• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Teknis 2. BAGIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Teknis 2. BAGIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Pedoman Teknis 2.

BAGIAN PERENCANAAN PARTISIPATIF

I. Pendahuluan

PLPBK adalah Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas. Merupakan pembangunan multi dimensional mencakup sosial, ekonomi dan fisik, oleh sebab itu diperlukan landasan perencanaan yang menjadi dasar pijakan bersama dan menjamin keberlangsungan kerja kolektif. Kegiatan PLPBK terdiri atas kegiatan pada tahap Persiapan, Perencanaan, Pemasaran dan Pelaksanaan Pembangunan sesuai dengan gambar berikut :

Siklus PLPBK dimulai dengan Tahap Persiapan, kemudian dilanjutkan dengan Tahap Perencanaan. Setelah tahap perencanaan selesai maka dapat dilakukan kegiatan Tahap Pemasaran dan Pelaksanaan Pembangunan hasil perencanaan secara paralel.

Secara umum perencanaan partisipatif di dalam PLPBK merupakan serangkaian kegiatan yang bertumpu kepada kegiatan sosialisasi dan penggalian visi kawasan, pemetaan potensi dan masalah, perumusan tata lingkungan permukiman, serta perumusan rencana tindak bersama masyarakat.

Sebagai sebuah perencanaan yang akan menentukan arah kebijakan penataan lingkungan di masa yang akan datang maka sudah selayaknya proses perencanaan ini harus memiliki keberpihakan dan memberikan ruang partisipasi yang besar bagi warga masyarakt miskin serta masyarakat yang selama ini ter-marginalkan.

RPLP adalah Rencana Penataan Lingkungan Permukiman dan menjadi payung rencana penataan seluruh kawasan kelurahan sedangkan RTPLP adalah Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman menjadi rencana detail lokasi prioritas/terpilih.

Penyusunan kedua rencana tersebut RPLP dan RTPLP harus dilakukan secara partisipatif arti melibatkan seluruh unsur pembangunan masyarakat, swasta dan pemerintah (BKM dan UP-UP

(2)

nya), Pokja-pokja PLPBK, Perangkat Kelurahan/Desa, Tim Teknis Pemda untuk PLPBK, Tim Inti PLPBK, yang didukung oleh PJOK Kecamatan, TKPKD dan TKPP Kabupaten serta Kelompok Pemerhati) dalam proses pengambilan keputusan bersama. Dengan demikian RPLP dan RTPLP`harus menjadi acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerah di wilayah kelurahan tersebut.

II. Tujuan

Pola perencanaan partisipatif dalam penataan lingkungan permukiman ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: tercapai kesepakatan dan kesatuan tindak antar pemangku kepentingan, menghasilkan keputusan yang lebih akurat bagi semua yang berkepentingan, menggalang kepentingan, potensi dan sumberdaya untuk kepentingan bersama,

III. Sasaran dan Keluaran kegiatan III. 1. Sasaran

a. Garis besar rencana pembangunan social, ekonomi dan lingkungan ke depan

b. RPLP dan RTPLP sebagai wadah rencana pembangunan social, ekonomi dan lingkungan (SEL) tersusun

c. Masyarakat sadar dan paham akan peluang yang mungkin dilakukan untuk mencapai tata kehidupan dan penghidupan yang lebih baik

d.

Indikasi program rencana pembangunan tersusun sebagai kesatuan tindak antar semua pelaku pembangunan

III.2. Keluaran

Terumuskannya Rencana Program Pembangunan (SEL) oleh masyarakat yang diwujudkan dalam Rencana Penataan Lingkunga Permukiman (RPLP), Aturan Main Bersama (AB) yang berisi kesepakatan-kesepakatan masyarakat untuk mewujudkan cita-cita bersama serta Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) yang didukung dengan DED prioritas kegiatan yang akan dibangun.

IV. Pelaku kegiatan

Penanggungjawab kegiatan perencanaan ini adalah BKM bersama Lurah/Kades sebagai wakil dari masyarakat. Sedangkan teknis pelaksanaan/operasional dilakukan oleh Tim Inti Perencanaan Pembangunan yang di dampingi oleh Tenaga Ahli Pendamping Perencanaan, beserta Tim Teknis Pemda, Tim Konsultan, dan Kelompok peduli lainnya, yang secara singkat diuraikan sebagaio berikut :

IV.1 Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP)

Tim Inti Perencanaan Partisipatif merupakan tim kerja yang dibentuk oleh masyarakat melalui mekanisme rembug warga, yang terdiri atas unsur Kelurahan, BKM (UP-UP), relawan perencanaan masyarakat, Perwakilan Pemerintah daerah (yang membidangi dan atau menguasai hal ikhwal perencanaan tata ruang).

TIPP memiliki koordinator yang bersifat kolektif kolagial dan memiliki kelengkapan organisasi yang terdiri atas kelompok-kelompok kerja (sesuai dengan kebutuhan). TIPP bersifat ad-hoc dan bekerja utamanya dalam urusan perencanaan.

IV.2 Tenaga Ahli Pendamping Perencanaan

Tenaga Ahli Pendamping Perencanaan Partisipatif adalah perseorangan atau tim yang direkrut dan ditugaskan untuk medampingi dan memperkuat kapasitas BKM dan Lurah / Kepala Desa dalam melaksanakan setiap tahapan perencanaan partisipatif PLP BK

(3)

IV.3. Tim Teknis Pemda

Tim Teknis Pemda adalah Tim kerja yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah setempat yang bertugas untuk mengawal jalanya proses perencanaan yang dilakukan di masyarakat dan melakukan sinkronisasi dengan rencana-rencana pemerintah daerah setempat.

V. Lingkup dan Proses Kegiatan

V.1. Lingkup kegiatan Perencanaan meliputi :

a. Penggalian Visi, Potensi dan Tantangan masyarakat dimana kegiatan ini akan bertumpu pada kegiatan sosialisasi dan Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya. Sosialisasi yang dimaksud dalam kegiatan ini tidak sekedar menyampaikan informasi saja namun sosialisasi dimaksud sebagai alat untuk memotivasi masyarakat menuju tatanan lingkungan permukiman & kehidupan yang lebih baik. b. Peningkatan Kapasitas Masyarakat, merupakan upaya-upaya yang dibangun

secara sistematis dan strategis yang tidak sekedar memberikan ketrampilan teknis perencanaan saja namun juga bertujuan mengembangkan pemahaman masyarakat akan arti penting peran serta masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, terutama peran partisipasi terhadap penataan lingkungan permukiman yang telah diamanatkan dalam UU.

c. Kegiatan perencanaan (identifikasi, analisis, pengusulan dan penyepakatan rencana)

Adapun langkah-langkah perencanaan meliputi: (1) Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat, (2) Persiapan Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan,(3) Perencanaan Lingkungan Makro, (4) Perencanaan Lingkungan Mikro dan (5) Uji Publik dan Legitimasi dokumen

Kelima langkah perencanaan dijelaskan melalui diagram-diagram berikut ini :

Pengorganisasian dan Pengembangan

Masyarakat

Uji Publik dan legitimasi dokumen

5

1

Persiapan teknis Perencanaan

2

3

Perencanaan Lingkungan Mikro

4

Perencanaan Lingkungan Makro

(4)

Tabel 1. Uraian Tahapan dan Pelaku Kegiatan Perencanaan Partisipatif

No Tahapan Kegiatan Uraian Pelaku Hasil

1 Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (2 pekan) 1. Sosialisasi PLPBK kepada masyarakat

Sosialisasi dapat dilakukan secara klater per RT/RW atau beberapa RT atau klaster umur anak-anak, orang tua perempuan, dsb

Tim Fasilitator Masyarakat memahami pentingnya PLPBK

Tumbuh minat sebagai relawan

2. Pendaftaran Relawan

perencanaan

Dapat juga dilakukan pendaftaran per RT/RW dimana ketua RT/RW dilibatkan secara penuh

BKM/LKM dan Lurah/Kades

Relawan terdaftar

3. Perekrutan Tenaga

Pendamping Perencanaan

Sebaiknya dilakukan secara terbuka melalui advertensi media masa dan sebagainya

BKM/LKM dan Lurah/Kades

TAPP terpilih

4. Pembentukan Tim Inti

Perencanaan Partisipatif (TIPP)

Rembug Warga yang melibatkan berbagai unsur di masyarakat dan diprakarsai oleh BKM dan Kelurahan. Di dalam forum ini dibahas dan di sepakati tentang arti penting TIPP, peran TIPP dan bentuk organisasi TIPP

BKM/LKM dan Lurah/Kades

TIPP terbentuk

5. Pelatihan TIPP

Penyusunan rencana kerja PLPBK

Peningkatan kapasitas bagi anggota TIPP dan UP-UP BKM terutama terkait dengan aktifitas perencanaan partisipatif dan penyusunan RPLP, RTPLP

Tim Fasilitator, TAPP dan anggota TIPP

Anngota TIPP terlatih dan siap menjalankan aktifitas perencanaan

6. Penyusunan rencana kerja

PLPBK

Serangkaian Rapat koordinasi TIPP dengan BKM dan kelurahan untuk menyusun rencana kerja perencanaan terkait kegiatan PLPBK

Anggota TIPP, TAPP dan fasilitator

Dokumen rencana kerja, RAB dan master schedule kegiatan perencanaan

2 Persiapan Teknis

Pelaksanaan Kegiatan

1. Sosialisasi masyarakat terhadap berbagai aspek dalam pengembangan

Serangkaian kegiatan pertemuan dan koordinasi untuk melakukan persiapan teknis pelaksanaan

Anggota TIPP, TAPP dan

fasilitator, beserta

• Kesiapan masyarakat dan pelaku mendukung aktifitas perencanaan

(5)

No Tahapan Kegiatan Uraian Pelaku Hasil

Perencanaan

(3 pekan) 2. Bimbingan dan pengutan permukiman UP - UP BKM/LKM untuk pelayanan masyarakat. 3. Kajian Produk Perencanan

Kebijakan Pemda

4. Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya

perencanaan partisipatif.

Aktifitas ini dilakukan untuk menyiapkan pelaku – pelaku khususnya masyarakat luas agar paham maksud dan tujuan perencanaan.

