• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN HASIL DATA PENELITIAN

4.3 Transparansi dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi

4.3.2 Prosedur Pelayanan Pembuatan SIM

Prosedur pelayanan di Kantor Satlantas Polresta Medan sebenarnya sudah sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan dan tidak berbeli-belit. Hal ini terbukti dengan adanya pegawai yang standby di bagian informasi untuk memberikan setiap informasi yang dibutuhkan masyarakat dalam pelayanan publik khususnya dalam pembuatan Surat izin Mengemudi (SIM).

Hal ini di perkuat dengan pernyataan Bapak Kanit Reg Ident SIM Satlantas Polresta Medan, AKP. Imam Alriyuddin,SH mengatakan:

“keterbukaan prosedur pelayanan dalam pengurusan SIM kembali kita sampaikan tidak ada yang berbelit belit karena setiap prosesnya dapat dilihat sendiri di plan banner ataupun papan spanduk yang terdiri dari persyaratannya, waktu pelaksanaannya, mekanisme ataupun prosedurnya serta biaya yang diperlukan dalam pembuatan SIM yang ada di sekitar kantor ini dan kami juga menyiapkan pegawai yang standby untuk melayani ataupun memberikan informasi kepada masyarakat. Selain itu masyarakat juga dapat melihat mekanisme prosedurnya melalui media cetak maupun media online dimana dari Sabang sampai Mearuke prosedur dan biayanya sama saja”.

Berkaitan dengan alur pelayanan di Satlantas Polresta Medan , menurut Ibu Vira sudah efisien dan dapat memberikan rasa aman bagi pemohon, seperti yang diungkapkannya berikut ini :

“alur pelayanan seperti ini sebenarnya memudahkan, untuk persyaratannya juga. Mereka sudah kasih tahu kita apa saja yang harus dibawa, jadi dari awal kita memang harus mempersiapkannya toh yang dibawa hanya KTP selainnya semua dipersiapkan dari sini seperti mengisi Formulir, melakukan tes kesehatan, ujian teori sampai ujian praktik semua dilakukan di Satlantas Medan ini dan dilaksanakan sesuai dengan no urut pendaftaran,jadi saya rasa aman alurnya seperti ini. Saya bisa menilai keadaan disini karena saya mengurus SIM sendiri tanpa calo dan beberapa kali menemani teman dan saudara saya dimana selama ini saya rasa aman saja karena administrasinya lengkap”.

Adapun prosedur yang harus dilalui oleh masyarakat dalam pengurusan SIM, dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Prosedur Penerbitan SIM Perpanjangan

Dari gambar tersebut, dapat kita lihat bahwa dalam memberikan pelayanan, Satlantas Polresta Medan menerapkan sistem antrian atau yang dikenal dengan sistem First In First Out (FIFO). Sistem FIFO mengharuskan masyarakat untuk mengambil nomor antrian agar bisa mendapatkan pelayanan, pemohon yang datang duluan makan akan dilayani lebih dulu sehingga SIMnya juga akan selesai lebih cepat. Sistem tersebut menurut penulis sangat efektif dan aman karena dapat memudahkan semua pihak dalam memberikan maupun mendapatkan pelayanan, menciptakan keadilan serta mempersempit timbulnya diskriminasi.

Mayarakat pun merasa mudah untuk memahami dan mengikuti prosedur yang harus dilalui. Seperti yang disampaikan oleh Pak Hardi :

“ Ya biasa saja tidak ada kesulitan, saya hanya mengikuti prosedur yang terpampang di papan informasi. Saya mengurus SIM sendiri dari awal sampai

selesai dan tidak ada kenal sama petugas Satlantas. Tinggal mengikuti prosedur yang ada di depan dan semuanya di buat di prosedur itu sesuai dengan alurnya yang saya sipakan hanya waktu dan mental saja agar lulus ujian teori dan praktiknya”

Berbeda dengan pernyataan Pak Hardi tersebut, prosedur pengurusan SIM yang dirasakan oleh Indra kurang memuaskan:

