• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TERHADAP KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL

A. Kecakapan Bertindak dan Kewenangan Hukum Sebaga

2. Prosedur Pemberian Izin Usaha Perniagaan Bahan Bakar

Seperti yang menjadi ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Nomor 7 Tahun 2005, setiap permohonan izin usaha niaga umum bahan bakar minyak terlebih dahulu harus diperlengkapi dengan syarat-syarat

64Pasal 43, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2004 tentang Kegiatan

administratif yang salah satunya adalah adanya persetujuan prinsip dari Pemerintah Daerah mengenai lokasi untuk pembangunan fasilitas dan sarana kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut secara praktis proses pengurusan izin usaha niaga umum bahan bakar minyak dari awal hingga izin usaha diberikan adalah melalui beberapa tahapan proses sebagai berikut :65

a. Persetujuan Prinsip dari Pemerintah Kota Batam.

Tahap awal dari proses penerbitan izin usaha ini adalah pengajuan permohonan persetujuan prinsip pemerintah daerah setempat yang dalam hal ini adalah Pemerintahan Kota Batam.

Di dalam pengajuannya dilampirkan beberapa salinan dokumen berikut ini : Akta Pendirian Badan Usaha bersama-sama dengan Surat Keputusan Pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia; SIUP dan TDP; beserta Domisili Badan Usaha dan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Permohonan tersebut kemudian diajukan kepada Walikota Batam dengan melalui Kepala Dinas Industri dan Perdagangan Kota Batam.66

Terhadap permohonan tersebut kemudian diterbitkan Surat Izin Prinsip Perdagangan Bahan Bakar Minyak, surat izin mana digunakan sebagai dasar untuk pengurusan izin-izin berikutnya.67

65Hasil wawancara dengan Darmawan, Mantan Kepala Departemen Hukum dan Perijinan PT.

Putra Kelana Makmur (Perusahaan induk PT. Prayasa Indomitra Sarana), tanggal 5 – 6 Juni 2012.

66Hasil wawancara dengan Darmawan, Mantan Kepala Departemen Hukum dan Perijinan PT.

Putra Kelana Makmur (Perusahaan induk PT. Prayasa Indomitra Sarana), tanggal 5 – 6 Juni 2012.

67Hasil wawancara dengan Darmawan, Mantan Kepala Departemen Hukum dan Perijinan PT.

b. Tanda Daftar Gudang.

Sebagaimana yang telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004, bahwa setiap Badan Usaha pemegang izin usaha niaga umum wajib memiliki dan/atau menguasai fasilitas dan sarana penyimpanan bahan bakar minyak,68 maka dengan demikian berdasarkan ketentuan Undang Undang Nomor 11 Tahun 1965 tentang Pergudangan, Badan Usaha juga mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan fasilitas dan sarana penyimpanan bahan bakar minyak yang dikuasai / dimiliki tersebut kepada Pemerintah Daerah setempat.69

Selain kelengkapan syarat-syarat adminsitratif yang harus dipenuhi seperti yang diatur dalam Pasal 5 juncto Pasal 11 Peraturan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Nomor 07 Tahun 2005, setiap Badan Usaha yang akan mengajukan permohonan izin usaha niaga umum wajib memiliki Tanda Daftar Gudang, yakni surat izin untuk digunakan sebagai penyimpanan / penimbunan barang di ruang tertutup atau gudang.70

Permohonan pendaftaran gudang disampaikan kepada Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam, dan setelah terbitnya Surat Tanda Gudang tersebut, melekat kewajiban Badan Usaha yang memilikinya untuk menyelenggarakan administrasi pergudangan dan melaporkannya kepada Kepala

68Pasal 47, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2004 tentang Kegiatan

Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.

69Pasal 2, Undang Undang tentang Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang nomor 5

Tahun 1962 Tentang Perubahan Undang Undang Nomor 2 Prp Tahun 1960 tentang Pergudangan menjadi Undang Undang Penetapan, juncto Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 14 Tahun 2001.

