• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur penelitian terbagi menjadi dua bagian yaitu: tahap persiapan penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian.

3.6.1. Tahap Persiapan Penelitian

Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan peneliti dalam tahap persiapan penelitian ini adalah:

1) Menterjemahkan skala ke bahasa Indonesia

Skala CPRS (Conduct Problem Risk Screen) berisi 7 aitem dan skala BAQ (Buss-Perry Aggression Questionnaire) berisi 29 aitem. Adapun gambaran mengenai isi aitem skala CPRS, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Blue-print Skala CPRS

Symptoms Nomor Aitem Jumlah

ODD 5, 6, 7 3

CD 2, 3 2

ADHD 1,4 2

Total 7

Kemudian untuk mengetahui lebih jelas tentang gambaran isi aitem skala BAQ, dapat dilihat dari tabel 2 di bawah ini:

37

Tabel 2. Blue-print Skala BAQ

Faktor Nomor Aitem Jumlah

Physical Aggression 2, 5, 8, 11, 13, 16, 22, 25, 29 9 Anger 1, 9, 12, 18, 19, 23, 28 7 Hostility 3, 7, 10, 15, 17, 20, 24, 26 8 Verbal Aggression 4, 6, 14, 21, 27 5 Total 29 2) Orientasi kancah

Merupakan proses dalam mencari informasi mengenai sekolah yang akan dipilih, dimana murid-muridnya memiliki ciri-ciri yang sudah ditentukan pada penelitian ini. Dalam hal ini peneliti akan memilih sekolah SMPN 1 Kutacane, yang lokasinya berada di kabupaten Aceh Tenggara. Ada beberapa alasan peneliti memilih sekolah ini yaitu: (a) ada permintaan dari kepala sekolah dan guru-guru, untuk menangani siswanya yang dilabel “nakal”; (b) sebagai wujud rasa tanggung jawab moral peneliti sebagai guru BK (Bimbingan Konseling) di sekolah tersebut, yang selama ini kurang bisa aktif bertugas karena sedang mengikuti perkuliahan Magister Profesi Psikologi kekhususan Klinis Anak di USU; dan (c) peneliti menguasai lokasi dan adanya dukungan dari rekan-rekan seprofesi yang siap membantu dalam proses penelitian ini.

3) Uji coba skala

Skala CPRS dan skala BAQ perlu diuji cobakan, supaya dapat diketahui apakah skala tersebut mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Dalam hal ini skala tersebut diuji validitasnya dan setelah aitem-aitem terpilih maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas yang mengacu

kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur (Azwar, 1999). Meskipun peneliti menggunakan metode uji coba terpakai yaitu bersamaan dengan pengambilan data pertama. Akan tetapi sebelum skala diberikan oleh subjek penelitian yang sebenarnya, peneliti melakukan evaluasi terlebih dahulu, dengan tujuan agar isi dari aitem skala dapat difahami dengan jelas oleh responden. Evaluasi tersebut dilakukan pada 6 orang siswa SMP, rekan mahasiswa di Magister Psikologi Profesi USU dan professional judgement

(dosen pembimbing). Uji coba skala dilakukan selama tiga hari, yang dimulai dari tanggal 9 – 11 Januari 2014. Adapun cara yang dilakukan dalam menguji validitas dengan menggunakan teknik corrected item-total correlation, yaitu mengkorelasikan masing-masing skor aitem dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang over estimasi. Pengolahan data diproses dengan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 18, sehingga nantinya akan diperoleh aitem yang valid. Cara dalam menguji realibilitasnya menggunakan metode Cronbach’s Alpha, karena sesuai untuk bentuk skala Likert. Pengolahan data diproses dengan program SPSS 18, sehingga nantinya akan diperoleh aitem yang reliabel (Sulistyo, 2010). Berdasarkan hasil analisa data diperoleh semua aitem dari skala CPRS dan BAQ dinyatakan valid juga reliabel, karena nilainya > 0,361 (signifikansi 5%, n=30 dan nilai kritik r : 0,361), lebih rinci ada pada lampiran.

