• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan modul bimbingan belajar matematika berbasis kecerdasan naturalis pada siswa berprestasi rendah kelas III A di SDN Percobaan 3 Pakem - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan modul bimbingan belajar matematika berbasis kecerdasan naturalis pada siswa berprestasi rendah kelas III A di SDN Percobaan 3 Pakem - USD Repository"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN NATURALIS PADA SISWA BERPRESTASI

RENDAH KELAS III A DI SDN PERCOBAAN 3 PAKEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Huda Restu Pramudhita

NIM: 101134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN NATURALIS PADA SISWA BERPRESTASI

RENDAH KELAS III A DI SDN PERCOBAAN 3 PAKEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Huda Restu Pramudhita

NIM: 101134101

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT yang telah memberikn rahmat dan hidayah-Nya

Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan motivasi serta memberikan doanya: Arimudin Hidayat dan Surabini

Saudara perempuan saya yang memberikan semangat agar menyelesaikan

tugas akhir ini: Anastasya Ristu Aulia

Simbah kakung dan simbah putri R. Ridwan Hazairin, Pawiro, Mukinah dan Sujiem (Alm) yang selalu memberikan semangat.

(6)

v MOTTO

Dunia menjadi miniatur surga, ketika manusia berbagi

dengan sesamanya

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 4 Juni 2014

Penulis

(8)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda di bawh ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Huda Restu Pramudhita

No. Mahasiswa : 101134101

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA

BERBASIS KECERDASAN NATURALIS PADA SISWA BERPRESTASI

RENDAH KELAS III A DI SDN PERCOBAAN 3 PAKEM” beserta perangkat

yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya

dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya sebagai

penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada Tanggal: 12 Juni 2014

Yang Menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

Pramudhita, Huda R (2014): Pengembangan Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Naturalis pada Siswa Berprestasi Rendah Kelas III A di SDN Percobaan 3 Pakem.

Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Sanata Dharma.

Kata kunci: metode penelitian dan pengembangan, modul, kecerdasan naturalis, prestasi rendah.

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk (1) medeskripsikan hasil validasi

kualitas produk modul bimbingan belajar matematika berbasis kecerdasan

naturalis pada siswa berprestasi rendah kelas III A di SD N Percobaan 3 Pakem,

(2) mengetahui produk modul bimbingan belajar matematika berbasis kecerdasan

naturalis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III A di SDN Percobaan

3 Pakem.

Peneliti menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R and D). Penelitian yang digunakan, untuk mengembangkan dan menghasilkan sebuah produk baru atau membuat lebih baik produk yang telah

ada sebelumnya. Produk yang dibuat harus melalui tahap validasi pakar untuk

mengetahui kualitas produk. Sedangkan prettest dan posttest untuk digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.

Hasil penelitian ini, yaitu pengembangan modul bimbingan belajar

matematika berbasis kecerdasan naturalis pada siswa berprestasi rendah di kelas

III A SDN Percobaan 3 Pakem dikembangkan dengan kualitas yang tinggi dan

layak untuk digunakan kepada siswa kelas III A di SDN Percobaan 3 Pakem

berdasarkan validasi dari pakar tata bahasa Indonesia,pakar matematika, guru

kelas III A, dan pakar Multiple Intelligences. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata produk yang diperoleh yaitu dan termasuk dalam kategori baik. Modul

bimbingan belajar matematika berbasis kecerdasan naturalis dapat meningkatkan

(10)

ix ABSTRACT

Pramdhita, Huda R (2014).The Development of Math Learning Guidance Module Based on Naturalist Intellegence of Underachiever Students of3rd Grade in the Classroom IIIA of SDN Percobaan 3 Pakem. Thesis. Yogyakarta: Department of Elementary School Teacher, University of Sanata Dharma.

Keywords: Research and Development Method, module, naturalist intellegence, underachiever

The purpose of this research is to (1) describe the validation results of

product qualities of the modules of math learning guidance based on naturalist

intellegence of underachiever students of 3rd Grade in the Classroom of IIIA , SDN Percobaan 3 Pakem, (2) know that the products of math learning guidance modules based on naturalist intellegence can improve the learning achievement

of 3rd Grade in the Classroom of IIIA , SDN Percobaan 3 Pakem.

This research was Research and Development (R&D) study, i was used to

develop and produce a new product or to improve the available product. Product

made should be tested through expert validation step to identify its product

qualities. While pretest and posttest were applied to identify the results of student learning.

Results of this research was developed with high quality and assumed

suitable to be applied to the 3rd grade students in IIIA class-room of SDN

Percobaan 3 Pakem based on the validation from the experts of Indonesian

Grammar, mathematics, IIIA class-room teachers, and the expert of Multiple Intelligences. All of these were proved by the average of obtained products and

were included in the category of “good”. The module of mathematic learning guidance based on naturalist intellegence could improve the learning achievement

(11)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, peneliti panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat, taufik hidayah serta inayah-Nya sehingga skripsi ini

dapat penulis selesaikan dengan judul Pengembangan Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Naturalis untuk Siswa Berprestasi Rendah Kelas III A di SDN Percobaan 3 Pakem.

Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang

telah membantu dan berperan aktif dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis

sampaikan terimakasih yang mendalam kepada:

1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.s., BST., M.A, selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Prof. Dr. Paulus Suparno, S. J., MST, selaku dosen pembimbing I, terima

kasih atas bimbingan, kesabaran, dan pencerahan yang diberikan selam

proses penyusunan skripsi.

4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M., Psi, selaku dosen pembimbing

II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan selama

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Prof. Dr. Paulus Suparno, S. J., MST, Apri Damai Sagita S.S.,M,Pd,

Roro Wilis A,Md, dan Chritiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd selaku

(12)

xi

validator matematika, yang telah memberikan penilaian, saran, dan

komentar untuk perbaikan kualitas modul yang dikembangkan.

6. Dra. Sudaryatun, M. Pd selaku kepala sekolah SDN Percobaan 3 Pakem

yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Ibu Roro Wilis A,Md. selaku guru kelas III A di SDN Percobaan 3

Pakem yang telah memberikan masukan dan saran selama proses

penelitian.

8. Sepuluh siswa Kelas III A SDN Percobaan 3 Pakem tahun ajaran

2013/2014 yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.

9. Seluruh dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberi

ilmu selama menempuh kuliah di PGSD.

10.Sekretariat PGSD, yang selalu memberikan informasi dan keramahan

dalam segala urusan adminitrasi sehingga penulis selalu diberikan

kelancaran.

11.Orangtua saya Arimudin Hidayat dan Surabini, yang selalu mendoakan,

memberi motivasi, serta materil demi kelancaran dan terselesainnya

skripsi yang penulis susun.

12.Saudara saya Anastasya Ristu Aulia yang selalu memberikan semangat

dan dukungan.

13.Teman Seperjuangan: Candra, Marchel, Cahyo, Resti, Suster Nanda, dan

Dwik yang memberi dukungan, masukan dan menjalin kerjasama yang

(13)

xii

14.Teman PGSD 2010 kelas C yang selalu memberikan keceriaan, dan

kekompakan selama perkuliahan yang membuat perjalanan selama kuliah

menjadi sangat berkesan.