70 Pasal 1 angka 11 Keputusan Walikota Batam Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Tata cara

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Batam, selain surat tersebut dipergunakan sebagai prasyarat administratif penerbitan izin niaga umum.71

c. Angka Pengenal Importir.

Seperti yang diketahui, kegiatan usaha niaga umum beberapa di antaranya adalah menjalankan kegiatan usaha penjualan, pembelian, ekspor dan impor bahan bakar minyak,72 maka dengan demikian untuk mendapatkan izin usaha atas kegiatan bisnis yang demikian tersebut, khususnya dalam menjalankan kegiatan impor bahan bakar minyak, badan usaha yang bersangkutan harus memiliki Angka Pengenal Importir, sebagaimana yang menjadi ketentuan di dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 45/M-DAG/PER/9/2009 junctoPeraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 20/M-DAG/PER/7/2011. Angka Pengenal Importir ini diperlukan untuk melakukan penataan tertib impor dalam rangka pelaksanaan kebijakan perdagangan luar negeri di bidang impor.73

Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, badan usaha yang akan mengajukan permohonan izin usaha niaga umum terlebih dahulu harus mengajukan permohonan penerbitan Angka Pengenal Importir Umum kepada Badan Pengusahaan Kawasan Batam.74

71

Pasal 5 angka 11 Keputusan Walikota Batam Nomor 10 Tahun 2001 Tentang Tata cara Permintaan Surat Tanda Daftar Gudang.

72

Pasal 1 angka 16, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi.

73

Konsiderans menimbang huruf (a), Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 45/M- DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Impotir.

74

Pasal 3 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 45/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Angka Pengenal Importir Juncto Pasal 4B Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 20/M-

DAG/PER/7/2011 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 45/M-

d. Izin Lingkungan.

Sebagai salah satu perusahaan yang karena aktivitas bisnisnya dikategorikan sebagai perusahaan yang wajib memiliki UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup), maka dengan demikian sebelumnya PT. Prasaya Indomitra Sarana wajib untuk memperoleh Izin Lingkungan.75

Seperti yang telah menjadi ketentuan, maka izin lingkungan tersebut beserta upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang terdampak oleh aktivitas bisnis badan usaha diberikan dengan bersandarkan pada rekomendasi UKL-UPL,76 dan juga didasarkan pada ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup seperti yang dimaksudkan oleh peraturan perundang undangan.77

Baku mutu lingkungan hidup tersebut di atas adalah seperti yang dimaksudkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.

e. Izin Gangguan.

Sebagai badan usaha yang dalam menjalankan aktivitas bisnisnya adalah dengan mendirikan tempat-tempat untuk melakukan usaha yang dijalankan secara

75 Pasal 36 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

76 Pasal 8 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2010 Tentang

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.

77 Pasal 24 Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Pengendalian

teratur dalam suatu bidang usaha tertentu,78 yakni bangunan-bangunan tempat usaha mana yang dapat mengakibatkan bahaya, kerugian dan gangguan,79serta tempat dan aktivitas usaha yang berbahaya bagi kesehatan, ledakan, kebakaran dan keselamatan kerja dan gangguan terhadap lingkungan, diantaranya gangguan fungsi tanah, air tanah, laut dan udara maupun gangguan yang bersumber dari getaran dan/atau kebisingan dan/atau kebauan,80maka dengan demikian PT. Prayasa Indomitra Sarana wajib memperoleh Izin Gangguan.

Izin Gangguan tersebut diterbitkan oleh Kepala Bapedal Batam berdasarkan beberapa parameter yang dimaksudkan dalam peruntukan lokasi kegiatan seperti tercantum di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam. Pertama adalah indeks lokasi yakni dimana tempat usaha tersebut didirikan, yang kedua adalah indeks lingkungan, yaitu di kawasan mana tempat usaha tersebut berada yakni kawasan-kawasan yang sesuai, terakhir adalah Indeks Gangguan yang timbul yang ditentukan oleh besar kecilnya potensi gangguan/resiko yang muncul dari usaha yang dijalankan.81Atas penerbitan izin tersebut, badan usaha wajib membayar retribusi yang besarnya didasarkan pada ketiga parameter tersebut di atas. Parameter Indeks Gangguan dalam pengukurannya berdasarkan berikut ini :

78

Pasal 1 huruf (e) Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1987 Tentang Penertiban Pungutan-Pungutan dan Jangka Waktu Terhadap Pemberian Izin Undang Undang Gangguan.

