• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Prosedur Pengembangan

Peneliti menggunakan prosedur pengembangan modul dengan 10 tahapan

dalam penelitian pengembangan (Research and Development) Sugiyono (2010: 409). Pada peneltian ini peneliti hanya menggunakan 7 tahapan

penelitian pengembangan. Diakhir penelitian hanya sampai pada revisi produk

itupun hanya sekedar sebagai catatan hal-hal yang perlu direvisi. Hal ini

melibatkan aktifitas bimbingan belajar siswa atau penerapan dari modul itu

membutuhkan waktu yang relatif panjang hingga mencapai kesempurnaan

modul beserta peningkatan prestasi siswa. Tahap-tahap penelitian

pengembangan (Research and Development) yang telah dimodifikasi dapat digambarkan dalam skema seperti berikut:

Gambar 3.1

Dalam penelitian ini peneliti membatasi langkah – langkah penelitian, karena produk yang dihasilkan masih memerlukan beberapa pengembangan

dan penyempurnaan. Maka dari 10 langkah yaitu potensi dan masalah,

pengolahan data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk,

revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, produk massal peneliti

membatasi sampai langkah ke 7 yaitu revisi produk, seperti berikut:

Gambar 3.2 Revisi Produk Potensi dan Masalah Pengolahan data Desain Produk Validasi desain Revisi Desian Uji coba Produk Uji Coba Pemakaian Revisi Produk Produk Massal Potensi dan Masalah Pengolahan data Desain Produk Validasi desain Revisi Desian Uji coba Produk Revisi Produk

Langkah 1 : Potensi dan Masalah

Penelitian ini berangkat dari adanya potensi dan masalah dengan

melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan dengan

melakukan wawancara langsung kepada guru matematika kelas 3 SD

Percobaan 3 Pakem. Wawancara ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya

fakta dan masalah yang terjadi di lapangan yang menyangkut ketersediaan

modul matematika yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran.

Wawancara dengan guru kelas juga dilakukan untuk mengetahue beberapa

siswa yang berprestasi rendah.

Penelitian dilanjutkan dengan observasi siswa pada kegiatan pramuka.

Observasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi siswa-siswi secara kasat mata

perilaku-perilaku yang menunjukkan ciri-ciri dari teori kecerdasan naturalis

yang dominan pada kelas tersebut. Selain itu, lewat wawancara dengan guru

kelas III A peneliti bertanya yang didasari pada ciri-ciri dalam teori

kecerdasan naturalis. Tujuannya agar peneliti dapat memperoleh

informasi/data yang lebih mendalam dalam mencari 10 siswa-siswi yang

memiliki kecerdasannaturalis. Hal ini, dilakukan karena guru kelas IIIA

merupakan seorang narasumber yang lebih memahami karakteristik

siswa-siswinya.

Tidak hanya berhenti pada tahapan di atas, setelah mendapatkan 10 siswa

yang diduga kuat memiliki kecerdasan naturalis, sebagai penguat bukti –

bukti yang ada peneliti melakukan wawancara secara lisan dengan 10 siswa.

Wawancara yang dilakukan berupa wawancara terbatas dimana kegiatan ini

naturalis. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, peneliti dapat

mengambil kesimpulan bahwa 10 siswa memang memiliki kecerdasan

naturalis.

Akhir dari analisis kebutuhan ini, peneliti melakukan dokumentasi nilai

ke-10 siswa kelas III. Dokumentasi nilai ini bertujuan untuk menganalisa

kesamaan nilai rendah/dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) pada

salah satu mata pelajaran inti ke-SDan (Matematika, IPA, IPS, Bahasa

Indonesia, PKn) dari mulai semester 1 di kelas III. Setelah menemukan

tinggallah mewawancara guru mata pelajaran terkait, untuk mengetahui

materi yang akan dibuat dalam modul bimbingan belajar di semester 2 yang

sekiranya siswa kesulitan.

Langkah 2 :Pengumpulan Data

Observasi ini digunakan sebagai data awal untuk mengidentifikasi

siswa-siswi kelas III A yang menunjukkan ciri-ciri dari teori kecerdasan naturalis

yang dominan. Selain itu, hasil wawancara dengan guru kelas III A akan

digunakan peneliti untuk mendapatkan informasi tentang 10 siswa-siswi yang

memiliki kecerdasan naturalis.

Selanjutnya kegiatan wawancara terhadap 10 siwa juga digunakan untuk

menguatkan data hasil pengamatan secara kasat mata. Wawancara tersebut

menanyakan seputar ciri – ciri kecerdasan naturalis. Siswa ditanya seputar minatnya mengenai kegiatan yang dilakukan dengan lingkungan alam sekitar

mereka.

