• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

A. Prokrastinasi

mahasiswa yang masih aktif kuliah dan sedang menyusun skripsi. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif antara efikasi diri dan prokrastinasi.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti merasa masih ada celah dari penelitian-penelitian terkait prorkastinasi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sebelumnya. Belum ada penelitian murni yang mengukur mengenai tipe prokrastinasi. Penelitian yang mampu memberikan gambaran tipe prorkastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Chu dan Choi (2005) membagi prokrastinasi menjadi dua tipe yaitu, prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif. Prokrastinasi aktif adalah menunda pekerjaan dengan sengaja untuk melakukan hal lain lebih mendesak dan penting atau menunda pekerjaan karena membuat perencaan terlebih dahulu dalam mengumpulkan informasi penting yang berguna. Prokrastinasi pasif adalah menunda pekerjaan dengan alasan tidak masuk akal dan tidak bermanfaat bagi penyelesaian tugas.

Pelaku prokrastinasi aktif memiliki ciri-ciri menunda dengan sengaja untuk fokus pada tugas yang lebih penting, mampu membuat keputusan bertindak tepat waktu, mampu bekerja di bawah tekanan, memiliki semangat dan motivasi tinggi, merasa tertantang dengan deadline, dan memiliki hasil memuaskan pada tugas (Chu & Choi, 2005).

8

Pelaku prokrastinasi pasif memiliki ciri-ciri menunda tugas karena ketidakmampuan membuat keputusan dan betindak cepat, merasa tertekan dan menjadi pesimis saat pengumpulan tugas, tidak mampu mengatur waktu, merasa stres dengan tekanan waktu, senang melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan, dan memiliki hasil kurang memuaskan dalam tugas (Chu & Choi, 2005).

Pelaku prokrastinasi aktif akan memilih tugas-tugas yang lebih mendesak dan penting meski sudah memiliki jadwal yang terstruktur serta menunjukkan hasil yang memuaskan. Sehingga prokrastinasi aktif sangat menguntungkan bahkan perlu untuk individu yang bekerja dengan tuntutan tak terduga dan terjadi perubahan lingkungan yang cepat (Chu & Choi, 2005). Sedangkan prokrastinasi pasif kurang memberikan manfaat bagi pelakunya karena menjadikan individu tidak produktif. Pelaku prokrastinasi pasif memiliki keraguan dalam bertindak dan sering terbayang kegagalan dalam penyelesaian tugas. Hasil dari tindakan prokrastinasi pasif sering tidak memuaskan. Sehingga prokrastinasi pasif kurang menguntungkan dalam penyelesaian tugas.

Berangkat dari latar belakang tersebut, peneliti ingin menggambarkan secara kuantitatif tipe prokrastinasi di kalangan mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah sebagai berikut:

“ Bagaimana gambaran prokrastinasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memberi gambaran prokrastinasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Peneitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan informasi pada bidang psikologi mengenai prokrastinasi baik aktif maupun pasif.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi dan pemahaman mengenai prokrastinasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma kepada Fakultas Psikologi Univesitas Sanata Dharma untuk evaluasi diri demi penyempurnaan kelembagaan melalui pendampingan yang lebih tepat. b. Membantu mahasiswa untuk memahami potret dirinya terkait dengan

10 BAB II DASAR TEORI

Pada bab ini diuraikan tentang pengertian, tipe, karakteristik, area, faktor, dan dampak prokrastinasi serta pembahasan mengenai mahasiswa.

A. Prokrastinasi

1. Pengertian Prokrastinasi

Kata prokrastinasi sebenarnya sudah ada sejak lama sebelum revolusi industri yang ditulis Walker (1682, dalam Steel, 2007) dalam khotbahnya. Dikatakan bahwa prokrastinasi sebagai salah satu dosa serta kejahatan manusia, dengan menunda-nunda pekerjaan manusia akan kehilangan kesempatan dan menyia-nyiakan karunia Tuhan. Analisis sejarah pertama prokrastinasi ditulis oleh Milgram (1992). Dia berpendapat bahwa masyarakat maju secara teknis memerlukan banyak komitmen dan tenggat waktu yang menimbulkan penundaan. Ferrari, Johnson, dan McCown (1995) berpendapat bahwa penundaan telah ada sepanjang sejarah, namun hanya diperoleh konotasi yang negatif dengan munculnya revolusi industri sekitar tahun 1750.

Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju, dan akhiran “crastintus” yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Burka & Yuen, 2008).

Noran (dalam Akinsola, Tella & Tella, 2007) mendefiniskan prokrastinasi sebagai perilaku menghindar dalam pengerjaan tugas dan tanggungjawab yang seharusnya diselesaikan oleh individu. Solomon dan Rothblum (1984, dalam Fatimah dkk., 2011) menjelaskan prokrastinasi merupakan perilaku yang disengaja menunda untuk memulai atau menyelesaikan tugas. Mc Cown dan Johnson (1991, dalam Fatimah dkk., 2011) menganggap prokrastinasi sebagai penyakit kronis atau disfungsional ketika perilaku tersebut mengganggu fungsi sehari-hari. Hal itu menimbulkan ketidaknyamanan diri baik psikis maupun fisik bagi individu.

Dewitte dan Schouwenburg (2002) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda yang memiliki potensi konsekuensi membahayakan bagi pelakunya. Knaus (2000, dalam Chu & Choi, 2005) mengatakan bahwa tidak semua prokrastinasi menimbulkan dampak negatif. Ellis dan Knaus (Chu & Choi, 2005; Ferrari & Tice 2000) menyatakan bahwa prokrastinasi adalah menunda apa yang seharusnya penting untuk dilakukan. Chu dan Choi (2005) menemukan bahwa pelaku prokrastinasi ada yang dengan sengaja menunda untuk memperoleh informasi lebih lengkap dalam pengerjaan tugas.

Dengan mengacu pada beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan prokrastinasi merupakan perilaku menunda tugas

12

dengan sengaja, hal yang seharusnya penting untuk dilakukan, dan memiliki dampak bagi pelakunya.

2. Tipe Prokrastinasi

Prokrastinasi sering dikaitkan dengan hal yang berdampak negatif. Tice dan Baumeister (1997, dalam Chu & Choi, 2005) melaporkan bahwa tingginya prokrastinasi memiliki tingkat stres disertai dengan kondisi kesehatan buruk. Surijah dan Tjundjing (2007) melaporkan dampak prokrastinasi adalah kegagalan dalam memenuhi kewajiban, perasaan tidak berharga dan ketidaknyamanan psikologis.

Baumeister, Heatherton, dan Tice (1994, dalam Chu dan Choi, 2005) melihat prokrastinasi sebagai suatu strategi yang mereka gunakan untuk mengatur emosi negatif sehingga membuat individu merasa lebih baik setidaknya untuk sementara waktu. Chu dan Choi (2005) menyatakan bahwa tidak semua prokrastinasi selalu berdampak negatif pada kinerja tugas. Sehingga Chu dan Choi (2005) membagi tipe prokrastinasi menjadi dua yaitu :

a. Prokrastinasi aktif

Prokrastinasi aktif merupakan perilaku menunda untuk melakukan hal lebih penting dan mendesak karena individu berusaha membuat perencanaan dalam mengumpulkan informasi yang berguna.

b. Prokrastinasi pasif

Prokrastinasi pasif merupakan perilaku menunda dengan alasan tidak masuk akal dan tidak bermanfaat bagi penyelesaian tugas akademik.

