• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: PELINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL DI

B. Tinjauan Umum Tentang Merek

6. Prosedur Pendaftaran Merek

Ketika seseorang atau suatu badan usaha yang mempunyai suatu Merek selayaknya Mereka harus mendaftarkan Mereknya agar pemilik atau pemegang Merek tersebut mempunyai hak atasMerek.Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pernilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau mernberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya (Pasal 1 ayat (5) UU No.20 Tahun 2016).

Berlakunya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016, prosedur pendaftaran Merek yang sebelumnya didasarkan pada Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 juga mengalami perubahan. Tahap pengumuman yang sebelumnya dilaksanakan pasca pemeriksaan substantif, kini dilaksanakan sebelum pemeriksaan substantif.

Secara umum, tahapan prosedur pendaftaran Merek berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 terdiri atas pemeriksaan formalitas, pengumuman, pemeriksaan substantif, dan sertifikasi.

1. Pemeriksaan Formalitas

Dilakukan untuk memastikan permohonan pendaftaran merek memenuhi persyaratan administratif yang meliputi formulir permohonan,

label Merek, bukti pembayaran biaya permohonan, surat pernyataan kepemilikan Merek, surat Kuasa jika permohonan diajukan melalui Kuasa, dan bukti prioritas jika permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas. Hak prioritas adalah “hak Pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dan negara yang tergabung dalam Konvensi Paris tentang Pelindungan Kekayaan Industri (Paris Convention for the Protection of Industrial Property) atau Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (Agreement Establishing the World Trade Organization) untuk memperoleh pengakuan bahwa Tangga1 Penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga anggota salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan perjanjian internasional dimaksud” (Pasal 1 ayat (17) Undang-undang No.20 Tahun 2016).

Jika ditemukan kekurangan perlengkapan persyaratan berupa surat pernyataan kepemilikan merek, atau surat kuasa, pemohon dapat memenuhi kelengkapan persyaratan tersebut dalam jangka waktu paling lama dua bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan untuk memenuhi kelengkapan persyaratan. Namun sebagaimana telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya, apabila kekuranglengkapan persyaratan bukan termasuk salah satu dari persyaratan minimum berarti permohonan berhak mendapatkan tanggal penerimaan dan berhak untuk diumumkan.21

21Agus Indriyanto dan Irnie Mela Yusnita, Aspek Hukum Pendaftaran Merek, Jakarta:

Rajagrafindo Persada , 2017, hlm. 27.

52

Permohonan pendaftaran merek yang tidak dapat memenuhi kekurang lengkapan persyaratan dalam jangka waktu yang ditentukan maka permohonan tersebut dianggap ditarik kembali. Apabila terjadi bencana alam atau keadaan memaksa diluar kemampuan manusia sehingga kelengkapan persyaratan permohonan pendaftaran merek belum dapat dipenuhi, pemohon atau kuasanya dapat meminta perpanjangan jangka waktu pemenuhan kelengkapan persyaratan tersebut.

Selanjutnya, jika kekurangan persyaratan administratif berupa bukti prioritas, jangka waktu pemenuhan kekuranglengkapan persyaratan administratif tersebut harus diajukan paling lama 3 bulan terhitung sejak berakhirnya jangka waktu pengajuan permohonan dengan menggunakan hak prioritas. Permohonan yang tidak dapat memenuhi persyaratan bukti prioritas tetap diproses namun dengan tidak menggunakan hak prioritas.

2. Pengumuman

Dalam waktu paling lama lima belas hari terhitung sejak tanggal penerimaan, permohonan pendaftaran merek yang telah memenuhi persyaratan minimum diumumkan dalam Berita Resmi Merek (BRM).

Pengumuman tersebut berlangsung selama dua bulan. Informasi yang diumumkan dalam Berita Resmi Merek tersebut mencakup:22

1) Nama dan alamat pemohon, termasuk kuasa jika permohonan diajukan melalui kuasa;

2) Kelas dan jenis barang dan/atau jasa;

3) Tanggal penerimaan;

22Ibid., hlm. 28.

4) Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas.