Diharapkan pelaku dapat mendukung terjadinya perubahan nilai – nilai mengenai pentingnya komitmen seluruh warga kelurahan untuk mengubah pola pikir, sikap dan perilaku dalam meningkatkan kualitas hunian dan kehidupan serta hidup dan bermukim di lingkungan yang tertata.

pokja-pokja PLPBK. • Meningkatnya kesadaran

dan pemahaman masyarakat tentang kebijakan pemda terkait wilayah mereka

• Tersedianya pelaku PS yang siap dan handal.

3 Perencanaan Lingkungan Makro (2 bulan)

1. Penggalian Visi Misi 2. Analisis Data

3. Penyusunan RPLP

4. Penyusunan Aturan Bersama

Serangkaian pertemuan menganalisis, dan merencanakan

yang terangkai dalam proses penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman wilayah Kelurahan/Desa.

Secara umum tahapan perencanaan partisipatif yang dilakukan, adalah untuk (a) Mengenali kondisi eksisting, (b) Melakukan analisis sebagai dasar rencana, (c) Menyepakati rencana hasil analisis Masyarakat umum, anggota TIPP beserta pokja-pokja, BKM, Kelurahan, TAPP dan fasilitator, Tersusunya RPLP dan aturan bersama 4 Perencanaan Lingkungan Mikro (2 bulan) 1. Penentuan Kawasan Prioritas 2. Penyusunan RTPLP 3. Penyusunan Prelimanary Design Serangkaian pertemuan menganalisis, merencanakan dan

merancang kawasan prioritas dengan mengadopsi prinsip-prinsip RTBL Masyarakat umum, anggota TIPP beserta pokja-pokja, BKM, Kelurahan, TAPP Tersusunnya RTPLP

(6)

No Tahapan Kegiatan Uraian Pelaku Hasil dan fasilitator,

5 Uji Publik dan legitimasi dokumen (3 pekan) 1. Uji Publik 2. Finalisasi dokumen 3. Legitimasi Dokumen

• Serangkaian kegiatan yang merupakan tahapan akhir di dalam proses perencanaan • Tahap ini merupakan tahap

menyampaikan hasil-hasil perencanaan kembali kepada masyarakat luas sebelum dilakukan finalisasi agar hasil perencanaan memiliki legitimasi yang kuat baik secara formal maupun non formal.

• Secara non formal, dengan dilakukannya uji publik diharapkan hasil perencanaan benar-benar menjadi milik masyarakat , sementara secara formal, diharapkan terjadi sinergi yang baik dengan hasil-hasil perencanaan wilayah yang telah ada dan berkekuatan hukum tetap Masyarakat umum, anggota TIPP beserta pokja-pokja, BKM, Kelurahan, TAPP dan fasilitator, Finalisasi dokumen RPLP, RTPLP, dan aturan bersama yang di sepakati oleh seluruh masyarakat, dan diupayakan mendapat paying hukum yang jelas (setidaknya diperkuat dengan peraturan Desa)

Catatan: waktu yang dibutuhkan setara dengan 6 bulan efektif. Secara umum Tahapan proses dilakukan secara serial, namun kegiatan-kegiatan dapat dilakukan secara pararel. Misal: Pada saat Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya dapat pula dilakukan penggalian visi awal, ataupun pada saat sebagian data sudah di dapat maka analisis sudah mulai bisa dilakukan.

Guna menjamin keterlibatan optimal seluruh lapisan masyarakat di dalam aktifitas ini maka setidaknya 40% partisipasi perempuan dan 40 % partisipasi warga miskin dapat diwujudkan di dalam pertemuan-pertemuan, terutama pertemuan-pertemuan penting yang menyepakati dan atau menyangkut hajad hidup masyarakat di masa yang akan datang.

(7)

Proses perencanaan ini harus dimulai dengan penggalian-penggalian visi dan informasi dari tingkat basis (RW , dusun dan atau gabungan dusun) sesuai dengan kondisi setempat agar aspirasi masyarakat terkam dengan baik.

Jika di dalam proses penyusunan perencanaan ini terbukti tidak mampu menyerap aspirasi masyarakat dan atau tidak terjadinya proses-proses yang partisipatif (melibatkan sebanyak mungkin lapisan masyarakat terutam kelompok marginal), maka hasil perencanaan ini akan menjadi cacat dan tidak layak untuk dijadikan pedoman bersama.

Jika terjadi kondisi sebagaiman di sebutkan di atas, maka pihak konsultan bersama dengan Tim Teknis/Pemda setempat perlu untuk mengambil kebijakan dan langkah bersama untuk mempertimbangkan/meninjau kembali keberlangsungan program ini di wilayah tersebut

(8)

Tabel 2. Matrik Pelaku dan Peran pada kegiatan Perencanaan.

Pelaku Kegiatan

Tingkat Kelurahan/Desa Konsultan

No Kegiatan Lrh/KDes BKM TIPP TAPP Rela

wan Masya-rakat Tim Teknis Klp Peduli SF PLPBK Askot UP Korkot Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

1 Sosialisasi PLPBK kepada masyarakat √ √ √ √ √ √ √

2 Pendaftaran Relawan perencanaan √ √ √ √ √ √ √

3 Pembentukan Tim Inti Perencanaan

Partisipatif (TIPP)

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Perekrutan Tenaga Pendamping

Perencanaan √ √ √ √ √ √ √

5 Pelatihan TIPP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

6 Penyusunan rencana kerja PLPBK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Persiapan Teknis Pelaksanaan Perencaan

1 Sosialisasi masyarakat thdp berbagai aspek

dlm pengembangan permukiman √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Bimbingan dan pengutan UP - UP BKM/LKM untuk pelayanan masyarakat

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Kajian Produk Perencanan Kebijakan Pemda √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Perencanaan Lingkungan Makro

1 Penggalian Visi Misi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Analisis Data √ √ √ √ √

3 Penyusunan RPLP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Penyusunan Aturan Bersama √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Perencanaan Lingkungan Mikro

1 Penentuan Kawasan Prioritas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Penyusunan RTPLP √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

3 Penyusunan Prelimanary Design dan DED Prioritas

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

Uji Publik dan legitimasi dokumen

1 Uji Publik √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Finalisasi dokumen √ √ √ √ √

(9)

Pelaksanaan kegiatan perencanaan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. TAHAP Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Diagram berikut menjelaskan urutan kegiatan dalam aktifitas Pengorganisasian dan Pengembangan masyarakat yang dapat dilakukan secara paralel melalui langkah-langkah : (1) Sosialisasi PLPBK kepada masyarakat, (2) Pendaftaran Relawan Perencanaan, (3) Pembentukan TIPP, (4) Perekrutan TA Pendamping Perencanaan, (5) Pelatihan TIPP dan (6) Penyusunan Rencana Kerja PLPBK

Sosialisasi PLPBK Pendaftaran Relawan Perencanaan

2

3

Pembentukan TIPP kepada Masyarakat

Diagram 2. 6 Langkah Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

Langkah 1: Sosialisasi PLPBK kepada masyarakat

PLPBK merupakan program yang memerlukan partisipasi aktif masyarakat di lokasi supaya terjadi sinergi yang baik antara Pemerintah Daerah, BKM/LKM dan Masyarakat sehingga perlu dilakukan proses sosialisasi di tingkat masyarakat.

Sasaran adalah : Masyarakat umum /seluruh warga masyarakat yang bertempat tinggal dan atau tercatat sebagai warga setempat, dengan memberikan akses dan cukup memberikan kesempatan terlibat secara aktif bagi kelompok rentan (manula dan cacat), kaum perempuan dan remaja (minimal 30% dari peserta yang hadir)

Hal - hal yang perlu dilakukan saat sosialisasi kepada masyarakat :

a. Penyelenggaraan perlu dilakukan secara cluster tingkat RT/RW. Kemudian lakukan kegiatan di tingkat kelurahan/desa

b. Memastikan pelibatan aktif masyarakat (ikuti pertemuan dan beri saran)

c. Memastikan adanya dokumentasi : Berita Acara, Daftar hadir dan Foto pelaksanaan kegiatan

Hasil yang ingin dicapai dari kegiatan Sosialisasi adalah :

a. Masyarakat memahami pentingnya PLPBK yang akan mendukung proses pembangunan kelurahan.

b. Adanya minat turut serta sebagai relawan perencanaan dalam PLPBK Pelatihan TIPP Perekrutan TA Pendamping Perencanaan

4

1

5

Penyusunan Renc

6

ana Kerja PLPBK

(10)

Keterangan Foto : Foto 1 dan 2 adalah contoh-contoh media sosialisasi PLPBK di Lokasi Pilot PLPBK

Foto 1 Foto 2

Keterangan Foto : Foto 3 dan 4 adalah contoh kegiatan sosialisasi massal PLPBK di Lokasi Pilot PLPBK

Foto 3 Foto 4

Langkah 2: Pendaftaran Relawan perencanaan

Pada tahap ini, tim konsultan pendamping KMW P2KP bersama BKM, melakukan identifikasi dan sekaligus menjaring relawan perencanaan/pelaku pembangunan yang akan dilibatkan dalam kegiatan perencanaan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

a. Merumuskan kriteria personal, antara lain meliputi: kapasitas/kemampuan personal, komitmen/sungguh-sungguh, memiliki kreatifitas dan inovasi, dapat bekerjasama dalam tim kerja, dan diutamakan warga setempat yang pernah terlibat dalam setiap siklus kegiatan P2KP.

b. Melakukan identifikasi dan menjaring SDM lokal yang potensial ( memastikan keterlibatan perempuan )

c. Melakukan FGD dengan melibatkan pihak kelurahan dan KBK untuk menetapkan pelaku pembangunan tingkat komunitas yang dilibatkan dalam kegiatan perencanaan

Langkah 3: Pembentukan Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP)

Tim inti perencanaan partisipatif adalah tim kerja (ad hoc) yang dibentuk untuk melaksanakan proses perencanaan partisipatif dan bertugas melaksanakan setiap tahapan kegiatan perencanaan partisipatif, sesuai rencana kerja dan jadwal pelaksanaan program PLP BK. Anggota dari TIPP adalah unsur-unsur berikut :

a. Dinas-dinas b. Lurah c. Camat d. PJOK

e. BKM/LKM ( termasuk UP-UP)

f. Relawan perencanaan/Kelompok peduli g. Tenaga Pendamping Perencanaan

(11)

