• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Prosedur analisa

A. Rendemen

Besarnya rendemen dihitung berdasarkan persentase berat tepung yang dihasilkan dibagi berat bahan awal yang digunakan, kemudian dikali seratus persen. Rendemen ditentukan dengan rumus :

Rendemen = Berat produk yang dihasilkan x 100 % Berat bahan awal

B. Analisa kadar pati metode hidrolisis asam ( Sudarmadji, dkk, 1997)

s Timbang 2 gram contoh yang berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 50 ml aquades dan aduk selama 1 jam. Suspense disaring dengan kertas saring dan dicuci dengan aquades sampai volume filtrat 250 ml. Filtrat ini mengandung karbohidrat yang larut dan dibuang.

s Untuk bahan yang mengandung lemak, maka pati yang terdapat sebagai residu pada kertas saring dicuci 5 kali dengan 10 ml ether, biarkan ether menguap dari residu, kemudian dicuci lagi dengan 150 ml alkohol 10 % untuk membebaskan karbohidrat yang terlarut.

s Residu dipindahkan secara kuantitatif dari kertas saring ke dalam Erlenmeyer dengan pencucian 200 ml aquades dan ditambahkan 200 ml HCl 25% (berat jenis 1,125) tutup dengan pendingin balik dan panaskan diatas penangas air mendidih selama 2,5 jam.

s Setelah dingin, netralkan dengan NaOH 45% dan encerkan sampai volume 500 ml kemudian saring. Encerkan sampai volume 500 ml dengan aquades, kemudian disaring dengan kertas saring dan diambil filtrat 50 ml.

s Filtrat 50 ml ditempatkan dalam erlenmeyer 400 ml ditambahkan 25 ml larutan CuSO4 dan 25 ml larutan tartrat alkalis, tutup dengan gelas arloji. Panaskan di pemanas hingga larutan harus sudah mendidih dalam waktu 4 menit lanjut pendidihan 2 menit. Dengan pemanasan tersebut akan terbentuk endapan Cu2O.

s Buat pula penentuan blanko dengan cara yang sama menggunakan 25 ml larutan CuSO4 dan 25 ml larutan tartrat alkalis dan 50 ml aquades.

Cucilah endapan Cu2O dalam krus Gooch dengan aquades 60°C sampai bersih.

s Tentukan kadar gula yang dinyatakan sebagai glukosa dari filtrat yang diperoleh. Penentuan glukosa seperti penentuan gula reduksi. Berat glukosa dikalikan 0,9 merupakan berat pati.

Keterangan :

0,9 = konstanta kadar pati 500 = pengenceran

50 = volume filtrat

ӕ = kadar gula reduksi (dari tabel hammond)

C. Analisa kadar air cara pemanasan ( Sudarmadji, dkk, 1997)

s Timbang bahan yang telah dihaluskan sebanyak 1 – 2 gram dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

s Kemudian keringkan dalam oven pada 100 – 105 °C selama 3 – 5 jam tergantung bahan. Kemudian dinginkan dalam desikator dan timbang. Panaskan dalam oven selama 30 menit, dinginkan dalam desikator dan timbang perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan (selisih penimbangan berturut – turut kurang dari 0,2 mg)

s Pengurangan berat merupakan banyaknya air dalam bahan

s Kadar air dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan berikut :

Keterangan :

A = Berat cawan kosong (gram)

B = Berat sampel sebelum dioven (gram)

C = Berat cawan berisi sampel setelah dioven (gram) Kadar air (%) = B – (C – A) x 100%

B

Kadar pati ( % ) = 0,9 x 500/50 x ӕ x 100 % Berat sampel (mg)

D. Analisa kadar protein metode mikro kjeldahl (AOAC, 1984)

Kadar protein ditetapkan dengan menggunakan metode Mikro-Kjeldahl. Mula – mula sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl, kemudian ditambahkan 50 mg HgO, 2 mg K2SO4, 2 ml H2SO4, dan didihkan selama 1 – 1,5 jam sampai cairan menjadi jernih. Setelah larutan didinginkan dan diencerkan dengan aquades, sampel didestilasi dengan penambahan 8 – 10 ml larutan NaOH – Na2S2O3. Hasil destilasi ditampung dengan erlenmeyer yang telah terisi 5 ml H3BO3 dan 2 – 4 tetes indikator (campuran 2 metil merah 0,2% dalam alkohol dan 1 bagian metil biru 0,2% dalam alkohol). Destilat yang diperoleh kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,02 N sampai terjadi perubahan warna dari hijau menjadi biru. Hal yang sama juga dilakukan terhadap blanko. Hasil yang diperoleh adalah dalam total N, yang kemudian dinyatakan dalam faktor konversi 6,25. Kadar protein dihitung berdasarkan rumus :

