• Tidak ada hasil yang ditemukan

Properti

Dalam dokumen SENI PERTUNJUKAN BARONGSAI (Halaman 69-106)

BAB II. BARONGSAI SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN

2.6. Tata Pentas

2.6.3. Properti

Properti merupakan pendukung yang sangat penting dalam melakukan pertunjukan Barongsai di acara tertentu. Properti tersebut antara lain yaitu meja yang disusun, gunung atau bukit buatan, air terjun, sungai, jembatan, pohon, bunga, ikan-ikan, dan rumput. Biasanya properti ini digunakan pada acara-acara tertentu seperti bazzar, event-event, atau permintaan dari orang yang mengundang Barongsai tersebut. Properti tersebut di letakkan di halaman penyelenggara acara itu, yang di atur sedemikian rupa untuk menarik penonton untuk melihat seni pertunjukan Barongsai tersebut. Akan tetapi untuk acara opening usaha, memasuki rumah baru, atau melancarkan usaha tidak menggunakan properti yang sudah dijelaskan tadi. Karena biasanya Barongsai hanya bermain dilantai saja (tradisional) atau disebut dengan main lantai.

2.7. Organisasi Barongsai Vihara Pahala Maitreya Tandam (VIPAMA)

Gambar 3.2.

Struktur Organisasi Barongsai Vihara Pahala Meitreya

2.7.1. Pimpinan

Dalam struktur organisasi tim Barongsai Vihara Pahala Meitreya (VIPAMA) dikenal adanya pimpinan tertinggi yang bertindak sebagai ketua umum, dibawahnya di ikuti oleh wakil ketua, bendahara, manager, dan pelatih.

Sebenarnya di dalam tim Barongasi VIPAMA, yang paling berpengaruh dalam mencapai kesuksesan sebuah tim Barongsai adalah manager dan pelatih dari tim Barongsai itu sendiri. Dalam tim Barongsai VIPAMA manager dan pelatih adalah orang yang sama, yaitu Candra atau disapa Awi. Awi inilah yang berperan sangat penting untuk kemajuan tim Barongsai yang sedang ia pegang, seperti mempromosikan Barongsai, mengatur segala keperluan Barongsai, melatih semua personil Barongsai, bertanggung jawab terhadap tim Barongsai, dan masih banyak

Ketua

lagi. Akan tetapi bukan berarti ketua umum tidak penting, ketua umum mempunyai peran untuk memfasilitasi semua hal yang berkaitan tentang tim Barongsai VIPAMA dan mempunyai tanggung jawab begitu besar.

2.7.2. Anggota

Semua pemain Barongsai yang aktif dalam pertunjukan seni Barongsai adalah anggota dari tim Barongsai Vihara Pahala Meiteya. Mereka terdiri dari pemain Barongsai atau secara khusus dikenal sebagai atlet Barongsai dan pemain musik Barongsai. Setidaknya ada 20 anggota yang aktif yang selalu mengikuti setiap kegiatan dalam tim Barongsai VIPAMA, adapun nama-nama dari anggota tersebut dapat dilihat dari table berikut :

Tabel 2.7.2.

Daftar Nama Anggota Barongsai Vihara Pahala Meitreya

NO NAMA Jenis Kelamin Agama

1 Their Laki-laki Budha

2 Asen Laki-laki Budha

3 David Laki-laki Budha

4 Michael Laki-laki Budha

5 Aliong Laki-laki Budha

6 Lau Kau Laki-laki Budha

7 Acun Laki-laki Budha

8 Kevin Laki-laki Budha

9 Cong Ik Laki-laki Budha

10 Sagna Laki-laki Budha

11 Salim Laki-laki Budha

12 Fery Laki-laki Budha

13 Chelsen Laki-laki Budha

14 Hok Cai Laki-laki Budha

15 Ocha Laki-laki Budha

16 Aan Laki-laki Budha

17 Acin Laki-laki Budha

18 Amir Laki-laki Budha

19 Amin Laki-laki Budha

20 Toni Laki-laki Budha

2.7.3 Personil Barongsai

Tim personil Barongsai Vihara Pahala Meitreya Tandam (VIPAMA) berjumlah 20 orang, jumlah tersebut adalah orang-orang atau personil yang aktif dalam latihan dan melakukan pertunjukan Barongsai di suatu acara. Namun apabila di hitung secara keseluruhan, jumlah personil Barongsai VIPAMA bisa mencapai kira-kira 50 orang lebih. Dikarenakan banyak personil Barongsai yang tidak bersungguh-sungguh dalam latihan Barongsai, maka dari itu jumlah personil Barongsai yang aktif hanya 20 orang saja. Tim Barongsai VIPAMA Tandam tidak ditemukan personil perempuan didalamnya. Dikarenakan perempuan memiliki masa menstruasi sehingga ketika perempuan mengalami menstruasi dilarang untuk memegang atau memainkan Barongsai. Karena Barongsai adalah sesuatu hal yang dianggap suci oleh etnis Tionghoa, maka dari itu personil Barongsai harus dalam keadaan suci. Dan waktu latihan pada malam hari yang membuat

