• Tidak ada hasil yang ditemukan

SENI PERTUNJUKAN BARONGSAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SENI PERTUNJUKAN BARONGSAI"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SENI PERTUNJUKAN BARONGSAI

DI TANDAM HULU II KM 31. KEC. HAMPARAN PERAK, DELI SERDANG, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Departemen Antropologi Sosial

Disusun Oleh : FAUZI ABDULLAH

140905045

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS SENI PERTUNJUKAN BARONGSAI

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Juli 2019 Penulis

Fauzi Abdullah

(5)

ABSTRAK

Seni Pertunjukan Barongsai (Fauzi Abdullah, 2019). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 89 Halaman, 2 Daftar Tabel, 1 Daftar Gambar, 3 Lampiran Foto, 1 Lampiran CD dan 16 DaftarPustaka

Seni pertunjukan Barongsai adalah seni tari masyarakat Tionghoa yang menggunakan kostum/pakaian yang menyerupai seekor singa. Yang dimainkan oleh dua penari, yaitu penari depan sebagai kepala Barongsai dan penari belakang sebagai penari ekor Barongsai. Tarian Barongsai menurut etnis Tionghoa adalah symbol dari keberanian, stabilitas,dan keunggulan. Menurut kepercayaan (etnisTionghoa) tarian Barongsai yang dilakukan dengan diiringi suara keras dapat mengusir roh-roh jahat maupun hantu.

Adapun gerakan dasar dalam seni pertunjukan Barongsai memiliki arti yang berbeda dalam setiap gerakannya. Sehingga para pemain/penari Barongsai harus menjiwai setiap gerakan yang akan hendak dilakukan. Dalam sebuah pertunjukan Barongsai, musik merupakan sesuatu hal yang sangat penting dari pertunjukan tersebut. Maka dari itu peneliti juga mendalami tentang nada-nada dasar yang dimainkan oleh para pemain musik Barongsai. Seni pertunjukan Barongsai mempunyai makna maupun arti untuk masyarakat Tionghoa itu sendiri.

Sehingga pertunjukan Barongsai besar pengaruhnya pada kehidupan mereka (Tionghoa).

KATA KUNCI : Sejarah Perkembangan, Tarian Barongsai, Musik, Makna.

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang tak pernah lelah dan tidur dalam mengurus hamba-hamba-Nya dan atas segala rahmat, hidayah serta kesempatan yang diberikan kepada penulis sehinggga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Seni Pertunjukan Barongsai” sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak lepas dari peran, bantuan dan dorongan yang diberikan berbagai pihak kepada penulis. Oleh karenanya, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda Adi Siswanto dan Ibunda Zuriah yang telah membesarkan saya hingga saya sampai ke perguruan tinggi negeri ini. Terimakasih untuk semua doa, usaha, dan motivasi kalian dalam mewujudkan cita-cita yang mulia ini yaitu menjadi seorang sarjana. Terkhusus untuk ibunda saya Zuriah, terimakasih karena selalu membantu saya dalam menghadapi semua masalah-masalah yang telah saya hadapi. Mulai dari saya kecil hingga saya seperti ini, saya tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan yang ibunda berikan kepada saya. Semoga Allah SWT yang akan memberikan balasan atas semua yang ibunda lakukan. Dan saya ucapkan terima kasih kepada abangda saya Irvan Yuri Azhari yang telah memberikan sedikit rejekinya tiap bulan untuk saya, dan memberikan motivasi- motivasi dalam meraih cita-cita. Yang terakhir untuk adik perempuan saya Dinda

(7)

Ashyfa Rahma, saya ucapkan terima kasih. Semoga Keluarga kita selalu diberi kesehatan dan berada dalam lindungan Allah SWT.

Kemudian saya ucapkan terima kasih untuk Adinda Ummi Kalsum yang selalu berada di samping saya dalam menghadapi setiap masalah yang sedang terjadi. Saya ucapkan terima kasih untuk Adinda Ummi yang begitu setia-nya menjadi kekasih bagi saya. Selalu menjadi seorang wanita yang begitu baik, cantik, perhatian, dan memotivasi saya dalam meraih cita-cita. Kasih sayang adinda Ummi membuat saya semakin semangat dalam mengerjakan skripsi ini, serta sabar dalam menghadapi setiap egoisme dalam diri saya. Serta selalu memberikan canda tawa dan kebahagiaan yang begitu berharga dalam hidup saya.

Saya sadar jika bersama adinda Ummi saya merasa nyaman dan tenang. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Papa Sapri dan Ibu Neni Eliyanti yang telah menjadi orang tua kedua saya ketika berada di Kota Medan dan memberikan rumah singgah yang begitu layak bagi saya, memberikan saya makan, nasehat-nasehat (motivasi). Terima kasih karena saya di ijinkan menjadi bagian keluarga dan masih diberi kesempatan dalam memegang kepercayaan itu.

Semoga kalian selalu dalam lindungan dari Allah SWT.

Terkhusus saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Agustrisno, M.SP yang telah bersedia menjadi Dosen Pembimbing dalam mengerjakan skripsi ini, hingga akhirnya skripsi ini selesai. Dalam membawakan mata kuliah, Bapak Agustrisno adalah seorang Dosen Antropologi yang saya sukai. Karena materi yang disampaikan sangat mudah untuk dipahami. Menjadi anak didik dari Bapak Agustrisno merupakan pengalaman yang luar biasa dan berharga dalam hidup

(8)

saya. Semoga Bapak beserta keluarga selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan dan dalam lindungan Allah SWT. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Lister Berutu, Ma selaku Dosen Penguji dan Bapak Dr. Nurman Ahmad, M.soc. Sc selaku Dosen Ketua Penguji yang telah memberikan ilmunya kepada saya.

Terima kasih Bapak Dr. Fikarwin Zuska, M.Ant sebagai ketua Departemen Antropologi Sosial yang telah menjadikan Mahasiswa Antropologi menjadi lebih baik dari sebelumnya. Yang telah berjuang untuk mendapatkan nilai Akreditasi A. Begitu juga Dosen-dosen Antropologi yaitu Bapak Ermansyah, Bapak Nurman, Bapak Hamdani, Bapak Yance, Bapak Zulkifli, Ibu Nita, Ibu Ryta, Ibu Tcut, dan dosen lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

Yang telah memberikan ilmunya dengan begitu ikhlas sehingga dapat berguna untuk hari sekarang dan massa yang akan datang kelak. Semoga Bapak dan Ibu selalu di beri kesehatan dan dalam lindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kemudian terima kasih saya kepada Kak Nur dan Kak Sri yang telah mempermudah dan membantu saya dalam urusan administrasi, informasi, dan segala hal yang berkaitan dengan perkuliahan saya. Dan saya juga mengucapkan terima kasih untuk staf Departemen maupun Fisip USU yang telah memberikan pengetahun yang baik. Semoga kebaikan kalian semua dib alas oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Untuk seluruh informan yang telah membantu menyelesaikan skripsi saya khususnya bang Awi selaku Informan Inti yang telah memberikan ilmu yang begitu banyak dan bermanfaat kepada saya serta telah memperbolehkan untuk

(9)

melakukan penelitian di tempat tersebut.. Dan semua kawan-kawan dari Barongsai VIPAMA Tandam saya ucapkan terima kasih. Terakhir, teman-teman dekat saya di antropologi social angkatan 2014 yaitu Eka, Luthfi, Damara, Rivai, Jimly, Jimmy, Ello, Juna, Denny, Vero, Evi, Nuridawati, Srianjani, dan teman- teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih. Karena kalian telah menjadi teman yang baik untuk saya, semoga kebaikan kalian semua dibalas oleh Tuhan dan kesuksesan berada dalam genggaman kita.

Akhir kata, tiada kiranya penulis dapat membalasnya, hanya doa serta puji syukur kepada Allah SWT dan semoga karya ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait. Terima kasih. Wassalamu‟alaikum. Wr. Wb.

Medan, Juli 2019 Penulis

Fauzi Abdullah

(10)

RIWAYAT HIDUP

Fauzi Abdullah, lahir pada tanggal 27 Oktober 1996 di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Penulis merupakan anak dari pasangan AdiSiswanto dan Zuriah dan merupak anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikannya pada tahun 2002 di Sekolah Dasar (SD) Negeri 050585 Kabupaten Langkat dan selesai pada tahun 2008. Kemudian, melanjutkan pendidikan Sekolah Menegah Pertama di SMP N 10 Binjai dan selesai pada tahun 2011. Dan pada tahun 2014 telah menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Binjai. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi Negeri di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2014. Selama saya menjalani pendidikan Antropologi Sosial di Universitas Sumatera Utara.Saya mengikuti beberapa seminar di dalam maupun di luar

(11)

kampus. Yang sangat berguna untuk menambah wawasan maupun pengetahuan dalam perjalanan hidupsaya. Dan selama saya kuliah, saya bekerja sebagai mitra Grab Bike Kota Medan. Guna mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh kedua orang tua saya.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya berupa kesehatan, kesempatan serta kesabaran sehingga Penulis dapat menyelesaikan sebuah skripsi dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan yang di hadapi, hal ini karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan menulis kepustakaan dan materi penulisan. Namun berkat pertolongan Tuhan yang Maha Esa yang memberikan kesehatan, kesabaran, dan kekuatan sehingga kesulitan tersebutdapatdihadapi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “Seni Pertunjukan Barongsai”.