E. Analisa kadar lemak metode soxhlet (AOAC, 1984)

Metode yang digunakan adalah metode Soxhlet. Prinsip analisis ini adalah melarutkan lemak dengan pelarut dietil eter. Sejumlah 5 gram sampel ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring. Kemudian dimasukkan dalam alat ekstraksi Soxhlet bersama dengan dietil ster. Selanjutnya direfluks selama 6 jam sampai pelarut yang turun kembali ke dalam labu lemak berwarna jernih. Pelarut dalam labu lemakdidestilasi, labu yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C sampai pelarut menguap semua. Setelah didinginkan dalam desikator, labu lemak tersebut ditimbang sampai memperoleh bobot yang konstan. Kadar lemak dihitung dengan rumus :

Kadar Protein (%) = (ml HCl x ml Blanko) N HCl x 14.007 x 100 x 6,25 mg sampel

Kadar Lemak (%) = Bobot lemak (g) x 100% Bobot sampel

F. Analisa kadar serat kasar metode gravimetri ( Sudarmadji, dkk, 1997) Serat kasar ditentukan dengan metode gravimetri. Sampel sebanyak 2 gram (a) (diekstraksi lemaknya dengan metode Soxhlet) dimasukkan ke dalam erlenmeyer 600 ml dan ditambahkan 200 ml H2SO4 1,25% lalu dididihkan selama 30 menit. Kemudian hasilnya disaring. Kertas saring dan residu yang tertinggal dalam erlenmeyer dicuci dengan air mendidih. Ampas yang tersisa pada kertas saring kemudian dimasukkan kembali dalam erlenmeyer dan ditambahkan 200 ml NaOH 1,25%. Kemudian dididihkan kembali selama 30 menit dan disaring kembali melalui kertas saring yang telah diketahui bobotnya (b gram). Kertas saring tersebut dicuci dengan larutan K2SO4 10%, air mendidih dan dengan alkohol 95%. Setelah itu, kertas saring dikeringkan dalam oven sampai bobot konstan, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang bobot akhirnya (c gram). Perhitungan kadar serat kasar adalah sebagai berikut :

Keterangan : a = bobot sampel (g); b = bobot kertas saring (g); c = bobot akhir (g)

G. Total gula metode anthrone (Apriyantono, 1989)

- Sampel kering ditimbang sebanyak 1,0 gr atau 2,5 gr sampel basah yang mengandung 60 – 300 mg total “available carbohydrate”. Pindahkan secara kuantitatif ke dalam gelas ukur 100 ml bertutup. Tambahkan 10 ml air dan aduk dengan menggunakan gelas pengaduk untuk mendispersikan sampel seluruhnya, kemudian ditambahkan 13 ml asam perklorat 52%.

- Aduk dengan gelas pengaduk selama lebih kurang 20 menit. Cuci gelas pengaduk di atas larutan (air cucian masuk kedalam larutan), encerkan larutan menjadi 100 ml. Campur merata, saring dan masukkan ke dalam labu takar 250 ml. Cuci gelas ukur dengan air, masukkan air cucian ke labu takar. Tepatkan sampai tanda tera dengan air, kocok merata.

- Encerkan 10 ml ekstrak sampai menjadi 100 ml dengan air. Pipet 1 ml sampel yang telah diencerkan, masukkan ke dalam tabung reaksi. Buat blanko dengan memasukkan 1 ml air ke dalam tabung reaksi. Pipet 1 ml larutan glukosa standar masukkan ke dalam tabung reaksi. Masukkan

Kadar Serat Kasar (%) = ( c – b ) x 100% a

dengan cepat 5 ml pereaksi Anthrone ke dalam masing – masing tabung reaksi. Tutup tabung reaksi, campur merata.

