• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Kanker Serviks 1.Definisi 1.Definisi

2.4.8. Prosedur Penentuan Diagnosis

Menurut Rasjidi (2007), prosedur penentuan diagnosis kanker serviks antara lain:

1. Anamnesa, untuk mencari faktor predisposisi dan keluhan penderita. Keputihan dan perdarahan abnormal pervaginam merupakan keluhan utama pasien yang dicurigai menderita kanker serviks invasif.

2. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan ginekologis dan pemeriksaan kelenjar inguinal.

3. Pemeriksaan penunjang seperti foto thoraks, BNO-IVP, sistoskopi, rektoskopi, CT-scan optional, MRI, serta bone

survey, terutama jika menentukan jauhnya metastasis.

4. Biopsi serviks untuk menentukan jenis histopatologi.

5. Untuk deteksi kanker serviks stadium dini dapat dilakukan beberapa cara mulai dari uji Pap konvensional, IVA, papnet, thin

prep, servikografi, uji HPV, dan kolposkopi.

2.4.9. Penatalaksanaan

Menurut Rasjidi (2007), penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada kanker serviks adalah sebagai berikut:

Tabel. 2.4. Penatalaksanaan kanker serviks

Stadium Modalitas Terapi

Level of Evidence/ Rekomendasi IA1

Bila fertilitas masih dibutuhkan

Histerektomi (total atau vaginal) Konisasi

III/B III/B IA2

LVSI negatif

Bila fertilitas masih dibutuhkan

Histerektomi radikal termodifikasi (tipe II) + diseksi KGB

Histerektomi ekstra facial + diseksi KGB pelvis 1. Konisasi + ekstra peritoneal/diseksi KGB pelvis per laparoskopi IIB/B IV/C IV/C

2. Trakelektomi + ekstra

peritoneal/diseksi KGB pelvis per laparoskopi

IV/C IB1, IIA <4 cm

Pasien muda untuk

ovarian preserved

Post-op:

 Nodus positif, parametria positif atau tepi operasi yang positif  Massa yang besar, CLS (+) dan invasi 1/3 luar stroma serviks 1. Histerektomi radikal 2. Radioterapi

Histerektomi vaginal radikal + diseksi KGB per laparoskopi Adjuvan pascabedah

Adjuvan whole pelvic irradationi

IB/A III/B IB/A IB/A IB2-IIA >4 cm Keterlibatan CLS + invasi 1/3 luar stroma serviks  Primer kemoradiasi

 Primer histerektomi radikal  Neoadjuvan kemoterapi diikuti

radikal histerektomi dan diseksi KGB pelvis

 Primer histerektomi + adjuvant radiasi IB/A III/B III/B III/B IIB, III, IVA

IVA Tidak metastase ke dinding pelvis, terutama jika terdapat fistula vesikovaginal

 Eksternal radiasi + intra caviter brakiterapi + concurrent

kemoterapi (terapi primer)  Eksenterasi pelvis IB/A IV/C IVB atau rekuren Rekuren lokal pasca bedah Rekuren lokal pascabedah Metastase dan rekuren Metastase jauh  Radiasi  Kemoterapi konkuren  Eksenterasi pelvis Eksenterasi pelvis Kemoterapi Radiasi paliatif IV/C III/B IV/C III/B IB/A III/B Sumber: Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi Berdasarkan

2.4.10.Pencegahan

Pencegahan kanker serviks terdiri dari beberapa tahap, yaitu: pencegahan primer, sekunder dan tersier (Sukardja, 2000).

a. Pencegahan primer

Pencegahan primer merupakan upaya dalam mengurangi atau menghilangkan kontak individu dengan karsinogen untuk mencegah terjadinya proses karsinogenesis. Pencegahan primer kanker serviks dapat dilakukan dengan menghindari berbagai faktor risiko serta dengan memberikan vaksin pencegah infeksi dan penyakit terkait HPV. Selain itu juga dapat dilakukan dengan penggunaan barier seperti kondom, diafragma, dan spermisida (Sukardja, 2000).

b. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini kanker serviks, sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan. Pencegahan sekunder termasuk skrining dan deteksi dini, seperti Pap Smear, kolposkopi, servikografi, Pap net (dengan komputerisasi), dan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) (Sukardja, 2000). Pap Smear merupakan standar emas program skrining karena pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta dapat dilakukan setiap saat, kecuali pada masa haid. Selain itu, Pap Smear juga memiliki sensitivitas dan spesifitas yang cukup tinggi, sehingga Pap smear mampu untuk mencegah kejadian kanker serviks hingga mencapai 93 % (WHO, 2014).

c. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal. Pengobatan karsinoma serviks invasif ditentukan oleh pemeriksaan klinis dan bedah. Metode pengobatan adalah dengan eksisi bedah, terapi

radiasi, kemoterapi atau kombinasi metode-metode tersebut (Price & Wilson, 2005).