15.Teman satu angkatan, Wahyu Dwi Astuti yang bersedia memberikan

saran referensi berupa jurnal dan memberikan motivasi berkaitan dengan

tugas akhir saya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tentu saja

masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan.

Yogyakarta, 4 Juni 2014

Penulis

(14)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

(15)

xiv

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan ... 9

B. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) ... 11

1. Pengertian kecerdasan ganda ... 11

2. Karakteristik Konsep Kecerdasan Ganda... 12

3. Prinsip Umum Pengembangan Intelligensi Ganda ... 13

4. Macam–macam pengetahuan dalam multiple intellegences ... 14

C. Modul Pembelajaran ... 22

1. Pengertian Modul ... 22

2. Keuntungan penggunaan modul pembelajaran menurut (Nasution, 1984) ... 23

3. Cara Menyusun Modul... 24

4. Evaluasi modul ... 25

D. Bimbingan belajar ... 26

1. Pengertian ... 26

2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 26

3. Fungsi Bimbingan Belajar ... 27

4. Peranan buku guru dalam bimbingan belajar ... 28

E. Prestasi rendah ... 29

1. Pengetian Prestasi ... 29

2. Prestasi Belajar Rendah ... 30

F. Matematika ... 30

G. Penelitian yang Relevan ... 31

1. Penelitian yang Berhubungan dengan Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) ... 31

2. Penelitian yang Berhubungan dengan Bimbingan Belajar ... 32

3. Penelitian yang berhubungan dengan Matematika ... 33

H. Skema Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Jenis Penelitian ... 36

C. Prosedur Pengembangan ... 37

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

1. Populasi ... 43

(16)

xv

E. Treatment ... 44

F. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Wawancara ... 46

2. Observasi... 47

3. Dokumentasi ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 48

1. Soal prettest dan posttest... 48

4. Pakar multiple intelligences ... 56

I. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 60

A. Pelaksanaan Penelitian ... 60

1. Sebelum Penelitian ... 60

B. Keterbatasan Penelitian ... 78

C. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA: ... 81

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Penelitian yang Relevan ... 34

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Menurut Sugiyono (2009) ... 37

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengumpulan data instrumen ... 47

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Prestest dan Posttest ... 48

Tabel 3.3 Kisi-kisi soal evaluasi ... 50

Tabel 3.4 Kisi-kisi refleksi siswa ... 51

Tabel 3.5 Nilai siswa ... 52

Tabel 3.6 Nilai rapor ... 52

Tabel 3.7 Komentar Guru Kelas ... 53

Tabel 3.8 Komentar Pakar Tata Bahasa ... 54

Tabel 3.9 Komentar Pakar Matematika ... 55

Tabel 3.10 Komentar Pakar Multiple Intelligences ... 56

Tabel 3.11 Konversi Skala Empat Berdasarkan PAP ... 57

Tabel 3.12 Resume Nilai Dari Para Pakar/Validator ... 58

Tabel 3.13 Perhitungan SBx atau Standar Devisiasi (SD) ... 58

Tabel 3.14 Rumusan pedoman perencanaan skor ... 59

Tabel 3.15 Hasil Konversi Nilai Skala Empat ... 59

Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas III A ... 70

Tabel 4.2 Hasil evluasi ... 72

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 84

Lampiran 2. Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian ... 85

Lampiran 3. Surat Izin Wali ... 86

Lampiran 4. Silabus Pembelajaran. ... 87

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 92

Lampiran 6. Modul Siswa ... 106

Lampiran 7. Validasi Pakar ... 136

Lampiran 8. Prestest ... 145

Lampiran 9.Posttest... 151

Lampiran 10. Resume Refleksi Siswa ... 155

Lampiran 11. Foto-Foto ... 159

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu hal yang berhak diperoleh setiap warga

negara Indonesia. Dalam rangka memperluas kesempatan belajar

pendidikan dasar, maka pada tanggal 2 Mei 1994 pemerintah mencanangkan

program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Pendidikan berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pembentukan karakter bangsa sebaiknya dilakukan sejak dini, agar karakter

yang diharapkan dapat tertanam kuat hingga anak – anak tumbuh dewasa. Oleh karena itu, pendidikan sekolah dasar sangat tepat untuk dijadikan

sebagai awal penanaman karakter dan kepribadian bangsa.

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam.

Berdasarkan hal tersebut, maka perlu ditanamkanya karakter cinta terhadap

lingkungan untuk siswa sekolah dasar. Untuk menanamkan rasa cinta

lingkungan pada siswa setidaknya diperlukan kegiatan belajar yang

mengacu pada kearifan lingkungan. Proses belajar yang mengacu pada

kearifan lingkungan tersebut tidak hanya menanamkan rasa cinta terhadap

lingkungan, namun siswa juga dapat mencapai tujuan utama belajar.

Kegiatan belajar yang mengacu pada alam sekitar atau lingkungan sekitar

(21)

Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, ada beberapa mata pelajaran

pokok yang kegiatan pembelajarannya dapat dikaitkan dengan lingkungan

sekitar. Salah satu matapelajaran yang dapat dikaitkan dengan lingkungan

sekitar adalah mata pelajaran matematika. Matematika merupakan

matapelajaran yang identik dengan kegiatan menghitung, dari kegiatan

menghitung itu sendiri dapat diuraikan menjadi menghitung berat,

menghitung suhu, menghitung luas dan masih banyak kegiatan menghitung

lainya. Hal tersebut menjadikan matapelajaran matematika tidak lepas dari

kehidupan sehari – hari siswa. Mata pelajaran matematika menjadi sangat penting untuk dijadikan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD)

karena dalam pelajaran matematika siswa diajarkan menjadi pribadi yang

teliti, terampil dan cekatan. Berbicara mengenai mata pelajaran matematika

SD, tentunya guru memerlukan modul pembelajaran dalam prakteknya.

Modul pembelajaran dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap

yang berdiri sendiri yang terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang

disusun untuk membantu siswa dalam mencapai sebuah tujuan yang

dirumuskan secara khusus dan jelas Nasution (1984: 105). Modul

pembelajaran merupakan suatu perangkat pembelajaran yang dapat

memberikan feedback bagi siswa. Pengajaran modul dengan sengaja dapat memberikan pengajaran remidial yakni memperbaiki kelemahan kesalahan

ataupun kekurangan siswa yang dapat segera ditemukan sendiri oleh siswa

yang bersangkutan. Selain itu penggunaan modul juga dapat mengurangi

gaya dan kesan persaingan dalam belajar, modul dapat memupuk rasa kerja

(22)

merupakan suatu hal yang positif, dimana siswa dapat menemukan jawaban

dari permasalahan secara bersama dengan teman atau dengan kelompoknya.

Agar kegiatan melakukan pemecahan masalah secara bersama lebih efektif

diperlukan adanya pengelompokan siswa dengan kecerdasan yang sama.

Kecerdasan naturalis dalam teori multiple intelligences dapat diajarkan menggunakan pendekatan alam sekitar.