Penelitian ini menjelaskan tentang Seni Pertunjukan Barongsai dan bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang bagaimana sejarah perkembangan Barongsai, apa itu Tari Barongsai, bagaimana struktur gerak Tari Barongsai, apa makna/arti dari setiap gerakan Tari Barongsai, bagaimana nada- nada musik dalam pertunjukan Barongsai, dan makna/arti seni pertunjukan Barongsai. Penulis menyadari menyadari bahwa skripsi ini masih penuh dengan kesalahan dan kekurangan, sehingga masih banyak lagi yang harus diperbaiki.

Dalam hal ini penulis menerima kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun, sehingga dapat menjadi sebuah skripsi yang baik dan dapat dipergunakan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.

(13)

Akhir kata penulis ucapkan sekali lagi terima kasih kepada semua pihak yang membantu penuli dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Juli 2019

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Lokasi Penelitian ... 4

1.5. Kajian Pustaka ... 5

1.6. Metode Penelitian... 10

1.7. Pengalaman Penelitian ... 11

BAB II. BARONGSAI SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN ... 14

2.1. Sejarah Perkembangan Barongsai Di Tandam Hulu II ... 14

2.2. Kepercayaan Sehubungan Dengan Seni Pertunjukan Barongsai ... 15

2.3. Pertunjukan Barongsai Di Minimarket Alfa Midi Medan ... 16

2.4. Pertunjukan Barongsai ... 20

2.4.1. Teknik Pertunjukan ... 20

2.4.1.1. Struktur Pertunjukan Barongsai ... 21

2.4.1.2. Alur Cerita ... 23

2.5. Bentuk Pertunjukan ... 24

2.5.1. Musik Barongsai ... 24

2.5.2. Jenis Tarian Barongsai ... 26

2.5.2.1. Singa Utara ... 26

2.5.2.2. Singa Selatan ... 27

2.5.3 Gerakan Dasar Tari Barongsai Aliran Hok San ... 27

2.6. Tata Pentas ... 49

2.6.1. Kostum Barongsai ... 50

2.6.2. Alat-alat Musik Barongsai ... 51

2.6.3. Properti ... 52

2.7. Organisasi Barongsai Vihara Pahala Meitreya ... 53

2.7.1. Pimpinan ... 53

2.7.2. Anggota ... 54

2.7.3. Personil Barongsai ... 55

2.7.4. Kelas-kelas Upah ... 56

(15)

BAB III. MASYARAKAT TIONGHOA DI TANDAM HULU II ... 59

3.1. Etnis Tionghoa ... 59

3.2. Sejarah Etnis Tionghoa ... 59

3.3. Desa Tandam Hulu II ... 61

3.4. Sarana Dan Prasarana ... 62

3.4.1. Sarana Transportasi ... 62

3.4.2. Sarana Kesehatan ... 63

3.4.3. Sarana Ibadah ... 63

3.5. Sistem Mata Pencaharian ... 64

3.6. Agama ... 64

3.7. Kesenian ... 65

3.8. Hubungan Sosial Etnis Tionghoa Dengan Etnis Lain ... 65

BAB IV ARTI DAN MAKNA SENI PERTUNJUKAN BARONGSAI ... 68

4.1. Makna Kepala Barongsai ... 68

4.2. Makna Warna Kostum Barongsai ... 69

4.3. Makna Musik Barongsai ... 71

4.4. Filosofi Yin Dan Yang ... 71

4.5. Seni Pertunjukan Barongsai Dimaknai Oleh Pemain Barongsai ... 72

4.6. Seni Pertunjukan Barongsai Dimaknai Oleh Masyarakat Tionghoa... 72

4.7. Seni Pertunjukan Barongsai Dimaknai Oleh Penonton ... 74

BAB V PENUTUP ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

LAMPIRAN ... 80

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.6. Nama Informan Yang di Wawancarai ... 11 Tabel 2.5.3. Tarian Wajib ... 48 Tabel 2.7.2. Daftar Nama Anggota Barongsai Vihara Pahala Meitreya ... 54

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.7. Struktur Organisasi Barongsai Vihara Pahala Meitreya ... 53

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seni pertunjukan Barongsai saat ini tidak asing lagi bagi masyarakat Tionghoa di Tandam Hulu II dan sekitarnya, bahkan telah menjadi pertunjukan yang akrab dengan masyarakat. Kemahiran para pemain dalam menggerakan tari Barongsai yang unik, menjadi salah satu daya tarik masyarakat untuk menontonnya. Pertunjukan Barongsai merupakan salah satu keunikan nilai-nilai warisan budaya yang hadir di masyarakat Tandam Hulu II. Barongsai merupakan tarian yang menggunakan topeng yang menyerupai singa dan menggunakan kain panjang yang mewujudkan tubuh singa sekaligus untuk menutupi tubuh penarinya. Secara keseluruhan Barongsai merupakan perumpamaan dari seekor hewan singa. Barongsai ditarikan oleh 2 orang penari. Penari depan dengan penari belakang harus bermain secara bersamaan dan harus melakukan kerjasama yang baik. Selama pertunjukan Barongsai terkadang tidak hanya berjalan saja namun juga menampilkan atraksi-atraksi yang memukau dihadapan para penonton.

Perkumpulan Barongsai Tandam Hulu II melakukan latihan di sebuah gedung Jalan A. Kadir/Pasar V Tionghoa Tandam Hulu II KM 31, yang berada di depan Vihara Budhi Dharma (Thien Bu Keng) Sam Ciong Kun. Jumlah anggotanya kira-kira lebih kurang 20 orang, karena perkumpulan Barongsai Tandam Hulu II bersifat umum tanpa membedakan ras ataupun agama. Barongsai Tandam dan sekitarnya mengadopsi tarian Singa Selatan, dan menggunakan aliran Hok San dalam setiap gerakan tari yang di pertunjukan di depan penonton yang

(19)

melihat mereka (Barongsai). Pelatihan ini berisikan anggota junior, senior dan pelatih. Pada saat pelatihan para junior dilatih gerakan-gerakan dasar tari Barongsai (aliran Hoksan) karena gerakan tersebut merupakan gerakan paling dasar dari gerakan Barongsai.

Tandam Hulu II adalah daerah yang di dalamnya terdapat berbagai macam etnis dengan rasa saling menghargai yang tinggi antar masyarakat, sehingga menjadi kondisi yang kondusif bagi perkembangan pertunjukan Barongsai di daerah itu. Dalam Jurnal Makna Simbolik Seni Pertujukan Barongasi Dalam Kebudayaan Tionghoa di Kota Pekanbaru Wibowo mengartikan Barongsai atau disebut juga bu lang say (menurut lafal Hokkian) merupakan seni pertunjukan berbentuk tarian yang yang biasanya dimainkan oleh dua orang dengan menggunakan kostum menyerupai singa disertai musik yang mengiringinya (Ridna, 2015). Barongsai yang dikenal dengan Wu Shi atau Shi Wu merupakan tarian singa. Dalam tradisi Cina, Barongsai dikenal sebagai olah gerak yang terpusat pada tubuh dimainkan dua orang berkostum singa yang instrumen musik dalam penampilannya. Istilah Barongsai merupakan gabungan dari kata barong dari bahasa Jawa yang berarti lompat, dan sai dari bahasa Cina dialek Hokkian yang berarti Singa. Dengan demikian Barongsai dimaknai sebagai binatang singa yang melompat-lompat. Pendapat lain menyatakan, Barongsai berasal dari bahasa mandarin Bulangsai (bu = tari, lang = orang dan sai = singa) atau orang yang menarikan gerakan singa, sehingga orang itu mirip seperti singa sebenarnya (Choirul Arif, 2015).

(20)

Pertunjukan Barongsai ini dimainkan oleh seorang penari yang memegang kepala singa yang terbuat dari rangka bambu atau rotan, berhias pernak-pernik menarik dan seorang lain memegang ekor singa yang terbuat dari sutera.

Pertunjukan ini bisa pula dilengkapi dengan dua orang yang berkelakuan sebagai rahib pelawak yang memegang kipas dan bermain-main dengan singa. Dalam perayaan Imlek atau Cap Go Meh Barongsai menari-nari secara akrobatik, mendatangi rumah-rumah atau kantor-kantor sebagai lambang rezeki dan berkah serta mengusir pergi pengaruh jahat. Untuk memandu singa menari, pemain musik memainkan tambur, simbal dan gembreng disertai bunyi petasan. Bunyi-bunyian yang mengiringi Barongsai menari dimaknai sebagai dukungan mengusir roh jahat. Seni pertunjukan Barongsai ini akan berakhir bila Singa memperoleh chai- ching, yang terdiri dari angpau (sampul merah berisi uang) dan sayur-sayuran (biasanya selada hijau) yang diikat pada bagian atas tiang dengan seutas benang merah (Choirul Arif, 2015:4).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari penjelasan di latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok permasalahan penelitian adalah “Barongsai”. Dengan demikian diperlukan adanya perumusan masalah supaya peneliti dapat terfokus serta terarah. Maka untuk mempermudah dalam penelitian ini, peneliti melakukan perumusan masalah. Perumusan tersebut difokuskan pada tiga permasalahan, yaitu

1. Bagaimana sejarah perkembangan seni pertunjukan Barongsai ? 2. Apa arti dan makna dari seni pertunjukan Barongsai ?

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tentang seni pertunjukan Barongsai yang selama ini masih banyak masyarakat yang melihat tarian Barongsai hanya dari luarnya saja. Yang secara tidak kita sadari bahwa gerakan tari Barongsai sangatlah unik dan mempunyai arti di setiap gerakan yang di lakukan oleh para penari Barongsai. Seni pertunjukan Barongsai adalah salah satu cara masyarakat etnis tionghoa untuk tetap dapat melestarikan warisan budaya dari leluhur, sehingga warisan tersebut tidak hilang bersama perkembangan zaman. Maka dari itu mereka (etnis tionghoa) membuat suatu pertunjukan pada acara tertentu (Imlek) agar masyarakat yang menonton pertunjukan Barongsai mengetahui akan warisan budaya tersebut. Dan juga hasil penelitian ini yang nantinya sangat diharapkan oleh peneliti agar dapat bermanfaat baik secara praktis maupun akademis. Secara praktis, penelitian ini dapat memberi masukan kepada mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Secara Akademis, dapat menambah kepustakaan dibidang antropologi ataupun ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan penelitian ini.