5) Label Merek, termasuk keterangan mengenai warna dan jika label merek menggunakan bahasa asing dan/atau huruf selain huruf latin dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa Indonesia , disertai terjemahannya ke dalam bahasa indonesia, huruf latin tau angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia, seta cara pengucapan nya dalam ejaan latin.

Selama masa pengumuman, pihak ketiga dapat mengajukan keberatan terhadap permohonan pendaftaran Merek tersebut secara tertulis kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI). Alasan keberatan harus didasarkan pada ketentuan Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 mengenai Merek yang tidak dapat didaftar atau ditolak. DJKI kemudian akan mengirimkan salinan dokumen keberatan tersebut kepada pemohon yang permohonan pendaftaran mereknya menerima keberatan dalam waktu paling lama empat belas hari terhitung sejak tanggal penerimaan keberatan.

Pemohon yang permohonan pendaftaran mereknya menerima keberatan berhak mengajukan sanggahan terhadap keberatan. Sanggahan tersebut harus diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama dua bulan terhitung sejak tanggal pengiriman salinan keberatan yang disampaikan oleh DKJI. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, dalam tahap pengumaman ini pemohon juga dapat melengkapi kekurangan persyaratan administratif yang bukan merupakan

54

persyaratan minimum seperti surat pernyataan kepemilikan merek, surat kuasa, atau bukti prioritas.

3. Pemeriksaan Substantif

Pemeriksaan substantif dilaksanakan setelah permohonan pendaftaran merek memenuhi seluruh persyaratan administratif. Apabila tidak terdapat keberatan, maka dalam jangka waktu paling lama tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berakhirnya pengumuman akan dilaksanakan pemeriksaan substantif terhadap permohonan Merek dimaksud. Dalam hal terdapat keberatan, permohonan pendaftaran Merek masuk ke tahap pemeriksaan substantif dalam jangka waktu paling lama tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berakhirnya batas waktu penyampaian sanggahan.23

Ketentuan mengenai pemeriksaan substantif Merek diatur dalam Pasal 23 dan Pasal 24 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016. Sementara, pemeriksaan apakah suatu permohonan Merek diberikan hak, tidak dapat didaftar atau ditolak didasarkan pada Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 mengenai Merek yang tidak dapat didaftar atau ditolak.

Dalam hal terdapat keberatan permohonan pendaftaran merek, keberatan dan sanggahan yang diterima menjadi pertimbangan dalam pemeriksaan substantif. Pemeriksaan substantif secara ex officio dan pemeriksaan keberatan dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaan.

Pemeriksaan substantif diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 150 hari.

23Ibid., hlm. 29.

Hasil pemeriksaan substantif akan diinformasikan kepada pemohon atas kuasanya. Dalam hal terdapat keberatan terhadap permohonan pendaftaran merek, hasil pemeriksaan substantif juga diinformasikan kepada pihak yang mengajukan keberatan. Apabila terhadap permohonan tersebut setelah pemeriksaan substantif dianggap dapat diberikan hak atas merek, DJKI kemudian akan menerbitkan setifikat merek dan mengumumkannya ke dalam Berita Resmi Merek.

Jika hasil pemeriksaan substantif menyatakan bahwa permohonan pendaftaran Merek tidak dapat dididaftar atau permohonan ditolak, maka Pemohon berhak menyampaikan tanggapan secara tertulis kepada DJKI dalam jangka waktu paling lama tiga puluh hari terhitung sejak tanggal pengeriman surat pemberitahuan. Apabila tidak ada tanggapan dari Pemohon, maka DJKI akan menetapkan penolakan permohonan tersebut, begitu juga halnya apabila DJKI memutuskan bahwa tanggapan yang disampaikan oleh Pemohon oleh pemohon tidak dapat dterima. Apabila tanggapan diterima, maka DJKI akan menerbitkan sertifikat merek dan mengumumkannya ke dalam Berita Resmi Merek.24

Pemohon memiliki hak untuk mengajukan banding atas penolakan terhadap permohonan pendaftaran mereknya kepada Komisi Banding Merek dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan penolakaan permohonan dianggap diterima oleh pemohon.