79

Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Gangguan Staatsblad 1926 nomor 226.

80

Pasal 2 ayat 1, Peraturan Walikota Batam Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Gangguan dan Izin Pembuangan Air Limbah.

81

Pasal 7 Peraturan Walikota Batam Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Izin Gangguan dan Izin Pembuangan Air Limbah.

1) Bahan berbahaya dan beracun yang dihasilkan dan digunakan dalam kegiatan usahanya.

2) Tingkat kebisingan yang dihasilkan dari aktivitas usaha badan usaha, yang harus memenuhi batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan sekitarnya.82

3) Tingkat getaran yang dihasilkan dari aktivitas usaha badan usaha, yang harus memenuhi batas maksimal tingkat getaran mekanik yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan bangunan.83

4) Tingkat Kebauan yang dihasilkan dari aktivitas usaha dari badan usaha yang bersangkutan harus memenuhi batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.84

f. Izin Usaha Niaga Umum Sementara.

Setelah beberapa izin dan persetujuan tersebut di atas didapatkan, maka tahapan berikutnya adalah pengajuan permohonan penerbitan izin usaha niaga umum. Pengajuan permohonan tersebut diajukan kepada Menteri melalui Direktur Jenderal

82Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku

Tingkat Kebisingan.

83 Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 49 Tahun 1996 Tentang

Baku Tingkat Getaran.

84 Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 Tentang

Minyak dan Gas Bumi dengan dilengkapi oleh beberapa persyaratan administratif dan tehnis.85

Persyaratan administratif yang diminta adalah berupa pemenuhan kelengkapan beberapa dokumen dan surat sebagai berikut :

1) Dokumen-dokumen yang menyangkut legalitas PT. Prayasa Indomitra Sarana sebagai badan hukum dan badan usaha yang antara lain :86

a) Akte pendirian perusahaan dan perubahannya yang telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia.

b) Profil Perusahaan (Company Profile).

c) Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan (NPWP). d) Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

e) Surat Keterangan Domisili Perusahaan.

2) Surat Pernyataan tertulis di atas materai mengenai beberapa hal sebagai berikut :87

a) Surat Pernyataan tentang kesanggupan memenuhi aspek K3

b) Surat Pernyataan Kesanggupan Pengembangan Masyarakat Setempat. c) Surat Pernyataan Kesanggupan Memenuhi Peraturan Perundang-

undangan yang berlaku.

85

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006. 86

Pasal 5 ayat (1) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006. 87

Pasal 5 ayat (1) Juncto Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006.

d) Surat Pernyataan Kesanggupan Memenuhi Kewajiban Badan Usaha. e) Surat Pernyataan Kesediaan Dilakukan Inspeksi Lapangan.

f) Surat Pernyataan Kesanggupan Menerima Penunjukkan dan Penugasan dari Menteri Untuk Menyediakan Cadangan Bahan Bakar Minyak Nasional dan pemenuhan Kebutuhan Bahan Bakar Minyak dalam Negeri. g) Surat Pernyataan tentang Keterangan Fasilitas Niaga yang digunakan

pada kegiatan usaha, baik lokasi usaha yang berada di darat, maupun lokasi yang berada di laut.

h) Surat Pernyataan Tentang kebenaran dari dokumen dan surat pernyataan dalam persyaratan administratif dan tehnis.

3) Dokumen dan surat yang menjadi bukti atas beberapa perizinan yang disyaratkan harus telah ada dan disertakan di dalam pengajuan izin usaha niaga umum sementara, yang antara lain :

a) Surat izin Prinsip Perdagangan Bahan Bakar Minyak. b) Surat Tanda Daftar Gudang

c) Angka Pengenal Importir Umum d) Surat Izin Lingkungan

e) Surat Izin Gangguan

Untuk selanjutnya Persyaratan Tehnis yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :88

88

Pasal 5 ayat (2) Juncto Pasal 11 ayat (2) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006.