para perempuan tidak bisa mengikuti latihan Barongsai dengan alasan tidak di ijinkan oleh kedua orang tuanya.

Dalam sebuah pertujukan Barongsai pada suatu acara tertentu, personil-personil Barongsai dibagi kedalam dua bagian. Pertama pemain Barongsai, yaitu personil yang memainkan bagian kepala dan ekor Barongsai. Kedua adalah pemusik Barongsai, yaitu personil yang memainkan alat-alat musik pengiring Barongsai. Dalam penelitian saya, sebutan untuk pemain musik Barongsai itu tidak ada. Biasanya pelatih Barongsai hanya menyebutkan pemusik saja untuk personil yang memainkan alat-alat musik Barongsai.

2.7.4. Kelas-kelas Upah Barongsai

Tim Barongsai Vihara Pahala Meitreya Tandam memiliki kelas-kelas upah atau biaya untuk mengundang Barongsai dalam sebuah acara. Kelas biaya tersebut berdasarkan berapa ekor Barongsai yang dimainkan, berapa lama, dan jarak jauh-dekatnya tempat acara yang akan didatangi tim Barongasi VIPAMA Tandam.

Adapun kelas-kelas biaya dalam mengundang Barongasi VIPAMA Tandam sebagai berikut :

a. Kelas Pertama (Bermain Dilantai)

Rp. 2.500.000 – 3.000.000, Untuk acara-acara seperti opening usaha, memasuki rumah atau gedung baru, dan melancarkan usaha. Dalam acara ini, Barongsai yang digunakan adalah 2 ekor saja, warna bulu Barongsai sesuai dengan permintaan orang yang mengundang. Akan tetapi biasanya untuk acara opening menggunakan Barongsai berwarna merah dan kuning. Pertunjukan yang dilakukan pun berlangsung singkat, hanya dua kali bermain dengan durasi waktu

kira-kira 7 sampai 10 menit per-sekali main. Dengan menggunakan gerakan dasar tari kira-kira paling banyak 10 gerakan dasar saja.

b. Kelas kedua (Bermain Meja)

Rp. 3.000.000 – 4.000.000, Untuk kelas biaya seperti ini, biasanya Barongsai diundang dalam acara-acara seperti bazaar atau event-event. Dalam ketegori bermain meja, terbagi dalam dua kategori. Pertama bermain meja yang disusun, dan yang kedua bermain meja dengan properti tambahan seperti bukit atau air terjun buatan. Tentu saja dengan adanya dua kategori tersebut, kategori yang menggunakan properti tembahan akan dikenakan penambahan biaya.

Barongsai yang diundang dalam kelas biaya seperti ini, menggunakan 3 ekor Barongsai dalam acara tersebut. Biasanya Barongsai Vihara Pahala Meitreya Tandam bermain 5 kali dalam sebuah pertunjukan, dan berapa atraksi yang akan ditampilkan itu tergantung durasi waktu yang diberikan oleh tuan rumah kepada Tim Barongsai. Sehingga Tim Barongasi VIPAMA harus menyesuaikan waktu agar atraksi-atraksi Barongsai dapat berjalan sesuai dengan rencana.

c. Kelas ketiga (Bermain Tonggak/Pilar)

Rp. 8.000.000 – 10.000.000, Kelas biaya inilah yang paling mahal diantara dua kelas sebelumnya. Dikarenakan perlu latihan yang sungguh-sungguh untuk dapat melakukan atraksi-atraksi diatas tonggak, dan personil ahli saja yang dapat memainkan Barongsai Tonggak ini. Maka dari itu, tidak heran jika harganya mahal dikelasnya, sebab bukan hal yang mudah untuk bermain Barongsai di atas pilar-pilar besi yang tinggi. Barongsai yang digunakan kira-kira 5 ekor sampai 8 ekor Barongsai sesuai dengan permintaan yang mengundang. Barongsai seperti ini

biasanya diundang dalam acara-acara besar, seperti acara ulang tahun Kota Binjai, acara imlek terbesar di Kota Medan dan acara-acara besar lainnya.