Keterangan Foto : Foto 5 adalah proses perektutan relawan Foto 6 adalah proses pembentukan TIPP

Foto 5 Foto 6

Proses pembentukan TIPP dilakukan sebagai berikut :

a. Pertama, Tim Koordinator Kabupaten/Kota dan Tim KMW, melatih BKM dan Perangkat Kelurahan/Desa, agar paham dan memiliki kemempuan untuk membentuk Tim Inti Perencanaan Partisipatif

b. Kedua, BKM dan Perangkat Kelurahan/Desa difasilitasi oleh Tim Koordinator Kabupaten/Kota dan Tim Pelatih KMW, melakukan pertemuan warga (beberapa tokoh masyarakat) untuk membahas dan menyepakati syarat-syarat pelaku dan proses pembentukan Tim Inti Perencanaan Partisipatif yang akan melaksanakan program PLPBK diwilayahnya, yaitu:

• Menyepakati syarat-syarat staf teknis (satu atau dua orang) dari dinas-dinas/instansi terkait yang akan dipilih dan ditugaskan secara intensif dalam Tim Perencanaan Partisipatif

• Menyepakati tata cara dan syarat-syarat pembentukan Pokja-Pokja PLPBK

• Menyepakati Tata Cara Pengadaan Jasa (Perekrutan) Tenaga Ahli Pendamping Perencanaan Partisipatif

• Menyepakati Jadwal Pembentukan Tim Inti Perencanaan Partisipatif

c. Ketiga, BKM dan Perangkat Kelurahan/Desa didampingi oleh Tim Koordinator Kabupaten/Kota melakukan pertemuan dengan TKPKD, untuk membahas dan menindaklanjuti proses pembentukan Tim inti perencanaan partisipatif yang telah disepakati ditingkat Kelurahan/Desa.

d. Keempat, TKPKD, mengundang Dinas-dinas teknis Pemerintah Kabupaten/Kota, BKM dan Perangkat kelurahan/Desa yang didampingi oleh Tim Koordinator Kabupaten/Kota, untuk membahas dan memilih serta menunjuk staf teknis Pemda yang memenuhi syarat untuk terlibat intensif dalam Tim Inti Perencanaan Partisipatif.

e. Kelima, BKM dan Perangkat Kelurahan/Desa difasilitasi oleh Tim Koordinator Kabupaten/ Kota danTim pelatih KMW, melakukan pertemuan warga untuk membentuk Pokja-Pokja PLPBK , sesuai tata cara pembentukan pokja yang pernah dilakukan sebelumnya (seperti pembentukan pokja PAKET).

Proses pembentukan pokja PLPBK akan dilakukan, secara partisipatif, melalui dua tahapan, yaitu:

• Pertama, adalah melalui diskusi kelompok terarah (Focused Group Discussion/FGD) dalam KBK, untuk merumuskan: Kesepakatan tugas pokok pokja PLPBK, keanggotaan, mekanisme pemilihan anggota pokja PLPBK dan mekanisme kerja

• Kedua, adalah melakukan pemilihan angota pokja PLPBK berdasarkan tata cara dan kriteria yang telah disepakati dalam hasil FGD sebelumnya. Jumlah anggota pokja PLPBK adalah 3 orang atau lebih, dengan catatan ganjil untuk memudahkan proses pengambilan keputusan

Sesuai dengan tujuan kegiatan perencanaan, maka kelompok kerja (pokja PLPBK) yang dibentuk, setidaknya terdiri dari:

(12)

• Pokja pengembangan/alokasi pemanfaatan ruang • Pokja pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat

• Pokja pengembangan jaringan jalan, saluran/drainase dan jembatan • Pokja pengembangan/pengelolaan air bersih dan sanitasi

• Pokja peningkatan pelayanan umum/publik. • Pokja kelembagaan • Pokja sosialisasi 14 Kolaborasi TIM PERENCANAAN Tim Teknis DINAS – DINAS PEMDA

Gambar 1. Kolaborasi Tim Perencanaan Adapun pola kolaborasi Tim Perencanaan di jelaskan sebagai berikut:

• Tim Inti Perencanaan (TIPP) bersifat Ad-Hoc terdiri dari unsur Pemda,Kelurahan/Desa, BKM/UP-UP dan Kelompok Peduli dan di bantu oleh TA Pendamping (TAPP)

• Pada Pelaksanaan kegiatan TIPP akan dibantu oleh POKJA dan Relawan

• Bantuan Teknis berupa Bimbingan dan Konsultasi akan diberikan oleh Tim Teknis yang terdiri dari Dinas-Dinas Pemda dan Lembaga-lembaga sebagai Kelompok Peduli (Pemerintah/ORNOP/Dunia Usaha)

• Selaku pendamping maka Tim Korkot (Korkot dan Askot PLPBK) akan melakukan pendampingan kepada Tim Teknis.

• Sedangkan Fasilitator P2KP ( SF PLPBK dan Tim Faskel) akan melaukan pendampingan kepada TIPP, POKJA dan Relawan

Langkah 4: Perekrutan Tenaga Pendamping Perencanaan

Tenaga ahli pendamping adalah tenaga ahli perencanaan yang akan direkrut dan ditugaskan untuk medampingi dan memperkuat kapasitas BKM dan Lurah / Kepala Desa dalam melaksanakan setiap tahapan PLP BK, yang fokus pada kegiatan perencanaan partisipatif Upaya perekrutan tenaga ahli pendamping, merupakan tugas BKM bersama Lurah/Kepala Desa yang didampingi oleh Tim Koordinator Kabupaten/Kota. Langkah-langkah yang perlu dilakukan dapat di lihat di Pedoman Teknis Tenaga Pendamping perencanaan Partisipatif)

TIM INTI PERENCANAAN

PEMDA

KELURAHAN

BKM/UP-UP

KELOMPOK PEMERHATI TA. PENDAMPIING TIM-ND

‘FASILITATOR’ P2KP LEMBAGA-LEMBAGA : PEMERINTAH /ORNOP DUNIA USAHA POKJA LINGK HIDUP / TATA RUANG POKJA PERUMAHAN dan BANGUNAN POKJA SARANA /PRASRANA POKJA PENGEMB EKONOMI POKJA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK Pendampingan Bantuan Teknis (Bimbingan dan Konsultasi) RELAWAN-RELAWAN POKJA KELEMBA-GAAN KORKOT + Ass Kot PLPBK Bantuan Teknis (Bimbingan dan Konsultasi)

(13)

Keterangan Foto : Foto 7 menggambarkan proses seleksi TAPP yang dilakukan BKM dan Kel/Desa di salah satu lokasi Pilot PLPBK Foto 7

Sebagaimana terlihat dalam gambar di atas, perekrutan TAPP dilakukan dengan menguji kompetensi para calon. Calon TAPP mempresentasikan pengalaman dan kemampuannya di hadapan para penguji yang terdiri dari unsur masyarakat (BKM dan kelurahan ), unsur konsultan (Korkot,dan atau Askot UP/SF), serta unsur pemerintah daerah setempat (Tim Teknis Pemda). Proses ini dilakukan secara terbuka guna menjamin kualitas dan akuntabilitas penjariangan TAPP tersebut.

Langkah 5: Pelatihan TIPP

Sebelum melaksanakan tugas-tugasnya untuk menyiapkan penyusunan RPLP, TIPP akan mendapatkan pelatihan, Penguatan serta Pengayaan terlebih dahulu terkait dengan metoda Pemetaan Swadaya, Penggalian Visi Kawasan, teknis penyusunan RPLP dan RTPLP serta hal-hal teknis yang berkaitan dengan hal tersebut

Setelah mengikuti pelatihan diharapkan Anggota TIPP telah mengerti, memahami atas materi dan aturan-aturan dalam proses pelaksanaan penyusunan RPLP

Langkah 6 : Penyusunan rencana kerja PLPBK

Sebelum dilakukannya pengajuan BLM Tahap 1 maka perlu dilakukan penyusunan rencana kerja PLP BK secara rinci . Jika Draft rencana Kerja telah tersusun maka perlu dilakukan Review rencana kerja PLPBK yang melibatkan seluruh unsur di TIPP

Rencana kerja akan memuat Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yaitu formulir yang menggambarkan rencana waktu pelaksanaan dari semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam pelaksanaan proses perencanaan partisipatif

Maksud dari penyusunan Rencana jadwal pelaksanaan ini adalah :

a. Waktu pemanfaatan atau pencairan dana BLM telah ditetapkan batas waktunya;

b. Agar dapat diatur penggunaan (waktu dan jumlah) sumberdaya yang akan digunakan dalam pelaksanaan proses perencanaan seperti dana, tenaga kerja, bahan-bahan dan pendukung lainnya;

c. Agar semua jenis kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses perencanaan partisipatif dapat berjalan secara teratur dan terarah menuju terwujudnya perencanaan makro maupun mikro yang akan dibuat;

d. Untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan perencanaan partisipatif yang diajukan dalam proposal pelaksanaan kegiatan;

Manfaat Rencana Jadwal Pelaksanaan adalah untuk mengetahui: a. Berapa lama proses perencanaan partisipatif dapat dilaksanakan;

b. Kapan harus memulai pelaksanaan setiap jenis kegiatan dan berapa lama kegiatan tersebut dapat diselesaikan;

(14)

d. Sebagai pedoman untuk memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan pada saat pelaksanaan perencanaan berlangsung;

Isi Rencana Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan adalah : a. Jenis-jenis kegiatan yang akan dilaksanakan;

b. Volume dari setiap jenis kegiatan yang harus dibuat; c. Waktu pelaksanaan dari setiap jenis kegiatan (Durasi);

d. Bobot Kegiatan, yaitu suatu ukuran untuk mengetahui besarnya nilai suatu jenis kegiatan terhadap keseluruhan kegiatan, yang dinyatakan dalam satuan prosen (%). Secara sederhana bobot ini bisa diartikan, makin besar bobot suatu kegiatan maka makin besar pula nilai pekerjaan tersebut. Nilai pekerjaan ini bisa berupa nilai biaya atau waktunya; 2. TAHAP PERSIAPAN TEKNIS PELAKSANAAN PERENCANAAN PARTISIPATIF

Tahap persiapan tekinis pelaksanaan perencanaan partisipatif dilakukan untuk menyiapkan pelaku – pelaku khususnya masyarakat luas agar paham maksud dan tujuan perencanaan. Sehingga diharapkan dapat mendukung terjadinya perubahan nilai – nilai mengenai pentingnya komitmen seluruh warga kelurahan untuk mengubah pola pikir, sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas hunian dan kehidupan serta hidup dan bermukim di lingkungan yang tertata.

Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah : (1) Serangkaian kegiatan sosialisasi masyarakat terhadap berbagai aspek dalam pengembangan permukiman, (2) Bimbingan dan pengutan UP - UP BKM/LKM untuk pelayanan masyarakat, (3) Kajian Produk Perencanan Kebijakan Pemda untuk menggali informasi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten/Kota dan (4) Kegiatan Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya (Pengumpulan data, peta dan informasi wilayah Kelurahan/Desa

Diagram berikut menjelaskan alur pelaksanaan kegiatan Persiapan Teknis Pelaksanaan Perencanaan Partisipatif Sosialisasi masyarakat thd berbagai aspek pengemb permukiman

1

2

3

4

Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya Kajian Produk Perencanaan Kebijakan Pemda Bimbingan & penguatan UP-UP BKM

(15)

Langkah 1 : Sosialisasi masyarakat terhadap berbagai aspek dalam pengembangan permukiman

Pelaku : TIPP bersama TAPP, dan konsultan

Kegiatan ini merupakan sosialisasi yang tidak sekedar menyampaikan informasi tentang program kegiatan namun sosialisasi dijadikan sebagai alat untuk membangun visi, embrio komitmen masyarakat untuk menuju tatanan yang lebih baik.

Kegiatan sosialisasi dapat dilakukan dengan memberikan stimulan terhadap energi atau pranata yang telah ada di masyarakat semisal pertemuan, pengajian, media warga, radio komunitas maupun media yang lain.

Sosialisasi dan penggalian visi masyarakat juga dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai event masal yang memungkinkan masyarakat dari berbagai lapisan berkontribusi secara positif, diantaranya dengan lomba menggambar kampung impian masa depan, lomba menulis ide kampung impian, pembuatan maket diskusi dll. Acuan pendukung dapat dilihat dibagian Suplemen C:

Langkah 2 : Bimbingan dan pengutan UP - UP BKM/LKM untuk pelayanan masyarakat. Tujuan : Mendukung penguatan dan peningkatan kapasitas UP - UP BKM/LKM untuk menjadi pusat pelayanan masyarakat sesuai dengan bidang yang dikelolanya.

Materi :

UPK : hal –hal yang dapat mendukung penggalian potensi ekonomi masyarakat (usaha-usaha ekonomi produktif rumah tangga) dan kemampuan untuk mengelolanya menjadi suatu potensi yang dapat menjadi sumber pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat , penggerak kemajuan kelurahan, dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar kelurahan/kecamatan bahkan kota/kabupaten disekitarnya.

UPS : hal- hal yang akan mendukung peningkatan kemampuan sosial budaya serta kemasyarakatan, termasuk bidang pendidikan dasar dan menengah, kesehatan, kesejahateraan ibu dan balita yang merupakan salah satu sarana terpenting untuk mengentaskan kemiskinan menuju kelurahan/desa yang mampu berkembang di masa mendatang.

UPL : hal-hal yang akan mendukung pelaksanaan pembangunan permukiman, termasuk mengelola berbagai kegiatan untuk memastikan terjadinya perubahan nilai – nilai yang akan mendukung tercapainya tatanan lingkungan permukiman yang aman, bersih tertata dan tanggap terhadap bencana.

Langkah 3 : Kajian Produk Perencanan dan atau Kebijakan Pemda untuk menggali informasi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten/Kota Kajian kebijakan adalah aktifitas yang dilakukan dalam kegiatan PLPBK yang berfungsi untuk melakukan pembelajaran bersama (pemerintah daerah maupun masyarakat) di dalam menelaah kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah dan mempunyai kekuatan hokum serta implikasi kebijakan tersebut bagi masyarakat maupun bagi pemerintah itu sendiri.

Kajian Kebijakan Perencanaan merupakan tinjauan terhadap dokumen perencanaan yang bertujuan untuk mengetahui program-program Penataan Ruang di kabupaten dari tingkat yang tertinggi yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ RTBL Kawasan, sampai dengan Rencana Kawasan kelurahan/Perdesaan yang memiliki keterkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan penyusunan RPLP.

Di dalam kegiatan PLPBK kegiatan Kajian ini semestinya dikaitkan dengan agenda besar untuk melakukan “perubahan perilaku” menuju perilaku yang lebih baik, bermartabat dan berbudaya, sehingga di dalam kegiatan Kajian ini haruslah dapat dirumuskan pula perubahan apa yang ingin diraih, serta indikator-indikator apa yang dapat dirumuskan untuk mengukur tingkat keberhasilan.

(16)

Setidaknya perubahan perilaku yang diharapkan meliputi : a. Masyarakat memahami kebijakan pemerintah

b. Masyarakat peduli dengan kebijakan tersebut

c. PLPBK mendapatkan perhatian dan dukungan peemda sertya menjadi agenda gerakan bersama masyarakat

Untuk mencapai hal tersebut dapat didekati dengan indikator berikut :

a. Adanya sosialisasi kebijakan /peraturan dan produk penataan lingkungan b. Masyarakat memahami dan melaksanakan kebijakan / peraturan tersebut

c. Pelibatan Masyarakat di dalam proses musrenbang di tiap level pemerintahan dan masyarakat menjadikan proses musrenbang sebagai alat merebut kesempatan

d. Tim Teknis lebih intens mendampingi masyarakat dan dukungan anggaran secara riil e. Ada koordinasi (perencanaan / implementasi / evaluasi) antar dinas tetap berjalan f. Masyarakat dilibatkan dalam setiap proses perencanaan

g. Aturan bersama (misal Perdes), agar hasil PLPBK tidak bertentangan dengan aturan diatasnya

Langkah – langkah Kajian Produk Perencanan dan atau Kebijakan Pemda untuk menggali informasi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan Pemerintah Kabupaten/Kota akan di jelaskan di supplemen B

Langkah 4 : Kegiatan Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya (Pengumpulan data, peta dan informasi wilayah Kelurahan/Desa

A. Tujuan Pemetaan Swadaya PLPBK (PS PLPBK)

Penguatan/Pengayaan Pemetaan Swadaya adalah suatu pendekatan partisipatif dari masyarakat untuk menilai serta merumuskan sendiri berbagai persoalan yang dihadapi dan potensi yang dimiliki sehingga dapat mengidentifikasi masalah dan mengkompilasi pemecahannya .

Kegiatan Penguatan/Pengayaan PS PLPBK merupakan tindak lanjut dari kegiatan Pemetaan Swadaya yang telah dilakukan oleh masyarakat di kegiatan penyusunan PJM Pronangkis maupun kegiatan lain sebelumnya.

Penguatan/Pengayaan difokuskan pada kegiatan pengumpulan data yang dibutuhkan untuk aktifitas perencanaan berdasarkan potensi dan permasalahan. Kegiatan PS PLPBK dapat menggunakan metoda penggalian informasi melalui peta-peta tematik, pemanfaatan maket desa, wawancara serta melakukan pengamatan lapangan untuk mencermati dan memahami kondisi fisik/pola ruang, sosial dan ekonomi wilayah Kelurahan/Desa saat ini. Hasil :

• Peta yang memuat berbagai informasi tentang kondisi, potensi, permasalahan (fisik, lingkungan dan sosial serta mitigasi bencana

• Informasi-informasi terkait potensi dominan (sosial, ekonomi, maupun lingkungan/fisik) yang memiliki peluang untuk dikembangkan, serta informasi mengenai masalah krusial (sosial, ekonomi, maupun lingkungan/fisik) yang harus segera ditangani.

• Pra analisis potensi dan masalah yang terjadi pada kelurahan/desa

Pelaku : Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP)bersama TAPP, pokja-pokja PLPBK dan relawan

perencanaan lainnya yang didampingi dan difasilitasi oleh Tim Konsultan (Tim Korkot/Korkab)

(17)

Foto8

Keterangan Foto : Foto 8 menggambarkan proses PS PLPBK Kel/Desa di salah satu

PLPBK lokasi Pilot

Peta – peta survey dapat berupa sketsa gambar yang tidak berskala yang selanjutnya akan dipindahkan kedalam peta yang berskala sebagai PETA DASAR. Peta-peta hasil survey ini akan digunakan sebagai penyiapan analisis potensi dan masalah serta bagaimana pemecahannya

B. Proses Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya : a. Persiapan :

TIPP dan Tim fasilitator PLPBK menetapkan terlebih dahulu aspek-aspek yang akan dipetakan dalam Penguatan Pengayaan PS sesuai dengan lingkup kerja Pokja-Pokja TIPP. Menyiapkan daftar data dan informasi lapangan yang perlu disepakati dan disesuaikan dengan kondisi lapangan, diantaranya

Aspek –aspek yang perlu ditinjau adalah : • Penataan Ruang

• Penataan Lingkungan jaringan jalan, saluran/drainase dan jembatan • Sistem Air Bersih

• Pelayanan ekonomi • Pelayanan Sosial /public • Kelembagaan

• dll

b. Penyiapan Peta Dasar

Peta dasar adalah peta awal sebagai peta kerja dimana kondisi rona awal/eksisting dapat digambarkan atau dipetakan.

Hasil :

Tersedia peta dasar dalam bentuk peta garis dengan skala 1 : 1000 atau 1 : 5000 untuk peta verja dalam menyusun peta rona awal (kondisi eksisting) dan peta-peta tematik lainnya. Contoh dan cara membuat peta dasar lihat Supplemen C

Isi peta dasar minimal meliputi :

• Batas penggunaan lahan (batas antar penggunaan) • Jaringan (jalan,drainase, irigasi)

(18)

c. Pelaksanaan :

• TIPP dibantu oleh relawan perencanaan masyarakat melakukan transek serta melakukan pengamatan lapangan dan menuangkannya dalam peta dasar/kerja.