4) Penyusunan norma kategorisasi skala

Tujuan diperlukannya menyusun norma kategorisasi skala yaitu, agar mempermudah peneliti dalam menginterpretasi skor yang diperoleh subjek,

39

sehingga dapat dikategorisasikan dalam beberapa tingkatan (sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi). Kedua skala berbentuk skala Likert, dengan rentang nilai skor bergerak dari (0-4). Pada skala CPRS berisi 7 aitem, sementara skala BAQ berisi 29 aitem. Mengacu pada rumus norma kategorisasi yang dikemukakan oleh Azwar (1999), untuk menginterpretasi skor yang diperoleh subjek ke dalam tingkatan perilaku remaja disruptive behavior disorders dapat dilihat pada tabel 3 berikut:

Tabel 3. Norma Kategorisasi Skala CPRS

Sedangkan untuk menginterpretasi skor yang diperoleh subjek ke dalam tingkatan agresivitasdapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:

Tabel 4. Norma Kategorisasi Skala BAQ

5) Mengukur kecerdasan dengan alat tes SPM (Standard Progressive Matrice) Semua subjek penelitian yang terpilih, akan diukur kecerdasan secara klasikal dengan alat tes SPM. Pengukuran dilakukan selama satu hari, pada tanggal 13 Januari 2014. Adapun hasilnya, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:

Rumus Skor Kategorisasi Keterangan

X ≤ - 1,5 σ X ≤ 7 Sangat rendah X = 14 σ = 4,6 0,5 σ = 2,3 1,5 σ = 6,9 - 1,5 σ ฀ X ≤ - 0,5 σ 7 ฀ X ≤ 12 Rendah - 0,5 σ ฀ X ≤ + 0,5 σ 12 ฀ X ≤ 16 Sedang + 0,5 σ ฀ X ≤ + 1,5 σ 16 ฀ X ≤ 21 Tinggi + 1,5 σ ฀ X 21 ฀ X Sangat tinggi

Rumus Skor Kategorisasi Keterangan

X ≤ - 1,5 σ X ≤ 29 Sangat rendah X = 58 σ = 19,3 0,5 σ = 9,65 1,5 σ = 28,95 - 1,5 σ ฀ X ≤ - 0,5 σ 29 ฀ X ≤ 48 Rendah - 0,5 σ ฀ X ≤ + 0,5 σ 48 ฀ X ≤ 68 Sedang + 0,5 σ ฀ X ≤ + 1,5 σ 68 ฀ X ≤ 87 Tinggi + 1,5 σ ฀ X 87 ฀ X Sangat tinggi

Tabel 5. Taraf Kecerdasan Subjek dengan Alat Tes SPM

6) Penyusunan modul AMT (Anger Management Training)

Materi dan teknik-teknik yang diberikan pada pada modul AMT ini dikembangkan peneliti dari tiga buku yaitu: anger management for men

(Greene, 2003); anger management (Bhave & Saini, 2009); dan anger management for substance abuse and mental health clients (Reilly & Shopshire, 2002). Peneliti merencanakan AMT akan dilakukan dalam tiga kali pertemuan (pada pertemuan pertama ada 4 sesi, pertemuan kedua ada 1 sesi dan pertemuan ketiga ada 4 sesi), yang memerlukan waktu 2 jam (120 menit) disetiap pertemuannya. Rancangan modul AMT secara garis besar ada pada tabel 6, namun lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran.

NO Kelompok Inisial Subjek Skor pada SPM Taraf Kecerdasan Keterangan 1 Eksperimen

FA 15 Kurang Sekali KS = Intellectually defective 2 CAP 41 Sedang 3 NS 33 Kurang 4 AZ 35 Kurang 5 TZ 36 Kurang K = Definisitely below average in intellectual capacity 6 RHM 20 Kurang Sekali 7 AD 49 Baik 8 AS 38 Sedang 9 SP 35 Kurang S = Intellectually Average 10 MJR 26 Kurang Sekali 11 Kontrol AWS 28 Kurang 12 FF 30 Kurang

13 AJI 17 Kurang Sekali B = Definisitely above the average in intellectual capacity

14 JS 45 Sedang

15 YPA 36 Kurang

16 FJ 13 Kurang Sekali

17 AUM 10 Kurang Sekali BS = Intellectually superior

18 ARD 32 Kurang

19 IM 14 Kurang Sekali

41

Tabel 6. Rancangan Modul Anger Management Training

Sesi Kegiatan Tujuan Materi & Metode

I Pembukaan.

