Manfaat Penelitian 1
Lampiran 1. Prosedur Analisis Bahan Baku dan Karakteristik Produk bakto Agar a) Penetapan Kadar Air dengan Metode Oven (AOAC 2005)
Analisis kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven. Prinsipnya adalah menguapkan molekul air (H2O) bebas yang ada dalam sampel. Kemudian sampel ditimbang sampai didapat bobot konstan yang diasumsikan semua air yang terkandung dalam sampel sudah diuapkan. Selisih bobot sebelum dan sesudah pengeringan merupakan banyaknya air yang diuapkan.
Prosedur analisis kadar air sebagai berikut: cawan yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105oC, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 gram dalam cawan yang sudah dikeringkan (B) kemudian dioven pada suhu 100-105oC selama 6 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (C). Tahap ini diulangi hingga dicapai bobot yang konstan. Kadar air dihitung dengan rumus:
b) Penetapan Kadar Abu dengan Metode Oven (AOAC 2005)
Analisis kadar abu dilakukan menggunakan metode oven. Prinsipnya adalah pembakaran atau pengabuan bahan-bahan organik yang diuraikan menjadi air (H2O) dan karbondioksida (CO2) tetapi zat anorganik tidak terbakar. Zat anorganik ini disebut abu.
Prosedur analisis kadar abu sebagai berikut: cawan yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 30 menit pada suhu 100-105oC, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 g dalam cawan yang sudah dikeringkan (B) kemudian dibakar di atas nyala pembakar sampai tidak berasap dan dilanjutkan dengan pengabuan di dalam tanur bersuhu 550-600oC sampai pengabuan sempurna. Sampel yang sudah diabukan didinginkan dalam desikator dan ditimbang (C). Tahap pembakaran dalam tanur diulangi sampai didapat bobot yang konstan. Kadar abu dihitung dengan rumus:
c) Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005)
Analisis kadar lemak dilakukan dengan metode sokhlet. Prinsipnya adalah lemak yang terdapat dalam sampel diekstrak dengan menggunakan pelarut lemak non polar. Prosedur analisis kadar lemak sebagai berikut: labu lemak yang akan digunakan dioven selama 30 menit pada suhu 100- 105 0C, kemudian didinginkan dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan ditimbang (A). Sampel ditimbang sebanyak 2 gram (B) lalu dibungkus dengan kertas saring, ditutup dengan kapas bebas lemak dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi sokhlet yang telah dihubungkan dengan labu lemak yang telah dioven dan diketahui bobotnya. Pelarut heksan atau pelarut lemak lain dituangkan sampai sampel terendam dan dilakukan refluks atau ektraksi lemak selama 5-6 jam atau sampai palarut lemak yang turun ke labu lemak berwarna jernih. Pelarut lemak yang telah digunakan, disuling dan ditampung setelah itu ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 100-105 0C selama 1 jam, lalu labu lemak didinginkan dalam desikator dan ditimbang (C). Tahap
pengeringan labu lemak diulangi sampai diperoleh bobot yang konstan. Kadar lemak dihitung dengan rumus:
d) Analisis Kadar Protein (AOAC 1995)
Prinsip metode ini adalah senyawa nitrogen diubah menjadi ammonium sulfat oleh H2SO4 pekat. Ammonium sulfat yang terbentuk diuraikan dengan NaOH. Amoniak yang dibebaskan diikat dengan asam borat dan kemudian dititrasi dengan larutan baku asam.
Sejumlah 0.1 gram bahan baku dan satu gram katalis (Na2SO4 : CuSO4) dimasukkan ke dalam labu kjedahl, kemudian ditambahkan 2.5 ml H2SO4 pekat. Campuran tersebut kemudian didestruksi sampai cairan dalam labu menjadi jernih. Sampel selanjutnya didinginkan dan ditambahkan sejumlah air secara perlahan-lahan dan didinginkan kembali. Isi labu dipindahkan ke alat destilasi yang sudah dibilas dengan air, lalu ditambahkan 15 ml NaOH 50%. Distilat ditampung dengan 25 ml HCl 0.02 N. Destilasi dilakukan sampai volume cairan penampung menjadi dua kali semula. serta indikator mengsel. Hasil destilasi selanjutnya dilakukan titrasi dengan menggunakan H2SO4 0.02 N hingga cairan berwarna ungu. Dengan cara yang sama dibuat blanko. Kadar protein dihitung dengan rumus :
Keterangan :
FK = Faktor konversi (6.25 untuk produk perikanan)
e) Analisa Kadar Serat Kasar (SNI 01-2891-1992)
Prinsip metode ini adalah ekstraksi contoh dengan asam dan basa untuk memisahkan serat kasar dari bahan lain. Sampel yang bebas lemak ditimbang sebanyak dua gram dan dipindahkan ke dalam Erlenmeyer 600 ml. Kemudian ditambahkan 50 ml larutan H2SO4 1.25% dan dididihkan selama 30 menit dengan pendingin tegak. Selanjutnya ditambahkan NaOH 3.25% sebanyak 50 ml dan dididihkan kembali selama 30 menit.