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang untuk dapat

mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi

konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan

menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam

berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam, Gardner

(Suparno, 2004: 42). Di dalam teori multiple intelligences terdapat 9 kecerdasan. Untuk mengembangkan sebuah modul yang berkaitan dengn

mata pelajaran, maka dalam penelitian ini diperlukan sebuah modul yang

berbasis kecerdasan naturalis. Kecerdasan naturalis mempunyai hubungan

yang erat dengan mata pelajaran matematika SD seperti yang sudah

dijelaskan di atas. Oleh karena itu, modul pembelajaran yang digunakan

sebaiknya dapat terintegrasi dengan kecerdasan naturalis sehingga dapat

dengan mudah dalam menerapkan konsep mengenai mata pelajaran

matematika SD.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas 3

SD Percobaan 3 Pakem, terkait bagaimana pelaksanaan pembelajaran

matematika di kelas, guru belum pernah mengajarkan mata pelajaran

(23)

juga menyatakan bahwa ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai rendah

pada mata pelajaran matematika. Hal itu terjadi beberapa siswa lebih

menyukai kegiatan belajar di luar kelas dibandingkan dengan belajar di

dalam kelas. Guru memerlukan bahan ajar yang mampu membuat siswa

berminat pada saat mengikuti kegiatan belajar baik di luar atau di dalam

kelas. Guru kelas juga menyampaikan bahan ajar yang dibutuhkan mampu

memberikan feedback bagi siswa. Sehingga guru memerlukan modul pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kecerdasan

naturalis untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar dalam mata pelajaran

matematika SD.

Berdasarkan beberapa pernyataan di atas maka peneliti ingin menyusun

modul berbasis kecerdasan naturalis pada pembelajaran matematika. Modul

yang akan disusun oleh peneliti menngunakan pendekatan kecerdasan

naturalis karena di SD Percobaan 3 Pakem merupakan rintisan sekolah

berbasis lingkungan. Selain itu, modul mata pelajaran matematika yang

menggunakan pendekatan kecerdasan naturalis bertujuan untuk memberikan

pelajaran tambahan demi mengatasi prestasi belajar rendah dalam mata

pelajaran matematika SD. Peneliti menetapkan fokus pada penelitian ini

adalah meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan modul

(24)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hasil validasi produk modul bimbingan belajar berbasis

kecerdasan naturalis yang digunakan pada siswa berprestasi rendah di SD

N Percobaan 3 Pakem?

2. Apakah produk modul bimbingan belajar matematika berbasis

kecerdasan naturalis dapat meningkatkan prestasi belajar kelas III A di

SDN Percobaan 3 Pakem?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendiskripsikan hasil validasi kualitas produk modul bimbingan

belajar berbasis kecerdasan naturalis pada siswa berprestasi rendah pada

mata pelajaran matematika di kelas III A SDN Percobaan 3 Pakem,

Yogyakarta.

2. Untuk mengetahui produk modul bimbingan belajar matematika berbasis

kecerdasan naturalis dapat meningkatkan prestasi rendah siswa kelas III

A SD N Percobaan 3 Pakem, Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan

oleh siswa sebagai modul pelajaran yang terintegrasi dengan kecerdasan

naturalis untuk mata pelajaran matematika SD kelas 3.

2. Bagi Guru

Produk dalam penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai

(25)

untuk mata pelajaran matematika SD kelas III semester genap. Selain itu,

penelitian ini dapat memberikan inspirasi guru untuk mengembangkan

sendiri modul yang terintergrasi dengan kecerdasan naturalis dalam

multiple intelligences.

3. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi SD Percobaan 3

Pakem terkait dengan penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R &D) dan modul untuk bimbingan belajar yang terintegrasi dengan kecerdasan naturalis untuk kelas III SD.

4. Bagi PGSD Sanata Dharma

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi prodi PGSD

Universitas Sanata Dharma terkait dengan penelitian dan pengembangan

(Research and Development/ R & D) dan produk/modul khususnya modul yang terintergrasi dengan kecerdasan naturalis dalam multiple intellligences di SD kelas III.

E. Batasan Instilah

1. Feedback

Feedback dapat diartikan sebagai kegiatan pemberian umpan balik yang di lakukan guru kepada siswa.

2. Fenomena

Fenomena adalah sesuatu yang pernah terjadi, atau sedang terjadi dalam

(26)

3. Perspektif

Perspektif berasal dari kata Per yang artinya melalui dan spectare yang artinya adalah memandang Jadi perspektif itu suatu media yang

dimiliki sorang pribadi dan melalui media itu dia memandang satu obyek,

karena medianya berbeda maka pandangannya juga berbeda dari yang lain.

4. Pengajaran remidial

Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan

kepada siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai

(27)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A.Kecerdasan

1. Pengertian kecerdasan

Anggapaan secara umum kecerdasan kerap didefinisikan sebagai

kemampuan seseorang mempelajari dan menerapkan pengetahuan untuk

mengendalikan lingkungan sekaligus kemampuan berpikir.Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (Depdiknas, 2001) kecerdasan adalah

perihal cerdas perbuatan dan kesempurnaan pada perkembangan akal budi

(seperti kepandaian, ketajaman pikiran). Menurut Gardner (Suparno, 2004:

17) inteligensi merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan

menghasilkan produk dalam setting yang bermacam-macam dan dalam

situasi yang nyata. Para ahli setuju bahwa kecerdasan adalah kata yang

memayungi berbagai kemampuan mental seperti kemampuan memecahkan

masalah, pengetahuan umum, kreativitas, pikiran abstrak, beradaptasi

dengan lingkungan baru atau mengubah lingkungan saat ini, kemampuan

menganalisis dan memutuskan, kemampuan menyerap informasi dengan

cepat dan belajar dari pengaiaman, serta daya ingat. Gardner dalam bukunya

berpendapat suatu kemampuan disebut inteligensi (kecerdasan) jika

menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang dalam

memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Ada

unsur pengetahuan dan keahlian. Kemampuan bersifat universal harus

berlaku bagi banyak orang. Kemampuan itu dasarnya adalah unsur biologis,

(28)

training. Kemampuan itu sudah ada sejak lahir, meski di dalam pendidikan

dapat dikembangkan namun kemampuan yang dimiliki merupakan suatu

bakat atau kelebihan bawaan sejak lahir.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan

Kita ketahui bahwa kecerdasan masing-masing orang berbeda, ada

yang pintar sekali, sedang-sedang saja, dan ada juga yang bisa-biasa saja.