• TIPP mencatat kembali kondisi prasarana dan sarana lingkungan ( baik yang masih baik atau sudah rusak) tersebut ke dalam Format Profil Prasarana dan Sarana Lingkungan

• TIPP dapat membuat model atau maket untuk memudahkan visualisasi kondisi kawasan

• TIPP juga mencatat daftar persoalan dan potensi lingkungan permukiman dengan mengisi Format Masalah dan Potensi masyarakat serta menyempurnakan hasilnya

c. Proses kesepakatan

TIPP difasilitasi oleh tim konsultan, melakukan musyawarah atau rembug warga untuk melengkapi dan menyepakati informasi-informasi penting yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan. Minimal 40% masyarakat perempuan, miskin dan rentan hadir dalam proses kesepakatan ini.

d. Pelaporan

Tenaga ahli pendamping dan TIPP menyusun laporan hasil kegiatan pengamatan lapangan yang telah disepakati warga. Laporan tersebut dilengkapi peta-peta tematik rinci dengan skala ketelitian 1:5000 dan atau 1:10000.

C. Pembuatan Peta Rona Awal

Peta rona awal adalah peta dasar yang telah dilengkapi dengan berbagai data dan informasi terbaru. Sumber data dan informasi peta rona awal dapat diperoleh dari :

• Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya yang telah dilakukan sebelumnya

• Survey lapangan yang dilakukan Pokja TIPP (untuk melengkapi data-data hasil Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya sebelumnya)

a. Proses Penyusunan Peta Rona Awal

• Survey lapangan (ground survey) untuk mengumpulkan semua data dan informasi terkini dan kondisi lapangan

• Survey institusional, mengumpulkan dokumen perencanaan yang ada ( RTRW – RPJM Kelurahan/Desa – PJM Pronangkis)

• Verifikasi lapangan, untuk mencocokan sekali lagi Peta Rona Awal dengan kondisi lapangan dan sekaligus mengecek apakah semua kondisi lapangan telah tergambarkan dalam Peta Rona Awal.

(19)

3. TAHAP PERENCANAAN LINGKUNGAN MAKRO

Perencanaan lingkungan makro adalah proses penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman wilayah Kelurahan/Desa. Secara umum tahapan perencanaan partisipatif yang dilakukan, adalah untuk (a) Mengenali kondisi eksisting, (b) Melakukan analisis sebagai dasar rencana, (c) Menyepakati rencana hasil analisis. 3 hal tersebut dirangkum dalam sebuah rencana yang disusun atas dasar kesepakatan warga, dengan langkah sebagai berikut : (1) Penggalian Visi Misi, (2) Analisis Data, (3) Penyusunan RPLP dan (4) Penyusunan Aturan Main Bersama.

Penggalian Visi Misi

Analisis Data Penyusunan RPLP Penyusunan Aturan Bersama

1

2

3

4

Diagram 4. 4 Langkah Perencanaan Lingkungan Makro. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

Langkah (1) : Membangun visi atau cita-cita masa depan

Pada intinya, visi/cita-cita masa depan ini akan menguraikan gagasan, keinginan dan harapan masyarakat tentang tatanan sosial, tatanan ekonomi serta upaya untuk mewujudkan kegiatan pembangunan wilayah kelurahan/Desa yang akan dituju pada masa mendatang.

Penggalian Visi Penggalian Visi Kelurahan Kelurahan

Penggalian visi juga diwujudkan dengan lomba mural Penggalian visi juga diwujudkan dengan lomba mural sebagai wujud ekspresi dan representasi cita sebagai wujud ekspresi dan representasi cita--cita warga cita warga

masyarakat thd lingkungannya masyarakat thd lingkungannya

Keterangan Foto : Foto 9 menggambarkan proses Penggalian Visi atau cita-cita masadepan yang dilakukan

masyarakat di salah satu lokasi Pilot PLPBK

(20)

Di dalam visi yang di bangun sebaiknya menyiratkan gagasan-gagasan sosial dan atau gagasan pengembangan ekonomi kawasan yang akan di tuju oleh masyarakat. (contoh : Kelurahan X ber visi “ Menuju kawasan berbudaya “sehat” dan “mandiri ” (menunjukan tatan sosial yang ingin di capai ), Kawasan Y ber-visi “Kawasan wisata agro yang modern (menunjukan tatan sosial dan gagasan pengembangan ekonomi kawasan berbasis agro dan pariwisata) atau hal-hal lain yang lebih kongkrit. Cara membangun visi pembangunan Kelurahan/Desa diuraikan sebagai berikut :

A. Pertama, Tim konsultan pendamping dan Tim Teknis Pemda, memfasilitasi Tim Inti Perencanaan partisipatif (TIPP), untuk bersama-sama mencermati dan memahami persoalan-persoalan dan permasalahan mendasar serta mencermati potensi-potensi dan peluang-peluang pembangunan sebagai issue strategis yang akan mempengaruhi perkembangan pembangunan kelurahan pada masa mendatang. Pemahaman ini penting dilakukan, agar TIPP memiliki kesiapan dan pemahaman wilayah yang cukup lengkap.

B. Kedua, TIPP yang dipandu oleh Tenaga ahli Pendamping, melakukan musyawarah atau rembug-rembug dengan melibatkan sebanyak-banyaknya warga (termasuk kelompok remaja, perempuan dan kelompok marjinal dan rentan), untuk membahas bersama-sama dan menyepakati visi atau gagasan Penataan Lingkungan kelurahan yang akan dituju pada masa mendatang. Visi tersebut dirumuskan singkat, sesuai isue-isue strategis Kelurahan/Desa. Dalam melaksanakan kegiatan rembug warga, TIPP akan didampingi oleh Tim Konsultan Pendamping.

Penggalian visi ini dianjurkan pula untuk menggali impian anak-anak terhadap lingkungannya di masa yang akan datang. Penggalian visi diusahakan dapat dilakukan dengan cara-cara yang masif / kolosal sehingga mampu menyerap aspirasi masyarakat luas.

C. Ketiga, Tenaga Ahli pendamping perencanaan partisipatif menyusun laporan kegiatan rembug warga dan visi atau gagasan pembangunan Kelurahan/Desa yang telah disepakati warga. Visi tersebut akan digunakan oleh TIPP sebagai dasar atau faktor penguat untuk melaksanakan kegiatan perencanaan partisipatif pada tahap berikutnya Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dalam membangun visi

ƒ TIPP dan warga diharapkan memiliki pemahaman dan persepsi yang sama, terhadap persoalan, permasalahan, potensi dan peluang-peluang pembangunan (fisik, sosial dan ekonomi) serta isue-isue strategis Kelurahan/Desa

ƒ TIPP, perlu mempersiapkan Peta-peta, data, film dokumentasi dan contoh-contoh cara membangun visi diwilayah lain sebagai pembanding

ƒ Kegiatan musyawarah atau rembug-rembug dikuti sebanyak-banyaknya partisipasi warga

Visi disusun atas dasar kesepakatan warga, dan tidak ada intervensi dari pihak lain Langkah (2) : Analisis Data

Analisis Data adalah tindakan untuk mengkaji dan menilai / mengukur sebuah topik berdasarkan data-data secara kualitatif dan kuantitatif untuk mendapatkan sebuah kesimpulan

Pada proses analisis, sebaiknya digunakan metode dan atau pendekatan sederhana yang mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat. Proses analisis perlu memperhatikan hubungan antara visi kawasan yang di rumuskan dengan data hasil kajian perencanaan serta hasil Pengayaan Pemetaan Swadaya

(21)

Data-data kuantitatif dan kualitatif serta kajian-kajian dari berbagai potensi dan permasalahan yang mengarah pada suatu kesimpulan, selanjutnya hasil analisis ini digunakan sebagai dasar untuk langkah menyiapkan rencana kebutuhan dan prioritas ke depan. Secara visual hasil analisis potensi dan masalah ini berupa peta-peta dan usulan deskriptif.

Di dalam melakukan analisis dapat menggunakan berbagai metoda yang ada, namun yang perlu diperhatikan adalah proses mengolah dari informasi menjadi data yang layak serta proses menganalisa seyogyanya menggunakan metoda yang paling sederhanasehingga mudah dipahami oleh masyarakat. (TIPP).

Analisis Data yang dilakukan haruslah melihat dengan jernih potensi dan masalah terutama yang terkait erat dengan aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan.

Untuk melakukan analisis dapat dilakukan dengan metoda FGD, Pengamatan data tertulis, pengamatan gambar/foto, pengamatan peta dan lain sebaginya.

Aktifitas analisis data ini dilakukan oleh masyarakat atau setidaknya TIPP dengan mendapatkan panduan serta fasilitasi dari TAPP, Tim Teknis dan Konsultan.

Hal penting lain dalam kegiatan analisis data ini adalah analisis resiko bencana, mengingat banyak wilayah yang memang rentan terhadap bahaya/bencana. Analisis dilakukan pada kelurahan/desa yang memiliki kawasan-kawasan rawan bencana dan resiko yang ditimbulkan, serta analisis yang berkaitan dengan mitigasi bencana. Setidaknya masyarakat perlu melakukan analisis ancaman/kerentanan bencana di wilayah :

• Kawasan padat penduduk dan permukiman

• Kawasan yang memiliki kelerengan lahan yang terjal • Kawasan bantaran sungai

• Kawasan lereng gunung berapi • Kawasan pantai

Salah satu teknik yang dapat dipegunakan dalam melakukan analisis resiko bencana adalah dengan teknik ‘pohon sebab akibat’

Kajian yang melibatkan kelompok perempuan penduduk dewasa dan masyarakat yang lain

(22)

Langkah (3) : Menyusun Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) Kelurahan/Desa secara partisipatif

Rencana Penataan Lingkungan lingkungan permukiman berbasis komunitas, adalah produk perencanaan pembangunan yang disusun berdasarkan pendekatan partisipatif. Rencana Penataan Lingkungan Lingkungan Permukiman pada intinya, berisi: gagasan Pengembangan sosial, gagasan pengembangan ekonomi kawasan, dan gagasan pengembangan lingkungan guna mendukung pengembangan sosial dan ekonomi kawasan.

Gagasan tersebut tertuang dan tercermin di dalam rencana alokasi pemanfaatan ruang, rencana Penataan Lingkungan yang medukung kegiatan ekonomi masyarakat, rencana jaringan jalan, saluran dan jembatan, rencana air bersih serta sanitasi, rencana peningkatan pelayanan sosial/pelayanan publik serta rencana-rencana penataan infrastruktur lingkang lain yang sesuai dengan kebutuhan, dan juga rencana Penataan Lingkungan kelembagaan pengelolaan pembangunan kelurahan.

