• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL UNTUK KLASIFIKASI MEREK TIDAK SEJENIS MAUPUN SEJENIS (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.960/K/PDT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL UNTUK KLASIFIKASI MEREK TIDAK SEJENIS MAUPUN SEJENIS (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.960/K/PDT."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PELINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL UNTUK KLASIFIKASI MEREK TIDAK SEJENIS MAUPUN SEJENIS (STUDI PUTUSAN

MAHKAMAH AGUNG NO.960/K/PDT.SUS/2010) S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Syarat- syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH :

ANANNIAS SEPTIADI NIM: 150200589

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

ABSTRAK Anannias Septiadi*

Prof. Dr. Saidin, SH, M.Hum**

Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS***

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan dan jasa.. Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan apabila terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Namun, hal ini justru cenderung dimanfaatkan oleh para pihak yang ingin memperoleh keuntungan dari Merek yang sudah terkenal, sehingga dalam prakteknya sering terjadi penggunaan Merek Terkenal tanpa izin dari pemilik Merek tersebut sehingga terjadi pelanggaran Merek yang mengandung unsur persamaan pada pokoknya. Dalam hal ini, perlindungan hukum bagi Merek Terkenal sangat dibutuhkan. Adapun dalam skripsi ini akan dibahas lebih lanjut tentang bagaimana pelindungan hukum terhadap Merek terkenal di Indonesia Menurut UU No.20/2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, bagaimana akibat hukum terhadap pelanggaran merek di Indonesia, dan bagaimana penyelesaian sengketa merek Vans Off The Wall Milik Vans Inc dengan Vans Off The Top milik Kim Sum Soo di Indonesia dikaitkan dengan UU No.20/2016.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif, dimana data primer diambil dari Putusan MA No.960/K/PDT.SUS/2010, serta peraturan perundang-undangan yang terkait yaitu Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Berdasarkan penelitian hukum yang telah dilakukan atas Putusan MA No.960/K/PDT.SUS/2010 yaitu kasus sengketa Merek Vans Off The Wall milik Vans Inc dengan Vans Off the Top milik Kim Sum Soo, maka dapat disimpulkan bahwa Penerapan putusan No.960K/Pdt.sus-HKI/2015 masih menggunakan Undang-undang No.15 Tahun 2001, namun putusan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan Undang-undang No.20 Tahun 2001 dengan membatalkan Merek Vans Off The Top milik Kim Sum Soo yang dapat dilihat dari adanya persamaan pada pokoknya jika dikaitkan dengan Pasal 21 ayat (1) dan (2) huruf b Undang-undang Nomor 20 tahun 2016 dari logo atau bentuk maupun unsur-unsur esensial yang terdapat antara Merek “Vans Off The Wall” dan Merek “Vans Off The Top”.

Tergugat juga telah melakukan itikad tidak baik jika dikaitkan menurut Pasal 21 ayat (3) Undang-undang Tahun 2016 pada saat mendaftarkan Mereknya.

Kata Kunci:Pelindungan Hukum, Merek, Undang-Undang Merek.

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I

***Dosen Pembimbing II

(4)

Salam Sejahtera

Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, serta penyertaaNya berupa karunia kesehatan dan ilmu pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi saya adalah “PELINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL UNTUK KLASIFIKASI MEREK TIDAK SEJENIS MAUPUN

SEJENIS (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NO.960/K/PDT.SUS/2010)”.

Dalam pengerjaan skripsi ini, saya telah berusaha sebaik mungkin namun karena keterbatasan yang dimiliki, saya menyadari masih banyak kekurangan baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Untuk itu saya menerima secara terbuka untuk kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam masa sayaan skripsi ini saya menyadari sepenuhnya bahwa saya banyak sekali menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting.,SH.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

(5)

iii

2. Bapak Prof. Dr.Saidin,SH.,M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Pembimbing I saya yang telah bersedia memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakutas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Ibu Dr. Rosnidar Sembiring,SH.,M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini, sehingga sayas dapat menyelesaikan skripsi tersebut;

6. Bapak Prof.Dr.Tan Kamello,SH.,M.S selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia dengan teliti memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini;

7. Seluruh dosen dan staf pengajar yang telah memberikan bimbingan selama dalam perkuliahan;

8. Tanuin yang telah menemani saya dari awal hingga akhir sayaan skripsi ini;

9. Mira dan Bayu selaku teman yang membantu mengajarkan bagaimana pengerjaan skripsi ini;

10. Almarhum Danil Nicholas yang telah membantu dan memberi masukan terhadap skripsi ini;

(6)

11. Veoroja selaku teman saya yang akan berkeluarga;

12. Keluarga kicik selaku teman-teman saya yaitu Ezra, Otot, Mira, Nahda, yang sudah menghilang satu persatu, terima kasih untuk pertemanan yang dulu terjalin, sukses untuk kalian;

13. Josua Ramoti selaku adik junior saya semasa perkuliahan;

14. Dan semua teman-teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ini, terima kasih.

Terkhusus, Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu saya yang sudah membesarkan hingga mendidik saya menjadi saya yang berada di titik sekarang ini dan juga kepada Ayah saya yang juga sudah membesarkan, membiayai saya dan memberikan arahan yang tegas kepada saya hingga saya berada di titik yang saat ini.

Akhirnya sembari mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya, saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi saya sendiri maupun bagi para pembaca dan dapat digunakan untuk kemajuan bangsa dan negara.

Medan, Oktober 2019

Anannias

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penulisan ... 11

D. Manfaat Penulisan ... 12

E. Metode Penelitian ... 12

F. Keaslian Penulisan ... 15

G. Tinjauan Pustaka ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II: PELINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS.. ... 22

A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Hukum ... 22

B. Tinjauan Umum Tentang Merek ... 27

1. Sejarah Pengaturan Merek di Indonesia ... 27

2. Pengertian Merek ... 30

3. Jenis Merek ... 35

4. Fungsi Merek ... 40

5. Sistem Klasifikasi Merek ... 42

6. Prosedur Pendaftaran Merek ... 50

C. Pelindungan Hukum Terhadap Merek Terkenal Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. ... 58

BAB III: AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK MEREK TERKENAL YANG ADA DI INDONESIA ... 62

(8)

A. Tinjauan Umum Pelanggaran Hak Merek ... 62

1. Pengertian Pelanggaran Hak Merek ... 62

2. Bentuk Pelanggaran Hak Merek ... 64

B. Penyelesaian Sengketa Terhadap Pelanggaran Hak Atas Merek ... 66

1. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Niaga ... 67

2. Penyelesaian Sengketa Melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa ... 69

C. Akibat Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Merek Terkenal Yang Ada di Indonesia ... 70

BAB IV: PENYELESAIAN SENGKETA MEREK VANS OFF THE WALL MILIK VANS INC DENGAN VANS OFF THE TOP MILIK KIM SUM SOO DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS.. ... 74

A. Keberadaan Vans Sebagai Merek Terkenal ... 74

1. Kriteria Merek Terkenal ... 74

2. Sejarah Merek Vans ... 76

3. Pendaftaran Merek Vans Off The Wall di Berbagai Negara ... 80

B. Penyelesaian Hukum Atas Sengketa Merek Vans di Indonesia... 87

1. Putusan Majelis Hakim Mahkamah Agung No.960/K/PDT.SUS/2010 ... 87

2. Posisi Kasus ... 88

3. Pertimbangan Hukum Hakim Mahkamah Agung ... 92

4. Analisis Hukum Atas Pertimbangan Majelis Hakim Mahkamah Agung Dalam Putusan Mahkamah Agung No.960/K/PDT.Sus/2010 dikaitkan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016...93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 105

(9)

vii

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(10)

A. Latar Belakang

Pada masa ini, melihat kondisi dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia peranan Merek menjadi sangat penting dalam menjaga persaingan usaha yang sehat.