Namun tidak sedikit juga yang tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata. Hal

ini disebabkan oleh beberapa faktor menurut (Subini, 2012: 18-21), yakni:

a. Faktor genetik (keturunan atau bawaan)

Pandangan masyarakat secara umum mengatakan bahwa seseorang

yang lahir dari keluarga berpendidikan tinggi atau mempunyai tingkat

intelektual diatas rata-rata akan mempunyai keturunan yang tidak jauh

berbeda. Meskipun bukan faktor utama, namun keturunan terbukti

mempengaruhi kecerdasan seseorang. Oleh karena itu di dalam satu kelas

dapat dijumpai siswa yang berbeda secara akademis.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan juga dapat memberi pengaruh besar terhadap

kecerdasan siswa. Jadi tidak perlu bingung ketika ada seorang anak

jalanan, yang orangtuanya tidak pernah sekolah, mempunyai kepandaian

yang luar biasa dibanding temannya. Bisa jadi anak tersebut belajar dari

kehidupannya yang susah dan bertekat mengubah keadaan hidupnya

dengan rajin belajar. Ia bisa belajar kapanpun dan kepada siapapun yang

mau mengajarinya. Oleh karena itu walaupun pada dasarnya inteligensi

(29)

perubahan-perubahan yang berarti. Walaupun masih diakui bahwa faktor

genetik juga berperan menentukan tingkat kecerdasan, tak dapat

dipungkiri juga kalu stimulasi yang benar juga berpengaruh untuk

menciptakan orang-orang cerdas. Rangsangan-rangsangan yang bersifat

kognitif seperti emosional dari lingkungan juga memegang peranan

penting.

c. Faktor minat dan pembawaan yang khas

Minat berhubungan erat dengan ketertarikan seseorang terhadap

sesuatu, rasa suka dan ingin tahu merupakan faktor pendorong dari minat

itu sendiri. Dalam diri manusia terdapat dorongan yang mempengaruhi

keinginan manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa

yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat

lebih giat dan lebih baik. Dengan belajar giat akan meningkatkan

kecerdasan seseorang.

d. Faktor gizi

Intelgensi tidak bisa lepas dari otak. Asupan gizi, nutrisi dan protein

yang cukup merupakan stimulus yang baik untuk perkembangan otak

anak. Perkembangan otak dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Otak

cenderung dapat bekerja dengan keras, lancar jika didukung dengan

kandungan makanan yang diserap.

e. Faktor kematangan

Organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan

perkembangan setiap saat. Bagaimana seorang bayi yang mulanya hanya

(30)

proses tumbuh kembangnya. Setiap organ manusia baik fisik maupun

psikis, dapat dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh dan

berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya

masing-masing.

f. Faktor pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan ada dua macam

yakni: yang direncanakan dan yang tidak. Pembentukan yang

direncanakan seperti dilakukan disekolah atau pembentukan yang tidak

direncanakan, misalnya pengaruh alam semesta.

g. Faktor kebebasan

Kebebasan yang dimaksud disini adalah dalam hal melakukan

pembelajaran. Seorang siswa dapat memilih metode tertentu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi. Misalnya untuk belajar ilmu murni,

siswa cenderung memilih melakukan praktik langsung darmatematikada

duduk diam mendengarkan guru berceramah. Biarkan siswa melakukan

hal yang disukainya asalkan itu baik, berguna dan tidak membahayakan

dirinya.

B. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences)

1. Pengertian kecerdasan ganda

Menurut Gardner (Suparno, 2004 : 65-66) suatu kemampuan disebut

Inteligensi bila menunjukan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang

untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam

(31)

Kemampuan itu sungguh mempunyai dampak yaitu dapat memecahkan

persoalan yang dialami dalam kehidupan nyata. Gardner (1983) juga

mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan

persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam – macam dan dalam situasi yang nyata. Dalam pengertian tersebut sangat

jelas bahwa inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang secara

kognitif, namun intilegensi merupakan kemampuan untuk memecahkan

persoalan yang nyata dalam segala situasi.

2. Karakteristik Konsep Kecerdasan Ganda

Menurut Gardner (Uno dan Masri, 2009: 44) menjelaskan bahwa

kecerdasan ganda memiliki karakteristik konsep sebagai berikut:

a. Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Jadi

tidak ada kecerdasan yang lebih baik atau lebih penting dari

kecerdasan yang lain.

b. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis

sama. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan

dikembangkan secara optimal.

c. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan.

Seseorang terus berlatih dapat membangun kekuatan kecerdasan

yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahan.

d. Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut dapat bekerja sama

mewujudkan aktivitas yang dilakukan individu. Satu kegiatan

mungkin memerlukan lebih dari satu kecerdasan dan satu kecerdasan

(32)

e. Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di semua lintas budaya

di seluruh dunia dan kelompok usia. Saat seseorang menginjak

dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui rentang pencapaian

profesi dan hobi.

3. Prinsip Umum Pengembangan Intelligensi Ganda

Haggerty mengungkapkan (Suparno, 2004: 65-66) ada beberapa

prinsip umum untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda pada

siswa, yaitu: Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan

intelektual. Pendidikan seharusnya individual. Pendidikan harusnya lebih

personal, dengan memperhatikan inteligensi setiap siswa. Pendidikan harus

menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan program belajar

mereka. Siswa perlu diberi kebebasan untuk menggunakan cara belajar dan

cara kerja berdasarkan minat mereka. Sekolah sendiri harus menyediakan

fasilitas dan sarana yang dapat dipergunakan oleh siswa untuk melatih

kemampuan intelektual mereka berdasarkan inteligensi ganda. Evaluasi

belajar harus lebih kontekstual dan bukan tes tertulis. Evaluasi lebih harus

berupa pengalaman lapangan langsung dan dapat diamati bagaimana

performa siswa, apakah sungguh maju atau tidak. Pendidikan sebaiknya

tidak dibatasi di dalam gedung sekolah. Inteligensi ganda memungkinkan

agar pendidikan juga dilaksanakan di luar sekolah, lewat masyarakat,

(33)

4. Macam–macam pengetahuan dalam multiple intellegences

a. Kecerdasan Linguistik

Menurut Gardner (Suparno, 2004: 26) menjelaskan kecerdasan

linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara lisan maupun secara tertulis seperti dimiliki

parapencipta puisi, editor, jurnalis, sastrawan maupun para pemain

sandiwara. Menurut Saraswati (2008: 15) indikator itu adalah senang

bermain dengan kata – kata, suka mendengarkan cerita, menikmati puisi, Suka membaca buku, majalah dan surat kabar, suka bermain teka – teki silang, suka mata pelajaran bahasa Inggris, sejarah dan ilmu sosial,

menyelesaikan masalah dengan berbicara, menjelaskan solusi mengajukan

pertanyaan, menangkap informasi dengan mendengarkan, mudah mengingat

kata-kata. Selain indikator penentu kecerdasan linguistik di atas, Amstrong

(2002: 25) mengungkapkan beberapa indikator lain: Suka menulis kreatif di

rumah, mengarang kisahkhayal atau menuturkan lelucon, sangat hafal nama,

tempat tinggal dan hal – hal kecil, suka membaca buku diwaktu senggang, mengeja kata dengan tepat dan mudah, menyukai pantun lucu dan

permainan kata, suka mengisi teka - teki silang, suka mendengarkan kata – kata lisan, menyukai kosa kata yang luas, unggul dalam pelajaran yang

melibatkan membaca atau menulis. Dari kedua tokoh di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa indikator kecerdasan linguistik adalah: Percaya diri

dalam mengekspresikan diri secara lisan maupun tulisan, suka bermain teka

(34)

mengajukan pertanyaan, suka membaca buku di waktu senggang, mengeja

kata dengan tepat dan mudah.