Langkah selanjutnya mengumpulkan data tentang dokumentasi nilai

menganalisa siswa – siswa yang mengalami prestasi belajar di bawah KKM. Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran, digunakan sebagai data untuk

mengetahui materi sulit bagi siswa. Materi ini yang akan digunakan untuk

mengisi modul bimbingan belajar berbasis kecerdasan naturalis. Berdasarkan

hal tersebut guru memberikan masukan bahwa sebaiknya materi yang ada

didalam modul berkenaan dengan konsep luas bangun datar.

Langkah 3 : Desain Produk (Prototipe)

Desain produk dimulai dengan menentukan desain awal modul dan

materi yang akan diuraikan dalam modul. Desain awal dimulai dengan

membuat silabus dan RPP terkait luas bangun datar yang terintegrasi dengan

kecerdasan naturalis. Setelah membuat silabus dan RPP dilanjutkan dengan

menyusun kerangka modul

yang meliputi merancang tampilan modul, menentukan isi modul dan

menentukan urutan isi modul. Isi modul meliputi standar kompetensi dan

kompetensi dasar (SKKD), indikator dan tujuan yang akan dicapai, materi

modul serta soal evaluasi.

Pada langkah ini peneliti masih mengumpulkan bahan yang akan

digunakan untuk materi pada modul. Selanjutnya, peneliti menyusun

instrumen evaluasi untuk mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan

penguasaan siswa terhadap materi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain

itu, peneliti juga akan menentukan strategi pengajaran dan kegiatan belajar

yang akan digunakan yang termuat dalam modul. Setelah semua komponen

modul terkumpul, langkah berikutnya adalah menyusun modul sesuai dengan

Langkah 4 : Validasi Desain

Validasi desain (Sugiyono, 2010: 414) merupakan proses kegiatan untuk

menilai apakah desain produk, dalam hal ini modul bimbingan belajar akan

lebih efektif dan berkualitas. Peneliti menggunakan validasi pakar sebagai

evaluasi formatif terhadap desain produk (prototipe) yang sudah jadi. Produk

yang telah dikembangkan akan divalidasi oleh empat orang pakar yang terdiri

pakar pelajaran matematika ,guru matematika atau guru kelas, pakar tata

bahasa, pakar multiple intelligences. Salah satunya adalah guru matematika kelas 3 SD Percobaan 3 Pakem. Validasi produk ini bertujuan untuk

memperoleh kritik dan saran serta penilaian dari para pakar terhadap produk

yang dikembangkan. Dari masukan dan saran tersebut akan diketahui

kelebihan dan kekurangan produk yang dikembangkan serta perbaikan yang

harus dilakukan oleh peneliti.

Langkah 5: Revisi Desain

Setelah mendapatkan masukan dan saran, maka tahap selanjutnya adalah

melakukan revisi produk yang dibuat berdasarkan hasil validasi pakar. Revisi

dilakukan untuk memperbaiki kekurangan produk yang sudah divalidasi oleh

pakar. Peneliti melakukan kegiatan revisi desain ini sesuai dengan kritik dan

saran yang dianjurkan oleh 4 pakar. Revisi desain perlu dilakukan agar

produk benar – benar layak diberikan kepada siswa kelas 3 SD. Langkah 6: Uji Coba Desain

Produk yang sudah direvisi berdasarkan saran dan komentar dari para

pakar selanjutnya digunakan dan diujicoba lapangan. Uji coba akan dilakukan

melakukan uji coba, siswa diberikan refleksi mengenai kegiatan yang ada

dalam modul untuk menilai apakah kegiatan yang ada dalam modul

menyenangkan atau tidak dan apakah modul sudah baik digunakan untuk

kegiatan belajar atau belum. Hasil uji coba merupakan evaluasi sumatif

terhadap desain produk pengembangan modul. Setelah melakukan uji coba,

peneliti menganalisis nilai pre-test dan post-test dengan cara membandingkan ada tidaknya peningkatan dari nilai pre-test ke post-test. Bila ada peningkatan berarti, modul ini dapat dikatakan berhasil karena dapat meningkatakan nilai

dari prestasi rendah ke-10 siswa.

Langkah 7: Revisi Desain

Revisi desain dilakukan setelah uji coba produk. Produk akan direvisi

berdasarkan masukan dari siswa yang ikut dalam uji coba produk. Pada

penelitian ini hanya sampai pada langkah pencatatan kritik dan saran dari

siswa. Hasil kritik dan saran siswa tidak untuk ditindak lanjuti untuk

menjadikan desain produk final modul bimbingan belajar berbasis kecerdasan

naturalis. Kritik dan saran akan ditindaklanjuti pada penelitin selanjutna.

Dokumen terkait