“saya merasa pembuatan SIM ini kurang memuaskan terlihat dari masih ada beberapa orang yang bisa masuk dan keluar sesuka hatinya untuk membuat SIM padahal jelas-jelas dia baru saja datang sedangkan saya sudah dari pagi hari berada di Satlantas masih mengantri sambil menunggu gilliran di panggil. Selain itu sekarang, kalau mengurus SIM baru harus ujian dulu. Pokoknya susah lah, memang biaya lebih murah dibanding dengan calo, tapi badan jadi capek kesana-kemari. Ujian mengemudi saja sampai harus tiga kali baru berhasil. Tidak layak kalau Satlantas memercayakan sertifikat mengemudi pemohon SIM kepada pihak yang hanya menyediakan lokasi sempit dan ujian untuk beberapa menit seperti itu. Seharusnya, sertifikat dikeluarkan oleh kursus mengemudi yang mengajarkan anak didiknya di jalan raya, toh mengemudi kan bukan bisa dikuasai dalam waktu yang singkat.”

Keluhan senada dikemukakan seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Medan, Radifka:

“Bagi yang sudah bisa menyetir apa harus ikut sekolah mengemudi di MSDC lagi, kan terlalu merepotkan kalau hanya sekedar dijadikan persyaratan saja. Apalagi untuk mendapatkan sertifikat itu tidak murah,”

Berdasarkan pernyataan kedua nara sumber tersebut mengenai prosedur sertifikat yang memberatkan Ibu Vira malah berpendapat berbeda dengan kedua nara sumber tersebut. Ia mengatakan :

“bahwa pelaksanaan pembuatan SIM seperti sekarang ini sangat baik dan harus diteruskan apalagi untuk SIM umum diharuskan memiliki sertifikat seperti yang bisa kita lihat banyak angkutan umum yang mengendarai kendaraannya sesuka hatinya, menerobos lampu merah, bahkan bisa menurunkan penumpang di tengah jalan raya yang dapat membahayakan banyak orang. Jadi pantaslah semua pemohon melalui tahapan ataupun kesulitan yang dirasakan masyarakat sekarang yang secara langsung sudah mendidik masyarakat, memahami teori Lalulintas sehingga pada saatnya nanti memiliki SIM sudah mengetahui aturan yang akan ditaati.”

Mengenai hal itu, Kanit Reg Ident SIM Satlantas Polresta Medan, AKP. Imam Alriyuddin,SH, menyatakan:

“pemohon SIM baru tidak harus melampirkan sertifikat mengemudi, karna sampai disini kita tes lagi dan tidak ada jaminan bagi pemilik sertifikat dapat lulus, bila hanya mengandalkan sertifikat mengemudi dari MSDC (Medan safty Driving Centre) ,memang sesuai dengan Undang Undang No 22 Tahun 2009 mengenai pengurusan SIM, khususnya sopir, memang wajib melalui uji kompetensi, seperti dari sekolah mengemudi. Namun, kita pihak Satlantas tetap menguji secara praktek disini,”

Hal tersebut juga di perkuat oleh Aiptu Jumino selaku Pegawai yang melakukan uji praktik bahwa :

“sesuai dengan pasal 77 ayat 3 dan 4 Undang-undang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya bahwa untuk pembuatan SIM A dan C tidak diwajibkan memiliki sertifikat dimana setiap pemohon SIM tersebut bisa mengikuti pelatihan mengemudi sendiri yang ditandai dengan sertifikat mengemudinya ataupun belajar sendiri secara otodidak terserah namun semua tetap harus teruji baik yang mengikuti pelatihan mengemudi ataupun yang tidak semua tetap harus diuji baik teori maupun praktek di Satlantas ini. Sedangkan untuk SIM umum memang harus memiliki sertifikat karna itu merupakan salah satu prosedur yang harus dipenuhi dalam pembuatan SIM sesuai dengan peraturan Undang-undang Lalu Lintas Angkutan Umum dan diuji kembali di Satlantas Medan.”

Dokumen terkait