Undang-undang Merek merupakan bentuk pengaturan tentang Merek sebagai peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu Merek memegang peranan yang penting terutama dalam dunia perdagangan. Dengan adanya Merek masyarakat dapat menentukan pilihannya kepada suatu produk yang mempunyai Merek. Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/

atau 3 {tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/ atau jasa (Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis).

Merek juga merupakan aspek dari pada Hukum Hak Kekayaan Intelektual.

Hukum Hak Kekayaan Intelektual (HKI) termasuk dalam kajian hukum perdata, karena ada segi dari hukum itu yang merupakan aspek hukum privat.

Yang dimaksud hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara sesama manusia, antar satu orang dengan orang yang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan. Hukum privat merupakan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

(11)

2

Apabila kita kaji atau telusuri lebih mendalam, Hukum Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan bagian benda,yaitu benda tidak berwujud (benda immateriil). Benda dalam kerangka hukum perdata dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori, salah satu di antara kategori itu adalah pengelompokan benda ke dalam klasifikasi benda berwujud dan benda tidak berwujud. Dalam hal ini dapatlah dilihat batasan benda dalam Pasal 499 BW, yang menentukan bahwa:

Menurut paham Undang-undang yang dinamakan kebendaan ialah, tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang dapat dikuasai oleh hak milik. Untuk Pasal ini, kemudian Mahadi menawarkan, seandainya dikehendaki rumusan lain dari Pasal ini dapat diturunkan kalimat sebagaiberikut: yang dapat menjadi objek hak milik adalah benda dan benda itu terdiri dari barang dan hak.1

Selanjutnya sebagaimana diterangkan oleh Mahadi bahwa barang yang dimaksudkan dalam Pasal 499 BW tersebut adalah benda materiil, sedangkan hak adalah benda immateriil. Uraian ini sejalan dengan klasifikasi benda berdasarkan Pasal 503 BW, yaitu: Tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh atau tak bertubuh.

Maksudnya ialah penggolongan benda ke dalam kelompok benda berwujud dan benda tidak berwujud.2Suatu barang menjadi mahal bukan karena produknya, tetapi Merek yang membuat barang tersebut menjadi mahal. Produk hanyalah suatu benda mati yang padanya dilekatkanMerek, melalui Merek perusahaan membangun suatu karakter terhadap produk-produknya yang akan membentuk reputasi bisnis atas penggunaan Merek tersebut.

Merek merupakan bagian dari Kekayaan Intelektual, sebagai suatu hak yang lahir dari kemampuan intelektual manusia. Kekayaan Intelektual dikategorikan

1OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights), Jakarta: Rajawali Pers, 2013, hlm. 11.

2Ibid, hal. 12.

(12)

menjadi 2 (dua) kelompok yaitu Hak Cipta (Copy Rights) dan Hak Milik Perindustrian (Industrial Property Rights). Hak Cipta (Copy Rights) dibagi menjadi Hak Cipta (Copy Rights) dan Hak yang berkaitan dengan Hak Cipta (Neighbouring Rights). Selanjutnya, Hak Milik Perindustrian (Industrial Property Rights) diklasifikasikan lagi menjadi Paten (Patent), Merek (Trade Marks), Rahasia Dagang (Trade Secrets), Desain Industri (Industrial Design) dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Integrated Circuit).3

Objek atas Merek adalah karya- karya seseorang yang berupa tanda, baik tulisan, gambar, kombinasi tulisan dan gambar yang diciptakan dengan tujuan untuk membedakan barang yang satu dengan yang lain tetapi yang sejenis.Setiap Merek menampilkan wujud reputasi yang bernilai moral, material, dan komersial.

Reputasi yang melekat pada Merek merupakan suatu bentuk hak milik. Reputasi dalam dunia usaha yang dipandang sebagai kunci bagi sukses atau tidaknya suatu bisnis, dimana banyak pengusaha yang berlomba-lomba untuk memupuk ataupun menjaga reputasinya dengan menjaga kualitas produk dan memberikan pelayanan.

Bagi para pedagang atau pengusaha, Merek merupakan salah satu media untuk memperoleh reputasi baik dan kepercayaan dari konsumen. Selain itu, perusahaan pencetus Merek tersebut dapat membangun hubungan antara reputasi tersebut dengan Merek yang telah dipakai oleh perusahaan tersebut. Apabila suatu produk tidak memiliki Merek, tentu produk tersebut tidak akan dikenal oleh konsumen.

Hal ini tentu tidak memberikan keuntungan bagi pihak perusahaan. Merek baik secara langsung maupun tidak langsung mewakili kualitas, imej, atau reputasi suatu produk. Oleh karena itu, Merek mempunyai posisi penting bagi

3Ibid, hal. 16.

(13)

4

berkembangnya usaha atau bisnis para pedagang atau pengusaha yang terbaik bagi konsumen. Merek adalah sesuatu (gambar atau nama) yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu produk barang atau jasa yang ada di dalam pasaran.

Melalui Merek, masyarakat sebagai konsumen akan dengan mudah mengenali suatu produk perusahaan tertentu. Merek biasanya dicantumkan pada barang atau pada kemasan atau bungkusan barang yang dijual atau dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang terkait dengan jasa yang dijual. Hukum Merek berfungsi melindungi pemilik Merek tersebut dari pihak lain yang hendak mengambil keuntungan dengan cara tidak jujur. Dengan adanya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para pedagang atau pengusaha atas adanya pelindungan terhadap hak kekayaan intelektual (dalam hal ini Merek) untuk memproduksi barang atau jasa sebagai komoditi dagang.4

Undang-undangMerek meskipun telah diubah dan disempurnakan sejak tahun 1961 sampai dengan tahun 2016, namun permasalahan-permasalahan mengenai Merek sampai saat ini masih sering terjadi. Permasalahan utama adalah permasalahan terkait dengan Merek Terkenal. Merek Terkenal (well-known marks) memiliki kekuatan pancaran yang memukau dan menarik karena reputasinya yang tinggi, sehingga jenis barang apapun yang berada di bawah naungan Merek Terkenal langsung menimbulkan sentuhan keakraban dan ikatan mitos kepada konsumen.5

4Yayuk Sugiarti, “PELINDUNGANMerek Bagi Pemegang Hak Merek Ditinjau Dari Undang-undang Nomor Tahun 2001 Tentang Merek”

(https://media.neliti.com/media/publications/135593-ID-PELINDUNGAN-Merek-bagi-pemegang- hak-mer.pdf, Diak ses Pada Tanggal 27 Juni 2019,2016).

5Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004, hlm. 87.

(14)

Merek Terkenal (well-known marks) sering dimanfaatkan oleh pihak yang beritikad tidak baik untuk melakukan peniruan Merek Terkenal. Peniruan Merek Terkenal dilakukan untuk barang sejenis dan tidak sejenis. Peniruan untuk barang sejenis mudah untuk mengidentifikasinya, namun bagi barang tidak sejenis sulit sekali untuk menentukannya. Peniruan Merek Terkenal yang dilakukan untuk barang tidak sejenis menyebabkan konsumen akan mengindikasikan barang- barang tersebut dengan Merek Terkenal. Keadaan ini menyebabkan konsumen beranggapan bahwa barang-barang tersebut memiliki hubungan dengan Merek Terkenal.

Mengenai pelindunganMerek, suatu Merek harus dilindungi karena suatu Merek dalam produk atau benda mempunyai nilai pembeda. Dimana nilai pembeda tersebut nantinya yang akan membedakan mana Merek yang mempunyai nilai kualitas dan mana yang tidak. Penciptaaan hak milik kekayaan intelektual membutuhkan banyak waktu di samping bakat, pekerjaan, dan juga uang untuk membiayainya. Di bidang kesusastraan, paten, Merek dagang, juga dalam teknologi baru seperti perangkat lunak komputer, bioteknologi, dan chips sudah jelas bahwa pelindungan atas kreativitas intelektual yang berlaku di bidang seni, industri, dan pengetahuan ini, maka tiap orang dapat meniru dan membuat copy secara bebas serta memproduksi tanpa batas. Maka sangatlah dibutuhkan suatu pelindungan hukum yang layak atas hak milik intelektual ini. Untuk dapat menjamin kelanjutan perkembangan hak milik intelektual ini, dan juga untuk menghindarkan kompetisi yang tidak layak atau unfair competition jelas

(15)

6

diperlukan suatu pelindungan yang layak berupa pelindungan pencipta atau penemu.6

Pemberian pelidungan hak atas Merek, hanya diberikan kepada pemilik Merek yang Mereknya sudah terdaftar saja. Pelindungan Merek diberikan manakala terjadi suatu pelanggaran Merek yang dilakukan oleh pihak yang tidak mempunyai hak terhadap suatu Merek. Dalam dunia perdagangan Merek mempunyai peranan yang penting, karena dengan Merek yang terkenal maka akan dapat mempengaruhi keberhasilan suatu usaha terutama dalam hal pemasaran.

Dalam dunia perdagangan sering terjadi pelanggaran terhadap Merek Terkenal.

Pelanggaran terjadi karena ada pihak yang tidak mempunyai hak menggunakan Merek terdaftar untuk kepentingannya. Penyebab pelanggaran Merek yang terjadi di Indonesia adalah sebagai berikut7 :

a) Undang-undangHKI di Indonesia masih lemah, Bangsa pasarumumnya masyarakat lebih senang membeli produk yang harganya murah walaupun kualitasnya rendah

b) Lemahnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan tersebut

c) Animo masyarakat terhadap produk bermerek tetapi harganya murah d) Daya beli masyarakat yang masih rendah

e) Kurang memperhatikan kualitas suatu produk

f) Tingkat kesadaran masyarakat terhadap pelanggaran Merek yang masih rendah

6Prof.DR.Soedjono Dirdjo, SH, MBA, Hukum Perusahaan Mengenai Hak Atas Kekayaan Intelektual (Hak Cipta, Hak Paten, Hak Merek), Bandung : Mandar Maju, 2000, Hlm. 3.

7Enny Mirfa, “PELINDUNGAN Hukum Terhadap Merek Terdaftar”

(https://media.neliti.com/media/publications/240363-PELINDUNGAN-hukum-terhadap-Merek- terdaf-3c929252.pdf , Diakses Pada Tanggal 28 Juni 2019, 2016).

(16)

g) Kondisi perekonomian dimana masyarakat cenderung membeli Merek palsu, karena murah.

Dengan adanya Merek, maka persaingan usaha yang tidak sehat seharusnya dapat dicegah. Hal ini dikarenakan dengan Merek, produk barang atau jasa yang sejenis dapat dibedakan asal mulanya, kualitasnya, serta keterjaminan bahwa produk itu original. Era perdagangan global hanya dapat dipertahankan apabila terdapat iklim persaingan usaha yang sehat. Namun, hal ini justru cenderung dimanfaatkan oleh para pihak yang ingin memperoleh keuntungan dari Merek yang sudah terkenal, sehingga dalam praktiknya sering terjadipenggunaan Merek Terkenal tanpa izin dari pemilik Merek tersebut sehingga terjadi pelanggaran Merek. Hal ini sangat merugikan konsumen dimana konsumen tidak mendapatkan produk dengan kualitas yang seharusnya dan juga sangat merugikan pemegang Merek Terkenal tersebut karena reputasinya yang menurun akibat kekecewaan konsumen. Dalam hal ini, pelindungan hukum bagi Merek Terkenal sangat dibutuhkan.

Berangkat dari permasalahan di atas maka ditulislah bahan skripsi dengan

judul “PELINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL UNTUK

KLASIFIKASI MEREK TIDAK SEJENIS MAUPUN SEJENIS (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.960/K/PDT.SUS/2010) ” dengan bahan yaitu studi putusan Mahkamah Agung No.960/K/PDT.SUS/2010. Kasus ini menarik dan penting untuk dibahas karena melibatkan peranan Merek Terkenal yang merupakan salah satu bagian menarik dari lingkup Hak Kekayaan Intelektual, dimana pengaturan Merek Terkenal belum memadai dalam sistem hukum di Indonesia.

(17)

8

Pendaftaran tetap menjadi permasalahan utama dalam pelanggaran terhadap Merek Terkenal di Indonesia. Cukup sering terjadi, manakala Merek Terkenal lalai atau belum didaftarkan oleh pemiliknya, Merek bersangkutan telah didaftarkan terlebih dahulu oleh pihak lain sehingga pihak lain tersebut memperoleh hak atas Merek. Pendaftaran suatu Merek dapat diterima, karena hasil dari pemeriksaan substantif yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) tidak menunjukkan Merek yang akan didaftarkan memiliki persamaan dengan Merek lain. Namun sebaliknya, ketika terjadi sengketa di Pengadilan, ternyata diketahui bahwa Merek yang didaftarkan tersebut mempunyai persamaan dengan Merek lain, sehingga pendaftaran terhadap Merekbersangkutan dibatalkan. Hal ini dapat terjadi karena belum memadainya pengaturan mengenai Merek Terkenal tersebut.