Ice breaking.

 Peserta memahami tujuan intervensi dan jumlah sesi yang akan dijalani.

 Mengakrabkan antara sesama peserta dan fasilitator.

Penjelasan secara verbal oleh fasilitator dan menanyakan harapan peserta mengikuti intervensi. Permainan bisikan punggung. Pemahaman dasar tentang marah.  Memahami tentang marah, secara lebih khusus.

Definisi marah. Mitos tentang marah. Metode diskusi kasus dan presentasi.

II Memahami ekspresi marah dan akibatnya.

 Supaya seseorang semakin yakin dalam memilih ekspresi marahnya, dengan mempertimbangkan akibatnya. Ekspresi marah. Marah dan konsekuensinya. Metode diskusi kasus dan presentasi.

III  Mengidentifikasi diri saat marah.

 Supaya seseorang menyadari isyarat

fisik yang

ditimbulkan pada saat marah dan pemicu yang

menyebabkannya.

Mengenal isyarat fisik saat marah.

Menentukan kejadian atau situasi, yang menjadi pemicu marah.

 Metode diskusi kasus, presentasi dan latihan individual. IV Mengontrol pikiran marah dan menentukan tingkat kemarahan. Penutupan sesi.  Supaya seseorang mau mengakui kemarahannya dan dapat menentukan tingkat kemarahannya dengan pemicu yang menyebabkannya.  Fasilitator mendapat

feed back dari peserta.

Mengontrol pikiran marah. Menentukan tingkatan kemarahan dengan menggunakan anger meter. Menyimpulkan materi yang melibatkan peserta secara aktif.

Metode diskusi kasus, presentasi dan latihan individual.

V Pembukaan. Memahami anger management melalui film. Penutupan sesi.  Menyegarkan kembali ingatan di sesi sebelumnya.  Melihat cara mengekspresikan marah seseorang dan tekniknya.

 Fasilitator mendapat

feed back dari peserta.

 Penjelasan materi intervensi terkait dengan film.

Menonton film anger management.

Review film.

Metode modelling

perilaku dan diskusi kasus. VI Pembukaan. Relaksasi otot dan pernapasan.  Menyegarkan kembali ingatan di sesi sebelumnya.

 Memahami cara untuk relaksasi otot dan pernapasan.  Merefleksikan materi intervensi sebelumnya. Teknik progressive muscle relaxation. Teknik pernapasan. Metode presentasi dan modelling perilaku. VII Cara

menyelesaikan konflik.

 Memahami cara untuk menyelesaikan

konflik, dengan cara yang asertif.

Conflict Resolution Model.

Metode diskusi kasus dan presentasi.

VIII Cara mengontrol marah.

 Supaya seseorang dapat mengontrol marahnya dengan cara yang diinginkannya.

Teknik-teknik anger management training. Metode diskusi kasus dan presentasi. IX Perencanaan dalam mengontrol marah. Penutupan intervensi.  Supaya seseorang dapat membuat perencanaan dalam mengontrol marahnya di kemudian hari.  Mengakhiri pelaksanaan intervensi.

Anger control plans.

Menutup acara.

Metode presentasi, diskusi kasus dan latihan individual.

43

7) Uji coba dan evaluasi modul AMT (Anger Management Training)

Sebelum modul diberikan oleh subjek penelitian yang sebenarnya, peneliti melakukan evaluasi terlebih dahulu, dengan tujuan agar isi dari materi modul AMT dapat difahami dengan jelas. Evaluasi tersebut dilakukan pada 2 orang siswa SMP, rekan mahasiswa di Magister Psikologi Profesi USU dan

professional judgement (dosen pembimbing). 8) Seleksi subjek penelitian

Subjek penelitian yang akan dipilih adalah remaja yang memiliki kriteria

disruptive behavior disorder dalam kategori sedang hingga sangat tinggi, serta memiliki tingkat agresivitas dalam kategori sedang hingga sangat tinggi. Hasil seleksi subjek penelitian yang terpilih, secara terperinci dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Hasil Seleksi Subjek Penelitian Skala