1.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Jalan A. Kadir/Pasar V Tionghoa Tandam Hulu II KM 31, Kec. Hamparan Perak, Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara Lebih spesifiknya penelitian ini di lakukan di perkumpulan Barongsai Vihara Pahala Meitreya (VIPAMA) Tandam Hulu II. Hal ini didasari karena perkumpulan Barongsai ini adalah yang terbesar dan aktif di Tandam Hulu II dan

(22)

sekitarnya. Sebenarnya ada dua tim Barongsai di luar Tim Barongsai VIPAMA Tandam, yaitu tim Barongsai Vihara Etika Dharma dan tim Barongsai Vihara Moggallana. Akan tetapi, kedua tim Barongsai tersebut sudah lama tidak aktif.

Dikarenakan pengurus atau pelatih Barongsai tersebut tidak bersungguh-sungguh dalam mengurus tim Barongsai yang sedang ia pegang, sehingga para personil Barongsai tersebut pada bubar. Maka dari itu, peneliti memilih tim Barongsai VIPAMA Tandam. Selain aktif dan terbesar di Tandam Hulu II, perkumpulan Barongsai VIPAMA ini sering sekali mengikuti event-event seni pertunjukan Barongsai dalam tingkat nasional maupun tingkat internasional. Hal inilah yang kemudian menjadikan perkumpulan Barongsai tersebut sebagai lokasi penelitian bagi peneliti.

1.5. Kajian Pustaka

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan suatu sistem gagasan, tindakan, serta hasil karya manusia dalam kehidupan. Kebudayan juga dijadikan milik diri tiap manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144). Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan budaya sebagai suatu pemikiran, adat istiadat, dan akal budi. Sedangkan turunan kata budaya yakni kebudayaan memiliki arti cara berpikir, bertindak manusia (ibnudin.net). Ada tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (2009: 150- 151). Pertama wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam

(23)

masyarakat. Ketiga adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Yang berkaitan dengan Pertunjukkan Tari Barongsai ada 2 wujud, yaitu : 1. Wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma.

2. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama berbentuk abstrak, sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan. Wujud ini terdapat di dalam pikiran masyarakat. Ide atau gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat. Gagasan itu selalu berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara setiap gagasan ini disebut sistem. Koentjaraningrat mengemukaan bahwa kata

„adat‟ dalam bahasa Indonesia adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan wujud kebudayaan pertama yang berupa ide atau gagasan ini. Sedangkan untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat istiadat. Kemudian wujud ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik. Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat.

Menurut Koentjaraningrat (2009:165), unsur-unsur kebudayaan universal berjumlah tujuh buah. Yaitu bahasa, sistem pengetahuan, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, sitem peralatan hidup dan teknologi, sistem religi, sistem mata pencaharian hidup ,dan kesenian. Dan unsur yang berkaitan dengan Seni Pertunjukan Barongsai ada 1 buah, yaitu Kesenian. Menurut Koentjaraningrat, Kesenian diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap keindahan. Sedangkan bentuk keindahan yang berenakaragam itu muncul dari imajinasi kreatif

(24)

manusia.Selain itu, tentunya juga dapat memberikan kepuasan batin bagi manusia.

Ada banyak kesenian yang umumnya dihasilkan oleh suatu komunitas masyarakat misalnya kerajinan batok kelapa, pahat, dan masih banyak lainnya. Dan kesenian di bagi atas tiga kelompok yaitu seni suara, seni rupa dan seni tari (ibnudin.net).

Menurut Edi Sedyawati (2006), menjelaskan bahwa jejak-jejak seni pertunjukan Indonesia mulai ditemukan pada zaman prasejarah akhir, terutama pada zaman Perunggu – Besi. Buktinya adalah ditemukannya beberapa logam hasil zaman itu berisi sejumlah penggambaran mengenai orang-orang menari dengan mengenakan hiasan kepala dengan bulu-bulu panjang serta topeng. Hal ini diperkuat oleh lukisan-lukisan zaman ini yang banyak menggambarkan orang menari. Seni pertunjukan Indonesia mengalami perkembangan pada masa Hindu- Budha. Sumber-sumber tertulis menunjukkan bahwa relief-relief candi menunjukkan dengan jelas adegan orang menari. Berbagai karya sastra pada masa ini juga memperkuat berkembangnya seni pertunjukan pada masa ini (jagadedukasi.blogspot.co.id).

Fungsi seni pertunjukan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sesuai dengan budaya yang menjadi latar belakangnya. Hasil pengamatan terhadap sejarah perjalanannya, seni pertunjukan menurut Edi Sedyawati (2006) setidaknya memiliki fungsi:

a. Fungsi religius.

b. Fungsi edukatif.

c. Fungsi peneguhan integrasi sosial.

d. Fungsi hiburan.

(25)

e. Fungsi mata pencaharian (jagadedukasi.blogspot.co.id

Barongsai adalah tari tradisional Cina dengan menggunakan kostum yang menyerupai singa. Menurut kepercayaan tradisional masyarakat Tiongkok, singa adalah simbol dari keberanian, stabilitas, dan keunggulan. Konon, tarian Barongsai yang dilakukan dengan diiringi suara keras dapat mengusir roh-roh jahat, hantu dan Nian (monster). Seni Pertunjukan Barongsai juga memiliki makna untuk mengusir segala hal-hal buruk yang akan terjadi. Selain itu, Masyarakat Tionghoa juga percaya, tarian singa Barongsai adalah pertunjukan yang membawa keberuntungan. Oleh sebab itu, pertunjukan Barongsai biasa diadakan pada berbagai acara penting, seperti diantaranya pembukaan restoran, pendirian klenteng, dan pada Tahun Baru Imlek. Seni Pertunjukan Barongsai termasuk kedalam Kesenian yang di fokuskan pada seni tari, karena di dalam seni tari terdapat beberapa unsur tari di antaranya adalah gerak, tenaga, ritme, dan ruang. Unsur-unsur tari tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain, sehingga untuk melakukan tari Barongsai diperlukan unsur-unsur tari yang berguna untuk menyempurnakan tarian Barongsai tesebut. Agar dapat menujukan keindahan seni tari mereka (Barongsai) di depan para penonton yang melihatnya.

Yoi Cin (yoicin.blogspot.co.id) menjelaskan komponen tari adalah sebagaiberikut :

(a) Gerak

Gerak merupakan medium utama dalam tari, karena gerak merupakan bahan baku atau subtansi dasar dari tari. Ide gagasan bermula dari gerak keseharian, bermain, olah raga, dan sebagainya kemudian diolah kedalam bentuk

(26)

stilasi dan distorsi. Lalu dikomposisikan dan disusun berdasarkan kebutuhan ungkapan tarian sehingga menjadi satu komposisi atau koreografi.

Terdapat dua jenis gerak tari yaitu gerak maknai adalah gerak yang memiliki arti, dan gerak murni gerak tari yang tidak memiliki arti khusus dimana ungkapan gerak seutuhnya untuk keindahan gerak semata. Wiraga yaitu kemampuan penari dalam melakukan/menarikan gerak dengan benar dan baik.

(b) Tenaga

Tenaga dalam tarian terdiri dari tenaga kuat dan tenaga lembut, keduanya digunakan untuk mengawali, mengendalikan dan menghentikan gerak juga untuk membedakan adanya gerak yang bervariasi. Baik tenaga kuat maupun tenaga lembut keduanya dalam tari digunakan sesuai dengan kebutuhan ungkapan tarian seperti karakter, tema dan yang lainnya. Oleh karena itu melalui unsur tenaga dapat membedakan jenis tarian yang satu dengan lainnya.

(c) Ritme / Irama

Ritme / irama adalah gerakan lambat, sedang dan cepat dalam tarian, setiap tarian dibawakan dengan ritme yang bervariasi sehingga tampak lebih menarik. Wirahma yaitu kemampuan penari dalam melakukan penghayatan secara musikal.

(d) Ruang

Pengertian ruang dalam tari adalah tempat yang digunakan untuk kebutuhan gerak. Gerak yang dilakukan dalam ruang dapat dibedakan menjadi dua ; (1) ruang sebagai tempat pentas dapat berupa arena, panggung proscenium, atau tempat pertunjukan lainnya. (2) ruang diciptakan oleh penari ketika

(27)

membawakan tarian. Ketika penari menarikan gerak burung ruang yang digunakan akan lebih luas dibanding ketika penari menarikan gerak semut. .