Pada kasus sengketa Merek dalam putusan Mahkamah Agung N0.960/K/PDT.SUS/2010, yang mana diketahui bahwa Kim Sum Soo sebagai Pemohon kasasi yang dahulu Tergugat menggunakan Merek yang memberikan kesan yang sama pada khalayak umum dan terkesan membonceng ketenaran dari Merek yang sudah ada sebelumnnya yaitu MerekVANS. MerekVANS oleh Vans Inc ini ternyata sudah terlebih dahulu digunakan oleh sebuah perusahaan besar yang berkedudukan di 6550 Katella Avenue, Cypress, California 90630, U.S.A.Termohon Kasasi yang dahulu Penggugat adalah pemilik dari Merek Terkenal VANS untukberbagai macam produk khususnya untuk produk-produk dalam kelas 25. Bahwa representasi dari Merek VANS milik Penggugat, diantaranyaadalah sebagai mana yang termuat dalam dalam surat gugatan danuntuk selanjutnya disebut “Merek-merek VANS”. Bahwa di IndonesiaMerek-

(18)

Merek VANS milik Penggugat juga telahdidaftarkan pada Departemen Hukum dan Hak Asasi ManusiaRepublik Indonesia cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yang dilampirkan pada bukti P-1 & P-5.Merek-Merek VANS milik Penggugat, juga telah dilindungi di banyak negara di dunia pada lampiran bukti P- 12 sampai dengan P-58.

Kim Sum Soo menggunakan kata MerekVANSdalam penjualannya.

Hanya saja Merektersebut hanya ditambahkan sedikit tambahan kata yang lain yaitu “Vans Off The Top”. Dimana Merek Vans Off Top ini mengambil serapan kata dari Merek Vans milik Vans Inc sebelumnya yaitu “Vans Off The Wall”.

Penggugat kemudian mengetahui ternyata di dalam DaftarUmum Merek pada Departemen Hukum dan Hak Asasi ManusiaRepublik Indonesia cq. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual,telah terdaftar Merek-Merek VANS milik Tergugat untuk melindungiproduk- produk dalam kelas 25 dan 18.

Penggugat sebagai pemilik atas Merek-merek VANS yangmerupakan Merek Terkenal, sangat berkeberatan dengan terdaftarnyaMerek-merek VANS Tergugat, karena Merek-merek VANS Tergugat tmempunyai persamaan pada keseluruhannya atau setidak-tidaknyamempunyai persamaan pada pokoknya dengan Merek-merek VANSmilik Penggugat yang notabene adalah Merek Terkenal.

Dengan demikian sayaingin meninjau kasus pelanggaran Merek yang

terjadi, dimana terjadi penggunaan Merek yang mengandung kemiripan dengan Merek Terkenal. Kasus yang dipilih oleh penulis yaitu kasus Vans Inc Vs Kim Sum Soo, sehingga skripsi ini berjudul “PELINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL UNTUK KLASIFIKASI MEREK TIDAK SEJENIS MAUPUN

(19)

10

SEJENIS (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NO.960/K/PDT.SUS/2010)”.

Pada saat putusan ini ditetapkan, penyelesaian hukumnya masih berdasar pada Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek. Pada kesempatan kali ini saya akan mengaitkan putusan tersebut dengan Undang-undang Merek terbaru yang berlaku pada saat ini yaitu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu hukum keperdataan, dengan memberikan hasil penelitian mengenai pelindungan hukum terhadap Merek Terkenal pada praktiknya dan mengaitkannya dengan sistem hukum yang ada pada saat ini. Dengan hasil penelitian ini, diharapkan agar pelindungan hukum bagi Hak Kekayaan Intelektual, khususnya Merek Terkenal, dapat ditingkatkan sehingga kepentingan para pihak yang terkait dapat dipertahankan. Bagi pemegang Merek Terkenal, reputasi serta keuntungan yang didapatkan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan kembali. Bagi pelaku usaha, daya kompetisi usaha yang sehat dapat dibangun. Bagi masyarakat luas, dapat memperoleh produk yang lebih berkualitas dan lebih kompetitif.

Teruntuk pemerintah, agar dapat memberikan pelindungan hukum yang lebih jelas dan pasti bagi masyarakat dunia sehingga kerja sama dalam taraf internasional dapat ditingkatkan.

(20)

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana pelindungan hukum terhadap Merek Terkenaldi Indonesia

menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis ?

2. Bagaimana akibat hukum terhadap pelanggaran hak merek di indonesia?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa Merek Vans Off The Wall Milik Vans Inc dengan Vans Off The Top Milik Kim Sum Soo di Indonesia dikaitan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui pelindungan hukum terhadap Merek Terkenal di

Indonesia menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

2. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap pelanggaran hak Merek Terkenal yang ada di Indonesia.

3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa Merek Vans Off The Wall Milik Vans Inc dengan Vans Off The Top Milik Kim Sum Soo dikaitkan Undang- undang yang berlaku pada saat ini yaitu Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

(21)

12

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoretis

Melalui penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis, kalangan akademisi dan masyarakat mengenai hukum perdata terutama yang berkaitan dengan hukum hak kekayaan intelektual mengenai hukum Merek, khususnya mengenai pelindungan hukum Merek Terkenal.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis adalah memberikan sumbangan pikiran bagi masyarakat dalam mengefektifkan penerapan hukum Merekterkait perlindugan Merek terhadap pihak-pihak yang terkait terhadap sengketa Merek Terkenal.

3. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan

Skripsi ini diharapkan menambah khazanah keilmuan tentang pengaturan serta pelindunganMereksehingga dapat dijadikan referensi bagi ilmu pengetahuan.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif. Metode penelitian normatif tersebut disebut juga dengan penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang memusatkan pada analisis hukum baik hukum yang tertulis dalam buku (law in books) maupun

(22)

hukum yang diputuskan oleh Hakim melalui putusan pengadilan (law is decided by the judge through the judicial process).8

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah bersifat deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan serta menganalisa suatu peraturan hukum.

3. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam memecahkan masalah di dalam penelitian ini adalah yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder sebagai bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dengan kata lain pendekatan yang menggunakan peraturan perUndang-undangan sebagai dasar pemecahan permasalahan yang dikemukakan.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengerjakan skripsi ini data yang diperlukan yaitu data sekunder.

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

8Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum. (Jakarta:Gratifi Press,2006) Hal.118.

(23)

14

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang berupa Putusan Mahkamah Agung No.960/K/PDT.SUS/2010 serta peraturan perUndang – undangan yang berlaku seperti Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti hasil – hasil penelitian hukum, karya ilmiah hukum, pendapat para ahli hukum, dan sebagainya.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan penjelasan dan petunjuk terhadap bahan hukum premier dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, indeks kumulatif, majalah yang menjadi tambahan bahan bagi penulisan skripsi ini yang berkaitan dengan penelitian ini dan sebagainya.

5. Analisis Data

Analisis data adalah suatu proses atau upaya pengolahan data menjadi sebuah informasi baru agar karakteristik data tersebut menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna untuk solusi suatu permasalahan, khususnya yang berhubungan dengan penelitian. Analisis data dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, memilih kaidah-kaidah hukum yang sesuai dengan penelitian, menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep pasal yang ada, serta menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif dan induktif kualitatif.

(24)

F. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Dalam membuat dan memilih judul, skripsi ini hadir berdasarkan penelitian saya sendiri. Judul skripsi ini yaitu,

PELINDUNGAN HUKUM MEREK TERKENAL UNTUK KLASIFIKASI MEREK TIDAK

SEJENIS MAUPUN SEJENIS (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG

NO.960/K/PDT.SUS/2010)”.

Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri dan ditulis sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka. Skripsi ini juga didasarkan pada referensi dari buku-buku dan informasi dari media elektronik seperti dari internet. Semua ini merupakan implikasi ciri dan proses menemukan kebenaran ilmiah, sehingga pengangkatan judul di atas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat dimintakan pertanggungjawabannya.

G. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan judul penelitian mengenai analisis yuridis terhadap

“Pelindungan Hukum Merek Terkenaluntuk Klasifikasi MerekTidak Sejenis Maupun Sejenis (Studi Putusan Mahkamah Agung No.960/K/PDT.SUS/2010)”,

maka tinjauan kepustakaan berupa :

Pelindungan hukum adalah Pelindungan akan harkat, martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi manusia yang dimiliki oleh subjek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari kesewangan atau sebagai kumpulan peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.

(25)

16

Menurut Soetiono, pelindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh Penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.9

Menurut Muchsin, pelindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perUndang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. PELINDUNGAN hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelindungan Hukum Preventif

Pelindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundangundangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan sutu kewajiban.

b. Pelindungan Hukum Represif

Pelindungan hukum represif merupakan pelindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.10

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka – angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur tersebut yang memiliki daya

9Setiono, Rule of Law,Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.,Surakarta.,2004. Hlm. 3.

10Muchsin. PELINDUNGAN dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia. Surakarta.

Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2003. Hlm. 13.

(26)

pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (Undang- undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek). Untuk mendapatkan hak atas Merek, pemilik harus mendaftarkan Mereknya ke Direktorat Jendral HKI Departemen Kehakiman. Proteksi terhadap Merek yang telah didaftarkan tidak dibatasi masa berlakunya.

Hak Merek adalah bentuk pelindungan HKI yang memberikan hak eksklusif bagi pemilik Merek terdaftar untuk menggunakan Merek tersebut dalam perdagangan barang dan/atau jasa, sesuai dengan kelas dan jenis barang/jasa untuk mana Merek tersebut terdaftar.11

Hak Merek adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada pemilik Merekyang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Merek Terkenal adalah Merek yang telah lama dikenal dan digunakan dalam periode waktu yang cukup lama untuk jenis-jenis barang tertentu di wilayah Indonesia. (Surat Keputusan Menteri No.m.02-IIC.01.01 Tahun 1987)

Merek Terkenal adalah Merek yang memiliki reputasi tinggi, memiliki daya tarik besar pada masyarakat dan sugestif karena sudah dikenal secara luas di dunia serta bernilai tinggi.12

11Anonymous, “Apa Itu Merek” (http://www.hki.co.id/Merek.html, Diakses pada 2 Juli 2019, 2014).

12Risa Amrikasari S.S., M.H., “Perbedaan Merek Biasa, Merek Terkenal,

dan Merek

Termahsyur”(https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5563c921eed12/ini- perbedaan-Merek-biasa--Merek-terkenal--dan-Merek-termasyhur, Diakses pada 2 Juli 2019, 2019).

(27)

18

Klasifikasi adalah proses untuk menenmukan model atau fungsi yang menjelaskan atau membedakan konsep atau kelas data dengan tujuan untuk memperkirakan kelas yang tidak diketahui dari suatu objek.13

Sistem Klasifikasi Merek adalah sebuah metode untuk menentukan kelas sebuah Merek barang. Cara ini akan memudahkan proses pendaftaran dan pendataan Merek barang yang akan didaftarkan kepemilikan haknya. Ini telah membagi klasifikasi Merek ke dalam 45 kelas yang meliputi berbagai jenis produk barang dan jasa. Pelaku usaha dapat melakukan penelusuran pada sistem klasifikasi tersebut untuk menentukan produk barang atau jasa yang Mereka miliki masuk ke dalam kelas nomor berapa.

HKI adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio.14

HKI merupakan bagian dari benda, yaitu benda tidak berwujud (benda immateril).15

HKIadalah hak-hak untuk berbuat sesuatu atas kekayaan intelektual tersebut yang diatur oleh norma-norma atau hukum yang berlaku.16

Menurut Arthur Lewis, Hak Kekayaan Intelektual adalah sesuatu yang digunakan untuk menyebut semua hal yang berasal dari penggunaan otak manusia, seperi gagasan, invensi, puisi, desain, dan lain-lain. Berbicara mengenai tentang kekayaan intelektual juga berbicara tentang hak-hak dan pelindungannya, seperti hak cipta, paten, Merek, dan lain-lain. Terlihat bahwa hak-hak ini terutama

13Kris Wijaya, “Pengertian Klasifikasi”(

https://www.academia.edu/11027393/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_II.1_Pengertian_Klasifik asi, Diakses pada 3 Juli 2019, 2019)

14OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hlm. 9.

15Ibid, hlm. 11.

16Adrian Sutedi, Hak Kekayaan Intelektual, Jakarta: Citra Aditaya Bakti, 2009, hlm.38.

(28)

memberikan pemiliknya menguasai dan menikmati manfaat-manfaat dari karyanya tersebut dalam periode atau batas waktu tertentu. Hukum memberikan hak kepada pemilik kekayaan intelektual agar dapat menarik manfaat dari waktu dan biaya yang telah dikeluarkannya dalam memproduksi sesuatu itu.

Merek Kolektif adalah berupa Merek barang dan dapat pula berupa Merek jasa.

Benda Materil adalah berupa barang-barang yang dapat dilihat wujud atau bentuknya.

Benda Immateriil adalah berupa benda yang tidak memiliki wujud.

Merekdagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Merek jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sisematika penulisan skripsi ini, penulis membagi sistematika penulisan kedalam 5 bab. Adapun perinciannya sebagai berikut :

1. BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan alasan penulis memiih judul skripsi dan hal – hal yang telah dan belum penulis ketahui dalam penilitian ini. Bab Pendahuluan ini menguraikan latar belakang , permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.

(29)

20

2. BAB II. PELINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang, dimulai dari pengertian pelindugan hukum, pengertian Merek, jenis dan fungsi merek,serta prosedur pendaftaran Merek, hingga pelindungan hukum terhadap Merek terkenal menurut Undang-undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

3. BAB III. AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN HAK ATAS MEREK TERKENAL YANG ADA INDONESIA

Di dalam bab ini penulis menjelaskan tentangpengertian serta bentuk pelanggaran Merek, penyelesaian sengketa Merek, hingga akibat hukum terhadap pelanggaran hak atas Merek Terkenal yang ada di Indonesia.

4. BAB IV. PENYELESAIAN SENGKETA MEREK VANS OFF THE WALL MILIK VANS INC DENGAN VANS OFF THE TOP MILIK KIM SUM SOO DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS.

Bab ini membahas mengenai tentang bagaimana penyelesaian sengketa Merek Vans Off the Wall dengan Vans Off the TOP dalam Putusan Mahkamah Agung dengan No.960/K/PDT.SUS/2010, analisis terhadap pertimbangan dan dasar hukum yang digunakan Hakim dalam memutus perkara No.960/K/PDT.SUS/2010 dikaitkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

(30)

5. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan dari bab-bab yang sudah dibahas sebelumnya sekaligus memuat saran-saran yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

6. DAFTAR PUSTAKA 7. LAMPIRAN

(31)

BAB II

PELINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK TERKENAL DI INDONESIA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.20 TAHUN

2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

A. Tinjauan Umum Tentang Pelindungan Hukum

Keberadaan dan kehadiran hukum dalam masyarakat menjadi suatu bagian yang penting dikarenakan hukum memuat sebuah peraturan yang mana peraturan tersebut digunakan untuk mengatur apa yang tidak diperbolehkan dan apa yang diperbolehkan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat sehingga menghasilkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari. Kehadiran hukum dalam masyarakat direpresentasikan untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan yang biasa bertentangan antara satu sama lain. Maka dari itu, hukum harus bisa mengintegrasikannya sehingga benturan-benturan kepentingan itu dapat ditekan seminimal mungkin.