BAB III

MASYARAKAT TIONGHOA DI TANDAM HULU II

3.1. Etnis Tionghoa

Etnis Tionghoa atau orang cina adalah komunitas dasar dari seni pertunjukan Barongsai yang merupakan suatu kelompok orang yang berdasarkan ciri-ciri tertentu berbeda dari kelompok lain. Ciri yang membedakannya dengan kelompok lain adalah bahasa, religi, bentuk fisik, dan kosmologi. Dari keempat aspek tersebut adalah ciri kebudayaan yang membedakan etnis tionghoa dengan etnis lainnya. Dengan demikian, etnis Tionghoa mempunyai pengalaman historis yang sama, secara tradisional mempunyai daerah dimana mereka tinggal dan mempunyai kebudayaan yang telah ada sejak orang mengenal kelompok ini.

3.2. Sejarah Etnis Tionghoa

Kedatangan etnis Tionghoa di Sumatera Timur di mulai pada abad ke 15 ketika armada perdagangan Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur dan melakukan hubungan dagang dengan sistem Barter. Hubungan ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Pada tanggal 7 Juli 1863 .Alk,Kuyper, Elliot dan J,Nienhuys dari perusahaan tembakau Belanda Van Leewen en Mainz dan Co tiba di Deli dengan kapal Josephin. Mereka mendapat hak Erphat dari Sultan selama 20 tahun. Namun karena perusahaan itu mengalami kerugian,Nienhuys di pecat. Karena itu ia mendirikan usaha sendiri dengan bantuan modal dari Perusahaan Belanda dan membuka kebun tembakau di Sumatera Timur. Usaha perkebunan tembakau ini terus berkembang, tenaga kerja

yang cukup banyak juga semakin di butuhkan. Pihak Belanda merasa tidak cocok dengan buruh Pribumi. Karena itu, pengusaha Belanda berusaha mendatangkan tenaga kerja dari Cina (Amliansyah, 2016). Ketika Nienhuys mendirikan N.V. De Deli Maatschappij pada 1868, dan menghapus sistem kerja borongan dan mengenalkan sistem kerja kontrak untuk kuli-kuli kebun tembakaunya, maka lahirlah sistem “kuli kontrak”.

Dalam sistem kontrak, setiap kuli diikat sebuah perjanjian kerja di perkebunan selama lima tahun-lalu diturunkan tiga tahun dengan ketentuan yang berat sebelah.Sistem ini ternyata merupakan celah bagi kebanyakan kuli Tionghoa untuk merubah nasib mereka yang hanya berupa kuli,setelah kontrak habis, mereka menjadi seorang pedagang dengan modal tabungan hasil gaji mereka sebagai kuli, mereka membuka kedai-kedai kecil dan berdagang keliling. Inilah merupakan titik balik bagi perekonomian etnis Tionghoa dan hal ini juga yang membuat masuknya etnis Tionghoa ke Indonesia yang kemudian menetap di Indonesia. Tetapi mereka bukanlah kesatuan yang homogen,di negeri China sendiri mereka terdiri dari beberapa kelompok suku,demikian pula lah halnya dengan etnis Tionghoa di Indonesia. Suku-suku di etnis Tionghoa ini mulai menyebar ke pelosok Sumatra Timur termasuk ke Desa Tandam Hulu II, mereka melakukan beragam aktifitas seperti aktiitas sosial,ekonomi dan kegiatan lainnya, sehingga membentuk komunitas-komunitas etnis Tionghoa yang didasari pada persamaan nasib dan suku bangsa (Amliansyah, 2016).

3.3. Desa Tandam Hulu II

Tandam Hulu Dua adalah salah satu kelurahan di kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Desa ini merupakan daerah yang multikultural, yang didalamnya terdapat etnis Tionghoa, Jawa dan Melayu. Jika dilihat dari letak domisilinya, masyarakat etnis Tionghoa biasanya tinggal dibagian depan desa atau tinggal di pinggir jalan raya. Sedangkan masyarakat seperti Jawa dan Melayu berada di daerah belakang desa, biasanya berada di sebuah jalan kecil atau disebut dengan gang. Namun tidak semua masyarakat Tionghoa tinggal di bagian depan, ada juga masyarakat Tionghoa yang tinggal di daerah belakang yang kemudian berbaur dengan masyarakat di luar etnis Tionghoa. Di Desa itu masyarakat Tionghoa yang tinggal di depan merupakan orang yang membuka usaha dagang, seperti toko elektronik, toko sembako, dan lain-lain. Sedangkan masyarakat Tionghoa yang tinggal di bagian belakang merupakan orang yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, seorang Guru, maupun sebagai petani sayuran.