Seni pertunjukan merupakan sebuah tontonan yang memiliki nilai seni dimana tontonan tersebut disajikan sebagai pertunjukan di depan penonton.

Murgiyanto juga mengatakan bahwa kajian pertunjukan adalah sebuah disiplin baru yang mempertemukan ilmu-ilmu seni (musikologi, kajian tari, kajian teater) di satu titik dan antropologi di titik lain dalam satu kajian inter-disiplin. Seni pertunjukan juga sebuah rumpun seni yang berfungsi sebagai sarana ritual, hiburan pribadi, dan presentasi estetis yang mengajarkan bagaimana selayaknya manusia berprilaku sosial (ilmuseni.com).

1.6. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu mengumpulkan informasi dengan cara wawancara mendalam. Adapun orang yang saya wawancarai adalah 1 orang pelatih sekaligus pengurus Barongsai, lalu 8 orang personil aktif dalam tim Barongsai, 3 orang penonton Barongsai dan yang terakhir 3 orang etnis tionghoa. Dengan demikian, jumlah orang yang saya wawancarai adalah 15 orang. Adapun nama dari orang yang di wawancarai adalah sebagai berikut :

(28)

Tabel 1.6.

Nama Informan Yang di Wawancarai No Pelatih/Pengurus

Barongsai

Personil Barongsai

Penonton Barongsai

Masyarakat Tionghoa

1 Candra (Awi) Their Toni Aan

2 Asen Bayu Melly

3 David Rika Jiao

4 Aliong

5 Acun

6 Kevin

7 Sagna

8 Salim

Peneliti juga mengambil beberapa foto dilapangan untuk dapat menjelaskan tentang Barongai tersebut. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dan menyeluruh, peneliti juga menggunakan sumber- sumber tertulis lainnya berupa buku, jurnal, maupun skripsi yang berkaitan dengan Barongsai.

1.7. Pengalaman Penelitian

Sebelum saya melakukan penelitian di Tandam Hulu II, saya mencari-cari lokasi penelitian terlebih dahulu di Kota Binjai. Dan pada akhirnya saya menemukan grup Barongsai terbesar di Kota Binjai. Kemudian saya mencari informasi di sosial media untuk mendapatkan kontak (nomor handphone) yang berhubungan dengan grup tersebut. Setelah mendapatkan kontak tersebut, kemudian saya mencoba menghubungi orang itu.Lalu orang yang saya hubungi berkata kalau grup yang saya maksud sedang tidak melakukan latihan Barongsai selama hampir dua bulan. Dengan demikian, saya berinisiatif untuk mencari

(29)

kembali grup-grup Barongsai yang dapat saya jadikan sebagai lokasi penelitian saya. Satu minggu kemudian saya mendapatkan lokasi penelitian yang tepat untuk saya, dan tidak terlalu jauh dari rumah saya. Saya mendapati grup Barongsai terbesar di Tandam Hulu II dan saya telah mempunyai kontak dari pengurus Barongsai di Tandam Hulu II tersebut. Setelah saya hubungi, pengurus Barongsai di Tandam Hulu II itu memperbolehkan saya untuk melakukan penelitian di tempat tersebut. Pengurus Barongsai di Tandam Hulu II bernama chandra, atau sering kami sapa dengan panggilan Bang Awi.

Bang Awi ini adalah mantan dari pemain Barongsai terbesar di Kota Binjai, sehingga ia tahu segala hal yang berhubungan dengan Barongsai. Bang Awi mengatakan bahwa grup Barongsai terbesar di Kota Binjai Resmi di tutup pada bulan Mei tahun 2018, karena telah terbukti seluruh pemain Barongsai di grup tersebut positif mengkonsumsi Narkoba. Saya memulai penelitian di Tandam Hulu II pada tanggal 22 Juni 2018 sampai pada tanggal 8 Juli 2018.Penelitian di lokasi tersebut saya lakukan pada malam hari mulai pukul 7 malam hingga 9 malam, dari hari senin sampai hari jum‟at. Alasannya karena pada siang hari para pemain baik itu penari Barongsai ataupun pemain musik Barongsai sedang bersekolah. Mengingat bahwa pemain Barongsai di Tandam Hulu II masih berstatus pelajar SMA dan SMP. Namun sangat disayangkan, hanya ada 3 kali latihan dalam seminggu dikarenakan lokasi Tandam Hulu II sering diguyur hujan pada malam hari, sehingga latihan di grup Barongsai tersebut sering tertunda.

Kendala yang saya hadapi pada saat melakukan penelitian adalah sulitnya mengerti bahasa yang mereka ucapkan. Karena para pemain Barongsai mayoritas

(30)

etnis Tionghoa, namun ada 3 atau 4 orang yang diluar etnis Tionghoa (etnis Jawa).

Bang Awi selaku pengurus, pemimpin, dan pelatih di grup Barongsai Tandam Hulu II selalu menjelaskan segala hal yang berhubungan dengan Barongsai menggunakan Bahasa Indonesia. Hal tersebut itulah yang mempermudah saya dalam melakukan penelitian ini.Sehingga kendala saya yang tidak bisa berbahasa Tionghoa dapat teratasi.

(31)

BAB II

BARONGSAI SEBAGAI SENI PERTUNJUKAN DI TANDAM HULU II

2.1. Sejarah Perkembangan Seni Pertunjukan Barongsai Di Tandam Hulu II Tim Barongsai Vihara Pahala Meitreya (VIPAMA) adalah tim Barongsai yang pertama kali hadir di Tandam Hulu II dan sekitarnya. Tim Barongsai Vihara Pahala Meitreya terbentuk pada tanggal 21 Juni 2009 dan pelatih serta pengurus dari tim Barongsai VIPAMA ini adalah Candra atau dipanggil Awi. Lokasi keberadaan tim Barongsai ini berada di pasar 7 Tionghoa, tepatnya di Vihara Pahala Meitreya. Selama lebih kurang dua tahun tim Barongsai VIPAMA hadir di hadapan masyarakat Tandam Hulu II, terbentuklah dua tim Barongsai yang mengikuti jejak dari Barongsai VIPAMA ini. Kedua tim Barongsai tersebut adalah Barongsai Vihara Etika Dharma dan Barongsai Vihara Mogglallana. Akan tetapi kedua tim tersebut tidak bertahan lama dan akhirnya bubar, kira-kira hanya 3 tahun saja tim Barongsai tersebut aktif. Biasanya tim Barongsai bubar dikarenakan pengurus ataupun pelatih dari Barongsai tersebut tidak fokus dalam mengurus tim Barongsai yang sedang ia jalankan. Maka dari itu , hanya ada satu tim Barongsai yang masih aktif yaitu tim Barongsai VIPAMA Tandam Hulu II.

Pada Tahun 2014 Tim Barongsai VIPAMA pindah ke pasar 5 Tionghoa Tandam Hulu II, tepatnya di Vihara Budhi Dharma. Tim Barongsai tersebut berpindah tempat karena lokasi untuk latihan Barongsai yang berada di pasar 7 Tionghoa terlalu kecil. Ditambah lagi jumlah personil Barongsai yang terus meningkat tiap tahunnya dan peralatan Barongsai yang semakin banyak untuk mendukung sebuah pertunjukan seni Barongsai. Walaupun tim Barongsai Vihara

(32)

Pahala Meitreya berpindah tempat ke Vihara Budhi Dharma, namun nama dari tim Barongsai VIPAMA tidak berubah sedikitpun. Hingga sekarang (2019) tim Barongsai VIPAMA masih aktif dalam berbagai event-event atau acara keagamaan Tionghoa dan semakin dikenal oleh masyarakat diluar masyarakat Tandam Hulu II. Seperti masyarakat Kota Binjai, masyarakat Kota Stabat, Masyarakar Kota Medan, Masyarakat Tebing Tinggi dan masyarakat luas lainnya.

2.2. Kepercayaan Sehubungan Dengan Seni Pertunjukan Barongsai

Dalam sebuah buku yang berjudul “Teater Lenong Betawi” yang ditulis oleh Ninuk Kleden, menjelaskan bahwa orang Betawi khususnya komunitas teater lenong banyak melakukan upacara sehubungan dengan kepercayaan terhadap adanya roh-roh ini. Dalam upacara yang berhubungan dengan roh banyak digunakan sajian yang dipersembahkan misalnya, supaya mereka tidak marah karena tempat mereka tinggal akan rebut atau berisik oleh pertunjukan supaya roh mau membantu dan tidak mengganggu (Ninuk Kleden, 1996:127).

Dalam sebuah pertunjukan Barongsai, ada 2 (dua) sudut pandang yang melihat kepercayaan sehubungan dengan seni pertunjukan Barongsai. Pertama, kepercayaan yang muncul dari para pemain seni pertunjukan itu sendiri. Dan kedua, kepercayaan penyelenggara acara sehubungan dengan seni pertunjukan Barongsai tersebut. Para pemain seni pertunjukan Barongsai percaya bahwa peralatan Barongsai dikuasai oleh penunggu yang mempunyai kekuatan ghaib.