Salah cara untuk membuat penyepakatan rencana hasil analisis dapat dilakukan dengan menemukan tujuan, halangan, kegiatan (untuk menyelesaikan persoalan dan menyingkirkan hambatan), menemukan penanggung jawab kegiatan dan waktu pelaksanaan kegiatan yang diperlukan. Kemudian mengenali kondisi eksisting, melakukan analisis serta menyepakati rencana

Di dalam Rencana Penataan Lingkungan Permukiman setidaknya mencakup hal – hal berikut:

1. Rencana Penataan Lingkungan dalam aspek sosial 2. Rencana Penataan Lingkungan dalam aspek ekonomi

3. Rencana alokasi pemanfaatan ruang (yang mendukung aspek sosial dan ekonomi) 4. Rencana jaringan jalan, saluran drainase dan jembatan

5. Rencana Penataan Lingkungan air bersih dan sanitasi 6. Rencana Peningkatan pelayanan publik

7. Rencana Penataan Lingkungan Kelembagaan pengelolaan pembangunan Kelurahan /Desa

8. Kesepakatan Penetapan Kawasan Prioritas sebagai basis penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Kawasan Prioritas (RTPLP berbasis komunitas)

9. Rencana Program Investasi Jangka Menengah Pembangunan Kelurahan/Desa

Gambar 2. Kedudukan Produk Perencanaan dalam Penataan Lingkungan Permukiman

(23)

Secara hirarki sesuai Gambar 2, kedudukan kegiatan PLPBK tetap dibawah dan merupakan bagian dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

Dari sisi undang-undang dan peraturan menunjukkan adanya sistem penjenjangan perencanaan yang jelas, dari RTRW Kabupaten/Kota sebagai rencana makro yang dijabarkan kedalan rencana rinci (RDTR, rencana kawasan permukiman, RTBL dan rencana tindak (action plan).

Sedangkan kegiatan PLPBK berada diluar sistem hirarki perencanaan, namun tetap terkait. Dalam kegiatan PLPBK dimulai dari perumusan skenario pembangunan kelurahan sasaran kegiatan PLPBK. Hasil perumusan skenario tersebut, akan digunakan sebagai dasar penyusunan produk PLPBK, yaitu Rencana Penataan Lingkungan Permukiman, aturan bersama dan rencana tindak penataan lingkungan permukiman (kawasan prioritas}

I. Ketentuan Umum Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP)

(1) RPLP adalah upaya peningkatan kualitas permukiman yang dilakukan secara holistic dan terpadu pada tingkat kawasan/lingkungan permukiman melalui pemberdayaan manusia dengan memperhatikan tatanan sosial kemasyarakatan, Penataan Lingkungan ekonomi masyarakat, serta penataan lingkungan dan kualitas hunian.

(2) RPLP diharapkan mampu mendukung transformasi menuju masyarakat madani melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara Pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat serta kegiatan membangun kemitraan sebagai upaya untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat.

(3) RPLP tidak hanya menghasilkan perencanaan Makro (Penataan Lingkungan lingkungan permukiman kelurahan) dan perencanaan Mikro dalam Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP) pada Kawasan Prioritas terpilih namun juga dapat menjadi dasar Pelaksanaan Pembangunan Fisik serta Pemasaran Kawasan Prioritas sesuai dengan RTPLP.

(4) RPLP disusun sebagai langkah pelaksanaan Penataan Lingkungan lingkungan permukiman berbasis komunitas yang tidak hanya mendukung pelaksanaan pembangunan fisik lingkungan semata namun juga diharapkan mampu mengembangkan komunitas yang berbasis nilai sehingga mendorong Penataan Lingkungan ekonomi dan Lingkungan sosial masyarakat.

(5) RPLP akan berisi informasi dasar yang terkait dengan aspek sosial berupa kondisi pelayanan sosial masyarakat dan kelembagaan pelayanan publik serta aspek ekonomi yang akan menggali potensi dan komoditi ekonomi. Hal-hal tersebut akan bersinergi dengan aspek lingkungan seperti penataan ruang, pengelolaaan dan pengadaan prasarana dan sarana lingkungan. Dengan demikian kebutuhan prasarana pendukung dan lembaga pengelolanyaakan sejalan dengan aspek sosial dan aspek ekonomi kawasan tersebut

(6) Serangkaian program pembangunan yang dimuat dalam RPLP harus dilengkapi dengan estimasi besaran dan biaya yang diperlukan, sumber dana, serta koordinasi lembaga-lembaga terkait baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan pengawasan.

(7) Dinas terkait (seperti: Dinas Tata Kota, Dinas Teknis Penataan LIngkungan Permukiman dan Lingkungan, Dinas Lingkungan Hidup/ BAPPEDALDA, BAPPEDA, dsb) yang bertanggung jawab untuk Penataan Lingkungan dan pengelolaan utilitas kota/kabupaten memberikan arahan dan masukan agar RPLP dapat menghasilkan perencanaan tata ruang kelurahan/desa yang terintegrasi dan berkesinambungan dengan sistem penataan infrastruktur lingkungan atau jaringan utilitas

(24)

kota/kabupaten secara keseluruhan serta mampu menjadi bagian dari RPIJM dan RTBL dalam lingkup yang lebih luas.

(8) RPLP harus disepakati oleh warga masyarakat dan kesepakatan tersebut disahkan oleh BKM, Fasilitator PLPBK, serta TAPP. Sebelum disahkan oleh ketiga pihak tersebut, RPLP perlu dikonsultasikan dengan Dinas Tata Kota, Bappeda dan Dinas LH/Bappedalda untuk memastikan bahwa RPLP tersebut telah selaras dan terintegrasi dengan rencana tata ruang dan rencana pembangunan kota/kabupaten secara keseluruhan dan untuk mengelola lingkungan secara baik.

(9) Agar memberikan arahan yang jelas terhadap penjabaran rencana maka sebaiknya RPLP yang di susun memiliki kerangka waktu 5 tahunan.

II. Persyaratan Penyusunan RPLP

(1) Ada kemauan masyarakat untuk memiliki kelurahan/desa yang dibangun secara lebih terencana dan lebih baik dari sebelumnya

(2) Adanya komitmen Pemda (Tingkat Kota/Kabupaten dan Kecamatan) untuk mendukung Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

(3) Adanya komitmen Lurah/KaDes untuk mendukung Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas

(4) Tersedianya data-data tata ruang, prasarana dan sarana, kondisi sosial dan ekonomi serta data kelembagaan pengelola pembangunan.

• Peta topografi dan penggunaan tanah serta kepemilikan tanah eksisting berskala 1 : 5000

• Dokumen hasil Penguatan Pengayaan Pemetaan Swadaya .

• Dokumen PJM Pronangkis yang dihasilkan melalui siklus P2KP/PNPM

III. Serangkaian kegiatan penyusunan RPLP, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

A. Mengenali kondisi pola ruang/peruntukan lahan eksisting Informasi penting yang perlu dicermati dan dipahami, adalah: • Tingkat kerusakan area konservasi,

• Tingkat pencemaran/kerusakan lingkungan (bila ada), • Kondisi area genangan/banjir (bila ada),

• Kondisi ruang terbuka hijau, Kondisi ketidakteraturan perkembangan fungsi-fungsi kegiatan,

• Kecenderungan arah pergeseran peruntukan lahan

• Kondisi lahan-lahan potensial untuk Penataan Lingkungan berbagai fungsi kegiatan

• Kondisi kelembagaan pengelola area konservasi, fasilitas sosial dan kelembagaan pengelola pembangunan fungsi-fungsi kegiatan diwilayah kelurahan.

• Hasil pemahaman di atas perlu disajikan kedalam peta yang jelas, informatif dan mudah dipahami.

(25)

Contoh :Gambar peta eksisting Tata Guna Lahan B. Mengenali kondisi kegiatan ekonomi masyarakat saat ini

Informasi penting yang perlu dicermati dan dipahami, antara lain:

• Jenis kegiatan ekonomi potensial (dominan kegiatan usaha) yang dikelola oleh masyarakat secara individual dan kelompok,

• Jenis komoditi atau barang/produk unggulan,

• Jumlah produksi setiap kegiatan usaha (per bulan dan per tahun) • Dukungan sarana dan prasarana produksi

• Lokasi dan luas lahan kegiatan ekonomi yang lengkapi peta-peta tematik • Lokasi pasar (market) dan bentuk jejaring pemasaran

• Kondisi kelembagaan pengelolaan dan Penataan Lingkungan kegiatan ekonomi berbasis masyarakat

• Potensi sumber daya lokal yang tersedia, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia

• Kegiatan ekonomi yang memiliki peluang untuk dikembangkan menjadi sentra kegiatan ekonomi kelurahan yang berbasis masyarakat dan potensi sumberdaya lokal.

• Faktor-faktor penghambat perkembangan kegiatan ekonomi dominan,

C. Melakukan analisis gagasan sosial dan gagasan pengembangan ekonomi, masyarakat

Tahapan analisis yang dilakukan melalui kegiatan diskusi dan rembug warga, adalah:

• Mempersiapkan data, informasi dan kebijakan pembangunan sekto-sektor ekonomi Kota/Kabupaten serta mempersiapkan peta potensi kegiatan ekonomi kelurahan.

• Mengkaji dan cermati, antara lain: dampak kebijakan pembangunan pemerintah Kota/Kabupaten dalam mendorong perkembangan kegiatan ekonomi kelurahan, dukungan pemerintah Kota/Kabupaten dalam membangun ekonomi kelurahan, manfaat kebijakan pembangunan ekonomi dalam menangulangi kemiskinan kelurahan, dll.

• Mengkaji dan merumuskan solusi penanganan persoalan dan permasalahan yang menghambat pembangunan sektor-sektor ekonomi potensial

(26)

• Mengkaji pemanfaatan potensi dan peluang-peluang Penataan Lingkungan kegiatan ekonomi kelurahan

• Merumuskan kriteria penetapan sektor-sektor unggulan

• Melakukan analisis penetapan sektor-sektor/kegiatan ekonomi unggulan diwilayah kelurahan.