Dalam keadaan panas, saring dengan kertas saring tak berabu (kertas saring whatman) yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian endapan yang tersisa dikertas saring dicuci berturut-turut dengan H2SO4 1.25% panas, air panas, dan etanol 96%. Setelah kertas saring tercuci, angkat kertas saring beserta isinya kemudian dikeringkan ke dalam oven bersuhu 105oC selama 2 jam. Setelah kering kertas saring ditimbang dan dihitung. Kadar serat kasar dihitung dengan rumus :
Keterangan :
A = bobot contoh + kertas saring setelah dioven (gram) B = kertas saring kering (gram)
W = bobot contoh (gram)
f) Analisis Kadar Karbohidrat (by difference)
Perhitungan kadar karbohidrat dilakukan dengan cara by difference dengan persamaan : Kadar karbohidrat (%) =100%-(% air+ % abu+ % protein+ % lemak)
g) Penetapan Nilai pH (AOAC, 1995)
Sampel dalam wadah diukur pHnya dengan menggunakan pH meter. Mula-mula pH meter dinyalakan dan kemudian dimasukkan kedalam buffer 4,31 dan pH 6,86 untuk dikalibrasi. Sampel ditimbang sebanyak 1 gram yang dilarutkan dalam 10 ml akuades dan dimasukkan ke dalam gelas ukur. Setelah itu sampel diukur dengan menggunakan pH meter. Nilai yang diperoleh dari hasil pembacaan pada pH meter selama satu menit atau sampai angka digital yang menunjukkan nilai pH tidak berubah.
h) Penetapan Kadar Sulfat (AOAC 1995)
Satu gram contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 50 ml asam klorida 0,2 N. Erlenmeyer tersebut dipasangkan ke kondensor, dipanaskan sampai mendidih, dan direfluks selama satu jam. Setelah itu, ditambahkan 25 ml larutan hidrogen peroksida 10 % dan refluks dilanjutkan selama lima jam sampai larutan benar-benar jernih.
Larutan hasil refluks dipindahkan dalam gelas piala 600 ml dan dipanaskan sampai mendidih. Tambahkan 10 ml barium klorida 10% setetes demi setetes hingga terbentuk endapan. Endapan yang terbentuk disaring bersih dengan kertas saring bebas abu. Selanjutnya endapan yang terdapat pada kertas saring dicuci dengan akuades hingga bebas klorida. Kertas saring tersebut dikeringkan dalam oven dan diabukan pada suhu 1000oC. Dalam tanur sampai didapatkan abu berwarna putih. Setelah dingin, kemudian dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Perhitungan persentase kandungan sulfat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
i) Penetapan Kekuatan Gel
Larutan agar-agar disiapkan dengan konsentrasi 1,5% kemudian deipanaskan selama 10 menit sambil diaduk. Bobot total sebelum dan sesudah pemanasan dijaga konstan. Larutan panas dimasukkan ke dalam cetakan yang berdiameter 3 cm dan 4 cm. Larutan agar-agar dibiarkan membentuk gel selama satu malam. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Texture Analyzer model TA-XT2i yang dihubungkan dengan program Texture Expert. Kekuatannya dinyatakan dalam satuan gram force (g/cm2)
j) Rendemen Agar-Agar
Rendemen agar dihitung berdasarkan bobot rumput laut (anhydrous weed). Perhitungan rendemen agar-agar dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
k) Viskositas
Pengukuran viskositas digunakan Viscometer Brookfield spindle no.2 dengan kecepatan putar 30 rpm. Sampel berupa filtrat bakto agar bersuhu 50oC dimasukkan ke dalam tabung viscometer, kemudian viscometer dinyalakan. Viskositas dipengaruhi oleh jumlah zat terlarut yang ada dalam larutan tersebut. Viskositas dihitung dengan mengalikan hasil pembacaan pada viscometer (dial reading) dengan faktor kali sesuai dengan nomor spindle dan rpm yang digunakan pada viscometer. Nilai viskositas dinyatakan dalam satuan centipoises (cP).
l) Uji Mikrobiologi Total Plate Count (Fardiaz 1992)
Peralatan yang digunakan untuk perhitungan TPC terlebih dahulu disterikan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama 15 menit. Peralatan dan bahan yang disterilan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat, atau menaruhnya dalam suatu wadah yang tertutup. Dalam perhitungan TPC, digunakan dua macam media yaitu media padat berupa agar dan media cair berupa larutan garam fisiologis (0.9%) yang digunakan untuk pengenceran.
Pengenceran dilakukan pada tabung ulir hingga pengenceran 10-6 atau 10-7. Biakan E.Coli dan khamir sebelumnya diinokulasi dalam nutrient broth dan potato dextrose broth dan diinkubasi pada suhu 36oC selama 24 jam. Pengenceran yang digunakan adalah pengenceran dengan seri 10-6 dan 107. Seri pengenceran tersebut kemudian diinokulasikan pada agar cawan dengan metode tuang sebanyak 0.1 ml. Setelah dilakukan plating, agar cawan diinkubasikan dalam inkubator bersuhu 36oC selama 48 jam. Setelah 48 jam, dilakukan perhitungan jumlah koloni dengan menggunakan alat colony counter. Perhitungan jumlah sel dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
Satuan perhitungan jumlah sel = CFU/g FP = Faktor seri pengenceran