Peralatan tersebut berperilaku dan diperlakukan sebagaimana layaknya manusia, hanya saja para penunggu itu tidak dapat dipandang oleh mata. Alat musik dalam

(33)

peralatan seni pertunjukan Barongsai yaitu tambur, simbal, dan tung/ling yang dianggap mempunyai kekuasaan yang kuat. Para penunggu itu layaknya seperti manusia. Secara tidak langsung para penunggu peralatan Barongsai dapat menentukan keberhasilan suatu perkumpulan, misalnya dengan menarik penonton atau membantu mengumandangkan suara keras dari peralatan musik tersebut. Para penunggu peralatan musik Barongsai ini dapat menjalankan tugasnya dengan baik asalkan tidak dikecewakan atau marah oleh pemainnya. Untuk menjaga perasaan para penunggu atau membuatnya senang, pemain member suguhan atau sajian.

Suguhan atau sajian yang diberikan para penunggu peralatan Barongsai diletakkan dalam sebuah wadah yang berisikan beberapa buah dan kue.

Seperti halnya dengan pemain Barongsai, penyelenggara acara menyediakan 2 (dua) Suguhan atau sajian. Pertama, sajian yang ditujukan untuk roh yang tinggal disekitar tempat pertunjukan dan dianggap sebagai penjaga daerah tersebut. Sajian untuk para roh diletakkan di depan rumah penyelenggara acara. Sajian ini dimaksud untuk menyenangkan roh dan juga sebagai permintaan ijin yang mengharap suapaya roh tidak marah maupun tertanggu meskipun tempat itu akan dikunjungi banyak orang dan rebut oleh pertunjukan. Bentuk sajian kedua yang disediakan oleh penyelenggara acara ditujukan bagi para pemain Barongsai yang di letakkan di atas meja.

2.3. Pertunjukan Barongsai di Minimarket Alfa Midi Medan

Tanggal 09 Desember 2018, tim Barongsai Vihara Pahala Meitreya (VIPAMA) Tandam Hulu II mendapatkan job atau tawaran untuk melakukan

(34)

pertunjukan Barongsai dalam acara opening usaha minimarket di Kota Medan pada tanggal 12 Desember 2018. Bang Awi selaku menager dari tim Barongsai VIPAMA menerima tawaran dari pihak yang mengundang tersebut. Dengan itu Bang Awi mengumpulkan semua para personil Barongsai, guna memberitahukan bahwa akan dilaksanakan pertunjukan Barongsai di minimarket tersebut. Dari 20 personil Barongsai yang ada, maka di pilihlah 8 personil yang akan ikut untuk menampilkan pertunjukan Barongsai di tempat tersebut. 6 personil dipilih berdasarkan kerajinan dan minat dalam berlatih Barongsai, sedangkan 2 personil lagi adalah kemauan personil itu sendiri. Setelah dibentuk personil Barongsai untuk acara opening tersebut, sekarang waktunya mereka (personil) untuk berlatih tarian Barongsai untuk menyempurnakan gerakan-gerakan dasar para personil tersebut. Dalam sebuah acara opening usaha, Barongsai hanya menampilkan 7 sampai 9 gerakan dasar saja. Tanggal 11 Desember 2018 tepatnya sekitar pukul 9 malam, 8 personil Barongsai yang besok akan menampilkan pertunjukan Barongsai melakukan sembayang kepada langit atau disebut sembayang langsung ke Tuhan. Tujuannya adalah untuk diberikan keselamatan, selalu diberkati, diberi kesehatan, dan hal-hal yang baik. Namun bukan hanya personil saja yang sembayang, kostum Barongsai yang akan dipakai untuk esok hari, alat-alat musik, dan pakaian personil juga disembayangkan.

Barongsai yang akan dipakai untuk esok hari yaitu 2 ekor Barongsai, berwarna merah dan kuning yang melambangkan murah rejeki dan kemakmuran bagi pembuka usaha tersebut. Setelah siap sembayang, para personil Barongsai memasukan dan menyusun semua barang-barang yang akan digunakan untuk esok

(35)

hari ke dalam mobil pick up atau mobil bak terbuka. Pada esok harinya kira-kira pukul 7 pagi sebelum berangkat ke lokasi minimarket tersebut, Bang Awi membagikan pakaian untuk personil pakai dalam acara opening usaha itu. Pukul 08:30 tim Barongsai Vihara Pahala Meitreya berangkat dari lokasi latihan yang berada di Tandam Hulu II menggunakan 2 mobil. Satu mobil berisikan personil Barongsai dan satu lagi berisikan Peralatan Barongsai. Selama perjalanan ke Kota Medan tepatnya di jalan Gajah Mada, para personil dan Bang Awi melakukan pembicaraan-pembicaraan ringan. Seperti tentang klub sepak bola, teman mereka, ataupun tentang tempat-tempat wisata. Sesampainya di lokasi tersebut kira-kira pukul 10, semua personil turun dan menurunkan semua peralatan-peralatan Barongsai yang dibawa. Dan saya sebagai peneliti ikut membantu mereka agar pekerjaan mereka (personil) lebih ringan dan cepat selesai. Kemudian setelah semua peralatan tersusun rapih sesuai tempatnya, para personil Barongsai beserta Bang Awi melakukan sembayang kembali seperti tadi malam yang mereka lakukan di lokasi latihan mereka.

Dalam acara opening ini, pertunjukan Barongsai berlangsung selama kurang lebih 10 menit saja dengan memakai 9 gerakan dasar tari Barongsai.

Setelah semua personil Barongsai siap dan berada di posisinya masing-masing, maka pertunjukan Barongsai dimulai. Namun untuk menarik penonton, pemain musik memainkan nada-nada dasar guna menarik orang-orang yang berada di jalan untuk melihat pertunjukan Barongsai. Melihat kerumunan orang yang tidak sabar melihat pertunjukan Barongsai, maka pengundang mempersilahkan tim Barongsai Vihara pahala Meitreya (VIPAMA) untuk melakukan pertunjukannya.

(36)

Tambur dipukul pertanda show dimulai, Barongsai berdiri mengelilingi tempat tersebut. Lalu satu demi satu gerakan dasar tari Barongsai dilakukan, terdengar alunan-alunan musik yang begitu keras membuat pertunjukan Barongsai tersebut semakin menarik. Terlihat juga para penonton bertepuk tangan, ada yang mengambil video, foto, dan beberapa penonton wanita yang takut dan memilih mundur untuk melihat pertunjukan Barongsai. Pertunjukan Barongsai hampir selesai, dan di akhir pertunjukan Barongsai pengundang memasukan amplop atau angpau ke dalam mulut Barongsai yang berwarna merah. Dengan demikian, Barongsai melakukan gerakan berdiri mengelilingi tempat itu untuk berpamitan kepada pemberi derma (angpau) dan kepada para penonton. Setelah pertunjukan Barongsai selesai, semua personil Barongsai melakukan sembayang kembali untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan. Lalu berpamitan kepada pengudang yang kemudian saling berjabat tangan antara Bang Awi dan pengundang. Kemudian semua personil menyusun kembali semua peralatan ke dalam mobil, dan berkemas untuk pulang ke lokasi latihan. Dalam perjalanan pulang ke Tandam, suasana dimobil lebih kondusif dari pada perjalanan pergi tadi.

Terlihat jelas wajah kelelahan mereka, hingga mereka memilih untuk tidur atau bermain handphone. Sesampainya di lokasi latihan, para personil turun beserta peralatan Barongsai yang dibawa. Kemudian para personil tersebut menyusun kembali semua peralatan sesuai tempatnya, setelah disusun kembali para personil diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing.

(37)

2.4. Pertunjukan Barongsai

Pembicaraan mengenai Barongsai sebagai seni pertunjukan, dapat terbagi atas empat bagian yaitu adalah sebagai berikut :

1. Teknik pertunjukan, yang mencakup tentang struktur pertunjukan dan alur cerita dalam sebuah pertunjukan Barongsai.

2. Bentuk pertunjukan, yang mencakup dua hal seperti musik pengiring Barongsai, jenis tarian dan gerak tari tersebut.

3. Tata pentas, pembicaraan tentang tata pentas dapat dibagi kedalam pembahasan mengenai kostum Barongsai, peralatan musik pengiring pertunjukan dan properti untuk mendukung sebuah pertunjukan Barongsai.

4. Dan bagian terakhir adalah tentang bagaimana organisasi perkumpulan atau tim Barongsai ini.

2.4.1. Teknik Pertunjukan

Seni pertunjukan Barongsai seperti seni pertunjukan pada umumnya, yang dapat diselenggarakan karena adanya sistem maupun tahapan tertentu untuk mengatur jalannya sebuah pertunjukan tersebut. Tanpa adanya teknik pertunjukan tidaklah suatu pertunjukan dapat berjalan dengan baik, dikarenakan tidak terstrukturnya suatu pertunjukan akan mempengaruhi sistem-sistem lainnya yang berkaitan dengan pertunjukan tersebut. Perkumpulan Barongsai merupakan suatu bentuk organisasi dengan belasan hingga puluhan pemain yang dari waktu ke waktu melakukan sebuah pertunjukan. Dengan demikian, seorang pemain Barongsai atau penari Barongsai akan menjadi ahli karena pola-pola tari yang sama dalam pertunjukan yang diadakan dari waktu ke waktu. Begitu pula dengan

(38)

pemain musik yang lama kelamaan menjadi ahli dalam memainkan musik Barongsai.

