar Kampung Impian

• Untuk tempat penyelenggaraan carilah tempat yang lapang namun terlindung/aman sehinggga anak-anak dapat berekspresi dengan nyaman

Gb. 2 lokasi Menggambar Kampung Impian yang ’terbuka’ namun terlindung • Persiapkan segala peralatan yang akan digunakan, jika ada beberap alat yang

harus dibawa sendiri oleh anak-anak, maka hal tersebut harus di informasikan beberapa hari sebelumnya.

• Sampaikan dengan cara gamblang/sederhana mengenai tujuan acara ini. Akan lebih menarik kalau anak-anak bisa diajak bercerita tentang kehidupan sehari-harinya dan bermain terlebih dahulu.

• Yakinkan anak-anak untuk menggambar impian-impian mereka terhadap lingkungan/kampungnya di masa yang akan datang.

• Beri kesempatan anak-anak untuk menggambar sebebasnya di dalam kertas gambar/media yang lain. Setelah selesai menggambar, minta anak-anak untuk menceritakan tentang apa yang ia gambar dan bayangkan. Bisa juga minta anak-anak untuk menuliskan tentang gambar mereka.

Gb. 3 Seorang anak menceritakan impian tentang kampungnya di masa datang yang dia gambarkan

• Catat hasil cerita anak-anak tersebut dan resumekan sebagai bahan untuk diskusi perencanaan.

• Hasil gambar anak-anak ini menjadi dekorasi ruang – ruang pertemuan/rembug perencanaan yang diselenggarakan.

• Pada saat rembug/diskusi/fgd perencanaan, hasil cerita dan gambar anak-anak tersebut diulas di waktu yang tepat .

c.2. Menggambar Kampung Masa Depan Impian secara berkelompok oleh keluarga

• Rencanakan kegiatan dengan tokoh formal maupun informal wilayah, sampaikan tentang substansi dari acara ini, yaitu untuk menjaring informasi dan impian dari masyarakat setempat dengan cara menggambar dan bercerita.

• Masing-masing peserta minimal terdiri atas bapak, ibu dan anak (unsur laki-laki dewasa, unsur perempuan dewasa, dan unsur anak-anak)

• Sosialisaikan/umumkan kepada masyarakat/keluarga-keluarga mengenai aktifitas ini agar sebanyak mungkin keluarga dapat mengikuti kegiatan menggambar kampung mas depan impian.

• Tentukan jadwal acara, gunakannlah hari-hari libur sehingga sebagian masyarakat bisa ikut terlibat.

• Pada hari yang telah ditentukan bagikan kertas gambar / media gambar yang lain dengan ukuran jumbo (A0) kepada setiap keluarga yang mengikuti aktifitas ini. • Minta pada masing-masing keluarga untuk mendiskusikan tentang apa yang

mereka inginkan/impikan dengan lingkungan mereka di masa yang akan datang. Mintalah mereka untuk merangkum hasil diskusi dalam keluarga tersebut. Ingatkan pada mereka bahwa setiap oarang/anggota kelompok punya hak untuk menyampaikan pendapat sehingga bapak/ibu juga tetap harus bisa mengakomodir kebutuhan dan impian anaknya.

• Setelah semua keluarga menyampaikan aspirasinya, maka minta untuk mereka menuangkan hasil diskusi mereka ke dalam media kertas dalam bentuk gambar. • Hasil gambar dan catatan tentang impian ini bisa dipresentasikan kepada juri dan

• Gunakan hasil gambar untuk menjadi dekorasi ruang pertemuan proses rembug perencanaan yang akan datang, dan jadikan hasil menggambar, bercerita tersebut menjadi bagianyang dipertimbangkan pada saat proses-proses tahapan perencanaan berikutnya (makro maupun mikro)

d. Contoh hasil Menggambar kampung Impian dan analisanya

Berikut ini merupakan contoh-contoh hasil menggambar kampung impian yang pernah dilakukan di wilayah Yogyakarta.