Kategorisasi

Total Sangat

tinggi Tinggi Sedang Rendah

Sangat rendah

CPRS 6 14 10 0 0 30

BAQ 0 4 16 2 8 30

Berdasarkan skala CPRS jika dilihat dari skornya, semua subjek yang berjumlah 30 orang memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian. Namun jika dilhat dari skala BAQ, skor agresivitas subjek yang memenuhi syarat untuk mengikuti penelitian hanya 20 orang. Oleh karena itu peneliti hanya memilih 20 orang saja yang bisa mengikuti peneilitian, yaitu subjek yang memiliki skor dalam kategori sedang hingga sangat tinggi pada skala CPRS dan BAQ.

9) Menentukan fasilitator AMT (Anger Management Training)

Dalam pelaksanaan intervensi AMT, peneliti akan berperan sebagai fasilitator. Adapun alasannya selain peneliti sudah memiliki pengalaman dalam mempresentasikan materi diberbagai kegiatan, peneliti juga sudah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing (professional judgement).

3.6.2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Dari awal, peneliti sudah membangun hubungan baik (good rapport) dengan subjek penelitian. Subjek yang memenuhi kriteria penelitian, kemudian dibagi menjadi dua kelompok (kontrol dan eksperimen). Setelah itu peneliti menjelaskan kepada subjek akan tujuan intervensi, bentuk kegiatan dan jadwal pelaksanaan penelitian. Secara formal peneliti meminta persetujuan dari masing- masing subjek, dengan memberikan lembaran informed consent yang ditanda tangani langsung oleh subjek itu sendiri.

Pelaksanaan intervensi AMT rencananya akan dilakukan setelah pulang sekolah, supaya tidak mengganggu jam pelajaran dan menggunakan ruangan yang tersedia di gedung sekolah. Akan tetapi karena kondisinya saat itu untuk semua siswa kelas IX diberlakukan “wajib les” setelah pulang sekolah, maka waktu pelaksanaan intervensi menjadi berubah. Kemudian kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum membuat kebijakan, dengan memberikan izin pada 10 orang anak yang terpilih untuk permisi meninggalkan jam pelajaran selama intervensi berlangsung. Ada beberapa alasan yang mendasarinya yaitu mengikuti intervensi AMT juga merupakan proses pembelajaran, apalagi siswa

45

tersebut sering membuat ribut di dalam kelas dan kurang termotivasi untuk belajar dalam sehari-harinya, sehingga dengan memberikan izin pada mereka untuk mengikuti intervensi AMT diharapkan dapat memberikan perubahan nantinya.

Pelaksanaan intervensi akhirnya dilakukan pada pagi hari, dimulai dari pukul 08.30–10.30 WIB. Intervensi AMT akan dilakukan selama tiga kali pertemuan (pada pertemuan pertama ada 4 sesi, pertemuan kedua ada 1 sesi dan pertemuan ketiga ada 4 sesi), yang memerlukan waktu 2 jam (120 menit) disetiap pertemuannya. Mengenai jadwal pertemuan intervensi, dapat dilihat pada tabel 8:

Tabel 8. Jadwal Pertemuan Intervensi

Pertemuan Tanggal Sesi Kegiatan

Pertama 16 Januari 2014 I Pembukaan. Ice breaking.

Pemahaman dasar tentang marah. II Memahami ekspresi marah dan

akibatnya.

III Mengidentifikasi diri saat marah. IV Mengontrol pikiran marah dan

tingkat kemarahan. Penutupan sesi.

Kedua 18 Januari 2014 V Pembukaan.

Memahami anger management

melalui film. Penutupan sesi.

Ketiga 20 Januari 2014 VI Pembukaan.

Relaksasi otot dan pernapasan. VII Cara menyelesaikan konflik. VIII Cara mengontrol marah.

IX Perencanaan dalam mengontrol marah.

Penutupan intervensi.

Peneliti memberikan pretest skala agresivitas secara bersamaan pada kedua kelompok, lima hari sebelum intervensi. Sementara posttest skala

Dokumen terkait