• Melakukan analisis Penataan Lingkungan SDM lokal, antara lain melalui kegiatan pelatihan, workshop, pendidikan formal, dll.

• Melakukan analisis kebutuhan dan Penataan Lingkungan prasarana dan sarana produksi (jalan, alat produksi, Balai Latihan Kerja, kios-kios promosi/bursa komoditi dll) yang merujuk pada peraturan-peraturan dan standar-standar perencanaan Penataan Lingkungan wilayah Kota/Kabupaten.

• Melakukan analisis Penataan Lingkungan jejaring pemasaran barang-barang produksi lokal.

• Melakukan analisis kelembagaan pengelolaan kegiatan ekonomi kelurahan. • Merumuskan laporan hasil kegiatan analisis yang disajikan kedalam tulisan

ringkas dan peta-peta analisis. Penyusunan laporan kegiatan analiisis dilakukan oleh TIPP dibawah koordinasi tenaga ahli pendamping perencanaan partisipatif.

Contoh Gambar peta Potensi Ekonomi

D. Menyusun rencana mewujudkan gagasan sosial dan gagasan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat

Penyusunan rencana perwujudan gagasan sosial dan gagsan pengembangan ekonomi, setidaknya menentukan rencana-rencana sebagai berikut:

• Rencana penetapan sektor-sektor unggulan (perdagangan, pertanian dan komoditinya, industri kecil/kerajinan, perikanan, pariwisata, jasa, dll) sebagai basis kegiatan ekonomi (economic based) kelurahan,

• Rencana lokasi Penataan Lingkungan dan kegiatan usaha,

• Rencana penataan infrastruktur yang mendudukung gagasan sosial dan gagasan pengembangan ekonomi,

• Rencana Penataan Lingkungan pengembangan jejaring pemasaran

(27)

E. Menyepakati rencana gagasan sosial dan gagasan pengembangan ekonomi, masyarakat

Menghasilkan kesepakatan rencana Penataan Lingkungan kegiatan ekonomi mikro Kelurahan/Desa. intinya berisi:

• Rencana kesepakatan Penataan Lingkungan sektor-sektor.kegiatan ekonomi unggulan

• Rencana kesepakatan lokasi Penataan Lingkungan sentra kegiatan ekonomi kelurahan

• Rencana kesepakatan Penataan Lingkungan SDM Lokal • Rencana Penataan Lingkungan prasarana dan sarana produksi

• Rencana kesepakatan Penataan Lingkungan lokasi pasar dan jejaring pemasaran

• Rencana pengembangan kelembagaan pengelola kegiatan ekonomi kelurahan

F. Melakukan analisis Penataan Lingkungan pemanfaatan ruang

Rencana alokasi pemanfaatan ruang, berisi: rencana pengelolaan kawasan lindung/konservasi dan rencana Penataan Lingkungan kawasan budidaya/fungsi kegiatan perkotaan. Untuk itu perlu mencermati hal-hal berikut:

a. Hal-hal penting yang perlu dicermati, antara lain: manfaat rencana pembangunan bagi warga, dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan sekitarnya dan antisipasi konflik sosial yang akan muncul serta mengkaji terhadap upaya pelibatan masyarakat setempat dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan (pra konstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi)

b. Solusi penanganan persoalan dan permasalahan dalam pengelolaan kawasan berfungsi lindung dan Penataan Lingkungan kawasan budidaya/fungsi-fungsi kegiatan perkotaan

c. Identifikasi kawasan-kawasan yang perlu diprioritaskan penanganannya,

d. Analisis kebutuhan pengelolaan kawasan berfungsi lindung dan Penataan Lingkungan kawasan budidaya/fungsi-fungsi kegiatan perkotaan

e. Analisis kelembagaan pengelolaan fungsi-fungsi kegiatan perkotaan. G. Menyepakati rencana alokasi pemanfaatan ruang wilayah kelurahan

Penyepakatan rencana alokasi pemanfaatan perlu mencermmati hal-hal berikut: a. Rencana pengelolaan kawasan lindung/area konservasi

b. Rencana Penataan Lingkungan kawasan budidaya/fungsi kegiatan perkotaan • Kesepakatan rencana Penataan Lingkungan perumahan,

• Kesepakatan rencana Penataan Lingkungan kegiatan perdagangan dan jasa,

• Kesepakatan rencana Penataan Lingkungan kegiatan industri kecil/industri rumah tangga,

• Kesepakatan rencana Penataan Lingkungan pertanian

• Kesepakatan rencana Penataan Lingkungan ruang terbuka hijau, • Kesepakatan rencana Penataan Lingkungan fasilitas sosial dll,

• Kesepakatan rencana pembentukan kelembagaan pengelola pembangunan fungsi kegiatan perkotaan.

(28)

Contoh : Rencana Pengambangan permukiman

H. Menyusun rencana jaringan jalan, saluran drainase dan jembatan.

Pada intinya rencana ini menguraikan kesepakatan rencana peningkatan dan pembangunan jaringan jalan, saluran dan jembatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas diwilayah kelurahan dan sekaligus mengamankan wilayah yang bersangkutan dari genangan/banjir melalui Penataan Lingkungan saluran drainase yang terintegrasi. Proses perencanaan dilakukan dengan :

a. Mengenali kondisi jalan, saluran dan jembatan diwilayah kelurahan saat ini Informasi penting untuk dicermati dan dipahami oleh TIPP dan pelaku pembangunan lainnya, adalah:

• Isi kebijakan dan rencana-rencana pembangunan (jaringan jalan, saluran dan jembatan) diwilayah Kelurahan/Desa, oleh pemerintah Kabupaten/Kota • Kondisi (baik, sedang, buruk) jaringan jalan, saluran (drainase) dan

jembatan yang dilengkapi peta dengan skala ketelitian 1:10.000

• Fungsi/manfaat dan status jalan (jalan desa, jalan kabupaten dan jalan non status)

• Kondisi ruas-ruas jaringan jalan yang belum terintegrasi

• Kondisi kawasan-kawasan terisolir dan atau kawasan dengan aksesibilitas rendah

• Kondisi daerah genangan/banjir dan kenali faktor penyebabnya

• kondisi halte dan rambu-rambu jalan. Pahami betul, manfaatnya, jumlah, permasalahan dan faktor-faktor penyebabnya.

• Kondisi ruas-ruas jalan yang diperkirakan dapat menghambat proses evakuasi, bila terjadi bencana kebakaran pada kawasan permukiman, banjir, gempa, dll.

• Cermati ruas-ruas jalan potensial dan atau yang memiliki peran strategis untuk mendorong perkembangan pembangunan wilayah kelurahan, seperti perkembangan sentra kegiatan ekonomi, perkembangan kawasan permukiman, aksesibilitas ke pusat kota, dll.

• Kondisi kelembagaan pengelolaan pembangunan dan pemeliharaan jalan • Kondisi jembatan/gorong-gorong dan saluran drainase (baik, sedang,

(29)

• Cermati konstruksi dan dimensi jembatan/gorong-goorong dan saluran eksisiting.

• Amati arah dan pola aliran air yang perlu didukung peta topografi/kemiringan lereng.

• Cermati kondisi saluran yang tidak terintegrasi dan berpeluang menimbulkan genangan/banjir.

• Amati diwilayah kelurahan apakah tersedia, saluran alam (sungai) yang dapat dimanfaatkan sebagai saluran pengering.

• Apakah ada lembaga pengelola dan pemeliharaan saluran drainase dan jembatan, baik pada tingkat kelurahan maupun tingkat komunitas.

b. Melakukan analisis jaringan jalan, saluran dan jembatan Tahapan analisis yang perlu dilakukan, adalah:

• Mempersiapkan data, informasi, peta kerja (kondisi jaringan jalan, saluran dan jembatan, peta persil bangunan, peta peruntukan lahan/land use dan peta kondisi topografi/kemiringan lereng) dan peta rencana pembangunan jaringan jalan dan saluran drainase kota/kabupaten.

• Mengkaji dan menyepakati kebijakan dan rencana-rencana pembangunan jaringan jalan, jembatan dan saluran drainase kota/kabupaten yang melintasi wilayah kelurahan atau yang perlu diintegrasikan dengan jaringan jalan dan saluran drainase diwilayah yang bersangkutan.

• Mengkaji dan merumuskan solusi penanganan persoalan dan permasalahan banjir/genangan dll

• Petakan kondisi ruas-ruas dan panjang jalan dan saluran yang dikatagorikan buruk dan sangat buruk dan kondisi ruas jaringan jalan yang dapat menghambat proses evakuasi bila terjadi bencana kebakaran, banjir, gempa, dll

• Petakan kondisi ruas-ruas jalan, saluran dan jembatan yang memiliki lebar geometrik jalan dan saluran yang relatif sempit atau dianggap menghambat lalulintas kendaraan dan aliran air.

• Petakan pola pemanfaatan jalan dan sirkulasi kendaraan yang melintasi ruas-ruas jalan yang dikatagorikan buruk/sangat buruk dan yang memiliki lebar geometrik jalan relatif sempit (sesuai dengan standar perencanaan jalan lingkungan perkotaan - SNI 03 – 1733-2004)

• Petakan jumlah persil tanah dan bangunan yang diperkirakan akan terkena pelebaran jaringan jalan dan saluran drainase

• Petakan dan pilih kawasan-kawasan Penataan Lingkungan baru yang perlu pelayanan jaringan jalan dan saluran drainase baru.

• Cermati kondisi topografi dan jenis tanah sebagai dasar untuk merekomendasikan desain badan jalan, jembatan dan saluran drainase serta desain konstruksi yang sesuai

• Pilih dan sepakati ruas-ruas jalan, saluran dan jembatan yang direkomendasikan untuk ditingkatkan kondisinya,

• Petakan dan pilih ruas-ruas jaringan jalan dan saluran yang perlu diintegrasikan ke sistem jaringan jalan dan saluran drainase Kota/Kabupaten.

• Memperkirakan dan menyepakati kebutuhan Penataan Lingkungan sarana pelengkap jalan (shelter, parkir, rambu dll).

• Melakukan analisis kebutuhan peningkatan dan pembangunan jaringan jalan, saluran drainase dan jembatan diwilayah kelurahan berdasarkan hasil

(30)

analisis tersebut di atas dan perlu merujuk pada ketentuan standar teknis perencanaan jalan dan saluran drainase.