Pembahasan mengenai hukum disini tidak bermaksud untuk membuat suatu batasan yang pasti mengenai arti hukum karena menurut Immanuel Kant pengertian atau arti hukum adalah hal yang masih sulit dicari karena luasnya ruang lingkup dan berbagai macam bidang yang dijadikan sumber ditemukannya hukum. Istilah “hukum” dalam bahasa Inggris dapat disebut sebagai law atau legal. Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut KBBI adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, Undang-undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan atau kaidah

(32)

tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan yang ditetapkan oleh Hakim dalam pengadilan, atau vonis.

Pendapat mengenai pengertian untuk memahami arti hukum yang dinyatakan oleh R. Soeroso, S.H. bahwa hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.

Menurut J.C.T. Simorangkir, S.H. dan Woerjono Sastropranoto S.H. hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badanbadan resmi yang berwajib.

Menurut Soedjono Dirdjosisworo mempunyai paham bahwa pengertian hukum dapat dilihat dari delapan arti, yaitu hukum dalam arti penguasa, hukum dalam arti para petugas, hukum dalam arti sikap tindakan, hukum dalam arti sistem kaidah, hukum dalam arti jalinan nilai, hukum dalam arti tata hukum, hukum dalam arti ilmu hukum, hukum dalam arti disiplin hukum. Beberapa arti hukum dari berbagai macam sudut pandang yang dikemukakan oleh Soedjono Dirdjosisworo menggambarkan bahwa hukum tidak semata-mata peraturan perUndang-undangan tertulis dan aparat penegak hukum seperti yang selama ini dipahami olehmasyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum tetapi hukum juga meliputi hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam pergaulan masyarakat.1

1Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 25-43.

(33)

24

Menurut Hans Kelsen, hukum adalah ilmu pengetahuan normatif dan bukan ilmu alam.2 Lebih lanjut Hans Kelsen menjelaskan bahwa hukum merupakan teknik sosial untuk mengatur perilaku masyarakat.

Manusia merupakan makhluk sosial atau makhluk yang bermasyarakat, oleh karena tiap anggota masyarakat mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya untuk dapat bertahan hidup. Sebagai makhluk sosial, maka secara sadar atau tidak sadar manusia selalu melakukan perbuatan hukum dan hubungan hukum. Sehingga, dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat terlepas dari hukum yang berlaku.Perbuatan hukum dapat diartikan sebagai setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja atau atas kehendaknya untuk menimbulkan hak dan kewajiban yang akibatnya diatur oleh hukum. Sedangkan hubungan hukum disini diartikan sebagai hubungan antara dua atau lebih subjek hukum. Dalam hubungan hukum ini, hak dan kewajiban pihak yang satu bertentangan dengan pihak yang lain. Jadi dapat dikatakan hak dan kewajiban akan muncul ketika terjadi suatu hubungan hukum antara suatu pihak dengan pihak yang lain baik hubungan hukum secara langsung, maupun secara tidak langsung. Tiap hubungan hukum akan menimbulkan hak dan kewajiban yang saling berlawanan dengan kata lain masing-masing pihak yang ada dalam perikatan hukum akan memiliki hak dan kewajibannya masing-masing yang harus dipenuhi. Apabila hak dan kewajiban tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak yang ada didalam perikatan,sehingga untuk melindungi dan mengurangi konflik maka pelindungan hukum sangat diperlukan.

2Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta:

Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006, hlm. 12.

(34)

Secara kebahasaan, kata pelindungan dalam bahasa Inggris disebut dengan protection. Istilah pelindungan menurut KBBI dapat disamakan dengan istilah proteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan memperlindungi. Pengertian pelindungan adalah tempat berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi. Dalam KBBI yang dimaksud dengan pelindungan adalah cara, proses, dan perbuatan melindungi.

Secara umum, pelindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu bisa saja berupa kepentingan maupun benda atau barang.

Selain itu pelindungan juga mengandung makna pengayoman yang diberikan oleh seseorang terhadap orang yang lebih lemah.

Pelindungan hukum dapat diartikan segala upaya pemerintah untuk menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi pelindungan kepada warganya agar hak-haknya sebagai seorang warga negara tidak dilanggar, dan yang bagi melanggarnya akan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku. Suatu pelindungan dapat dikatakan sebagai pelindungan hukum apabila mengandung unsur-unsur sebagai berikut:3

a. Adanya pengayoman dari pemerintah terhadap warganya.

b. Jaminan kepastian hukum.

c. Berkaitan dengan hak-hak warganegara.

d. Adanya sanksi hukuman bagi pihak yang melanggarnya.

Menurut Muchsin, pelindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perUndang-undangan yang

3Satjipto Raharjo, Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat yang Sedang Berubah, 1999, Jurnal Masalah Hukum..

(35)

26

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Pelindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Pelindungan Hukum Preventif

Pelindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perUndang-undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan- batasan dalam melakukan sutu kewajiban.

b. Pelindungan Hukum Represif

Pelindungan hukum represif merupakan pelindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.4

Adapun Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, pengertian pelindungan hukum adalah “jaminan pelindungan pemerintah dan ataumasyarakat kepada warganegara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-undangan yang berlaku”.

Menurut Soedirman Kartohadiprodjo, pada hakikatnya tujuan hukum adalah mencapai keadilan. Maka dari itu, adanya pelindungan hukum merupakan salah satu medium untuk menegakkan keadilan. Karena pelindungan hukum itu sendiri sangat erat kaitannya dengan aspek keadilan.

4Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, Surakarta:

Universitas Sebelas Maret, 2003, hlm. 20.

(36)

Maka dengan demikian ketika kata pelindungan dan hukum digabungkan menjadi satu timbul lah sebuah pengertianyaitu pelindungan hukum adalah suatu pelindungan yang diberikan terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan kata lain pelindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum, yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.5

B. Tinjauan Umum Tentang Merek

1. Sejarah Pengaturan Merek di Indonesia

Sejarah pengaturan merek di Indonesia dimulai pada masa kolonial Belanda yaitu berlakunya Reglement Industriele Eigendom (RIE) yang dimuat dalam Stb.

1912 No. 545 Jo. Stb. 1913 No 214. Setelah Indonesia merdeka, pengaturan ini masih terus berlaku bersadarkan Aturan Peralihan UUD 1945 Pasal 2. Hingga akhir tahun 1961, peraturan tersebut akhirnya diganti dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan yang diundangkan pada tanggal 11 Oktober 1961 dan dimuat dalam Lembaran Negara RI Nomor 290 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 2341 yang mulai berlaku pada bulan November 1961.