1) Study Kelayakan Pendahuluan (Preliminary Feasibility Study) 2) Surat Jaminan Dukungan Pendanaan dari Bank.

3) Rencana Sarana Pengelolaan Limbah. 4) Rencana Studi Lingkungan.

5) Rencana pembangunan fasilitas dan sarana niaga dan tehnologi yang digunakan dengan jangka waktu pembangunan paling lama 3 (tiga) tahun (Standard Tehnis Operasi yang Digunakan).

6) Kesepakatan Jaminan Pasokan Komoditas Yang diniagakan. 7) Rencana Standard dan Mutu Komoditas yang diniagakan. 8) Rencana Merk Dagang komoditas yang akan diniagakan.

9) Rencana Wilayah Usaha Niaga Bahan Bakar Minyak (Rencana Penjualan, Pembelian, Ekspor dan Impor Bahan Bakar Minyak).

Dirjen Migas kemudian melakukan penelitian dan evaluasi terhadap seluruh data dan dokumen yang menjadi persyaratan tersebut, dan untuk keperluan klarifikasi kesesuaian data-data dengan kinerja perusahaan, maka Badan Usaha diminta untuk mempresentasikan pengelolaan usahanya termasuk program kerja terkait data dan dokumen dalam proses perizinan tersebut maupun pengembangan usaha niaga umum yang akan dijalankan.89

Proses berikutnya adalah dilaksanakan peninjauan lokasi oleh Dirjen Migas bagi keperluan pemeriksaan kesesuaian data dan informasi mengenai kegiatan badan

89

Pasal 12 ayat 1 dan 2 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006.

usaha yang bersangkutan,90 dan setelah penelitian dan evaluasi terhadap data administratif dan tehnis dituntaskan, maka Dirjen Migas dengan mengatasnamakan Menteri akan menerbitkan izin usaha niaga umum sementara kepada badan usaha yang bersangkutan.91 Izin usaha sementara tersebut diberikan untuk masa pemberlakuan paling lama 3 (tiga) tahun,92 dan dapat diperpanjang satu kali untuk jangka waktu maksimal selama 2 (dua) tahun.93

Pada prinsipnya izin usaha sementara tersebut diberikan dengan maksud untuk memberikan kesempatan kepada badan usaha yang bersangkutan memulai menjalankan usahanya dengan tetap melakukan pengurusan izin-izin yang terkait berikutnya sebagaimana disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.94Adapun beberapa perizinan yang harus didapatkan terkait dengan hal tersebut di atas adalah sebagai berikut :

g. Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan dan Sertifikat Kelayakan Penggunaan Instalasi (SKPP – SKPI).

Sebagaimana diatur di dalam Pasal 40 ayat (1), (2) dan ayat (6) Undang Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, bahwa PT.

Prayasa Indomitra Sarana di dalam menjalankan usahanya memiliki kewajiban untuk antara lain :

1) Menjamin standard dan mutu kaidah ketehnikan dan menerapkan kaidah ketehnikan tersebut dengan baik.

90

Pasal 12 ayat 3 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006

91

Pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006

92

Pasal 13 ayat 4 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006

93

Pasal 13 ayat 5 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006

94

2) Menjamin keselamatan dan kesehatan kerja.

3) Menaati segala ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang mengatur perihal keselamatan dan kesehatan pekerja, kondisi dan persyaratan tempat dan lingkungan kerja, dan standard instalasi dan peralatan.

Kewajiban tersebut di atas kemudian diperjelas dan diatur melalui Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 06 P/0746/M. PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Tehnik yang dipergunakan dakam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi.

