THE RELATIONSHIP BETWEEN LONELINESS AND SELF CONFIDENCE WITH ADJUSTMENT IN PAPUA AFFIRMATION
PROGRAM STUDENTS OF SEBELAS MARET UNIVERSITY SURAKARTA
Letrince Paula Awek, Munawir Yusuf, Afia Fitriani Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hubungan antara loneliness dan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret Surakarta, (2) hubungan antara loneliness dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret Surakarta, (3) hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sampel dalam penelitian ini adalah 48 mahasiswa program afirmasi Papua yang berkuliah aktif di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Instrumen yang digunakan adalah skala penyesuaian diri (rxx = 0,843), skala loneliness (rxx = 0,897), dan skala kepercayaan diri (rxx = 0,800). Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara loneliness dan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri, dengan nilai Fhitung = 26,470 (>Ftabel 3,204); nilai sig. 0,000 (p<0,05) dan nilai R= 0,735. Nilai R2 = 0,541 atau 54,1%, dengan sumbangan efektif loneliness = 10,03%
dan kepercayaan diri = 44,04%. Secara parsial, terdapat hubungan antara loneliness dengan penyesuaian diri (p<0,05; rx1y = 0.013) dan terdapat hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri (p<0,05; rx2y = 0,000).
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan signifikan antara loneliness dan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua. Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara loneliness dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara keperyaan diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua.
Kata Kunci: Penyesuaian diri, loneliness, kepercayaan diri, mahasiswa afirmasi Papua
PENDAHULUAN
Hak mendapatkan pendidikan lebih layak telah mendapat jaminan konstitusi, sehingga daerah-daerah yang mengalami ketertinggalan dalam bidang pendidikan berhak untuk mendapatkan kebijakan afirmasi, agar tercipta pemerataan dalam bidang pendidikan. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, Pasal 5 ayat 3 tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara,Orang tua, Masyarakat, dan Pemerintah menyebutkan bahwa, Warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Menurut Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia pada tahun 2012 program beasiswa Afirmasi Tingkat Tinggi (ADik) telah dilaksanakan di dua Provinsi di pulau Papua, yaitu Provinsi Papua dan Papua Barat. Program ADik diselenggarakan dengan tujuan untuk menyediakan kesempatan kepada anak-anak asli Papua agar dapat menempuh pendidikan tinggi di PTN terbaik di luar Papua. Beasiswa ADik adalah program keberpihakan pemerintah pusat untuk daerah-daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) sebagai upaya percepatan dan pemerataan untuk memperoleh akses pendidikan tinggi yang baik untuk putra-putri asli Papua dan daerah 3T. Beasiswa ADik diberikan sebesar Rp. 16.800.000,- setiap mahasiswa pertahun, yang dibayarkan setahun 2 kali setiap awal semester (Ristedikti, 2015).
Siswa SMA/SMK/MA dari provinsi Papua dan provinsi Papua Barat mendapat beasiswa Strata I (S1) di 32 PTN terbaik di Indonesia dengan program studi pendidkian dokter, agroteknologi, ekonomi, teknik sipil, teknik elektronika, teknik mesin, agroindustri dan akuntansi. 32 PTN yang menerima siswa dari Papua dan Papua Barat, beberapa diantaranya adalah Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Airlangga, Universitas Sebelas Maret, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Hasanudin (Kompas, 2012). Program ADik telah memberikan banyak kesempatan kepada anak-anak Papua untuk menempuh pendidikan tingkat tinggi yang lebih baik. Akan tetapi program ADik tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Banyak hambatan yang dihadapi oleh mahasiswa Papua saat memasuki dunia perkuliahan, seperti budaya yang berbeda, nilai, kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungan sosial, kemampuan akademik yang dianggap memiliki perbedaan yang cukup signifikan, persoalan iklim geografis (Wijanarko & Syafiq, 2013).