Kedua peraturan ini (RIE 1912 dan UU Merek 1961) memiliki banyak kesamaan. Perbedaan nya hanya terletak pada masa berlakunya merek, yaitu sepuluh tahun menurut UU Merek 1961, jauh lebih pendek dari RIE 1912 yang

5Rahayu, 2009, Pengangkutan Orang, etd.eprints.ums.ac.id. Peraturan Pemerintah RI, Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Tatacara PELINDUNGAN Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat Undang-undang RI, Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

(37)

28

masa berlakunya hingga dua puluh tahun. Perbedaan lainnya, yaitu UU Merek 1961 sudah mengenal penggolongan barang-barang dalam 35 kelas.

Penggolongan ini sejalan dengan klasifikasi internasional berdasarkan persetujuan internasional tentang klasifikasi barang-barang untuk keperluan pendaftaran merek di Nice (Prancis) pasa tahun 1957 yang diubah di Stockholm pada tahun 1967 dengan penambahan satu kelas untuk penyesuaian dengan keadaan di Indonesia, pengklasifikasian seperti ini tidak dikenal dalam RIE.

Undang-undang Merek tahun 1961, mampu bertahan selama kurang lebih 31 tahun yang kemudian dengan berbagai pertimbangan harus dicabut dan digantikan oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek yang diundangkan dalam Lembaran Negara RI Nomor 81 Tahun 1992 dan penjelasannya dimuat dalam Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3490 pada tanggal 28 Agustus 1992, berlaku sejak 1 April 1993. Adapun alasan dicabutnya UU Merek 1961 adalah karena undang-undang tersebut dinilai sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan masyarakat seiring dengan berkembangnya zaman. Selanjutnya pada tahun 1997, UU Merek Tahun 1992 juga diperbaharui lagi dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997 dan mengalami perubahan lagi pada tahun 2001 digantikan dengan Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001.

Perubahan yang terakhir yaitu perubahan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek digantikan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. Hal-hal yang diubah dalam Undang- undang yang baru terkait dengan kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa saat ini sudah melintasi Batas wilayah negara, oleh karenanya mekanisme pendaftaran

(38)

Merek internasional menjadi salah satu sistem yang seharusnya dapat dimanfaatkan guna melindungi Merek nasional di dunia internasional.

Sistem pendaftaran Merek internasional berdasarkan Protokol Madrid menjadi sarana yang sangat membantu Para pelaku usaha nasional untuk mendaftarkan Merek mereka di luar negeri dengan mudah dan biaya yang terjangkau. Selain itu salah satu perkembangan di bidang Merek adalah munculnya pelindungan terhadap tipe Merek baru atau yang disebut sebagai Merek nontradisional. Dalam Undang-undang ini lingkup Merek yang dilindungi meliputi pula Merek suara, Merek tiga dimensi, Merek hologram, yang termasuk dalam kategori Merek nontradisional tersebut.

Selanjutnya, beberapa penyempurnaan untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Pemohon Merek. Untuk lebih memudahkan bagi Pemohon dalam melakukan pendaftaran Merek perlu dilakukan beberapa revisi atau perubahan berupa penyederhanaan proses dan prosedur pendaftaran Merek.

Adanya pengaturan tentang persyaratan minimum Permohonan akan memberikan kemudahan dalam pengajuan Permohonan dengan cukup mengisi formulir Permohonan, melampirkan label atau contoh Merek yang dimohonkan pendaftaran, dan membayar biaya Permohonan.

Dengan memenuhi kelengkapan persyaratan minimum permohonan tersebut, suatu Permohonan Merek akan diberikan tanggal penerimaan atau filing date. Perubahan terhadap alur proses pendaftaran Merek dalam Undang-Undang ini dimaksudkan untuk lebih mempercepat penyelesaian proses pendaftaran Merek. Dilaksanakannya pengumuman terhadap Permohonan sebelum dilakukannya pemeriksaan substantif dimaksudkan agar pelaksanaan pemeriksaan

(39)

30

substantif dapat dilakukan sekaligus jika ada keberatan dan/atau sanggahan sehingga tidak memerlukan pemeriksaan kembali.

Kemudian salah satu hal yang diatur dalam Undang-Undang ini adalah tentang Indikasi Geografis, mengingat Indikasi Geografis merupakan potensi nasional yang dapat menjadi komoditas unggulan, baik dalam perdagangan domestik maupun internasional. Oleh karena itu, Undang-Undang ini ditetapkan dengan nama Undang-undang Merek dan Indikasi Geografis.6

2. Pengertian Merek

Pada hakikatnya Merek adalah suatu tanda. Akan tetapi, agar tandatersebut dapat diterima sebagai Merek, harus memiliki daya pembeda. Yang dimaksudkan dengan memiliki daya pembeda adalah memilikikemampuan untuk digunakan sebagai tanda yang dapat membedakanhasil perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Suatu Merekharuslah mempunyai sifat yang khas dan yang lain dari pada yang lain.

Istilah Merek sejauh ini diartikan dengan berbagai cara, tergantung pada perspektif pemahaman atas fenomena Merek itu sendiri. Dalam arti klasik, Merek dihubungkan dengan identifikasi sebuah produk dan pembedaannya dari produk- produk para pesaing, baik dalam bentuk pemakaian nama tertentu, logo spesifik, desain khusus, maupun tanda dan simbol visual lainnya.7

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) juga memuat pengertian Merek, dimana pengertian Merek menurut KBBI adalah tanda yang dikenakan oleh

6Ika Rastia S.H., M.H, “Perlindungan Hukum Merek Terkenal Terkait Dengan Persaingan Usaha Tidak Sehat”

(http://digilib.unila.ac.id/31663/3/TESIS%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf, diakses Pada Tanggal 23 Oktober 2019, 2018).

7Casavera, 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009, hlm. 3.

(40)

pengusaha (pabrik, produsen, dan sebagainya) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal; cap (tanda) yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya.

Pengertian standar dari American Marketing Association yang dirumuskan pada tahun 1960 menyatakan bahwa Merek adalah nama,istilah, simbol, atau desain, maupun kombinasi di antaranya yangdimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa seorang penjualan atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang atau jasa parapesaing.8

Saya disini juga menemukan pengertian Merek dari salah satu sumber yaitu TRIPS Agreement. TRIPS Agreement adalah perjanjian yang merupakan bagian dari WTO Agreement yang ditandatangani oleh negara-negara anggotanya yang mewajibkan seluruh anggotanya untuk membuat aturan-aturan mengenai hak kekayaan intelektual di negara masing-masing. TRIPS Agreement bukanlah aturan mengenai pelindungan hak kekayaan intelektual secara khusus.

Berdasarkan Article 15 TRIPs menetapkan Merek adalah setiap tanda atau kombinasi dari tanda yang memiliki kemampuan untuk membedakan barang atau jasa dari suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya harus dapat dinyatakan sebagai Merek. Tanda-tanda seperti itu dalam kata khusus termasuk nama orang, huruf-huruf, angka-angka, elemen figuratif, dan kombinasi dari warna-warna sebagaimana kombinasi dari tanda-tanda tersebut dapat didaftarkan sebagai Merek.

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek butir (a) yang berbunyi “bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-

8Ibid, hlm. 3.