2.4.1.1. Struktur Pertunjukan Barongsai Sembayang atau berdoa

Sebelum melakukan pertunjukan Barongsai, para personil beserta kostum Barongsai dan alat-alat musik yang akan digunakan untuk besok biasanya disembayangkan kepada Tuhan atau sembayang ke langit. Yang bertujuan untuk meminta ijin kepada Tuhan agar di berikan berkah ataupun keselamatan dalam memainkan Barongsai, sehingga tidak terjadi hal-hal yang negatif pada saat melakukan seni pertunjukan Barongsai. Ada suatu kepercayaan yang dipegang tegung oleh para personil Barongsai sebelum memainkan Barongsai, yaitu seorang personil sebelum bermain Barongsai harus berfikir jernih, jangan berfikir kotor. Dan dilarang melakuan hal-hal jahat dikarenakan dapat mengundang bala kepada personil tersebut. Para personil jiwa dan raganya harus bersih, tidak boleh kotor. Masyarakat etnis Tionghoa menganggap Barongsai adalah sesuatu yang sakral dan suci, maka dari itu pemain barongsai juga harus bersih dan suci terlebih dahulu.

Memakai kostum

Para pemain Barongsai di haruskan memakai kostum sebelum melakukan seni pertunjukan Barongsai pada suatu acara. Pemain bagian kepala diwajibkan menggunakan ikat pinggang yang terbuat dari kain yang halus, tujuannya adalah ketika bermain seperi berdiri, meloncat, dan lain-lain, pemain belakang dapat memegang erat pemain depan dengan kuat sehingga tidak terjatuh maupun

(39)

tergelincir pada saat bermain. Ikat pinggang tersebut berbeda antara laki-laki dan perempuan, laki laki menggunakan ikat pinggang di sebelah kiri dan sedangkan perempuan di sebelah kanan.

Permainan Barongsai

Bagian inti dalam pertunjukan Barongsai adalah permainan Barongsai.

Pada bagian ini ditampilkan atraksi Barongsai di lantai. Permainan Barongsai di lantai adalah atraksi-atraksi yang dimainkan oleh para pemain Barongsai tanpa menggunakan alat peraga bantu. Demonstrasi gerak di lantai biasanya dilakukan dengan gerak singa berdiri, yaitu sebuah atraksi yang dilakukan dengan mengangkat pemain bagian depan yang memegang kepala oleh pemain belakang yang menjadi badan dan ekor. Selain itu dilakukan pula gerakan berguling, yaitu pemain depan dan belakang berguling bersama-sama ke arah yang sama, sehingga terlihat seperti singa yang sedang berguling-guling. Atraksi-atraksi di lantai divariasikan dengan pameran gerakan ekspresif, yang dilakukan dengan posisi diam, dan hanya kepala yang sedikit bergerak sambil kelopak matanya berkedip- kedip serta telinga yang digerak-gerakkan. Variasi ini dapat menghidupkan suasana karena apabila pemain Barongsai itu terampil maka, penonton akan melihat seolah-olah benar-benar seperti seekor singa yang sedang duduk, atau jongkok bahkan, dapat berkesan seperti singa yang sedang merunduk akan menangkap mangsanya.

Penutup

Sebagai penutup seluruh acara dalam pertunjukan Barongsai, biasanya ditampilkan gerakan singa berdiri dan berjalan berkeliling arena pentas. Bagian ini

(40)

dimaksudkan sebagai tanda, bahwa grup Barongsai itu mohon diri, mohon pamit kepada penonton maupun para sesepuh kelenteng.

2.4.1.2. Alur Cerita

Setiap seni pertunjukan Barongsai, di dalamnya terdapat sebuah alur cerita yang di perankan oleh para pemain Barongsai. Alur cerita ini bertujuan untuk membentuk sebuah gerakan yang tersusun rapih agar nantinya para penonton tidak bingung ketika melihat pertunjukan Barongsai di daerah tersebut. Maka dari itu, diperlukan sebuah alur cerita yang menarik, adapun alur cerita yang biasanya sering digunakan oleh para pemain Barongsai yaitu Barongsai turun dari gunung untuk mencari makanan (biasanya sayur atau buah), kemudian Barongsai melewati berbagai rintangan untuk mendapatkan tujuannya tersebut. Barongsai ini kelaparan sehingga ia harus terus mencari makan yang akan di makannya. Ketika ia melihat atau mendapatkan makanan, Barongsai berjalan secara perlahan-lahan untuk memastikan apakah makan itu berbahaya atau tidak. Dan Barongsai juga memikirkan cara untuk mengambil makan tersebut, sebab makan itu berada di bawah jurang ataupun di ujung ranting. Setelah di pastikan makanan itu tidak berbahaya, kemudian ia memakannya. Setelah selesai makan, biasanya Barongsai bermain air sungai atau tidur di bawah pohon. Kemudian ia kembali ke atas gunung dengan melewati bukit demi bukit.

Alur cerita seperti ini sering digunakan oleh para pemain Barongsai pada acara imlek, Barongsai dimaknai sebagai hewan yang begitu cerdas. Sehingga untuk mendapatkan makanan, ia harus benar-benar teliti dan memikirkan cara untuk mendapatkan makanan tersebut.

(41)

2.5. Bentuk Pertunjukan

Pertunjukan Barongsai tidak sebagaimana lazimnya dengan pertunjukan lain yang mengemukakan sebuah alur cerita. Alur cerita itu sendiri berfungsi untuk menjelaskan maksud atau tujuan dari pertunjukan yang diselenggarakan.

Dalam seni pertunjukan Barongsai ini, alur cerita tidak dijelaskan secara verbal, akan tetapi dijelaskan dengan non verbal yaitu dengan alunan musik dan gerakan tari dari Barongsai itu. Adapun bentuk pertunjukan Barongsai yaitu nada-nada dasar, jenis tarian, dan gerak tari Barongsai.

2.5.1. Musik Barongsai

Nada adalah suatu bunyi yang memiliki getaran teratur. Alat musik yang digunakan dalam pertunjukan Barongsai sifatnya adalah Ritmis. Sedangkan pengertian ritmis sendiri yaitu musik pengiring dan merupakan musik yang dihadirkan dengan ketukan dan irama. Dalam seni pertunjukan Barongsai, alat musik (instrument) yang digunakan untuk mengiringi seni pertunjukan Barongsai ada 3 buah yaitu tambur, simbal, dan tung. Ketiga alat musik ini sangat berpengaruh pada pertunjukan Barongsai. Adapun nada-nada musik dalam pertunjukan Barongsai adalah sebagai berikut :

(42)

1.

1 0 3 3 3 3 . 2 4 4 4 4 4

. 2 2 2 . 4 4 4 4 4 .

1 . 2 2 2 2 2 . 1 1

2.

1 0 3 3 3 3 . 2 4 4 4 4 4

. 2 2 2 . 4 4 4 4 4 .

1 . 2 2 2 2 2 . 1 1

(43)

1 . 4 4 4 4 4 4 4 4 4 . 1

4 4 4 4 4 4 4 4 4 . 1

2.5.2. Jenis Tarian Barongsai

Tarian Barongsai terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat, penampilan singa utara lebih mirip singa karena berbulu tebal, bukan bersisik. Sedangkan Singa Selatan memiliki penampilan bersisik dan bertanduk, dan mulutnya seperti paruh bebek.

2.5.2.1. Singa Utara

Di Indonesia, Singa Utara biasa disebut Peking Sai. Singa Utara memiliki bulu yang lebat dan panjang berwarna kuning dan merah. Biasanya Singa Utara dimainkan dengan 2 Singa dewasa dengan pita warna merah di kepalanya yang menggambarkan Singa Jantan, dan Pita Hijau (kadang bulu hijau di kepalanya) untuk menggambarkan Singa Betina. Peking Sai dimainkan dengan Akrobatik dan Atraktif, seperti berjalan di tali, berjalan di atas bola, menggendong, berputar, dan gerakan-gerakan akrobatis lainnya. Tidak jarang juga, Peking Sai dimainkan dengan anak singa, atau seorang pendekar yang memegang benda berbentuk bola yang memimpin para Singa. Biasanya, sang pendekar melakukan beberapa gerakan-gerakan beladiri Wushu (id.wikipedia.org).

(44)

2.5.2.2. Singa Selatan

Singa Selatan inilah yang sering kita lihat, atau kita sebut Barongsai. Singa Selatan lebih ekspresif dibanding Singa Utara. Kerangka kepala Singa Selatan dibuat dari bambu, lalu ditempeli kertas, lalu dilukis, dan ditempeli bulu dan dihias. Bulu yang memiliki kualitas tinggi untuk pembuatan Barongsai adalah bulu domba atau bulu kelinci. Tetapi, untuk harga yang murah, biasanya digunakan bulu sintetis. Pada zaman modern, kerangka Barongsai mulai dibuat dengan alumunium atau rotan. Singa Selatan memiliki dua macam jenis, Singa yang memiliki tanduk lancip, mulut seperti bebek, dahi yang tinggi, dan ekor yang lebih panjang disebut Fut San (juga disebut Fo Shan, atau Fat San). Sedangkan Singa yang memiliki mulut moncong ke depan, tanduk yang tidak lancip, dan ekor yang lebih kecil disebut Hok San. Keduanya diambil dari nama tempat di Tiongkok (id.wikipedia.org). Barongsai Fut San dimainkan dengan kuda-kuda dan gerakan yang lebih memerlukan tenaga. Barongsai Fut San biasanya dimainkan didalam kategori Barongsai Tradisional. Kuda-kuda dan gerakan Barongsai Hok San lebih santai dari pada Barongsai Fut San.