b. Kecerdasan Matematis – logis

Menurut Gardner (Suparno, 2004: 29) kecerdasan matematis logis

adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan bilangan dan logika secara

efektif seperti yang dipunyai oleh seorang ahli matematika programer dan

orang – orang yang mempunyai kelebihan dalam mengolah angka. Untuk menentukan kecerdasan matematis logis Saraswati (2008: 16)

mengemukakan ada beberapa indikator untuk mengukur kecerdasan

matematis logis: Senang bekerja dengan angka dan dapat melakukan

penghitungan dengan mencongak, tertarik dengan kemajuan teknologi dan

suka melakukan percobaan, mudah dalam melakukan perencanaan

keuangan, suka menyiapkan jadwal secara terperinci, senang bermain

puzzle, catur dan permainan lain yang membutuhkan berpikir logis,

menyukai pelajaran matematika atau fisika, melakukan sesuatu selangkah

demi selangkah dalam memecahkan masalah, suka menemukan pola dan

hubungan antar suatu objek atau angka, menggolongkan, mengelompokan,

menghitung untuk mendapat menemukan hubungan antara suatu hal dengan

hal lainya. Amstrong (2002: 26–27) mengemukakan indikator pengukur kecerdasan matematis logis adalah: menghitung masalah matematika

dengan tepat, ahli dalam bermain catur, dapat menjelaskan masalah secara

logis, suka memainkan teka – teki logika, mudah memahami sebab akibat, menikmati pelajaran matematika, mudah memahami sebab akibat. Dari

(35)

matematis logis adalah, senang bekerja dengan angka dan dapat melakukan

penghitungan dengan mencongak, mudah dalam melakukan perencanaan

keuangan, suka menyiapkan jadwal secara terperinci, senang bermain

puzzle, catur dan permainan lain yang membutuhkan berpikir logis, dapat

menjelaskan masalah secara logis.

c. Kecerdasan ruang visual – Spasial

Menurut Gardner (Suparno, 2004: 31) kecerdasan ruang visual spasial

adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat seperti

yang dipunyai para pemburu, arsitek, dan orang – orang yang ahli dalam hal dekorasi. Untuk menentukan kecerdasan visual spasial Saraswati (2008: 16)

mengungkapkan indikator itu antara lain rapi dan teratur, berbicara dengan

cepat, teliti dan detail, perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik,

pengeja yang baik dan dapat melihat kata. Amstrong (2002: 26–27) mengemukakan indikator pengukur kecerdasan visual spasial sebagai berikut:

menonjol dalam kelas seni di sekolah, memberikan gambar visual yang jelas

ketika sedang memikirkan sesuatu, mudah membaca peta, grafik, dan

diagram, senang melihat film, slide, atau foto, sering melamun,

mencorat-coret dikertas atau tembok, lebih banyak memahami lewat gambar dari pada

lewat kata-kata..

d. Kecerdasan ritmik – musik

Gardner (Suparno, 2004: 36) menjelaskan bahwa inteligensi musikal

adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati

(36)

musik, dapat menyanyi dengan tinggi rendahnya nada, dapat mengingat

semua irama hanya dengan mendengarkan beberapakali, sering

mendengarkan musik dimana saja, dapat membedakan suara berbagai alat

musik, dapat membedakan suara berbagai alat musik, sering mengingat lagu – lagu iklan, sering bersiul atau mengeluarkan suara mengikuti irama lagu.

Amstrong (2002: 26–27) mengemukakan indikator pengukur kecerdasan musikal sebagai berikut: suka memainkan alat musik di rumah atau di

sekolah, ingat lagu melodi, berpartisipasi di kelas musik, lebih bisa belajar

dengan ingatan musik, mengoleksi CD atau kaset, suka bernyanyi untuk diri

sendiri atau orang lain, dapat mengikuti irama musik.

e. Inteligensi Eksistensial

Kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persolan terdalam

eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas tidak hanya menerima

keadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari

jawaban yang terdalam (Suparno, 2004: 44).

f. Kecerdasan Kinestetik

Menurut Gardner (Suparno, 2004: 34) kecerdasan knestetik badani

adalah kemampuan untuk menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk

mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti yang ada pada aktor, penari,

pemahat, dan seorang ahli bedah. Indikator kecerdasan kinestetik badani

sangat beragam, seperti yang dijelaskan oleh Saraswati (2008: 15): gemar

berolahraga atau melakukan kegiatan fisik, dapat melakukan sesuatu seorang

diri, senang memikirkan sesuatu sambil berjalan, perlu memegang atau

(37)

menyukai permainan yang melibatkan fisik, suka mempelajari sesuatu dan

mempraktekan. Pendapat dari tokoh lain adalah dari Armstrong (2002: 25)

yang menyatakan indikator kecerdasan kinestetik sebagai berikut: berprestasi

dalam olahraga, bergerak – gerak ketika sedang duduk, sering terlibat dalam kegiatan fisik seperti bersepeda, berenang dll, perlu menyentuh sesuatu yang

ingin dipelajari, pandai menirukan gerakan orang lain, suka membongkar

benda dan menyusunya kembali. Berdasarkan pendapat kedua tokoh di atas

dapat disimpulkan bahwa indikator daari kecerdasan kinestetik adalah:

berprestasi dalam olahraga, dapat melakukan sesuatu seorang diri, senang

memikirkan sesuatu sambil berjalan, suka membongkar benda dan

menyusunya kembali.

g. Kecerdasan Interpersonal

Menurut Gardner (Suparno, 2004: 39) kecerdasan interpersonal adalah

kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,

motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah,

suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam intelegensi ini . Kecerdasan

interpersonal juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berlangsung

antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai suatu hasil

dari interaksi individu dengan individu lainnya. Kecerdasan interpersonal

menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang

lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain

(38)

h. Kecerdasan intrapersonal

Menurut Gardner (Suparno, 2004: 41) kecerdasan intrapersonal adalah

kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan

kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri itu.

Untuk menentukan kecerdasan intra personal, berikut adalah indikator

menurut Saraswati (2008: 15): memiliki buku harian untuk mencatat hal

pribadi, sering menyendiri untuk memikirkan hal – hal penting, mempunyai hobi dan kesenangan yang bersifat pribadi, suka memancing atau melakukan

suatu hal sendiri, mengetahui kelemahan dan kekurangan sendiri, bekerja

untuk diri sendiri. Sedengkan indikator menurut Amstrong (2002: 25)

adalah: memiliki kemauan yang kuat, belajar dari kesalahan masa lalu,

dengan tepat mengekspresikan perasaanya, terlibat dalam proyek atau hobi

yang dikerjakannya sendiri

i. Kecerdasan Naturalis

1) Pengertian

Menurut Gardner (Suparno, 2004: 42) kecerdasan naturalis adalah

kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik,

dapat membuat destingsi konsekuensial lain dalam alam natural,

kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan

kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan

mengembangkan pengetahuan akan alam.

Berdasarkan pengertian kecerdasan naturalis, kecerdasan naturalis

dapat digunakan sebagai suatu pendekatan pembelajaran. Peneliti akan

(39)

modul bimbingan belajar. Peneliti menggunakan kecerdasan naturalis

sebagai pembuatan modul untuk kelas IIIA SDN Percobaan 3 Pakem

karena sekolah tersebut sebagai sekolah dengan rintisan sekolah

bgerbasis lingkungan hidup.