Salah satu perguruan tinggi negeri yang menerima mahasiswa dengan program beasiswa ADik adalah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terdapat 56 mahasiswa afirmasi dari provinsi Papua, 38 orang merupakan mahasiswa aktif kuliah, 12 mahasiswa tidak melanjutkan perkuliahan, 2 mahasiswa telah menyelesaikan strata 1 dan 4 mahasiswa yang tidak memiliki keterangan yang jelas. Mahasiswa afirmasi dari provinsi Papua Barat berjumlah 17 orang, 11 mahasiswa masih aktif kuliah, 2 mahasiswa telah menyelesaikan strata 1 dan 4 diantaranya tidak melanjutkan kuliah.
Secara keseluruhan jumlah mahasiswa afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret berjumlah 73 mahasiswa dari jumlah tersebut terdapat 4 mahasiswa yang memilih pindah jurusan dengan alasan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri, baik dalam bidang akademik maupun lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Wardani dan Saidiyah (2016) terhadap mahasiswa asing, yang berkuliah di UIN Yogyakarta menyatakan bahwa penyesuaian diri
merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan saat berasa di lingkungan baru.
Penelitian Wardani dan Saidiyah (2016) menunjukkan bahwa gagalnya melalukan penyesuaian diri dengan lingkungan baru membuat satu dari beberapa mahasiswa asing yang berkuliah di UIN Yogyakarta memilih untuk DO (Drop out).
Menurut Abu (2009), penyesuaian diri dilakukan untuk melepaskan diri dari kendala-kendala dan ketidakenakan yang ditimbulkan, sehingga akan mendapat suatu keseimbangan psikologis yang tidak dapat menyebabkan konflik bagi dirinya sendiri.
Penyesuaian diri dalam arti yang luas dapat diartikan bahwa individu dapat menjadi diri sendiri dan beradaptasi dengan baik sesuai keadaan lingkungan, akan tetapi individu juga dapat menjadikan lingkungan sesuai dengan kondisi (keinginan) diri. Akan tetapi, penyesuaian diri yang tidak berjalan dengan baik pada mahasiswa dapat menyebabkan timbulnya perasaan loneliness (Prasetya & Hartati, 2014)
Loneliness merupakan perasaan tidak menyenangkan yang bersifat subjektif yang dirasakan setiap individu. Loneliness bisa berkisar dari keadaan temporer yang diakibatkan oleh perubahan dalam kehidupan sosial kita sampai kondisi kronik dan bersifat menetap (Sears, Freedman, & Peplau, 1999). Menurut Rokach,. Orzeck,. dan Neto (2004), loneliness merupakan bagian dari kehidupan yang penting bagi manusia sama halnya dengan kehidupan, kematian dan merasakan sakit. Selain itu Van Staden dan Coetzee dalam penelitian juga menyatakan bahwa, salah satu penyebab loneliness adalah adanya perbedaan budaya, budaya yang berbeda membuat individu merasa sendiri dan kesepian. Sejalan dengan proses penyesuaian diri mahasiswa afirmasi Papua di tempat perkuliahan, peneliti berpandangan bahwa seseorang merasa sulit untuk melakukan proses penyesuaian diri di lingkungan yang baru, pasti terdapat faktor-faktor yang mempengaruhnya. Dalam hal ini, individu merasa terdapat banyak perbedaan, sehingga indiviu mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dan keadaan ini menyebabkan individu mengalami loneliness.
Menurut Perlman dan Peplau (1981), faktor kepribadian dapat mempengaruhi loneliness. Seseorang yang mengalami loneliness cenderung lebih tertutup, pemalu, dan sadar diri serta kurang asertif. Hal ini membuat individu lebih sering menyendiri dan kurang membuka diri dengan lingkungan. Selain itu, individu yang mengalami loneliness seringkali berhubungan dengan kepercayaan diri yang rendah dan memiliki ketrampilan sosial yang buruk (Perlman & Peplau, 1981).