• Melakukan analisis kelembagaan pengelolaan dan pemeliharaan jaringan jalan lingkungan dan saluran darainase pada tingkat kelurahan dan tingkat komunitas.

• TIPP, dibawah koordinasi Tenaga ahli pendamping perencanaan partisipatif, menyusun laporan hasil kegiatan analisis yang dilengkapi peta-peta analisis dan berita acara kesepakatan warga.

c. Menyepakati rencana jaringan jalan, saluran drainase dan jembatan. Rencana yang perlu disepakati dan diputuskan bersama, adalah:

• Rencana peningkatan jaringan jalan, • Rencana pembangunan jaringan jalan,

• Rencana peningkatan kondisi dan pembangunan saluran drainase dan jembatan/gorong-gorong,

• Rencana pengembangan sarana pelengkap jalan, • Rencana pengembangan kelembagaan,

Contoh: Rencana Pengambangan Jaringan Jalan

d. Menyusun rencana air bersih dan sanitasi

Pada intinya rencana ini menguraikan kesepakatan rencana peningkatan pelayanan dan pengembangan sumber daya air bersih, sistem pengelolaan limbah cair/MCK dan sistem pengelolaan sampah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan air bersih dan sanitasi diwilayah kelurahan, sesuai kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat lokal. Proses perencanaan dilakukan

1. Mengenali kondisi pelayanan air bersih dan sanitasi saat ini

Informasi penting yang perlu dicermati dan dipahami bersama, adalah:

• Kondisi sistem penyediaan air bersih dan pengelolaan sanitasi (persampahan dan pengelolaan limbah cair/MCK) yang dilengkapi peta dengan skala ketelitian 1:10.000

(31)

• Kondisi potensi dan pelayanan sumber daya air (air tanah, sungai, danau/waduk dll) yang dilengkapi informasi kondisi air, kedalaman air tanah dan kapasitas/debit air

• Amati dan pahami sistem penyediaan dan pelayanan air bersih (air tanah dan air permukaan/sungai). Kemudian catat persoalan-persoalan dan permasalahan yang muncul.

• Amati dan pahami sistem pengelolaan limbah cair/MCK (individual/komunal) serta cermati dampak pengelolaan limbah cair/MCK terhadap penurunan kualitas lingkungan permukiman. Catat apa faktor penyebabnya.

• Amati dan pahami karakteristik lokasi-lokasi banjir/genangan dan kawasan-kawasan permukiman kumuh/kotor yang diakibatkan oleh sampah. Kemudian catat apa faktor penyebabnya (Tidak ada bak penampungan sampah, kekurangan tenaga pengangkut sampah, kekurangan tempat penampungan sampah sementara, keterbatasan alat angkut, dll)

• Apakah ada dan bagaimana kondisi kelembagaan pengelolaan dan Penataan Lingkungan air bersih dan sanitasi (limbah cair/MCK dan sampah)

2. Melakukan analisis Penataan Lingkungan air bersih dan sanitasi Tahapan analisis yang perlu dilakukan, adalah:

• Mengkaji dan menyepakati kebijakan dan rencana-rencana pembangunan air bersih dan sanitasi kota/kabupaten yang diintegrasikan dengan sistem pelayanan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi (limbah cair/MCK dan sampah) diwilayah kelurahan.

• Petakan lokasi-lokasi yang belum terlayani atau memiliki keterbatasan pelayanan air bersih.

• Petakan lokasi-lokasi banjir/genangan dan lingkungan kumuh/kotor yang diakibatkan oleh sampah dan keterbatasan sistem pengelolaan dan pelayanan limbah cair/MCK. Rumuskan bagaimana penanganannya

• Mengkaji dan merumuskan solusi penanganan persoalan dan permasalahan dalam penyediaan air bersih (air tanah dan air permukaan/sungai).

• Melakukan penilaian kondisi dan kapasitas/daya dukung serta analisis pemanfaatan sumber daya air (air tanah, sumber mata air, sungai, dll)

• Melakukan analisis kebutuhan dan Penataan Lingkungan jaringan air bersih wilayah kelurahan yang terintegrasi dengan sistem jaringan air bersih Kota/Kabupaten.

• Melakukan analisis kebutuhan dan Penataan Lingkungan sistem pengelolaan limbah cair/MCK

• Melakukan analisis kebutuhan dan Penataan Lingkungan sistem pengelolaan sampah wilayah kelurahan yang terintegrasi dengan sistem pengelolaan sampah Kota/Kabupaten

• Melakukan analisis kelembagaan pengelolaan air bersih dan sanitasi (limbah cair/MCK dan sampah), baik pada tingkat kelurahan maupun tingkat komunitas/lingkungan

• Memyusun laporan hasil kegiatan analisis yang dilengkapi peta-peta analisis dan berita acara kesepakatan. Penyusunan laporan kegiatan dilakukan oleh TIPP dibawah koordinasi Tenaga ahli pendamping perencanaan partisipatif

3. Menyepakati rencana Penataan Lingkungan air bersih dan sanitasi Isi rencana yang perlu disepakati dan diputuskan bersama, adalah: • Rencana peningkatan pelayanan dan Penataan Lingkungan air bersih, • Rencana pengelolaan limbah cair/MCK,

• Rencana pengelolaan sampah,

(32)

I. Menyusun rencana peningkatan pelayanan sosial

Rencana ini, menguraikan kesepakatan bersama untuk meningkatkan standar pelayanan sosial masyarakat ditingkat komunitas dan wilayah Kelurahan/Desa, antara lain: pelayanan pengelolaan sampah lingkungan, pelayanan air bersih, pelayanan kesehatan masyarkat, pelayanan keamanan dan ketertiban, dan pelayanan umum lainnya. Proses perencanaan dilakukan:

a. Mengenali kondisi pelayanan sosial saat ini

Informasi pelayanan sosial yang perlu dipahami bersama, antara lain:

1. Pola pelayanan dan pengelolaan sampah lingkungan, yang meliputi Sistem pengelolaan sampah saat ini, pengangkutan sampah, tarif retribusi sampah dan siapa pengelolanya, apa hambatan-hambatan dan persoalan dalam pengelolaan sampah lingkungan,

2. Pelayanan air bersih, yang meliputi darimana sumber air bersih, bagaimana sistem pengelolaannya dan siapa pengelolanya, apakah ada tarif retribusinya dan siapa pengelolanya, hambatan-hambatan dan persoalan pelayanan air bersih

3. Pelayanan sosial lainnya

b. Melakukan analisis kondisi pelayanan sosial masyarakat Tahapan analisis yang perlu dilakukan, adalah:

1. Mempersiapkan data dan informasi kondisi pelayanan sosial dan kelembagaan yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan

2. Melakukan penilaian terhadap isi undang-undang, peraturan pemerintah dan kebijakan-kebijakan pemerintah Kota/Kabupaten dalam konteks peningkatan standar pelayanan sosial yang tertib, transparan, afektif dan optimal

3. Mengkaji dan menyepakati upaya penanganan persoalan-persoalan dan permasalahan dalam rangka meningkatkan fungsi kelembagaan dan standar pelayanan sosial masyarakat

4. Merumuskan laporan hasil kegiatan analisis, melalui diskusi dan musyawarah warga yang dilengkapi berita acara kesepakatan. Perumusan laporan kegiatan dilakukan oleh TIPP dibawah koordinasi tenaga ahli pendamping perencanaan partisipatif.

c. Menyepakati rencana peningkatan pelayanan sosial/publik Isi rencana yang perlu disepakati dan diputuskan bersama, adalah:

1. Rencana peningkatan standar pelayanan sosial, 2. Rencana pengembangan Lembaga pelayanan sosial;

d. Menyusun rencana pengembangan kelembagaan pengelola dan dan pelaksana pembangunan kelurahan/Desa

Rencana ini, menguraikan kesepakatan bersama, untuk meningkatkan fungsi kelembagaan kelurahan, kelembagaan adat dan kelembagaan lainnya serta kesepakatan untuk membentuk kelembagaan baru yang mendukung kelembagaan kelurahan dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan pembangunan di wilayah Kelurahan/Desa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan fungsi pelayanan dalam bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta pemeliharaan pembangunan kelurahan saat ini maupun pada masa mendatang. Bagaimana proses perencanaan dilakukan:

Gambar

Tabel 2.  Matrik Pelaku dan Peran pada kegiatan Perencanaan.
Diagram berikut menjelaskan urutan kegiatan dalam aktifitas Pengorganisasian dan  Pengembangan masyarakat yang dapat dilakukan secara paralel melalui langkah-langkah : (1)  Sosialisasi PLPBK kepada masyarakat, (2) Pendaftaran Relawan Perencanaan, (3)  Pemb
Foto 1  Foto 2
Foto 5  Foto 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengenalan jenis: habitat hutan sekunder pada daerah yang terbuka, percabangan dikotom, pinna steril palmatus, pinna fertil palmati partitus yang terbagi menjadi 2

Dalam kerja sama tersebut, Balai Bahasa Sulawesi Selatan berperan sebagai Perpanjangan tangan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan

Data yang digunakan dapat berupa data primer, data sekunder, maupun data simulasi (data yang dibangkitkan). Oleh karena itu diperlukan suatu simulasi untuk

Tahun pelaksanaan anggaran pada umumnya dimulai dari 1 Januari sampai 31 Desember. Menurut ICW, masih bisa dibenarkan jika beban-beban yang terjadi dalam beberapa

Efektivitas Kerja Pegawai di DISHUB Kota Samarinda Hasil wawancara dengan narasumber bagaimana dapat diketahui bahwa pelaksanaan tugas pegawai di DISHUB Kota

Gajah Sumatera membutuhkan jumlah konsumsi makanan yang banyak untuk mencukupi kebutuhan energi sesuai dengan ukuran tubuhnya yang besar (Seidensticker, 1984). Ketika kebutuhan

Merujuk pada permasalahan yang telah dipaparkan diatas melalui hasil wawancara dan diskusi awal bersama ibu-ibu rumah tangga di Jalan Hiu Putih dalam kaitannya agar dapat

Anjak piutang adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan baik dalam bentuk piutang maupun promes atas dasar diskonto dari klien dengan syarat recound atau