2) Karakteristik

Berikut ini adalah indikator kecerdasan naturalis yang ditulis

(Saraswati, 2008: 15): memelihara atau menyukai hewan, tertarik

memiliki pengetahuan tentang tubuh dan kesehatan tubuh, mengetahui

jalur setapak dan hewan di setapak, suka berimajinasi sebagai petani,

dapat membaca arah cuaca. Pendapat lain mengatakan, Armstrong

(2002:25): akrab dengan hewan peliharaan, peka terhadap bentuk – bentuk alam, suka berkebun atau berada di dekat kebun, suka mencari

serangga, daun dan hal – hal yang berhubungan dengan alam untuk dibawa pulang, suka belajar tentang topik – topik alam dan lingkungan, peka terhadap bentuk – bentuk alam. Berdasarkan pendapat kedua tokoh dapat disimpulkan bahwa indikator kecerdasan naturalis adalah: suka

mencari serarangga, daun dan hal – hal yang berhubungan dengan alam untuk dibawa pulang, suka belajar tentang topik – topik alam dan lingkungan, peka terhadap bentuk – bentuk alam, memelihara atau menyukai hewan, tertarik memiliki pengetahuan tentang tubuh dan

kesehatan tubuh

3) Cara mengembangkan

Siswa dapat diajak menikmati alam terbuka dan mengamatinya.

Pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas. Guru dapat menyediakan

(40)

tumbuhan, serta dilengkapi dengan gambar-gambar yang bagus dan

menarik. Pembelajaran ini dapat membuat peserta didik mengenali flora

dan fauna. Siswa juga memperoleh materi yang tepat terkait cara berpikir

naturalis, seperti menyiram bunga, menanam tanaman, dan mengamati

pertumbuhannya. Kegiatan tersebut berfungsi untuk melatih peserta didik

agar peka terhadap lingkungan. Siswa diajarkan tentang permainan yang

berkaitan dengan unsur-unsur alam, sepeti membandingkan berbagai

bentuk bunga, buah, ataupun daun. Menebak suara binatang tertentu juga

dapat dijadikan alternatif.

4) Strategi pengajaran untuk kecerdasan naturalis

Pada umumnya kegiatan belajar mengajar dilakukan di dalam

ruangan. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan naturalis lebih efektif

menggunakan cara belajar yang melalui alam atau pengamatan pada

lingkungan sekitar. Ada dua solusi untuk melakukan kegiatan belajar

berbasis kecerdasan naturalis. Pertama perlu meningkatan kesempatan

bagi siswa untuk belajar di lingkungan alam ataupun di luar kelas.

Kedua, perlu menghadirkan alam dan dunianya kedalm lingkungan kelas

atau sekolah.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk

mengaplikasikan kedua solusi di atas. Strategi itu adalah, jalan – jalan dilingkungan terbuka. Dalam melakukan kegiatan jalan – jalan siswa diminta untuk mengamati apa yang ada di sekitarnya yang berkaitan

dengan pelajaran yang sedang dipelajarinya. Ada beberapa matapelajaran

(41)

matematika adalah contoh mata pelajaran yang dapat dilakukan dengan

jalan- jalan.

Melihat keluar jendela juga merupakan suatu gambaran klasik

bagaimana pelajaran yang dilakukan di dalam kelas sedang

diintegrasikan dengan keadaan alam sekitar sekolah. Untuk

menghilangkan kejenuhan siswa di dalam kelas, guru perlu memberikan

contoh kongkret kejadian atau benda yang ada diluar kelas (Hamzah:

156). Hal ini juga mampu meningkatkan minat siswa pada pelajaran

karena siswa belajar berdasarkan hal – hal yang mereka kenali. Strategi yang terahir adalah ekostudi, hal ini menyampaikan pentingnya memiliki

sikap cinta pada lingkungan sekitar. Strategi ini berarti, apapun yang kita

ajarkan kita mesti mempertimbangkan relevansinya terhadap ekologi.

C. Modul Pembelajaran

1. Pengertian Modul

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri

sendiri, yang terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar, yang disusun

untuk membantu siswa dalam mencapai sebuah tujuan, yang dirumuskan

secara khusus dan jelas. Salah satu tujuan pengajaran modul adalah

membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan

kemampuanya masing – masing, karena siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama. Pembelajaran modul juga memberi

(42)

kebiasaan masing – masing. Tujuan selanjutnya adalah dari pengajaran modul memberi pilihan dari sejumlah besar topik dalam mempelajari

suatu mata pelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang sama. Tujuan

yang lain adalah memberi kesempatan yang sama bagi siswa untuk

mengenal kelebihan dan kekuranganya dan memperbaiki kekuranganya

melalui modul remidial.

2. Keuntungan penggunaan modul pembelajaran menurut (Nasution,

1984)

a. Keuntungan pengajaran modul bagi siswa

Modul dapat memberikan feedback sehingga siswa segera dapat

merasakan taraf keberhasilanya. Setiap siswa dapat kesempatan untuk

memperoleh angka tertinggi dengan mengusai bahan pembelajaran

secara tuntas. Selain itu penggunaan modul juga dapat mengurangi gaya

dan kesan persaingan dalam belajar, modul dapat memupuk rasa kerja

sama siswa dalam menyelesaikan masalah. Kerjasama dalam hal ini

merupakan suatu yang positif dimana siswa dapat menemukan jawaban

dari permasalahan secara bersama dengan teman atau dengan

kelompoknya. Pengajaran modul dengan sengaja dapat memberikan

pengajaran remidial yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan ataupun

kekurangan siswa yang dapat segera ditemukan sendiri oleh siswa yang

bersangkutan, berdasarkan evaluasi yang diberikan secara kontinu

(43)

b. Keuntungan pengajaran modul bagi guru

Modul disusun secara cermat sehingga dapat memudahkan siswa

belajar untuk mempelajari bahan pelajaran menurut metode yang sesuai

dengan karakteristik siswa yang berbeda – beda. Pengajaran modul dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi guru untuk

memberikan bantuan dan perhatian kepada individual siswa yang

membutuhkan tanpa mengganggu atau melibatkan seluruh kelas.

Pelajaran menggunakan modul juga dapat membebaskan guru dari

kegiatan mempersiapkan pelajaran, karena apa yang akan dilakukan

pada kegiatan pembelajaran pada saat itu telah dipersiapkan oleh modul

Nasution (1984 ; 206-208).

3. Cara Menyusun Modul

Menurut Nasution (1982: 217-218) penyusunan modul atau

pengembangan modul dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk

kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.

b. Urutan tujuan-tujuan itu menentukan langkah-langkah yang diikuti

dalam modul itu.

c. Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan

dan kemampuan yang telah dimilikinyasebagai pra-syarat untuk

menempuh modul itu (entry behaviour atau entering behaviour). Ada

hubungan antara butir-butir test ini dengan tujuan-tujuan modul.

d. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. Ia

(44)

akan manfaat modul itu agar ia bersedia mempelajarinya sepenuh

tenaga.

e. Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing

siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan

dalam tujuan. Adapun beberapa alternatif yang perlu disediakan,

misalnya cara yang dijalani oleh siswa sesuai dengan

kepribadiannya. Bagian ini merupakan inti dan aspek terpenting dari

modul itu, karena menyangkut proses belajar itu sendiri.

f. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar murid, hingga

manakah ia menguasai tujuan-tujuan modul. Dapat pula disusun

beberapa bentuk test yang paralel. Butir-butir tes harus bertalian erat

dengan tujuan-tujuan modul.

g. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi

siswa setiap waktu ia memerlukannya.