2.5.3. Gerakan Dasar Tari Barongsai ( Aliran Hok San )

Gerakan dasar merupakan gerakan yang wajib dilakukan dalam seni pertunjukan Barongsai, sehingga gerakan dasar ini harus dikuasai oleh para penari dengan maksimal. Agar nantinya dapat menghasilkan gerakan-gerakan tari Barongsai yang sempurna. Peneliti memilih gerakan aliran Hok San disebabkan, objek dari penelitian ini menggunakan aliran tersebut dalam memainkan tari Barongsainya. Abang Candra atau Awi adalah pengurus sekaligus pelatih dari

(45)

Barongsai Tandam Hulu II (narasumber inti) menjelaskan ada 11 gerakan dasar tari Barongsai (aliran Hok San) yaitu Chi Hua To, Sing Li, Pan Chan, Tampuk, Cung Chan, Xia Chan, Sang Chan, Cek Chan, Chak Chen, Teng San, dan Xia Phing Yang.

1. Chi Hua To Posisi Tubuh Penari

Pertama, kaki penari Barongsai di bagian kepala dan ekor melebar kira- kira setengah meter dengan lutut kedua kaki sedikit ditekuk. Selanjutnya untuk bagian kepala Barongsai, tubuh penari condong ke arah depan dengan posisi tangan lurus ke depan namun siku sedikit ditekuk. Dan bagian kanan maupun kiri telapak tangan dalam posisi setengah tertutup. Sedangkan pada bagian ekor, posisi tubuh penari bungkuk sejajar degan pinggang penari depan.

Gerakan Tubuh

Pada penjelasan di atas mengenai posisi tangan pada bagian kepala Barongsai, pertama gerak kedua tangan setengah ke bawah. Kemudian tangan digerakan ke kiri dan ke kanan lalu dihentakkan ke tengah (membentuk posisi awal kedua tangan). Gerakan selanjutnya (posisi awal), kedua tangan digerakan ke arah kiri kemudian ke kanan dan balik lagi ke kiri lalu ke kanan (pada gerakan itu, telapak kedua tangan seperti menghapus sesuatu). Selama gerakan itu berlangsung atau dilakukan, kaki dihentakkan mengikuti arah tangan berada.

Selanjutnya, kedua kaki ditekuk lebih dalam dan meloncat di tempat dengan posisi kedua kaki terbuka dan kemudian tertutup. Seiring dengan gerakan meloncat tersebut, gerakan kedua tangan seperti menghapus. Kemudian, setelah

(46)

meloncat kaki sebelah kiri menyatu dengan kaki sebelah kanan, lalu kaki sebelah kanan membuka lebar dan maju ke arah depan namun menyamping. Selama gerakan tersebut dilakukan, kedua tangan mengayun ke bawah dan ke tengah sambil kedua telapak tangan seperti menghapus. Dan gerakan ini dilakukan dari kanan lalu ke kiri, kemudian ke kanan lagi baru kembali lagi ke posisi awal.

Dalam melakukan gerakan tersebut, penari di bagian ekor Barongsai hanya mengerakan badan dan kedua kakinya saja, mengikuti gerakan penari kepala Barongsai.

Arti dari Tarian

Gerakan ini menggambarkan Barongsai dalam keadaan gembira ataupun senang.

2. Sing Li

Posisi Tubuh Penari

Pertama, kaki penari Barongsai di bagian kepala dan ekor melebar kira- kira setengah meter dengan lutut kedua kaki sedikit ditekuk. Selanjutnya untuk bagian kepala Barongsai, tubuh penari condong ke arah depan dengan posisi tangan lurus ke depan namun siku sedikit ditekuk. Dan bagian kanan maupun kiri telapak tangan dalam posisi setengah tertutup. Sedangkan pada bagian ekor, posisi tubuh penari bungkuk sejajar degan pinggang penari depan.

Gerakan Tubuh

Pada penjelasan di atas mengenai posisi tangan pada bagian kepala barongsai, pertama gerak kedua tangan setengah ke bawah. Kemudian tangan digerakan ke kiri dan ke kanan lalu dihentakkan ke tengah (membentuk posisi

(47)

awal kedua tangan). Gerakan selanjutnya (posisi awal), kedua tangan digerakan ke arah kiri kemudian ke kanan dan balik lagi ke kiri lalu ke kanan (pada gerakan itu, telapak kedua tangan seperti menghapus sesuatu). Selama gerakan itu berlangsung atau dilakukan, kaki dihentakkan mengikuti arah tangan berada.

Selanjutnya, kedua kaki ditekuk lebih dalam dan meloncat di tempat dengan posisi kedua kaki terbuka dan kemudian tertutup. Seiring dengan gerakan meloncat tersebut, gerakan kedua tangan seperti menghapus. Kemudian, setelah meloncat kedua tangan yang berada pada posisi awal namun sedikit mengarah ke bawah, bergerak ke arah kiri lalu ke arah kanan dan ketengah (sambil di hentakan sebagai jeda). Selanjutnya, gerakan tersebut diulangi kembali dari arah kiri kemudian ke arah kanan lalu ketengah sambil dihentakkan kembali.

Setelah itu, kedua tangan digerakkan ke arah kiri dan kaki sebelah kiri maju sedikit ke depan, lalu kedua tangan kembali bergerak ke arah kanan dengan kaki sebelah kanan maju ke depan kira-kira 30 cm. Kemudian, gerakan kedua tangan pada saat ke arah kanan. Tangan ke bawah sambil kedua telapak tangan seolah-olah sedang memukul gendang sebanyak satu kali saja. Selanjutnya, kaki sebelah kanan mundur ke belakang dengan posisi kaki yang sebelah kiri di bagian depan dan kaki sebelah kanan berada di belakangnya kira-kira 15 cm. Pada saat melakukan gerakan mundur ke belakang, kedua tangan yang berada dalam posisi tengah melakukan gerakan hentakkan ke arah bawah lebih dalam (seperti barongsai menundukkan kepala). Lalu kedua tangan sedikit mengarah ke bawah lalu bergerak ke arah kiri lalu ke arah kanan dan kembali ke tengah. Setelah itu, kedua tangan melakukan gerakan ke arah kiri dan ke kanan kembali dengan posisi

(48)

kedua tangan tidak mengarah ke bawah (berada pada posisi tengah). Dalam melakukan gerakan tersebut, penari di bagian ekor Barongsai hanya mengerakan badan dan kedua kakinya saja, mengikuti gerakan penari kepala Barongsai.

Arti dari Tarian

Dalam gerakan ini, Barongsai di artikan sedang memberi penghormatan kepada tuhan maupun dewa untuk meminta ijin bermain di tempat tersebut.Sehingga para pemain terhindar dari teguran dari tuhan maupun dewa di tempat itu.

3. Pan Chan Posisi Tubuh Penari

Pertama, kaki penari Barongsai di bagian kepala dan ekor melebar kira- kira setengah meter dengan lutut kedua kaki sedikit ditekuk. Selanjutnya untuk bagian kepala Barongsai, tubuh penari condong ke arah depan dengan posisi tangan lurus ke depan namun siku sedikit ditekuk. Dan bagian kanan maupun kiri telapak tangan dalam posisi setengah tertutup. Sedangkan pada bagian ekor, posisi tubuh penari bungkuk sejajar degan pinggang penari depan.

Gerakan Tubuh

Pada posisi awal, selanjutnya lutut ditekuk lebih dalam sehingga hampir menyerupai posisi jongkok. Lalu setelah itu, tubuh kembali ke posisi awal, dan selama gerakan tersebut kedua tangan melakukan gerakan melengkung dari atas turun ke bawah dan kemudian naik kembali ke atas mengikuti turun naiknya posisi tubuh. Pada gerakan ini, pemain ekor menunduk sedikit mengikuti pemain kepala. Gerakan selanjutnya (posisi awal), kedua tangan digerakan ke arah kiri

(49)

kemudian ke kanan dan balik lagi ke kiri lalu ke kanan (pada gerakan itu, telapak kedua tangan seperti menghapus sesuatu). Selama gerakan itu berlangsung atau dilakukan, kaki dihentakkan mengikuti arah tangan berada. Selanjutnya, kedua kaki ditekuk lebih dalam dan meloncat di tempat dengan posisi kedua kaki terbuka dan kemudian tertutup. Seiring dengan gerakan meloncat tersebut, gerakan kedua tangan seperti menghapus. Kemudian, setelah meloncat kaki sebelah kiri menyatu dengan kaki sebelah kanan, lalu kaki sebelah kanan membuka lebar dan maju kearah depan namun menyamping. Dan kaki sebelah kanan berada dalam posisi ditekuk seperti huru L terbalik, lalu kaki sebelah kiri diluruskan ke samping. Pada saat kaki sebelah kiri dan kanan menyatu, posisi kedua tangan mengarah ke sebelah kiri bagian luar namun sedikit ke atas. Dan ketika kaki sebelah kanan membentuk sebuah posisi, kedua tangan yang berada sedikit ke atas di sebelah kiri lalu turun ke arah sebelah kanan dengan sedikit hentakkan (seolah-olah menangkap mangsa/sayur).

Selanjutnya, kaki sebelah kiri ditarik dan menyatu dengan kaki sebelah kanan. Kemudian kaki sebelah kanan melompat mengarah ke belakang lalu kaki yang sebelah kiri mendarat terlebih dahulu di ikuti dengan kaki sebelah kanan.