24Ibid., hlm. 30.

56

Komisi Banding Merek wajib memberikan keputusan atas permohonan banding merek dalam waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan banding. Jika permohonan banding dikabulkan, maka terhadap permohonan pendaftaran merek yang diajukan tersebut akan diberikan hak atas merek dan DJKI akan menerbitkan sertifikat merek serta mengumumkannya dalam Berita Resmi Merek. Dalam hal Komisi Banding Merek menolak permohonan banding, maka pemohon dapat mengajukan gugatan atas keputusan penolakan permohonan banding tersebut ke pengadilan niaga dalm waktu paling lama tiga bulan terhitung sejak tinggal diterimanya keputusan penolakan. Terhadap putusan pengadilan niaga tersebut dapat diajukan kasasi.

4. Sertifikasi

Sertifikat Merek merupakan bukti hak atas merek merupakan hak eksklusif dari negara (dalam hal ini DJKI) dan diberikan kepada pemilik Merek selama jangka waktu tertentu untuk dipergunakan sendiri atau pihak lain atas seizinnya untuk menggunakan Merek miliknya tersebut. Pemilik Merek memiliki hak atas Mereknya yang dimulai sejak Merek tersebut terdaftar di DJKI. Dengan terdaftarnya Merek tersebut, maka DJKI akan menerbitkan sertifikat Merek yang bersangkutan. Sertifikat Merek memuat informasi yang terdiri atas:

1) Nama dan alamat lengkap pemilik Merek yang didaftar;

2) Nama dan alamat lengkap kuasa, dalam hal permohonan diajukan melalui kuasa;

3) Tanggal penerimaan;

4) Nama negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali dalam permohonan diajukan dengan menggunakan hak prioritas.

5) Label Merek yang didaftarkan, termasuk keterangan mengenai macam warna jika merek tersebut menggunakan unsur warna, dan jika merek menggunakan bahasa asing, huruf selain huruf latin, dan/atau angka yang tidak lazim digunakan dalam bahasa indonesia disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia, huruf latif dan angka yang lazim digunakan dalam bahasa Indonesia serta cara pengucapannya dalam ejaan latin.

6) Nomor dan tanggal pendaftaran

7) Kelas dan jenis barang dan/atau jasa yang mereknya didaftar dan.

8) Jangka waktu berlakunya pendaftaran Merek.

Apabila sertifikat Merek yang telah diterbitkan tidak diambil oleh pemilik Merek atau kuasanya dalam jangka waktu paling lama 18 (delapan belas) bulan terhitung sejak tangggal penerbitan sertifikat, maka merek yang telah terdaftar tersebut dianggap ditarik kembali dan dihapuskan.25

C. Pelindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal di Indonesia Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis

Negara adalah yang paling berperan dalam meningkatkan kepastianpelindungan hukum. Dalam hal ini dilakukan Direktorat Jenderal

25Ibid., hlm. 30

58

terutama pelindungan untuk menolak permintaan Merek yang mempunyai persamaan dengan Merek yang sudah mendapat filing date. Selain Direktorat Jenderal, pengadilan melalui putusan-putusannya, memiliki peran dan kewenangan yang sangat menentukan atas stabilitas jaminan pelindungan hak atasMerek.

Suatu merek yang bisa mendapatkan perlindungan hukum dari negara merupakan merek yang telah terdaftar yang sah dan diakui oleh Undang-undang dan mempunyai nomor register, sehingga memperoleh perlindungan dari Negara melalui Kantor Pengadilan. Sedang merek yang belum atau tidak terdaftar tidak memperoleh perlindungan hukum dari Negara.Seperti yang pernah dikatakan,

“Merek yang dapat didaftarkan adalah Merek yang memiliki kekuatan daya pembeda atau “distinctive power”.26

Hukum dalam memberikan pelindungan dapat melalui cara-cara tertentu, antara lain yaitu dengan:27

1. Membuat peraturan (by giving regulation), bertujuan untuk:

a. memberikan hak dan kewajiban;

b. menjamin hak-hak para subjek hukum;

2. Menegakan peraturan (by law enforcement) melalui:

a. hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventive) terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen, dengan perijinan dan pengawasan;

26M.Yahya Harahap, Tinjauan Merek secara umum dan hukum Merek di Indonesia berdasarkan Undang-undang No 19 tahun 1992 , Bandung: P.T. CITRA ADITYA BAKU, 1996, hlm. 205.

