• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Media Penyemaian Bibit Sawi

Tanah yang akan digunakan sebagai media penyemaian terlebih dahulu disaring mengunakan ayakan tanah, selanjutnya hasil ayakan tanah yang lembut dimasukkan kedalam pot penyemaian (tray), setelah itu disiram menggunakan sedikit air.

2. Penyemaian Benih Sawi

Benih sawi dibeli dari pusat penjualan bibit Tani Maju lalu ditumbuhkan dan dirawat di Greenhouse Biologi, FMIPA, UNY. Benih sawi direndam dalam bak berisi air, kemudian dipilah antara benih yang tenggelam dan mengapung. Benih yang tenggelam

adalah benih yang terbaik untuk dilakukan penyemaian. Setiap kotakan pot penyemaian (tray) diisi 3 benih sawi. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore dengan mengunakan sprayer.

3. Persiapan Media Tanam Sawi/Pot Perlakuan

Tanah yang akan digunakan sebagai media tanam terlebih dahulu disaring mengunakan ayakan tanah, selanjutnya hasil ayakan tanah yang lembut ditambahkan pupuk kompos dengan perbandingan 2:1 (2 kg tanah : 1 kg pupuk kompos) , setelah itu dihomogenkan. Setelah homogen, campuran media tersebut dimasukkan kedalam pot yang sebelumnya pada pot bagian bawah diberi pecahan genteng agar sirkulais air lancar.

4. Penyiapan Sawi

Setelah 20 hari penyemaian, tanaman sawi dipilih sebanyak 30 individu untuk digunakan sebagai penelitian. Selanjutnya tanaman sawi dipindahkan ke dalam pot perlakuan yaitu satu pot satu tanaman sawi, dengan ketentuan tanaman sawi tidak terinfeksi hama dan penyakit (daunnya berwarna hijau, tidak layu, tidak melipat, dan tangkai daunnya panjang, ramping, berwarna hijau keputihan), tananam sawi ditumbuhkan hingga berumur 21 hari setelah tanam. Tanaman sawi yang dijadikan untuk sampel berusia 21 hari setelah tanam (HST).

5. Pengumpulan dan Penyiapan Hama Ulat Plutella xylostella Larva Plutella xylostella (ciri-ciri: berwarna hijau, panjang: 4-6 mm, dan lebar 0,5-1 mm) sebagai bahan uji diambil dari sawah Sayuran Organik TOM, Balangan, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, cara mengambil larva Plutella xylostella dengan menggunakan kuas kecil dan memasukkannya ke dalam toples yang di dalamnya telah diisi dengan daun sawi caisim segar sebagai makanannya serta kapas yang dibasahi. Toples tersebut ditutup dengan kain kassa agar sirkulasi udara di dalam toples tetap terjaga. Setelah memperoleh jumlah larva yang dibutuhkan, peneliti mensortir larva Plutella xylostella. Peneliti memilih larva yang sudah menginjak usia instar III berdasarkan ciri morfologi larva (yaitu: ukuran panjang, lebar, dan warna larva Plutella xylostella). Selanjutnya larva diadaptasikan selama satu hari di dalam wadah toples yang di dalamnya telah diberi daun sawi caisim segar serta kapas yang dibasahi. Setelah diadaptasikan selama satu hari, kemudian larva instar III Plutella xylostella diinfeksikan ke tanaman sawi caisim yang sudah berumur 21 hari.

6. Aplikasi Hama Ulat Plutella xylostella pada Sawi

Ulat Plutella xylostella yang telah diperoleh (mencapai tahap instar III) kemudian dimasukkan atau diletakkan satu persatu

pada tanaman sawi yang telah berusia 21 hari setelah tanam. Untuk setiap tanaman diberikan ulat sebanyak 5 ulat per tanaman.

Aplikasi ulat ini dilakukan pada sore hari karena di sore hari ulat dalam kondisi bergerak pada tanaman sawi. Larva dibiarkan selama satu hari tanpa pemberian pestisida. Setelah masuk hari kedua, aplikasi penyemprotan pestisida nabati dilakukan.

7. Pembuatan Larutan Pestisida Nabati Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.).

a. Pembuatan Starter Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.).

Daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) segar sebanyak 100 gram dicuci kemudian dipotong kecil-kecil selanjutnya dimasukkan ke dalam blender dan ditambahkan air sebanyak 1 liter. Penghalusan dilakukan hingga daun kayu kuning benar-benar halus. Setelah itu diaduk secara merata selama 15 menit dan campuran tersebut didiamkan selama 24 jam. Setelah 24 jam, campuran tersebut disaring dengan menggunakan saringan yang telah dilapisi kain kassa berlapis agar tidak terdapat kotoran yang menyumbat sprayer . Campuran perasan daun kayu kuning tersebut yang digunakan sebagai starter perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.). Konsentrasi ini ialah 100gram/

1000 ml air mengikuti hasil penelitian Mujib, dkk, (2014) bahwa pemberian pestisida nabati daun serai, daun babadotan dan daun sirsak berpengaruh nyata terhadap mortalitas ulat Crocodolomia pavonana pada konsentrasi 100 gram/ 1000 ml air.

Pestisida nabati yang berbahan dasar daun tanaman kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dibuat dengan cara sederhana (jangka pendek). Cara sederhana yaitu dilakukan dengan teknik penggerusan dan perendaman dengan air keran selama 24 jam untuk menghasilkan produk perasan. Penggunaan perasan biasanya dilakukan sesegera mungkin setelah pembuatan perasan dilakukan, karena penggunaan pestisida nabati biasanya hanya untuk luasan terbatas dan dalam jangka waktu penyimpanan terbatas (langsung pakai) (Agus Kardinan, 2000: 7).

b. Membuat Konsentrasi Perasan Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.) dari Starter Daun Kayu Kuning (Arcangelisia flava L.)

Untuk membuat variasi konsentrasi perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dari starter yaitu sebagai berikut :

1) Untuk perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) konsentrasi 0% maka membutuhkan 0 ml starter

perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dan air 1000 ml/(murni air)

2) Untuk perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) konsentrasi 2,5% maka membutuhkan 25 ml starter perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dan air 975 ml.

3) Untuk perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) konsentrasi 5% maka membutuhkan 50 ml starter perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dan air 950 ml.

4) Untuk perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) konsentrasi 7,5% maka membutuhkan 75 ml starter perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dan air 925 ml.

5) Untuk perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) konsentrasi 10% maka membutuhkan 100 ml starter perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dan air 900 ml.

8. Pembuatan Larutan Pestisida sintetik sebagai Kontrol Positif Pembuatan larutan pestisida sintetik dengan menggunakan Insektisida merk Dursban 200 EC yang berbahan aktif Klorpirifos 200 g/l dengan cara melarutkan 2-3 ml insektisida ke dalam air hingga 1000 ml sesuai petunjuk pada kemasan.

9. Aplikasi Penyemprotan Pestisida

Aplikasi dilakukan satu hari setelah infeksi hama uji (Rahayu, 2009). Aplikasi penyemprotan pestisida menggunakan handsparayer dan waktu penyemprotan dilakukan pada sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Penyemprotan dilakukan pada sore hari karena larva instar III Plutella xylostella paling aktif memakan daun pada saat sore hari hingga matahari akan terbit kembali. Pestisida disemprot pada seluruh permukaan tanaman. Setiap tanaman pada masing masing perlakuan disemprot dengan pestisida sebanyak 60 ml.

Penyemprotan pestisida nabati berupa perasan daun kayu kuning (Arcangelisia flava L.) dilakukan sebanyak tiga kali yaitu setiap 2 hari sekali. Penyemprotan pertama dilakukan pada hari Rabu, 26 Oktober 2016, penyemprotan ke dua dilakukan pada hari Jumat, 28 Oktober 2016 dan penyemprotan ke tiga pada hari Minggu, 30 Oktober 2016.

10.Faktor yang diamati

a. Mengamati dan Menghitung Mortalitas Hama Plutella xylostella

Larva yang mati adalah larva yang tidak bergerak lagi. Pengamatan dilakukan 1 hari setelah aplikasi perasan dengan cara disemprotkan. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari Kamis 27 Oktober 2016, hari Sabtu, 29 Oktober 2016 dan pada hari Senin 31 Oktober 2016.

b. Mengamati dan Menghitung Terbentuknya Pupa atau Pemendekan Siklus hidup hama Plutella xylostella fase larva

Pengamatan dilakukan 1 hari setelah aplikasi perasan dengan cara disemprotkan. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada hari Kamis 27 Oktober 2016, hari Sabtu, 29 Oktober 2016 dan pada hari Senin 31 Oktober 2016.

11.Panen

Sawi yang dapat dipanen ialah sawi yang berumur 30 hari setelah penanaman dengan ciri sawi telah memanjang agak membulat dan daun cukup lebar. Sawi dibersihkan dan dipotong bagian daun yang tidak membentuk bulatan atau lepas-lepas, sehingga jenis sawi yang diambil adalah sawi yang telah berbentuk panjang agak membulat dan daun lebar.

H. Pengukuran Data

Dokumen terkait