Gambar di atas merupakan gambar yang dihasilkan dari proses menggambar kampung impian di wilayah Tungkak Karanganyar Kota Yogyakarta. Kampung ini ada di tengah kota, sebuah perkampungan padat, dengan dibatasi oleh sungai yang saat ini kotor (sebagaimana kecenderungan sungai-sungai di permukiman padat kota di Indonesia). Dari 40 orang peserta, lebih dari 80 persen mereka memasukan unsur air, sungai dan kolam ikan di gambar mereka. Ketika diminta untuk menceritakan keinginan mereka dalam gambar tersebut, sebagian besar menyatakan bahwa mereka memimpikan suatu saat kelak kampung mereka akan menjadi nyaman dengan dikelilingi sungai yang bersih, sehat dan nyaman sehingga setiap saat mereka dapat melihat ikan dan lain sebagainya.

Gb. 5 Gambar tentang sumber mata air yang jernih

Gb. 5 Gambar tentang jalan layang

Kedua gambar di atas di buat oleh anak-anak di dusun Kalinongko Kelurahan Gayam Harjo Sleman Y&ogyakarta. Wilayah ini merupakan wilayah yang relatif tandus dan berada di perbukitan. Masalah air menjadi masalah utama setiap musim kemarau, tak jarang anak-anak harus menimba air di sumber air yang ada

di dasar jurang. Itupun dilakukan dengan cara mengantri sejak pukul 02.00 WIB (dinihari). Hal tersebut ternyata menjadi hal yang membekas dalam benak anak-anak sehingga ketika diberi kesempatan untuk membayangkan dusunnya di masa yang akan datang mereka menggambarkan sumber mata air yang melimpah dan jernih.

Sedangkan gambar di sebelah kanan adalah gambar yang diangankan oleh anak-anak kalinongko pula. Hal ini muncul akarena infrastruktur jalan di wilayah tersebut rusak parah. Menurut anak- anak ini pula mereka seringkali tidak dapata bersekolah di kala musim hujan karena jalan tidak bisa di lalui. Masih dari cerita yang sama, mereka juga menceritakan betapa kesulitan yang mereka hadapi tiap kali ada yang sakit atau ada ibu yang hendak melahirkan karena sulit mnelewati jalan tersebut. Berangkat dari realitas tersebut anak-anak mengambarkan jembatan layang yang bagus, mulus menghubungkan antara desa mereka yang terletak di perbukitan sampai ke wilayah kota terdekat.

Suplemen D : Membuat Maket Kampung secara Partisiapatif 2 A. Apa Maket ?

Maket merupakan Media Bantu “Tri Matra” / Tiga dimensi, yang merupakan tiruan dalam skala kecil (skalatis) dari sebuah benda yang besar. Maket di dalam proses perencanaan merupakan “tiruan” dengan skala kecil dan merupakan miniatur tiga dimensi yang menggambarkan letak bangunan, letak vegetasi, letak perkerasan lingkungan (jalan/gang dsb), landaian ataupun kontur tanah serta letak “benda-benda tertentu” yang menjadi landmark/penanda kawasan.

Gambar 1 : Maket yang menunjukan letak jalan, Vegetasi, Air dll B. Kegunaan/Pemanfaatan

Fungsi utama Maket adalah sebagi media Bantu bagi semua pihak yang terlibat di dalam diskusi untuk menggambarkan secara tepat kondisi riil lingkungan, terutama terkait dengan kondisi “spasial ruang” yang ada, serta kaitan-kaitannnya dengan tata letak, dan regulasi lingkungan yang mugkin timbul karenannya.

Maket merupakan alat Bantu untuk memotret, memvisualisasikan, menstrukturkan dan merasionalisasikan, kondisi lingkungan, kondisi sosial, serta hal-hal lain yang dapat dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan.

2

Foto gambar dan tulisan merupakan koleksi pribadi Wijang-Wijanarko dan disarikan dari Buku Panduan CAP GTZ GLG serta pengalaman menyuusun Comunity Action Plan .

Maket dapat digunakan sebagai media menarik minat masyarakat, karena kegiatan pembuatan maket ini merupakan media yang menyenangkan dimana pihak-pihak yang terlibat dapat membayangkan kondisi lingkungannya, menemukan posisi rumahnya, serta dapat menuangkan inspirasi dan kreasinya di dalam membuat maket.

Maket juga berfungsi sebagai media untuk membangun kebersamaan, dan membangun empati masyarakat terhadap lingkungannya.

Dalam proses pembuatan maket, diharapkan keterlibatan masyarakat secara optimal. Diharapkan dengan terlibat di dalam proses pembuatan, akan dapat terjadi pula proses

Dokumen terkait