Faktor lain yang penting untuk dibahas adalah kepercayaan diri. Pada mahasiswa Afirmasi Papua, kepercayaan diri dapat mempengaruhi penyesuaian diri di lingkungan perkulihan. Hal tersebut disebabkan, kepercayaan diri merupakan suatu aspek kepribadian yang penting bagi seseorang. Individu yang yakin akan kemampuannya sendiri memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Kusrini dan Prihartanti (2014) juga menjelaskan bahwa, tingkat kepercayaan diri yang baik memudahkan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, membangun hubungan dan membantu mempertahankan kesuksesan dalam akademik. Penelitian Widiastuti, Yumpi dan Istiqomah (2012) juga menyatakan bahwa kepercayaan diri mempengaruhi penyesuaian diri seseorang pada lingkungan sekitar. Penelitian tersebut juga dilakukan oleh Kristianawati dan Djalali (2014) terdapat hubungan antara kepercayaan diri dan penyesuaian diri. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa semakin tinggi kepercayaan diri setiap inidividu maka semakin tinggi pula penyesuaian dirinya.
METODE PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah semua mahasiswa afirmasi Papua yang masih berkuliah di Universitas Sebelas Maret Surakarta sejumlah 48 mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan tiga skala yaitu skala penyesuaian diri, loneliness dan kepercayaan diri. Skala penyesuaian diri merupakan skala yang disusun oleh Mayasari (2014) dan dimodifikasi oleh peneliti. Skala loneliness merupakan modifikasi skala yang telah disusun oleh Martanto (2014). Skala kepercayaan diri merupakan skala yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan skala yang disusun oleh Matondang (2014).
Uji reliabilitas skala menggunakan formula Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas skala penyesuaian diriterdapat 22 aitem valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,843, kemudian pada skala loneliness terdapat 18 aitem valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,897, dan pada skala kepercayaan diri terdapat 15 aitem valid dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,800.
HASIL – PENELITIAN 1. Uji Hipotesis
a. Uji Simultan F
Tabel. 1 Hasil Uji Simultan F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression 1761,005 2 880.527 26,470 ,000b Residual 1496,945 45 33,265
Total 3258,000 47
a. Dependent Variable: Penyesuaian Diri
b. Predictors: (Constant), Kepercayaan Diri, Loneliness
Hasil uji simultan F pada tabel diatas diketahui bahwa, nilai signifikansi (p-value) pada kolom signifikansi sebesar 0,000 dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil dari uji F diketahui bahwa nilai Fhitung sebesar 26,470, sedangkan nilai Ftabel dengan taraf signifikansi 0,05 sebesar 3,204. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa p-value< 0,05 dan Fhitung > Ftabel, sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan signifikan antara loneliness dan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Uji t
Tabel. 2 Hasil Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 27.913 7.648 3.650 .001
Loneliness -.205 .079 -.266 -2.591 .013
Kepercayaan
Diri .986 .158 .641 6.246 .000
a. Dependent Variable: Penyesuaian diri
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Sig, variabel loneliness adalah sebesar 0.013 dan nilai Sig. variabel kepercayaan diri sebesar 0,000 dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p value <0,05). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel loneliness memiliki hubungan signifikan dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua. Variabel kepercayaan diri memiliki hubungan signifikan dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua.
2. Analisis Deskriptif
Tabel. 3 Analisis Deskriptif
Dari tabel di atas terlihat bahwa, sebagian besar penyesuaian diri mahasiswa afirmasi Papua berada dalam kategori sedang (62,5%). Loneliness berada dalam kategori rendah (58,33%), dan kepercayaan diri dalam kategori sedang (81,25%).
Riset ini juga menemukan sumbangan efektif loneliness teehadap penyesuaian diri sebesar 10,03%, dan sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap penyesuaian diri sebesar 44,04%. Total sumbangan loneliness dan kepercayaan diri terhadap penyesuaian diri ditampilkan oleh nilai R Square sebesar 0,541 atau 54,1%.