4. Evaluasi modul

Sebelum modul bimbingan belajar diberikan pada siswa, modul harus

melalui tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan oleh beberapa pakar, dalam hal

ini pakar yang dimaksud adalah pakar tata bahasa, guru kelas III, pakar

matematika, dan pakar multiple intelligences. Penilaian hasil evaluasi modul menentukan layak dan tidaknya modul untuk diberikan kepada

siswa kelas III. Cunningsworth mengemukakan beberapa unsur untuk

(45)

D. Bimbingan belajar

1. Pengertian

Menurut Hamalik (2009: 193), bimbingan dalam arti yang luas inheren

dengan pendidikan. Banyak ahli yang sependapat bahwa pengertian tentang

bimbingan pada pokoknya hampir bersesuaian satu sama lain. Berikut ini

beberapa definisi bimbingan yang dikemukakan oleh bebrapa ahli yakni:

Harol Alberty (Hamalik, 2009: 193) bimbingan disekolah merupakan aspek

program pendidikan yang berkenaan dengan bantuan terhadap para siswa

agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan untuk

merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan, dan

kebutuhan sosialnya. Menurut Stikes dan Dorcy (Hamalik, 2009)

bimbingan adalah suatu proses untuk menolong individu dan kelompok

supaya individu itu dapat menyesuaikan diri dan memecahkan

masalah-masalahnya. Definisi ini menekankan pandangan pribadi. Stoops juga

berpendapat (Hamalik, 2009), bimbingan adalah suatu proses yang terus

menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka

mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh

manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.

2. Tujuan Bimbingan Belajar

Menurut Hamalik (2009: 195), bimbingan merupakan suatu proses yang

bertujuan agar:

a. Agar siswa bertanggungjawab menilai kemampuannya sendiri dan

(46)

b. Agar siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan

menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri.

c. Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi

aspek pribadinya sebagai individu yang poetensial.

Menurut Skiner (Hamalik, 2009: 195), bimbingan bertujuan untuk

menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan mnentukan sikap

yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang ada yang

sejalan dengan nilai-nilai sosialnya.

3. Fungsi Bimbingan Belajar

Menurut Hamalik (2009: 195), fungsi bimbingan adalah sebagai berikut:

a. Membantu individu siswa untuk memeperoleh gambaran yang objektif

dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan kebiasaannya agar ia

dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.

b. Membantu individu siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai

dengan kebutuhan, minat, bakat, dan kemampuannya serta membantu

siswa itu untuk emnentukan cara yang efektif dan efisien dalam

menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai

hasil yang diharapkan.

c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang kemungkinan-kemungkinan dan kecenderungan-kecenderungan

dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat

diantara lapangan pekerjaan. Disamping itu, membantunya untuk

mendapatkan kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaannya sambil

(47)

4. Peranan buku guru dalam bimbingan belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991: 109) guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran) dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan

kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap murid dapat belajar

dengan efektif dan efisien. Sebagai pembimbing dalam belajar mengajar

diharapkan mampu untuk:

a. Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar.

b. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang

dihadapinya.

c. Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.

d. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar

sesuai dengan karateristik pribadinya.

e. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun

secara kelompok.

Menurut Perceivel Huston (Ahmadi dan Supriyono, 1991: 111) dalam

bukunya: “The Guidance Function Education” guru yang dapat berperan

sebagai pembimbing yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan

(kelebihan dalam hal mengajar bidang studi):

a. Dapat menimbulkan minat dan semangat dalam bidang studi yang

diajarkan.

b. Memiliki kecakapan sebagai pemimpin murid.

(48)

Jadi berdasarkan ketiga poin di atas, guru yang baik bukan merupakan

guru yang pandai secara kognitif, namun guru harus mempunyai keterampilan

menghubungkan materi pelajaran dan dapat meningkatkan minat siswa dalam

belajar.

E. Prestasi rendah

1. Pengetian Prestasi

Kata prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.

Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil

usaha. Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar adalah segala

ketercapaian seseorang yang berkenaan dengan aspek pengetahuan.

Menurut Tirtonegoro (Prasetyaningtyas, 2010: 25) prestasi belajar adalah

penilaian atas suatu hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,

angka, huruf ataupun kalimat yang dapat mencerminkan suatu hasil dari

siswa dalam periode tertentu. Menurut Suryabrata (Prasetyaningtyas,

2010: 25) prestasi belajar adalah kemampuan seseorang untuk mencapai

pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli dan sumber tentang prestasi belajar

di atas penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian atas

suatu ketercapaian terhadap suatu hal tertentu yang telah diperoleh dalam

periode yang telah ditentukan. Prestasi belajar ini biasa dicantumkan

dalam laporan nilai akhir siswa seperti dalam rapor, atau buku laporan

hasil belajar lainya. Prestasi belajar diberikan untuk mengukur

(49)

2. Prestasi Belajar Rendah

Berdasarkan pendapat tokoh, dan penyimpulan tentang prestasi

belajar, maka prestasi belajar rendah adalah penilaian atas suatu

ketercapaian terhadap suatu hal tertentu yang telah diperoleh dalam

periode yang telah ditentukan, namun penilaian itu belum mencapai KKM

yang telak ditentukan. Prestasi belajar rendah merupakan permasalahan

yang sering terjadi dalam kelas. Siswa yang mempunyai pretasi belajar

rendah harus diberikan pelajaran remidial atau diberikan mata pelajaran

tambahan.

F. Matematika

Penelitian ini menggunakan mata pelajaran Matematika. Standar

kompetensi yang digunakan adalah keliling serta luas bangun datar persegi

dan persegi panjang. Kompetensi dasar yang di ambil adalah Luas bangun

datar persegi dan persegi panjang.

Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia (Bahasa, 2008: 888)

matematika adalah ilmu tentang bilangan, dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Ismail dkk

memberikan definisi hakikat matematika (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:

48): ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas

masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari

hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem,

struktur dan alat.

Dari pendapat di atas peneliti mengambil kesimpulan dari hakekat

(50)

dengan menggunakan lambang – lambang yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari – hari dan dibatasi oleh aturan – aturan yang ketat. Artinya diperlukan suatu cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap

dalam melakukan kegiatan belajar matematika.

G. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang Berhubungan dengan Kecerdasan Ganda (Multiple

Intelligences)

Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Putrawan mengenai keefektifan

strategi multiple intelligences adalah meningkatkan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang melalui penggunaan

Strategi Multiple Intelligences pada siswa kelas 3 SD N 3 Ngadipiro. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini

dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas 3 SD N 3 Ngadipiro yang berjumlah 7 siswa. Teknik pengumpulan

data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Multiple Intelligences dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang. Peningkatan keefektifan tersebut dapat dilihat dari

(51)

pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang pada siswa kelas 3 SD

Negeri 3 Ngadipiro.