3. Karakteristik Prokrastinasi

Chu dan Choi (2005) menyatakan baik prokrastinasi aktif dan prokrastinasi pasif mempunyai empat karakteristik yaitu,

a. Keputusan sengaja untuk menunda (Intentional decision to

procrastinate)

Secara kognitif, pelaku prokrastinasi aktif melakukan perilaku menunda dengan sengaja untuk fokus pada tugas yang lebih penting. Prokrastinator aktif berusaha mencari informasi-informasi lebih lengkap untuk mendukung penyelesaian tugas. Pelaku prokrastinasi aktif mampu membuat keputusan dan bertindak pada waktu yang tepat. Pelaku prokrastinasi pasif tidak berniat menunda dan mereka melakukan penundaan karena ketidakmampuan membuat keputusan dan bertindak cepat.

b. Preferensi Tekanan (Preference for pressure)

Secara afektif, pelaku prokrastinasi aktif merasa mampu dan senang bekerja di bawah tekanan. Pelaku prokrastinasi aktif memiliki motivasi dan semangat tinggi dalam penyelesaian tugas di menit-menit terakhir. Penyelesaian tugas di menit terkahir dianggap sebagai sebuah tantangan untuk segera diselesaikan.

14

Pelaku prokrastinasi pasif merasa tertekan dan menjadi pesimis saat pengumpulan tugas mendekati deadline. Keraguan dan ketidakmampuan diri pelaku prokrastinasi pasif mengarahkan pada kegagalan suatu tugas yang menyebabkan perasaan bersalah dan depresi.

c. Kemampuan untuk memenuhi batas waktu (Ability to meet deadline) Secara perilaku, pelaku prokrastinasi aktif merasa tertantang pada penyelesaian tugas deadline. Pelaku prokrastinasi aktif memiliki kemampuan perencanaan waktu yang tepat dan mendorong pengerjaan tugas secara efektif dan efisien. Prokrastinasi pasif tidak mampu mengatur waktu dalam menyelesaikan tugas penting. Pelaku prokrastinasi pasif sering merasa stres dengan tekanan waktu.

d. Kepuasan Hasil (Outcome satisfication)

Pelaku prokrastinasi aktif memiliki hasil memuaskan dalam penyelesaian tugas. Pelaku prokrastinasi aktif sengaja melakukan penundaan di bawah tekanan karena tahu bahwa mereka lebih terdorong dan termotivasi untuk menyelesaikan tugas. Perencaan waktu dan tindakan tepat mendukung hasil memuaskan dari penyelesaian tugas. Pelaku prokrastinasi pasif memiliki hasil buruk pada tugas. Pelaku prokrastinasi pasif senang melakukan aktifitas lain yang lebih menyenangkan. Keraguan diri dan kegagalan dalam

mengatur waktu menyebabkan hasil buruk pada pelaku prokrastinasi pasif.

4. Area Prokrastinasi

Solomon dan Rothblum (1984) mengemukakan enam area prokrastinasi yang dijadikan sebagai bahan prokrastinasi oleh pelajar, yaitu :

a. Menulis, meliputi menunda kewajiban atau tugas-tugas menulis seperti menulis makalah, laporan, atau tugas mengarang lainnya. b. Belajar untuk menghadapi ujian, meliputi menunda untuk

menghadapi kuis, ujian mingguan, ujian tengah semester, dan ujian semester akhir.

c. Membaca, mencangkup penundaan untuk membaca referensi yang berkaitan dengan matakuliah yang diwajibkan.

d. Kinerja administratif, meliputi menyalin catatan, mendaftarkan diri dalam praktikum, mendaftarkan diri dlaam presensi kehadiran, dan sebagainya.

e. Menghadiri pertemuan, mencangkup menunda untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan akademik, terlambat menghadiri pelajaran, praktikum, dan sebagainya.

f. Kinerja akademik secara keseluruhan, yaitu menunda mengerjakan atau menyelesaikan tugas-tugas akademik secara keseluruhan.