Di dalam peraturan menteri tersebut ditentukan bahwa terhadap instalasi, peralatan dan tehnik yang dipergunakan dalam kegiatan yang dilakukan di lokasi operasi pengangkutan bahan bakar minyak, di lokasi pelabuhan khusus bahan bakar minyak, di lokasi penjualan dan instalasi / depot pengisian bahan bakar minyak, wajib dilaksanakan pemeriksaan keselamatan kerja.95

Dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri tersebut, proses pemeriksaan keselamatan tersebut dijalankan oleh PT. Biro Klasifikasi Indonesia sebagai perusahaan jasa inspeksi & sertifikasi di bidang migas yang telah mendapatkan surat penunjukkan dari Dirjen Migas sebagai pihak ketiga untuk sertifikasi peralatan dan instalasi.

Setelah pemeriksaan keselamatan kerja selesai dijalankan, maka berdasarkan rekomendasi dari PT. Biro Klasifikasi Indonesia, Dirjen Migas akan menerbitkan

95

Pasal 1 angka 3 Juncto Pasal 2 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 06 P/0746/M. PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Tehnik yang Dipergunakan dakam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi.

Sertifikat Kelayakan Penggunaan Peralatan dan Sertifikat Kelayakan Penggunaan Instalasi (SKPP – SKPI) bagi badan usaha yang bersangkutan.96

Selain hal tersebut di atas ditegaskan pula bahwa segala fasilitas dan sarana perniagaan umum bahan bakar minyak hanya boleh dioperasikan setelah mendapatkan Surat Kelayakan Penggunaan Instalasi (SKPI) dan Surat Kelayakan Penggunaan Peralatan (SKPP) dari Dirjen Migas sebagaimana tersebut di atas.97 h. Nomor Induk Kepabeanan (NIK).

PT. Prayasa Indomitra Sarana dalam memenuhi persediaan bahan bakar minyak yang diperdagangkan akan lebih banyak melakukan pembelian minyak secara impor, dengan demikian segala sesuatunya tidak terlepas dari kegiatan kepabeanan. Untuk itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PT. Prayasa Indomitra Sarana berkewajiban untuk melakukan registrasi kepabeaanan, yakni menjalankan kegiatan pendaftaran ke Dirjen Bea dan Cukai sebagai pengguna jasa kepabeanan, untuk mendapatkan nomor indentitas kepabeanan.98

Nomor induk kepabeanan adalah nomor identitas yang harus dipergunakan ketika mengakses atau berhubungan dengan sistem kepabeanan, baik yang menggunakan tehnologi informasi maupun secara manual, dan untuk memperolehnya badan usaha yang bersangkutan mengajukan permohonan dan registrasinya melalui Dirjen Bea dan Cukai.

i. Persetujuan Impor Minyak dan Gas Bumi

96

Pasal 6 Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 06 P/0746/M. PE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja atas Instalasi, Peralatan dan Tehnik yang Dipergunakan dakam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi.

97Pasal 40 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006 98Pasal 1 angka (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 63/PMK.04/2011 Tentang Registrasi

Dalam rangka untuk memberikan dukungan kepada penyediaan bahan bakar minyak,99 serta mempertimbangkan kondisi pasokan dan kebutuhan bahan bakar minyak di dalam negeri,100 maka setiap badan usaha yang akan melakukan impor bahan bakar minyak wajib mendapat persetujuan impor dari Menteri Perdagangan.101

Sebelum penerbitan surat persetujuan impor tersebut, badan usaha harus mendapatkan surat rekomendasi dari Dirjen Migas mengenai jenis dan jumlah bahan bakar minyak yang dapat dilakukan impor.102 Untuk mendapatkan rekomendasi, badan usaha tersebut mengajukan permohonan kepada Dirjen Migas dengan melampirkan bukti legalitas badan usaha dan informasi mengenai rencana kwantitas bahan bakar minyak yang akan diimpor termasuk jenis dan harga bahan bakar minyak yang akan diimpor tersebut.103

Surat persetujuan impor akan diterbitkan oleh Menteri Perdagangan melalui Dirjen Perdagangan Luar Negeri, setelah badan usaha yang bersangkutan mengajukan permohonan persetujuan dengan melampirkan salinan bukti Nomor Pokok Wajib Pajak, Angka Pengenal Importir, Nomor Identitas Kepabeanan dan Surat Rekomendasi Impor Bahan Bakar Minyak dari Dirjen Migas.104

j. Izin Pelabuhan Khusus

99

Konsiderans Menimbang huruf (b) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 42/M-DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Minyak dan Gas Bumi.