Menurut Rasjidi (2008), terdapat beberapa cara pencegahan kanker serviks, antara lain:

1. Hindari hubungan seksual terlalu dini

Idealnya seks dilakukan setelah wanita memasuki usia matang. Ukuran kematangan seorang wanita bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi atau belum, tetapi juga bergantung pada kematangan sel-sel mukosa. Menunda aktivitas seksual sampai usia 20 tahun dan berhubungan secara monogami akan mengurangi kanker serviks secara signifikan (Rasjidi, 2008). 2. Hindari berganti-ganti pasangan seksual

Faktor risiko lain dari kanker serviks adalah kebiasaan berganti-ganti pasangan. Kebiasaan tersebut dapat menyebabkan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya adalah penyakit karena Human Papilloma Virus (HPV). Selain itu juga hindari berhubungan seksual dengan pasangan pria yang memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti sebelumnya (Perunovic, 2006).

3. Penggunaan vaksinasi HPV

Vaksin HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human Papilloma Virus, karena mempunyai kemampuan proteksi >90% (Rasjidi, 2008).

Terdapat dua jenis vaksin HPV, yaitu bivalen dan

quadrivalen bersifat melindungi terhadap infeksi yang menetap

HPV tipe 16 dan 18, sedangkan yang quadrivalen juga bersifat melindungi terhadap infeksi HPV tipe 6 dan tipe 11 yang merupakan penyebab dari lesi selaput lendir dan lesi genital (Rasjidi & Sulistiyanto, 2007).

FDA-US merekomendasikan usia perempuan yang dapat diberikan vaksin HPV adalah usia antara 9-26 tahun (Rasjidi, 2008).

4. Penggunaan kondom

Penggunaan kondom bisa menurunkan risiko untuk terjadinya penularan infeksi HPV. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa terjadi penurunan sampai 70% dari infeksi HPV dengan pemakaian kondom secara benar saar berhubungan seksual (Rasjidi dan Sulistiyanto, 2007).

5. Hindari merokok

Wanita sebaiknya tidak merokok karena dapat merangsang timbulnya sel-sel kanker melalui nikotin yang di kandung dalam darah perokok. Risiko wanita perokok terkena kanker serviks adalah 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita bukan perokok. Diperkirakan nikotin memberikan efek toksik pada sel epitel, sehingga memudahkan masuknya mutagen virus (Diananda, 2009).

6. Pemeriksaan teratur

Wanita dewasa yang melakukan hubungan seks secara teratur, lakukan tes Pap Smear setiap dua tahun. Ini dilakukan sampai berusia 70 tahun (Diananda, 2009). Sedangkan untuk wanita yang memulai hubungan seksual saat usia <18 tahun dan wanita yang mempunyai banyak partner (multiple partner)

seharusnya melakukan tes Pap Smear setiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. (Rasjidi, 2008).

7. Hindari mencuci vagina terlalu sering dengan antiseptik

Banyak wanita mencuci vagina dengan antiseptik dengan alasan kesehatan. Padahal, kebiasaan tersebut dapat menimbulkan kanker serviks. Mencuci vagina dengan antiseptik terlalu sering justru dapat menyebabkan iritasi pada serviks. Iritasi yang berlebihan dan terlalu sering akan merangsang

terjadinya perubahan sel, yang akhirnya menjadi kanker (Setiati, 2009).

8. Penuhi kebutuhan nutrisi

Selain pola hidup yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan berlemak tinggi, wanita yang kekurangan zat-zat gizi lain, seperti beta karoten, vitamin C, dan asam folat, dapat terserang kanker serviks. Oleh karena itu, jika tubuh kekurangan zat-zat gizi tersebut, maka rangsangan sel-sel mukosa lebih mudah menimbulkan kanker (Setiati, 2009).

Dokumen terkait