16

5. Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi

Bernard (1991, dalam Catrunada, 2008) mengungkapkan tentang sepuluh wilayah magnetis yang menjadi faktor-faktor prokrastinasi : a. Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan pada akhirnya menjadi kekuatan magnetik dimana tugas-tugas yang diharapkan dapat diselesaikan, justru menjadi kecemasan tinggi.

b. Pencelaan Terhadap Diri Sendiri (Self- Depreciation)

Seseorang memiliki bentuk penghargaan yang rendah atas diri sendiri dan selalu siap menyalahkan diri apabila melakukan kesalahan dan juga tidak percaya diri untuk mendapatkan masa depan yang lebih cerah.

c. Rendahnya Toleransi Terhadap Ketidaknyamanan (Low

Discomfort Tolerance)

Kesulitan dalam tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan dalam menoleransi rasa frustasi dan kecemasan. Sehingga mereka mengalihkan diri sendiri pada tugas yang dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan dalam diri.

d. Pencari Kesenangan (Pleasure-Seeking)

Seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi yang membuat diri nyaman. Seseorang yang memiliki kecenderungan tinggi dalam mencari situasi nyaman,

maka memiliki hasrat kuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impuls yang rendah.

e. Ketidakteraturan Waktu (Time Disorganization)

Mengatur waktu berarti mampu memperkirakan dengan baik berapa lama yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Lemahnya pengaturan waktu adalah seseorang sulit memutuskan pekerjaan yang penting dan kurang penting untuk dikerjakan hari ini.

f. Ketidakteraturan Lingkungan (Environmental Disorganisation) Salah satu faktor prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan sekitar tidak teratur dengan baik. Ada banyak gangguan dari lingkungan menyebabkan seseorang sulit berkonsentrasi sehingga pekerjaan tidak dapat diselesaikan tepat waktu.

g. Lemah Terhadap Tugas (Poor Task Approach)

Seseorang yang siap mengerjakan kemungkinan akan meletakkan kembali pekerjaannya karena tidak tahu darmana harus memulai pekerjaannya. Oleh karena itu, pekerjaan menjadi tertahan.

h. Kurangnya Ketegasan (Lack of Assertion)

Kurang memberi pernyataan yang tegas, contoh adalah seseorang mengalami kesulitan berkata tidak terhadap orang lain padahal banyak pekerjaan yang sudah terjadwal dan harus diselesaikan. Hal ini disebabkan karena mereka kurang memberikan rasa kehormatan pada komitmen dan tanggungjawab yang dimiliki.

18

i. Permusuhan terhadap Orang Lain (Hostility with others)

Kemarahan yang terus menerus dapat menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan terhadap orang lain sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yang dikatakan oleh orang tesebut. j. Tertekan dan Kelelahan (Stress and Fatigue)

Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas dari tuntutan negatif dalam hidup yang digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri seseorang. Semakin banyak tuntutan, semakin lemah sikap seseorang dalam memecahkan masalah, dan gaya hidup kurang baik, semakin tinggi stres seseorang.

6. Dampak Prokrastinasi

Prokrastinasi memberikan dampak negatif bagi pelaku prokrastinasi. Tice dan Baumeister (1997, dalam Chu & Choi, 2005) menyatakan bahwa tingginya prokrastinasi memiliki tingkat stres tinggi disertai kondisi kesehatan buruk. Djamarah (2002) menemukan bahwa banyak mahasiswa yang gelisah akibat meunda-nunda penyelesaian tugas seperti tidur kurang nyenyak, duduk tidak tenang, berjalan terburu-buru, dan tidak menikmati waktu istirahat. Sirois (2004) mengemukakan konsekuensi negatif yang ditimbulkan dari perilaku menunda yaitu performa akademik yang rendah, stres tinggi, menyebabkan penyakit, dan kecemasan tinggi. Chu dan Choi (2005) melaporkan bahwa pelaku prokrastinasi pasif memiliki tingkat stres lebih tinggi dibanding pelaku prokrastinasi aktif. Pada penyelesaian

tugas, pelaku prokrastinasi pasif memiliki hasil lebih buruk dibanding pelaku prokrastinasi aktif. Rendahnya efikasi diri pelaku prokrastinasi pasif mengarahkan pada perilaku menghindari suatu tugas dan lebih memilih aktifitas menyenangkan.

Dokumen terkait