Di Desa Tandam Hulu II ini terdapat pasar atau jalan yang namanya diambil dari kata Tionghoa, misalnya pasar 5 (lima) Tionghoa, dan pasar 7 (tujuh) Tionghoa. Sedangkan pasar atau jalan lainnya tidak menggunakan kata Tionghoa.

Menurut bang Aan selaku masyarakat tionghoa setempat, pengambilan kata Tionghoa untuk pasar tersebut didasari oleh 2 alasan. Pertama, pasar atau jalan itu terdapat Vihara besar tempat Etnis Tionghoa melakukan kegiatan ibadahnya atau kegiatan sosial lainnya. Dan kedua, jumlah etnis tionghoa lebih banyak dari etnis lainnya di pasar tersebut. Sehingga penamaan pasar atau jalan itu menggunakan

kata Tionghoa. Jika kita ingin ke Desa Tandam Hulu II ini dapat menggunakan transportasi umum. Kira-kira 2 jam lebih dari Kota Medan dan sekitar 20 menit dari Kota Binjai. Akses utama untuk ke daerah tersebut terbilang sangat lancar, jalan utama sudah di aspal hanya saja jalan menuju desa yang masih dalam perbaikan.Terdapat juga fasilitas-fasilitas umum yang sangat memadai, sebab jalan raya ke daerah tersebut adalah jalan lintas antar-kota.Sehingga sangat mudah dijumpai trasnportasi umum seperti bus antar-kota yang melintas di jalan raya tersebut.

3.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan hal sangat penting untuk mencapai sebuah tujuan, dalam hal ini sarana dan prasarana akses yang paling utama untuk mengembangkan warisan budaya ataupun lainnya yang dimiliki oleh masyarakat.

Sehingga dibutuhkan sarana dan prasarana yang layak yang tujuannya adalah untuk memajukan daerah tersebut.

3.4.1. Sarana Transportasi

Desa Tandam Hulu II dapat dikatakan suatu daerah yang sedang berkembang, hal ini dinyatakan dengan pembangunan-pembangunan yang dilakukan di daerah ini. Biasanya untuk mencapai daerah ini, masyarakat diluar desa Tandam Hulu II bisa menggunakan transportasi umum seperti angkutan umum atau becak. Namun dengan berkembangnya teknologi di zaman sekarang ini, masyarakat diluar Tandam Hulu II dapat menggunakan jasa ojek online untuk mencapai ke daerah tersebut. Untuk dapat berhubungan dengan daerah lain masyarakat desa Tandam Hulu II biasanya menggunakan sepeda motor pribadi

sebagai sarana transportasi yang utama. Untuk sarana berupa jalan dapat dikatakan masih kurang memadai karena jalan yang ada di daerah ini belum sepenuhnya diaspal. Hanya jalan besar saja yang diaspal (umum), sementara jalan di setiap gang masih menggunakan sertu atau kerikil sehingga jika hujan akan becek akibatnya akan menyulitkan kendaraan untuk melewatinya.

3.4.2. Sarana Kesehatan

Untuk sarana kesehatan di desa ini terbilang sedikit dan terbatas.Fasilitas yang mendukung sarana sarana tersebut masih sangat sederhana dan terbatas.

Sebagai sarana kesehatan, rumah sakit tidak dijumpai di daerah ini. Namun untuk pelayanan kesehatan ditangani oleh bidan dan perawat yang bertugas pada puskesmas di daerah ini, sedangkan tenaga dokter hanya ada sekali dalam sebulan.

Puskesmas ini sendiri berada di pusat desa, sehingga sangat mudah dijangkau oleh masyarakat desa. Mengenai fasilitas kesehatan sudah cukup memadai, selain dari beberapa jenis obat-obatan dari kedokteran kabupaten setempat ditambah stok pribadi petugas kesehatan, juga terdapat beberapa tempat tidur dan tempat penginapan bagi pasien rawat inap, namun ambulans tidak ada.