100 Pasal 3 ayat 1 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 42/M-

DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Minyak dan Gas Bumi.

101 Pasal 4 ayat 2 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 42/M-

DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Minyak dan Gas Bumi.

102 Pasal 3 ayat 2 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 42/M-

DAG/PER/9/2009 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Minyak dan Gas Bumi Juncto Pasal 38 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 07 Tahun 2006.

103 Hasil wawancara dengan Darmawan, Mantan Kepala Departemen Hukum dan Perijinan

PT. Putra Kelana Makmur (Perusahaan induk PT. Prayasa Indomitra Sarana), tanggal 5 – 6 Juni 2012.

104 Pasal 4 ayat 6 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 42/M-

Izin pelabuhan khusus dibutuhkan kepada badan usaha yang memiliki atau menguasai fasilitas pelabuhan khusus, yakni pelabuhan yang dikelola untuk kepentingan sendiri guna menunjang kegiatan tertentu yang berupa kegiatan perniagaan bahan bakar minyak,105 yang dalam hal pelabuhan tersebut telah siap dipergunakan maka dengan demikian Izin Pelabuhan Khusus ini adalah dalam bentuk izin pengoperasian pelabuhan khusus.

Izin pengoperasian tersebut diberikan melalui Menteri Perhubungan dengan persyaratan sebagai berikut :106

1) Kemampuan menjalankan keamanan, ketertiban dan keselamatan pelayaran. 2) Pengelolaan lingkungan

3) Memiliki sistem dan prosedur pelayanan / penangananloading /unloading. 4) Tersedianya sumber daya manusia di bidang tehnis pengoperasian pelabuhan

yang memiliki kualifikasi dan sertifikasi tertentu.

k. Regristasi dan Izin Usaha di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

Mengingat aktivitas usaha dari PT. Prayasa Indomitra Sarana berpusat di pulau Batam, sedangkan pulau Batam adalah bagian dari kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas yang dikelola oleh Badan Pengusahaan Kawasan Batam, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Pengawasan atas Pemasukan dan Pengeluaran Barang ke dan dari serta Berada di

105Pasal 1 huruf (5) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 Tentang Kepelabuhan. 106Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 Tentang Kepelabuhan.

Kawasan yang Telah Ditunjuk Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, maka badan usaha yang bersangkutan tersebut wajib untuk melakukan regristasi perusahaan dan izin usaha kepada Badan Pengusahaan Batam sebelum melakukan aktivitas perniagaan bahan bakar minyak di kawasan Batam.

Sejumlah salinan dokumen menyangkut eksistensi dari badan usaha wajib dilampirkan di dalam surat permohonan regristasi perusahaan dan izin usaha tersebut di atas, yang antara lain : SIUP, TDP, TDG, API, NPWP, NIK, Bidang Usaha, Jenis barang yang diperniagakan, domisili perusahaan, hingga informasi mengenai jumlah tenaga kerja.107

Selain beberapa hal tersebut di atas, badan usaha yang bersangkutan juga mempunyai kewajiban untuk melaporkan di dalam lampiran permohonan mengenai Rencana Impor Barang yang dibutuhkan selama setahun, yang di dalamnya mencantumkan uraian dan spesifikasi barang, jumlahnya dan diimpor melalui pelabuhan mana.108

l. Izin Niaga Umum Tetap.

Izin usaha niaga umum yang bersifat tetap dalam prosesnya diajukan sebagai usulan oleh Dirjen Migas kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, setelah semua yang menjadi persyaratan dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam izin usaha sementara telah tuntas terpenuhi.109

107

Hasil wawancara dengan Darmawan, Mantan Kepala Departemen Hukum dan Perijinan PT. Putra Kelana Makmur (Perusahaan induk PT. Prayasa Indomitra Sarana), tanggal 5 – 6 Juni 2012.