Penelitian ini dapat memberi masukan kepada peneliti mengenai

kecerdasan ganda. Dalam penelitian teknik pengumpulan data dilakukan

dengan kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hal itu dapat

memberikan gambaran dalam penelitian yang sedang dilakukan.

2. Penelitian yang Berhubungan dengan Bimbingan Belajar

Penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2011) tentang model

bimbingan belajar melalui teknik mind map bertujuan untuk mengatasi kesulitan belajar pada siswa yang mengalami kesulitan bahasa inggris

menggunakan bimbingan belajar teknik mainmap di SD SDN Gentan 03.

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul bimbingan

belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Modul bimbingan belajar melalui teknik mind map adalah kemasan baru yang berisi tiga materi (bagian), bagian satu berisi materi

mengenai pentingny pelajaran bahasa Inggris, bagian dua berisi

bimbingan belajar melalui teknik mind map, dan bagian tiga berisi belajar bahasa Inggris melalui teknik mind map. Modul berisi materi bimbingan yang berkenaan dengan suatu unit materi bimbingan yang digunakan

sebagai pedoman dalam melaksanakan treatment. Alasan memilih sekolah tersebut karena di SD Negeri Gentan 03 terdapat banyak peserta didik

kelas V yang mengalami kesulitan belajar khususnya pada mata pelajaran

Bahasa Inggris. Hal ini dapat diketahui melalui daftar nilai ulangan harian

(52)

memperoleh nilai ratarata dibawah KKM sejumlah 9 peserta didik dari 14

peserta didik. Dari data dan analisis penelitian dapat diyakini bahwa

peningkatan kemampuan bahasa Inggris atau penurunan kesulitan

mempelajari bahasa Inggris diakibatkan oleh adanya perlakuan yang

berupa bimbingan belajar melalui teknik mind map. Berdasarkan data yang tertera pada jurnal dapat disimpulkan bahwa modul bimbingan belajar

melalui teknik mind map efektif mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris.

Penelilitian di atas dapat memberikan gambaran mengenai dampak

penggunaan modul bimbingan belajar pada siswa yang mengalami

kesulitan belajar. Penelitian ini juga mempunyai variabel yang sama

dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Peneliti dapat menggunakan

penelitian mengenai modul bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami

kesulitan belajar sebagai tolak ukur dalam penelitian yang sedang

dilakukan.

3. Penelitian yang berhubungan dengan Matematika

Penelitian yang dilakukan oleh Gita (2006) yang berjudul

implementasi pendekatan kontekstual untuk meningkatkan prestasi belajar

matematika bertujuan (1) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa

kelas V SD 3 Sambangan dengan implementasi pendekatan kontekstual

melalui pembelajaran kooperatip berbantuan LKS, (2) mendeskripsikan

tanggapan siswa kelas V SD 3 Sambangan terhadap implementasi

pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatip berbantuan

(53)

ajaran 2006/2007 sebanyak 34 orang. Penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Data penelitian

tentang prestasi belajar matematika siswa dikumpulkan dengan

menggunakan tes. Data tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran

yang diterapkan dikumpulkan melalui angket. Selanjutnya data dianalisis

secara deskriptif. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada skala sebelas

pada akhir siklus I adalah 6,29 dan pada akhir siklus II reratanya 7,45. Jadi

terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan

hasil angket yang diisi oleh semua subjek penelitian sebanyak 34 orang

diperoleh 26 orang (76,47%) memberi tanggapan sangat positif, 8 orang

(23,53%) memberi tanggapan positif. Nilai rata-rata skor tanggapan siswa

adalah 43,29 tergolong positif.

Penelitian diatas meneliti tentang maata pelajaran matematika.

Kaitanya dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah penelitian diatas

danpenelitian yang dilakukan sama-sama meneliti matapelajaran

matematika, sehingga peneliti mampu menjadikan acuan bagaimana

penelitian tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sihingga

beberapa penelitian yang ditulis diatas mempunyai peran seperti yang

(54)

H. Skema Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membuat skema penelitian berdasarkan

penelitian yang relevan seperti berikut :

Gambar 2.1 Skema Penelitian

PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN NATURALIS PADA SISWA BERPRESTASI

RENDAH KELAS III A DI SDN PERCOBAAN 3 PAKEM Bimbingan belajar

Fadilah S,Nurjayanti E. 2011. Model bimbingan belajar melalui teknik

mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa . FKIP Universitas Sebelas Maret.

Matematika

Gita, N.2006. Implementasi pendekatan kontekstual untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di sekolah dasar. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Undiksha.

Kecerdasan Ganda (Multiple intelligences)

(55)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Percobaan 3 Pakem, pada bulan April 2014.

SD Percobaan 3 Pakem beralamatkan di kecamatan Pakem, Kabupaten

Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih SD Percobaan 3 Pakem karena SD

tersebut adalah rintisan sekolah berbasis lingkungan. Sekolah berbasis

lingkungan adalah sekolah yang selalu berpartisipasi aktif dalam berbagai

macam kegiatan lingkungan. Selain itu SD Percobaan 3 Pakem mempunyai

lokasi yang strategis. Sekolah berdekatan dengan beberapa sarana umum dan

juga areal persawahan. Di sebelah timur sekolah terdapat beberapa pepohonan

rindang. Udara yang ada di SD Percobaan 3 Pakem masih sejuk karena

kecamatan Pakem termasuk kedalam dataran tinggi. Sehingga berbagai macam

tanaman dapat tumbuh subur. Berdasarkan lokasi dan beberapa hal yang

melatarbelakangi SD N Prcobaan 3 Pakem seperti tersebut di atas, maka

modul berbasis kecerdasan naturalis dapat diberikan pada siswa kelas 3 di SD

tersebut.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan

pengembangan (Research and Development atau R and D). Menurut Sugiyono (2007: 297) metode penelitian dan pengembangan merupakan metode

penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji

keefektifan produk tersebut. Pada penelitian ini dibutuhkan analisis kebutuhan

Gambar

Gambar 3.2 Modifikasi Penelitian dan Pengembangan .............................. 38
Gambar 2.1 Skema Penelitian
Gambar 3.1
Tabel 3.1 Pengumpulan data dan Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengetahui emosi yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realitas atas kemampuan

[r]

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh belanja langsung dan belanja tidak langsung yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten kota

Undang-undang (KUH Perdata) hanya menetukan bahwa orang- orang tertentu tidak cakap untuk membuat perjanjian sebagaimana di atur dalam Pasal 1330 KUH Perdata. Oleh karena itu,

Jika harga 1 pensil dinyatakan dengan a dan harga 1 buku dinyatakan dengan b maka sistem persamaan linier dua variabel yang berkaitan dengan pernyataan di atas

Apabila Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris DPRD, dan Anggota DPRD dicalonkan sebagai calon Kepala Daerah atau calon Wakil Kepala Daerah, yang bersangkutan tidak

Gas refrigerant bersuhu tinggi saat akhir kompresi di condensor dengan mudah dicairkan dengan udara pendingin pada sistem air cooled atau uap refrigerant menyerap

Fakultas Ilmu Keolahragaan SD Laboratorium UM SLTP Laboratorium UM Lapangan Tenis Lapangan Sepak Bola Lapangan Basket Lapangan Volly Balai Bahasa dan