Pada saat melakukan gerakan melompat ke belakang, posisi kedua tangan berada di tengah namun di atas. Dan selanjutnya berada dalam posisi tengah ketika tubuh pada posisi awal. Kemudian, setelah meloncat kedua tangan yang berada pada posisi awal namun sedikit mengarah ke bawah, bergerak ke arah kiri lalu ke arah kanan dan ke tengah (sambil di hentakan sebagai jeda). Selanjutnya, gerakan tersebut diulangi kembali dari arah kiri kemudian ke arah kanan lalu ke tengah

(50)

sambil dihentakkan kembali. Dalam melakukan gerakan tersebut, penari di bagian ekor Barongsai hanya mengerakan badan dan kedua kakinya saja, mengikuti gerakan penari kepala Barongsai.

Arti dari Tarian

Arti dari gerakan ini adalah Barongsai berusaha mencari makanan, menangkap, dan memakan sayur yang ia temukan pada saat mencari sayur yang ada di bawah jurang atau bukit. Sehingga gerakan ini seperti singa yang sedang ingin memangsa makanannya.

4. Tampuk

Posisi Tubuh Penari

Pertama, kaki penari Barongsai di bagian kepala dan ekor melebar kira- kira setengah meter dengan lutut kedua kaki sedikit ditekuk. Selanjutnya untuk bagian kepala Barongsai, tubuh penari condong ke arah depan dengan posisi tangan lurus ke depan namun siku sedikit ditekuk. Dan bagian kanan maupun kiri telapak tangan dalam posisi setengah tertutup. Sedangkan pada bagian ekor, posisi tubuh penari bungkuk sejajar degan pinggang penari depan.

Gerakan Tubuh

Pada posisi awal, selanjutnya lutut ditekuk lebih dalam sehingga hampir menyerupai posisi jongkok. Lalu setelah itu, tubuh kembali ke posisi awal, dan selama gerakan tersebut kedua tangan melakukan gerakan melengkung dari atas turun ke bawah dan kemudian naik kembali ke atas mengikuti turun naiknya posisi tubuh. Pada gerakan ini, pemain ekor menunduk sedikit mengikuti pemain kepala. Gerakan selanjutnya (posisi awal), kedua tangan digerakan ke arah kiri

(51)

kemudian ke kanan dan balik lagi ke kiri lalu ke kanan (pada gerakan itu, telapak kedua tangan seperti menghapus sesuatu). Selama gerakan itu berlangsung atau dilakukan, kaki dihentakkan mengikuti arah tangan berada. Setelah itu, kaki sebelah kiri melompat ke bagian kanan dan mendarat dengan kaki sebelah kiri juga. Kemudian, kaki sebelah kanan diangkat lalu ditekuk dengan lutut sejajar hampir sama dengan dada (posisi badan tegak). Selanjutnya, ketika kaki sebelah kanan diangkat, kedua tangan bergerak dari tengah ke atas. Selanjutnya kaki sebelah kiri dan menyatu dengan kaki sebelah kanan. Kemudian kaki sebelah kanan melompat mengarah ke belakang lalu kaki yang sebelah kiri mendarat terlebih dahulu di ikuti dengan kaki sebelah kanan. Pada saat melakukan gerakan melompat ke belakang, posisi kedua tangan berada di tengah namun di atas. Dan selanjutnya berada dalam posisi tengah ketika tubuh pada posisi awal. Kemudian, setelah meloncat kedua tangan yang berada pada posisi awal namun sedikit mengarah kebawah, bergerak ke arah kiri lalu ke arah kanan dan ke tengah (sambil di hentakan sebagai jeda). Selanjutnya, gerakan tersebut diulangi kembali dari arah kiri kemudian ke arah kanan lalu ke tengah sambil dihentakkan kembali.

Setelah itu, kedua tangan digerakkan ke arah kiri dan kaki sebelah kiri maju sedikit ke depan, lalu kedua tangan kembali bergerak ke arah kanan dengan kaki sebelah kanan maju ke depan kira-kira 30 cm.

Setelah itu, gerakan kedua tangan pada saat ke arah kanan.Tangan ke bawah sambil kedua telapak tangan seolah-olah sedang memukul gendang sebanyak satu kali saja. Selanjutnya, kaki sebelah kanan mundur ke belakang dengan posisi kaki yang sebelah kiri di bagian depan dan kaki sebelah kanan

(52)

berada di belakangnya kira-kira 15 cm. Pada saat melakukan gerakan mundur ke belakang, kedua tangan yang berada dalam posisi tengah melakukan gerakan hentakkan ke arah bawah lebih dalam (seperti barongsai menundukkan kepala).

Lalu kedua tangan sedikit mengarah ke bawah lalu bergerak ke arah kiri lalu ke arah kanan dan kembali ke tengah. Dalam melakukan gerakan tersebut, penari di bagian ekor Barongsai hanya mengerakan badan dan kedua kakinya saja, mengikuti gerakan penari kepala Barongsai. Namun pada saat tubuh penari kepala tegak, penari ekor tidak mengikutinya.

Arti dari Tarian

Gerakan ini mempunyai arti bahwa Barongsai bergerak atau berjalan selangkah demi selangkah secara perlahan sambil melihat sesuatu yang akan di carinya. Biasanya yang di cari itu adalah makanan, bisa sayur atau buah-buahan.

5. Cung Chan Posisi Tubuh Penari

Pertama, kaki penari Barongsai di bagian kepala dan ekor melebar kira- kira setengah meter dengan lutut kedua kaki sedikit ditekuk. Selanjutnya untuk bagian kepala Barongsai, tubuh penari condong ke arah depan dengan posisi tangan lurus ke depan namun siku sedikit ditekuk. Dan bagian kanan maupun kiri telapak tangan dalam posisi setengah tertutup. Sedangkan pada bagian ekor, posisi tubuh penari bungkuk sejajar degan pinggang penari depan.

Gerakan Tubuh

Pada penjelasan di atas mengenai posisi tangan pada bagian kepala Barongsai, pertama gerak kedua tangan setengah ke bawah. Kemudian tangan

(53)

digerakan ke kiri dan ke kanan lalu dihentakkan ke tengah (membentuk posisi awal kedua tangan). Pada posisi awal, kaki sebelah kanan menyatu dengan kaki sebelah kiri. Kemudian kaki sebelah kiri melebar ke arah belakang dengan posisi kedua tangan mengarah sedikit ke bawah (posisi menunduk).Setelah itu, kaki sebelah kiri disatukan dengan kaki sebelah kanan. Namun pada saat kaki keduanya menyatu, kaki sebelah kanan ditekuk sedikit ke belakang dengan gerakan kedua tangan berada di bagian kiri luar. Kemudian gerakan ini dilakukan sebanyak 2 kali. Selanjutnya, dilakukan gerakan lompat di tempat dengan kaki sebelah kanan dan kiri turun maupun naik secara bergantian. Dalam gerakan ini kedua tangan mengikuti turun naiknya lompatan, lalu kembali pada posisi awal.

Setelah itu, kedua tangan digerakkan ke arah kiri dan kaki sebelah kiri maju sedikit ke depan, lalu kedua tangan kembali bergerak ke arah kanan dengan kaki sebelah kanan maju ke depan kira-kira 30 cm. Kemudian, gerakan kedua tangan pada saat ke arah kanan. Tangan ke bawah sambil kedua telapak tangan seolah-olah sedang memukul gendang sebanyak satu kali saja. Selanjutnya, kaki sebelah kanan mundur ke belakang dengan posisi kaki yang sebelah kiri di bagian depan dan kaki sebelah kanan berada di belakangnya kira-kira 15 cm. Pada saat melakukan gerakan mundur ke belakang, kedua tangan yang berada dalam posisi tengah melakukan gerakan hentakkan ke arah bawah lebih dalam (seperti barongsai menundukkan kepala). Lalu kedua tangan sedikit mengarah ke bawah lalu bergerak ke arah kiri lalu ke arah kanan dan kembali ke tengah. Dalam melakukan gerakan tersebut, penari di bagian ekor Barongsai hanya mengerakan badan dan kedua kakinya saja, mengikuti gerakan penari kepala Barongsai.

Gambar

Foto 2 : Warna –warna Barongsai

Referensi

Dokumen terkait

Bab enam Rancangan Malaysia Kesebelas (RMK-11) menyokong pembangunan ke arah pertumbuhan hijau bagi meningkatkan kemampanan dan daya tahan. Pendekatan pengurusan

Seperti halnya dengan penelitian ini, dimana Indonesia yang melakukan kerjasama dengan UNWTO dan bertujuan untuk dapat mengembangkan sektor pariwisatanya, terutama di

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen dengan menggunakan studi kasus pada jasa servis AHASS Rizky motor Prambon...

Berdasarkan hasil uji F dimana (Y) Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0, berarti terdapat pengaruh secara simultan antara variabel independen (tangibles, reability,

Kalau ayah dari ketiga cucu itu tidak meninggal lebih dahulu, atau ia tidak pantas, atau dicopoti haknya untuk mewarisi untuk pewaris, maka harta peninggalan dibagi antara

(lingkungan tempat bekerja), validity (pedoman atau petunjuk dalam uraian tugas), dan evaluation (adanya umpan balik hasil kerja) (Notoatmodjo, 2009: 21). Penelitian ini

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI TAHUN ANGGARAN 1991 /

Berdasarkan penelitian pada proses pembelajaran secara keseluruhan, dapat disimpulkan mengalami perubahan yang positif, karena didapatkan fakta bahwa motivasi belajar