(41)

32

konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan Merek menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat”. Mengapa Merek dapat mencegah terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat? Dengan Merek, produk barang atau jasa dapat dibedakan asal-muasalnya, kualitas serta keterjaminan bahwa produk itu original. Kadangkala yang mmembuat mahal suatu barang itu bukan produknya tapi Mereknya. Merek adalah sesuatu yang ditempelkan atau dilekatkan pada satu produk, tetapi ia bukan suatu produk itu sendiri.9

Berdasarkan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek pada Pasal 1 ayat (1) tertuang pengertian dari pada Merek. Yaitu,”Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.

MenurutUndang-undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi dan Geografis pada Pasal 1 ayat (1) pengertianMerek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata,huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.

Selain berdasarkan batasan yuridis beberapa sarjana jugamemberikan pendapatnya tentang Merek, yaitu:

9OK.Saidin, SH.,M.Hum, Op.Cit hlm. 329.

(42)

1) H.M.N. Purwo Sutjipto, memberikan rumusan bahwa Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan, sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.

2) Iur Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan meninjau Merek dari aspek fungsinya, yaitu suatu Merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan diberi Merek tadi mempunyai tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya.

3) Prof. R. Soekardono, S.H., memberikan rumusan bahwa, “Merek adalah sebuahtanda (Jawa: ciri atau tengger) dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitasnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan perusahaan lain”.

4) Harsono Adisumarto,S.H.,MPA, merumuskan bahwa, “Merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain,seperti pada pemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan bersama yang luas. Cap seperti itu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya, untuk membedakan tanda atau Merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan”.

(43)

34

5) Philip S.James MA, Sarjana Inggris, menyatakan bahwa, “A trade mark is a mark used in conextion with goods which a trader uses in order to tignity that a certain type of good are bis trade need not be the actual manufacture of goods, in order to give him the right to use a trade mark, it will suffice if they merely pass throug his hand is the course of trade”. (Merek dagang adalah suatu tanda yang dipakai oleh seorang pengusaha atau pedagang untuk menandakan bahwa suatu bentuk tertentu dari barang-barang kepunyaannya, pengusaha atau pedagang tersebut tidak perlu penghasilan sebenarnya dari barang- barang itu, untuk memberikan kepadanya hak untuk memakai sesuatu Merek, cukup memadai jika barang-barang itu ada di tangannya dalam lalu lintas perdagangan)

6) Molengraaf, menyatakan bahwa, “Merek yaitu dengan mana dipribadikanlah sebuah barang tertentu , untuk menunjukkan asal barang , dan jaminan kualitasnya sehingga bisa dibandingkan dengan barang-barang sejenisnya yang dibuat dan diperdagangkan oleh orang atau perusahaan lain.10

Merek tidak hanya sekedar pemberian nama pada suatu produk, melainkan Merek juga diharapkan mempunyai kekuatan di pasar sehingga dapat diterima oleh pelanggan dan yang pada akhirnya Merek akan mempunyai tingkat brand loyaltydari pelanggan. Merek sendiri digunakan untuk mengidentifikasi produk, memberitahukan tentang kualitas produk, dan Merek yang dapat membedakan produk yang satu dengan lainnnya.

10Ibid, hlm. 344-345.

(44)

Dari pendapat-pendapat dan pernyataan tersebut, maupun dari peraturan Merek itu sendiri, secara umum mengambil suatu kesimpulan bahwa Merek adalah suatu tanda pemberi identitas atau pembeda pada barang atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan oleh seseorang atau beberapaorang dengan barang atau jasa sejenis yang dihasilkan oleh orang lainagar dapat menunjukkan asal atau sumbernya serta dapat menjadi alat penanda atas mutu barang atau jasa tersebut.

3. Jenis Merek

“Merek adalah sebuah tanda yang membedakan antara produk barang dan/atau jasa yang satu dengan produk barang dan/atau jasa yang lainnya”. Dalam pengertian Merek tersebut terdapat adanya pembagian merek menurut jenisnya.Merekdibagi menjadi 2 jenis, yaitu Merek dagang dan Merek jasa.

Merek sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis pada Pasal 2 Ayat (2) meliputi merek dagang dan merek jasa, dengan pengertian sebagai berikut:

1. Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama- sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

Contoh : Nike, Coca-Cola, Samsung, Vans, dll.

2. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama- sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

(45)

36

Contoh : Bank of America, Asuransi Bumiputera, Hotel Horison, dll.

Selain kedua Merek tersebut diatas, dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dalam Pasal 1 Ayat (4) juga disebutkan mengenai pengertian Merek kolektif. Merek kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama- sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya. Biasanya merek kolektif dimiliki oleh anggota dari sebuah perkumpulan atau asosiasi.

Contoh: merek kolektif Melinda Colletive Marks. Merek ini digunakan oleh 5200 anggota dari 16 koperasi yang beroperasi di Valle di North dan Valle di Sole, Italia.11

Khusus untuk Merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan jenis Merek yang baru oleh karena Merek kolektif ini sebenarnya juga terdiri dari Merek dagang dan jasa. Hanya saja Merek kolektif ini pemakaiannya digunakan secara kolektif.12

Sebagaimana ditentukan di atas ada juga pengklasifikasian lain yang didasarkan kepada bentuk dan wujudnya. Bentuk atau wujud Merek itu menurut Suryatin dimksudkan untuk membedakannya dari barang sejenis milik orang lain.

Oleh karena adanya pembedaan itu, maka terdapat beberapa jenis Merek yakni : 1. Merek Lukisan (beel mark)

2. Merek Kata (word mark) 3. Merek Bentuk (form mark)

11Tomi Suryo Utomo, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hlm. 211.

12OK.Saidin, SH.,M.Hum, Op.Cit hlm. 346.

Referensi

Dokumen terkait

Salam Arif, Hak Milik Intelektual dalam Islam , dalam Antologi Hukum Islam , cet.1, (Yogyakarta: Program Studi Hukum Islam UIN SUKA Yogyakarta, 2010), hlm.. Salam Arif,

Pada material yang lebih lebar, ditemukan Echinothambema yang merupakan pemakan deposit (deposit feeder). Beberapa fungsi padang lamun, yaitu: 1) sebagai

hanya tidak sama dengan satu mazhab, bahkan bertentangan dengan salah satu mazhab tertentu. Dan bisa juga ketentuan dalam pasal KHI tidak berdasarkan pendapat dari ulama mazhab

Berdasarkan latar belakang masalah yaitu peningkatan jumlah ekspor kendaraan yang dikelola oleh PT X, diperlukan relayout gudang penyimpanan sementara di area

Pemeliharaan induk ikan mas dilakukan di kolam yg terpisah antara induk jantan dan induk betina jumlah induk betina yang ditebar kedalam kolam pemeliharaan 818 ekor dan

Belum dapat Menyimpulkan pengertian campuran dengan tepat. · Belum dapat mengidentifikasi campuran dalam kehidupan sehari- hari dengan tepat. Hasil identifikasi ditulis

Dalam prespektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

Hasil Penelitian: Hasil uji t tidak berpasangan pada variabel kebiasaan sarapan dan status gizi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada z-score