3.4.3 Sarana Ibadah

Sarana ini merupakan hal yang sangat penting untuk masyarakat Tandam Hulu II khususnya. Dikarenakan sarana tersebut yang dapat menghubungkan antara manusia dan Tuhannya. Untuk mendukung kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut, di desa Tandam Hulu II tersedia 2 unit Mesjid, 8 unit Mushala, 1 unit Gereja, dan 3 unit Vihara antara lain adalah Vihara Etika Dharma, Vihara Mogglallana, dan Vihara Budhi Darma. Dengan tersedianya sarana ibadah yang

memadai, masyarakat di daerah tersebut dapat melakukan kepercayaan tentang agamanya masing-masing dengan tenang dan tentram.

3.5. Sistem Mata Pencaharian

Pekerjaan atau mata pencaharian merupakan hal yang begitu penting di suatu masyarakat, sebab mata pencaharian merupakan gambaran dari suatu masyarakat tersebut. Dalam penelitian yang saya lakukan, masyarakat Tionghoa di desa Tandam Hulu II dan sekitarnya bermata pencaharian sebagai pedagang atau memiliki usaha sendiri. Seperti toko klontong, elektronik, bengkel motor, pupuk, grosir sembako, grosir telur ayam, pulsa, kosmetik, maupun berjualan makanan. Adapun profesi lain sebagai mata pencaharian masyarakat tionghoa adalah seperti guru, pegawai negeri dan lain-lain. Sedangkan masyarakat lainnya (etnis Jawa dan etnis Melayu) memiliki mata pencaharian sebagai petani, berkebun, memelihara segala jenis ternak, buruh bangunan, buruh pabrik, maupun profesi lainnya seperti pegawai negeri dan lain-lain.

3.6. Agama

Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya. Dan didalam sebuah agama selalu diajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya. Agama merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, karena agama sangat hakiki yang mengatur

hubungan manusia dengan penciptanya. Berdasarkan agama yang terdapat di Desa Tandam Hulu II, diketahui bahwa sebahagian besar penduduknya memeluk agama Islam dan sebagian lagi beragama Kristen, dan Budha.

3.7. Kesenian

Seni sebagai salah satu kebudayaan manusia selalu mengalami perkembangan dalam kurun waktu yang panjang. Dimulai dari bentuk seni prasejarah hingga mencapai bentuk yang modern saat ini. Dapat dikatakan bahwa seni memiliki makna dan arti yang berkaitan dengan kehidupan manusia, yang berkenaan dengan aspek keindahan, kreativitas dan lain sebagainya. Setiap etnis yang berada di Indonesia memiliki seni atau keseniannya masing-masing. Tidak terkecuali etnis Tionghoa yang berada di Tandam Hulu II ini. Masyarakat Tionghoa di daerah ini memiliki beberapa keseniaan yang dapat dipertunjukan, antara lain adalah Tari Naga, Opera tradisional wayang atau disebut Tio Ciu Pan dan Tari Barongsai. Dari ketiga kesenian yang dimiliki masyarakat Tionghoa di Tandam Hulu II, peneliti memilih untuk mendalami tentang kesenian tari Barongsai atau seni pertunjukan Barongsai. Dikarenakan tari Barongsai sering dipertunjukan dan digunakan dalam acara-acara keagamaan seperti Imlek, acara Vihara, acara pernikahan, acara kematian, maupun ulang tahun dewa.

3.8. Hubungan Sosial Etnis Tionghoa Dengan Etnis Lain

Interaksi sosial merupakan kunci dari kehidupan sosial di masyarakat.

Interaksi mengacu pada hubungan antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. Interaksi dapat kita lihat