27Wahyu Sasongko, op.cit., hlm.31.

b. hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive) pelanggaran, dengan mengenakan sanksi pidana dan hukuman;

c. hukum perdata yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative;

recovery; remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.

Cara dan langkah pertama yang dilakukan dalam pelindungan hukum adalah pembuatan peraturan perundang-undangan. Dikatakan sebagai perlindungan hukum karena tindakan-tindakannya harus didasarkan pada peraturan hukum.

Tanpa peraturan, maka tindakan hukum belum dapat dilakukan.28Peraturan dalam hal ini merupakan peraturan-peraturan yang mengatur tentang Merek yaitu Undang-undang Merek Nomor 20 Tahun 2016 yang berlaku pada saat ini.

Pengaturan mengenai perlindungan Merek terkenal dapat dilihat pada Pasal21 ayat (1) UU MIG, di mana dinyatakan bahwa:

“Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan:

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih dahulu oleh pihak lain untuk barang dan atau jasa sejenis;

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dari/atau jasa sejenis;

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang darr/atau jasa tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu; atau

d. Indikasi Geografis terdaftar”.

Pada Pasal di atas, merupakan pelindungan hukum bersifat pencegahan (preventive) dikarenakan adanya pencegahan berupa penolakan permohonan

28Ibid.

60

pendaftaran Merek yang di indikasi memiliki kesamaan terhadap Merek terkenal.

Dalam bagian Penjelasan Pasal 21 ayat (1) huruf (b) Undang-undangNomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dinyatakan bahwa penolakan permohonan yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan dengan Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.

Jika hal tersebut belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.29

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis juga memungkinkan pemilik Merek terkenal berdasarkan putusan pengadilan untuk mengajukan gugatan kepada Pengadilan Niaga terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan Merek yaang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang dan/atau jasa yang sejenis berupa:30

a. gugatan ganti rugi; dan/atau

29Risa Amrikasari S.S., S.H., M.H, “Perlindungan Merek Terkenal”

(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5941f01d7fa0e/perlindungan-merek-terkenal-berdasarkan-hukum-di-indonesia, Diakses Pada 25 Oktober 2019,2019).

30Lucky Setiawati, S.H., “Merek Terkenal yang Tidak

Terdaftar”(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl5892/merek-terkenal-yang-tidak-terdaftar Diakses Pada 25 Oktober 2019, 2019)

b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek tersebut.

Pasal 76 ayat (1) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 menyebutkan gugatan pembatalan merek dapat diajukan oleh pihak yang berkepentingan (pemilik Merek terdaftar, jaksa, yayasan/lembaga di bidang konsumen, dan majelis/lembaga keagamaan) berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau 21 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.31 Hal di atas merupakan pelindungan hukum yang berfungsi untuk memulihkan hak (curative; recovery; remedy) si pemilik Merek terkenal dengan wujud ganti rugi atau penghentian semua perbuatan terkait Merek tersebut.

31Abi Jam'an Kurnia, S.H., “Proses Pendaftaran Merek”

(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/cl6941/proses-pendaftaran-merek-dan-gugatan-pembatalannya/, Diakses Pada 25 Oktober 2019, 2019

BAB III

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN MEREK TERKENAL YANG ADA DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Pelanggaran Hak Merek 1. Pengertian Pelanggaran Hak Merek

Pada dasarnya pelanggaran hak Merek dapat terjadi jika seseorang atau badan hukum menggunakan Merek dagang atau Merek dagang yang serupa milik seorang pemilik Merek dagang atau jasa tanpa seizin pemilik merek dengan itikad tidak baik. Penggunaan tersebut dilakukan dalam bidang perdagangan yang berarti bahwa pelanggaran dilakukan sehubungan dengan penjualan dan promosi barang yang dapat menimbulkan kerugian baik secara materil maupun imateril bagi pemilik Merek.