Variabel Kategorisasi ∑ % Penyesuaian
Diri
Tinggi 16 33,33%
Sedang 30 62,5 %
Rendah 2 4,17%
Loneliness
Tinggi 4 8,33 %
Sedang 16 33,33 % Rendah 28 58,33 % Kepercayaan
Diri
Tinggi 8 16,67 %
Sedang 39 81,25 %
Rendah 1 2,08 %
3. Analisis Tambahan
Hasil uji independent sample t-test menunjukkan bahwa, nilai signifikansi sebesar 0,972 (p value > 0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan signifikan pada mahasiswa afirmasi Papua berdasarkan jenis kelamin.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara loneliness dan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhartini (2006) dan Ardi (2014) menunjukkan bahwa, loneliness dan kepercayaan diri memiliki hubungan yang signifikan dengan penyesuaian diri.
Suhartini (2006) yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara loneliness dan penyesuaian diri seseorang, artinya semakin rendah tingkat loeliness seseorang maka semakin tinggi penyesuaian diri seseorang. Disisi penelitian yang dilakukan oleh Ardi (2014) menunjukkan bahwa kepercayaan diri terbukti berkorelasi positif dan signifikan penyesuaian diri. Semakin tinggi kepercayaan diri seseorang maka semakin tinggi pula penyesuaian dirinya.
Hasil korelasi antara loneliness dengan penyesuaian diri menunjukkan hasil sebesar -0,377 sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini dapat diterima. Dapat pula disimpulkan bahwa, semakin rendah tingkat loneliness seseorang maka semakin tinggi penyesuaian dirinya. Prasetya dan Hartanti (2014) dalam penelitiannya mengenai loneliness dan penyesuaian diri mahasiswa tahun pertama menjelaskan bahwa, terdapat hubungan negatif dan signifikan antara loneliness dan penyesuaian diri. Hal tersebut di tunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0, 614. Artinya, semakin rendah loneliness seseorang maka semakin tinggi penyesuaian dirinya. Sebaliknya semakin tinggi loneliness seseorang maka semakin rendah penyesuaian dirinya.
Hasil korelasi antara kepercayaan diridengan penyesuaian diri menunjukkan hasil sebesar 0,687 sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian ini dapat diterima. Dapat pula disimpulkan bahwa, semakin tinggi tingkat kepercayaan diri seseorang maka semakin tinggi penyesuaian dirinya. Penelitian Ernawati (2017) mengenai kepercayaan diri dengan penyesuaian diri menunjukkan bahwa, penelitian tersebut memiliki hubungan positif dan kuat, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,67. Senada dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2011) menunjukkan bahwa, kepercayaan diri memiliki hubungan positif dan signifikan dengan penyesuaian diri, artinya semakin tinggi kepercayaan diri seseorang maka semakin tinggi penyesuaian dirinya.
Hasil wawancara pada pertengahan bulan November 2017, terhadap tujuh rekan mahasiswa Papua program ADik di UNS diketahui bahwa, enam dari tujuh mahasiswa Papua yang diwawancarai menyatakan banyak faktor yang menjadi hambatan dalam menjalankan proses perkuliahan, mereka merasa sulit untuk menyesuaian diri dengan lingkungan kampus, merasa diasingkan, merasa tidak memiliki teman-teman, dan sering merasa tidak percaya diri ketika harus menyampaikan pendapat. Salah satu mahasiswa Papua menjelaskan bahwa menyesuaikan diri di lingkungan kampus sangat susah. Ia
menjelaskan bahwa, Mahasiswa Papua di UNS mengalami banyak kendala-kendala saat hendak melakukan penyesuaian diri dengan tempat baru. Kesulitan dalam proses penyesuain diri tersebut terjadi dikarenakan mahasiswa merasakan terdapatnya perbedaan antara budaya dan kemampuan akademik. Budaya yang berbeda terutama dalam hal bahasa membuat mahasiswa Papua kesulitan berkomunikasi sehingga proses penyesuaian diri tidak berjalan dengan baik. Selain itu, kemampuan akademik yang menurut mereka jauh berbeda, membuat mahasiswa Papua sering merasa kurang percaya diri saat mengikuti perkuliahan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara loneliness dan kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Terdapat hubungan yang negarif dan signifikan antara loneliness dengan penyesuaian diri pada mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada mahasiswa program afirmasi Papua di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Abu, A. H. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Rineka Cipta
Ardi, I. (2014). Hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas X di SMK negeri 1 Kalasan. Jurnal Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta
Ernawati, R. (2017). Hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri siswa paket BDI kampus Diakonia Modern Jatiranggong, Jatisampurna kota Bekasi.