sebagai tindakan-tindakan yang saling ditujukan oleh dan diantara dua pelaku atau lebih. Dalam penelitian yang saya lakukan, interaksi sosial antar etnis Tionghoa dengan etnis lainnya terbilang kondusif. Jarang sekali terjadi konflik atau perselisihan antar etnis di daerah tersebut. Dikarenakan antara etnis Tionghoa dengan etnis lainnya mempunyai rasa saling menghargai yang sangat kuat, hal inilah yang membuat interaksi sosial di daerah tersebut semakin erat. Contohnya pada saat Vihara mereka merayakan ulang tahun atau lebih tepatnya Dewa mereka berulang tahun. Masyarakat Tionghoa melakukan kegiatan Bakti Sosial (Baksos) yaitu dengan cara membagikan sembako secara gratis kepada masyarakat Tionghoa dan kepada etnis lainnya. Tujuan dari Bakti Sosial ini adalah untuk memperkuat dan mempersatu jalinan antar etnis yang berada di Tandam Hulu II tersebut. Dalam sebuah berinteraksi, biasanya bentuk interaksi di daerah tersebut terjadi ketika etnis lain (misalnya etnis Jawa) membeli barang di toko yang pemiliknya adalah etnis Tionghoa ataupun sebaliknya. Atau terjadi kerja sama antar etnis untuk mengembangkan usaha-usaha maupun bisnis yang sedang dikelola. Di Desa Tandam Hulu II ini,setiap bulannya diadakan kegiatan gotong-royong, semua etnis yang berada di Desa itu ikut serta untuk melaksanakan kegiatan gotong-royong seperti pembersihan parit, atau sekedar membersihkan sesuatu yang dapat mengganggu aktivitas dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat Tionghoa yang tidak berkesempatan untuk membantu masyarakat lainnya, biasanya memberikan uang atau makanan untuk orang-orang yang sedang melakukan kegiatan gotong-royong tersebut. Interaksi sosial antar etnis sangat mudah dijumpai di daerah tersebut, sehingga setiap budaya yang hadir di

masyarakat dapat diterima oleh etnis lain dan dapat berkembang dengan sangat cepat. Dengan demikian, sangat minim sekali kesenjangan sosial antar masayarakat Tionghoa dengan masyarakat lainnya (pribumi).

BAB IV

ARTI DAN MAKNA SENI PERTUNJUKAN BARONGSAI

4.1. Makna Kepala Barongsai

Pembicaraan tentang kepala Barongsai,Barongsai itu sendiri memasukan karakteristik naga yang dapat dilihat pada bentuk badan yang kasar, tanduk dan dahi pada Barongsai. Naga dipercaya orang Tionghoa merupakan hewan yang punya kekuatan terbang ke kahyangan, serta dahi yang besar dan menonjol yang melambangkan tingkat kecerdasan yang tinggi dalam filosofis orang Tionghoa.

Dalam pembuatan tanduk kepala Barongsai, biasanya menggunakan batang bambu. Dalam filosofis masyarakat Tionghoa, bambu diidentikan dengan simbol kekuatan, kesungguhan dan umur yang panjang. Alasan mengapa bangsa Tionghoa menyukai pohon bambu disebabkan karena pohon bambu itu kuat sekali. Karena kuatnya, pohon bambu dijadikan lambang kesungguhan orang Tionghoa. Makna simbolik pada kepala sai juga berkaitan dengan pita merah yang diikatkan pada tanduk barongsai. Pada dahi Barongsai, tepatnya diatas diantara kedua mata barongsai terdapat sebuah piringan cermin yang merupakan simbol cermin pencerah nirwana. Nirwana dalam agama Buddha merupakan tempat tertinggi bagi kaum para Buddha setelah mencapai kesempurnaan dan mendapatkan kebahagiaan abadi di dalamnya. Nilai-nilai religius inilah yang kemudian diadopsi pada karakter Barongsai. Dikaitkan pada barongsai, cermin pencerah dimaksudkan untuk memberi penerangan bagi si Barongsai dan penangkal energi jahat. Hal ini sesuai pula dengan fungsi Barongsai yang biasa

dipertunjukan untuk mengusir aura-aura jahat dari sebuah acara atau tempat yang baru diresmikan.

4.2. Makna Warna Kostum Barongsai

Warna kostum Barongsai memiliki beberapa warna, antara lain adalah Hitam, Merah, Kuning, dan Putih. Barongsai merupakan hewan yang sangat sakral ataupun suci bagi etnis Tionghoa, maka diciptakan/dibuat warna bulu yang berbeda. Sebab warna bulu pada tubuh Barongsai memiliki makna yang sangat dalam bagi etnis tionghoa, sehingga tidak bisa sembarangan (asal-asalan) memakai kostum Barongsai pada suatu perayan tertentu. Ada aturan-aturan yang harus di patuhi yang bertujuan mendapatkan berkah dari para dewa.Beberapa warna bulu Barongsai dan maknanya yaitu sebagai berikut :

a. Hitam

Barongsai yang memiliki bulu berwarna hitam melambangkan makna kesaktian yang luar biasa, sehingga Barongsai berwarna hitam ini ditakuti oleh

Barongsai yang memiliki bulu berwarna hitam melambangkan makna kesaktian yang luar biasa, sehingga Barongsai berwarna hitam ini ditakuti oleh

Dalam dokumen SENI PERTUNJUKAN BARONGSAI (Halaman 69-106)

Dokumen terkait