Pada dasarnya, untuk memahami apakah perbuatan itu merupakan pelanggaran hak Merek, harus dipenuhi unsur-unsur berikut ini:

a. Larangan Undang-undang

Perbuatan yang dilakukan oleh pengguna hak kekayaan intelektual dilarang dan dapat diancam dengan hukuman oleh Undang-undang.

b. Izin (Lisensi)

Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual dilakukan tanpa persetujuan (lisensi) dari pemilik atau pemegang hak terdaftar.

c. Pembatasan Undang-undang

Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang.

d. Jangka waktu

Penggunaan Hak Kekayaan Intelektual dilakukan dalam jangka waktu pelindungan yang telah ditetapkan oleh Undang-undang atau perjanjian tertulis atau lisensi.1

Pelanggaran hak Merek ini dapat dilakukan dengan menduplikasi suatu Merek dengan mengubah kata atau gambar yang terdapat dalam Merek tersebut dengan jenis produk yang sama atau sebaliknya. Arti pelanggaran Merek menurut UU No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dapat diinterpretasikan menjadi 4 (empat) macam yaitu:

a. Perbuatan pelanggaran Merek yang dilakukan secara sengaja dan tanpa hak dengan menggunakan Merek yang sama;

b. Perbuatan pelanggaran Merek yang dilakukan secara sengaja dan tanpa hak dengan menggunakan Merek yang serupa;

c. Perbuatan pelanggaran Merek yang dilakukan karena kelalaiannya;

d. Perbuatan pelanggaran Merek karena menggunakan tanda yang dilindungi berdasarkan indikasi geografis atau indikasi asal yang dilakukan secara sengaja dan tanpa hak sehingga menyesatkan masyarakat mengenai asal barang dan jasa.

Pelanggaran terhadap Merek terutama disebabkan adanya keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam perdagangan yang biasanya dilakukan dengan menggunakan merek-merek Terkenal dalam masyarakat.

1Abdul Khadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung:Citra Aditya, 2001, hlm. 144.

64

Maka dapat disimpulkan bahwa pelanggaran Merek adalah pelanggaranyang dilakukan di bidang Merek dengan cara pemakaian Merek Terkenal dan/atau Merek terdaftar tanpa adanya izin pemegang Merek yang berhak.Peniruan terhadap Merek Terkenal dengan tujuan memudahkan pemasaran karena Merek Terkenal sudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

2. Bentuk Pelanggaran Hak Merek

Pada hakekatnya pelanggaran Merek yang terjadi di Indonesia diakibatkan oleh sikap konsumtif masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan berorientasi pada pemakaian produk-produk luar negeri (label minded) , apalagi kalau itu Merek Terkenal.2

Akan tetapi daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan mereka belum mampu untuk membeli produk luar negeri yang harganya lebih tinggi dari produk lokal pada umumnya. Hal ini memicu adanya perilaku pelaku usaha atau produsen yang memiliki itikad tidak baik untuk melakukan pelanggaran Merek.

Praktik pelanggaran Merek yang sering dilakukan atau terjadi dimasyarakat adalah sebagai berikut :

1. Praktik Peniruan Merek Dagang (Trademark Piracy)

Menggunakan Merek dengan meniru Merek Terkenal yang sudah ada sehingga menimbulkan kesan kepada masyarakat umum seakan-akan barang atau jasa yang diproduksi sama dengan barang atau jasa yang tekenal.

2. Praktik Pemalsuan Merek Dagang (Counterfeiting)

2Ismail Saleh, Hukum dan Ekonomi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1990,hlm.51.

Memproduksi barang-barang dengan menggunakan Merek yang sudah ada atau dikenal masyarakat luas tanpa ada izin dari pemiliknya.