Jurnal Dinamika Pendidikan Volume 10, Nomor 1, April 2017: 61 – 80
Kompas. Com. (2012). 749 Siswa Papua Peroleh Beasiswa Jalur Afirmasi.
Nasional.Kompas.Com. Retrieved October 18, 2017 from http://nasional. kompas.
com/read/2012/09/01/05231133/749.siswa.papua.peroleh.beasiswa.jalur.afirmasi
Kristianawati, E. & Djalali, M.A. (2014). Hubungan antara kematangan emosi dan percaya diri dengan penyesuaian sosial. Persona Jurnal Psikologi Indonesia. Vol 3, No 03
Kusrini, W. & Prihartanti, N. (2014). Hubungan Dukungan Sosial dan Kepercayaan Diri dengan Prestasi Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Boyolali.
Jurnal Penelitian Humaniora . Vol. 15, No. 2
Mayasari, D. (2014). Hubungan antara dukungan sosial peer group dan persepsi stastus sosial ekonomi terhadap penyesuaian diri remaja yang memiliki ibu bekerja di luar negeri. Skripsi. Universitas Sebelas Maret : Surakarta
Martanto, A. (2014). Perilaku kecanduan game online ditinjau dari kesepian dan penerimaan kelompok teman sebaya pada remaja di kelurahan Jebres Surakarta.
Skripsi. Univeristas Sebelas Maret : Surakarta
Matondang, M B. (2014). Hubungan antara dukungan sosial dan kepercayaan diri dengan stress pada orang dewasa penderita lupus. Skripsi. Universitas Sebelas Maret : Surakarta
Perlman,. dan Peplau (1981). Personal Relationships in Disorder. London : Academic Press
Prasetya, Dwi, N., dan Hartati, Sri. M, S. (2014). Hubungan Antara Kesepian dan Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa (Studi Korelasi Pada Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro). Jurnal. Vol 3. No.1
Ristedikti.go.id. ( August, 6 2015). 746 calon mahasiswa penerima ADik diterima di 49 PTN. Ristedikti..go.id. Retrieved October 18, 2017 from https:// www. ristekdikti.
go. id/746-calon-mahasiswa-penerima-adik-diterima-di-49-ptn/
Rokach, A., Orzeck, T., & Neto, F. (2004). Coping with Loneliness in Old Age: A Cross – Cultural Comparison. Journal Curent Psychology: Development, Learning, Personality, Social
Sears, D., Freedman, J,. dan Anne P,. (1999). Psikologi Sosial, Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
Suhartini, T. (2006). Hubungan Penyesuaian Diri dan Kesepian pada remaja.Tesis.
Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah : Malang
Van Staden, C. W,. dan Coetzee, K.(2010). Conceptual relations between loneliness and culture. Reseacrget.net. Retrieved November, 11 2017 from https://www.researchgate.net/profile/Cornelius_Van_Staden/publication/46256272_Conc eptual_relations_between_loneliness_and_culture/links/5739864308ae298602e32c65/Co nceptual-relations-between-loneliness-and-culture.pdf
Wardani, W,. dan Saidiyah, S. (2016). Daya Juang Mahasiswa Asing. Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Desember 2016, Vol. 3, No. 2, Hal: 213 – 224
Widiastuti, E. Yumpi, F. dan Istoqomah. (2012). Hubungan antara kepercayaan diri dengan penyesuaian diri pada anak korban kekerasan seksual usia 12-18 tahun di pusat perlindungan perempuan dan anak kabupaten Jember. Jurnal Psikologi.
Fakultas Psikologi UMJ
Wijanarko, E.,dan Syafiq, M. (2013). Studi Fenomenologi Pengalaman Penyesuaian Diri Mahasiswa Papua Di Surabaya. Jurnal Psikologi: Teori dan Terapan, Vol 3, No 2