- Panaskan dalam penangas air 100°C selama 12 menit. Pindahkan larutan ke dalam kuvet berdiameter 1 cm. Baca absorbansinya pada 630 nm.

Keterangan :

W : berat sampel (g)

a : absorbans glukosa standar (hubungan antara absorbans dengan kadar glukosa dengan kisaran 0 – 1,15 bersifat linier dan berbentuk garis lurus)

b : absorbans sampel

H. Daya Patah (Burne, 1976)

- Siapkan statif beserta penjepit yang telah diketahui lebar penjepit - Pasir disiapkan sebagai beban

- Sampel diletakkan pada penjepit kemudian dijepit agar tidak lepas

- Ikat gelas plastik dengan menggunakan tali yang dianggap kuat (benang, senar, dll)

- Pada ujung satunya, tali diikat pada sampel yang diuji pada jarak 1 cm dari ujung penjepit

- Pasir sedikit dimasukkan ke dalam wadah sampai sampel patah

- Jika gelas penuh dengan pasir, maka jarak ikatan tali pada sampel dengan penjepit perlu diperpanjang misalnya 2 cm, 3 cm, dst

- Gelas plastik dan pasir yang ada di dalamnya di timbang - Daya patah dihitung sebagai momen gaya persatuan luas Perhitungan :

Daya Patah = (N/m) M = F x r M = m x g x r M = t x l

Total “available carbohidrate” = (25 x b) (a x W)

Keterangan :

M : momen gaya (N.m) t : tebal sampel (m)

F : gaya (N) l : lebar penjepit (m)

m : gaya gravitasi (m/dt2)

r : jarak antara ujung penjepit dengan ikatan tali penggnatung beban 10-2 m

A : luas permukaan bagian yang patah / bagian yang dijepit (m2)

I. Analisa Kadar β-Karoten (A.O.A.C., 1995)

s Dengan menggunakan pipet volume, ambil 8 ml ekstrak metanol dari 25 ml yang ada dalam corong pisah dan masukkan ke dalam tabung sentrifus 15 ml yang bersih

s Tambahkan 5 ml heptana dan 1,5 ml KOH jenuh dalam metanol. Tutup tabung tanpa pencampuran

s Pasang tabung di tempat gelap untuk saponify. Setelah 15 menit,vortex ringan tabung tersebut

s Setelah 30 menit, vortex tabung keras selama 15 menit dan sentrifus selama 3 menit pada 4200 rpm

s Dengan pipet Pasteur ambil lapisan heptana dan masukkan ke dalam labu takar 10 ml. Dengan lembut menambahkan sekitar 1 ml heptana segar ke dalam tabung dan mencuci interfase. Heptana pipet ke dalam labu takar 10 ml

s Tambahkan 3 ml heptana segar ke dalam tabung. Tutup tabung dan gojog 8 kali untuk memungkinkan setiap beta-karoten yang tersisa di metanol untuk memasukkan heptana tersebut. Biarkan heptana terpisah dari metanol selama 2 menit dan kemudian pipet heptana ke dalam labu takar 10 ml.

s Bawa labu takar 10 ml tepatkan volume dengan heptana. Tutup labu takar dan gojog campuran.

s Tuangkan sekitar 5 ml ekstrak heptana ke dalam tabung Hach bersih, tambahkan sama jumlah air DI dan penuh, vortex selama 5 detik. Sentrifus tabung tersebut selama 3 menit pada 4200 rpm.

s Pada spektrofotometer, baca Absorbansi pada 436 nm dari ekstrak terhadap blanko (heptana)

Perhitungan :

Beta karoten (persen) = Abs 436 x 25 ml x 1,25 x 100 x 0,84 196 x (sample wt. (mg) x dry wt.) J. Uji Organoleptik (Rahayu, 2001)

Pengujian sifat organoleptik pada cookies ini ditujukan untuk pengujian tingkat kesukaan dengan menggunakan metode friedman untuk membandingkan kesukaan panelis terhadap warna, rasa, aroma dan tekstur dari masing – masing sampel. Setiap panelis diminta untuk menuliskan seberapa jauh tingkat kesukaan panelis terhadap sampel yang disajikan, dengan cara memberi nilai (skor) berdasar skala numerik pada lembar uji organoleptik

Dokumen terkait