3. Perbuatan-Perbuatan yang dapat mengacaukan publik berkenaan dengan sifat dan asal-usul Merek (Imitation of label and packaging) Berupaya dengan cara mencantumkan keterangan tentang sifat dan asal-usul barang yang tidak sebenarnya, untuk mengelabui konsumen, seakan-akan barang tersebut memiliki kualitas yang baik karena berasal dari daerah penghasil barang yang bermutu.

Dalam praktik di Indonesia, pelanggaran justru banyak terjadi melalui penggunaan langsung tanpa ada kehendak untuk mendaftarkan suatu Merek Terkenal (well-known trademarks). Bentuk pelanggaran yang dapat diidentifikasi meliputi:

1. Penggunaan Merek untuk produk barang dan/atau jasa yang tidak sejenis yang dapat menyesatkan konsumen, contoh penggunaan Merek Sony berikut inisialnya untuk produk makanan kecil,underwear dan sebagainya.

2. Penggunaan nama-nama asing sebagai Merek, seperti nama Louis, Karl dan sebagainya.

3. Penggunaan Merek secara tanpa hak untuk barang atau jasa yang sejenis, contoh, Charles Jourdan untuk produk tas dan dompet.

4. Penggunaan material (bahan) dan juga peniruan model produk dengan inisial Merek Terkenal,contoh penggunaan corak materi (bahan), accessories sampai dengan model yang sama dengan tas Merek YSL atau Louis Vuitton yang asli (genuine product).

66

5. Pencantuman indikasi asal yang dapat menyesatkan konsumen, contoh Made in Italy,Made in Japan dan sebagainya.

6. Penerapan Merek Terkenal oleh pihak pembeli (termasuk pembeli asing) terhadap produk-produk yang dibeli secara kosongan dan jual putus di Indonesia dengan tujuan untuk dijual kembali, contoh dalam kasus jual beli kosongan perhiasan dari perak dan berbagai hasil kerajinan Indonesia lainnya.3

Pada Pasal 21 ayat (1) dan (2) Undang-undang Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis secara tidak langsung telah menyatakan bentuk-bentuk yang merupakan pelanggaran atas hak Merek terdaftar.

B. Penyelesaian Sengketa Terhadap Pelanggaran Hak Atas Merek

Pengadilan memiliki wewenang untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal penyelesaian sengketa Merek pengadilan yang berwenang mengadili adalah Pengadilan Umum. Sejak tahun 1999, kita mempunyai Pengadilan Niaga yang berada di Pengadilan Negeri untuk menyelesaikan sengketa-sengketa bidang perdagangan termasuk bidang HKI.

Penyelesian melalui pengadilan apabila terjadi pelanggaran tehadap Merek, dan Penggugat harus dapat membuktikan bahwa Merek milik Tergugat adalah :

1. Memiliki persamaan yang menyesatkan konsumen pada saat menggunakan produk atau jasa Tergugat, atau ;

2. Memiliki persamaan pada pokoknya terhadap Merek yang dimiliki Penggugat

3Maehsoen Ali, Rahmi Jened,”Kesadaran Pengusaha Kecil dan Menengah Jawa Timur akan Arti Penting Desain Industri”,Penelitian IP Clinic – FIPSI – JETRO – FH UNAIR.2000,hlm.13-18

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Niaga

Pemilik Merek terdaftar maupun penerima lisensi Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan Merek tersebut.Gugatan pelanggaran Merek mengacu kepada Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis sesuai dengan Pasal 83 yang menyatakan bahwa :

1) Pemilik Merek terdaftar dan/atau penerirna Lisensi Merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hak menggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk barang darr/atau jasa yang sejenis berupa:

a. gugatan ganti rugi; dan/atau

b. penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan Merek tersebut.

2) Gugatan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) dapat pula diajukan oleh pernilik Merck terkenal berdasarkan putusan pengadilan.

3) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada Pengadilan Niaga.

Mengenai tata cara gugatan pada Pengadilan Niaga diatur pada Pasal 85 ayat (1) sampai dengan ayat (9), sebagai berikut:

Mengenai tata cara gugatan pada Pengadilan Niaga diatur pada Pasal 85 ayat (1) sampai dengan ayat (9), sebagai berikut:

Dokumen terkait