PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN NATURALIS PADA SISWA BERPRESTASI
RENDAH KELAS III A DI SDN PERCOBAAN 3 PAKEM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Huda Restu Pramudhita
NIM: 101134101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN NATURALIS PADA SISWA BERPRESTASI
RENDAH KELAS III A DI SDN PERCOBAAN 3 PAKEM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Huda Restu Pramudhita
NIM: 101134101
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT yang telah memberikn rahmat dan hidayah-Nya
Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan motivasi serta memberikan doanya: Arimudin Hidayat dan Surabini
Saudara perempuan saya yang memberikan semangat agar menyelesaikan
tugas akhir ini: Anastasya Ristu Aulia
Simbah kakung dan simbah putri R. Ridwan Hazairin, Pawiro, Mukinah dan Sujiem (Alm) yang selalu memberikan semangat.
v MOTTO
Dunia menjadi miniatur surga, ketika manusia berbagi
dengan sesamanya
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 4 Juni 2014
Penulis
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda di bawh ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Huda Restu Pramudhita
No. Mahasiswa : 101134101
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA
BERBASIS KECERDASAN NATURALIS PADA SISWA BERPRESTASI
RENDAH KELAS III A DI SDN PERCOBAAN 3 PAKEM” beserta perangkat
yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada Tanggal: 12 Juni 2014
Yang Menyatakan
viii ABSTRAK
Pramudhita, Huda R (2014): Pengembangan Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Naturalis pada Siswa Berprestasi Rendah Kelas III A di SDN Percobaan 3 Pakem.
Skripsi. Yogyakarta. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar Universitas Sanata Dharma.
Kata kunci: metode penelitian dan pengembangan, modul, kecerdasan naturalis, prestasi rendah.
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk (1) medeskripsikan hasil validasi
kualitas produk modul bimbingan belajar matematika berbasis kecerdasan
naturalis pada siswa berprestasi rendah kelas III A di SD N Percobaan 3 Pakem,
(2) mengetahui produk modul bimbingan belajar matematika berbasis kecerdasan
naturalis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III A di SDN Percobaan
3 Pakem.
Peneliti menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R and D). Penelitian yang digunakan, untuk mengembangkan dan menghasilkan sebuah produk baru atau membuat lebih baik produk yang telah
ada sebelumnya. Produk yang dibuat harus melalui tahap validasi pakar untuk
mengetahui kualitas produk. Sedangkan prettest dan posttest untuk digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Hasil penelitian ini, yaitu pengembangan modul bimbingan belajar
matematika berbasis kecerdasan naturalis pada siswa berprestasi rendah di kelas
III A SDN Percobaan 3 Pakem dikembangkan dengan kualitas yang tinggi dan
layak untuk digunakan kepada siswa kelas III A di SDN Percobaan 3 Pakem
berdasarkan validasi dari pakar tata bahasa Indonesia,pakar matematika, guru
kelas III A, dan pakar Multiple Intelligences. Hal tersebut dibuktikan dengan rata-rata produk yang diperoleh yaitu dan termasuk dalam kategori baik. Modul
bimbingan belajar matematika berbasis kecerdasan naturalis dapat meningkatkan
ix ABSTRACT
Pramdhita, Huda R (2014).The Development of Math Learning Guidance Module Based on Naturalist Intellegence of Underachiever Students of3rd Grade in the Classroom IIIA of SDN Percobaan 3 Pakem. Thesis. Yogyakarta: Department of Elementary School Teacher, University of Sanata Dharma.
Keywords: Research and Development Method, module, naturalist intellegence, underachiever
The purpose of this research is to (1) describe the validation results of
product qualities of the modules of math learning guidance based on naturalist
intellegence of underachiever students of 3rd Grade in the Classroom of IIIA , SDN Percobaan 3 Pakem, (2) know that the products of math learning guidance modules based on naturalist intellegence can improve the learning achievement
of 3rd Grade in the Classroom of IIIA , SDN Percobaan 3 Pakem.
This research was Research and Development (R&D) study, i was used to
develop and produce a new product or to improve the available product. Product
made should be tested through expert validation step to identify its product
qualities. While pretest and posttest were applied to identify the results of student learning.
Results of this research was developed with high quality and assumed
suitable to be applied to the 3rd grade students in IIIA class-room of SDN
Percobaan 3 Pakem based on the validation from the experts of Indonesian
Grammar, mathematics, IIIA class-room teachers, and the expert of Multiple Intelligences. All of these were proved by the average of obtained products and
were included in the category of “good”. The module of mathematic learning guidance based on naturalist intellegence could improve the learning achievement
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, peneliti panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufik hidayah serta inayah-Nya sehingga skripsi ini
dapat penulis selesaikan dengan judul Pengembangan Modul Bimbingan Belajar Matematika Berbasis Kecerdasan Naturalis untuk Siswa Berprestasi Rendah Kelas III A di SDN Percobaan 3 Pakem.
Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang
telah membantu dan berperan aktif dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis
sampaikan terimakasih yang mendalam kepada:
1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.s., BST., M.A, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Prof. Dr. Paulus Suparno, S. J., MST, selaku dosen pembimbing I, terima
kasih atas bimbingan, kesabaran, dan pencerahan yang diberikan selam
proses penyusunan skripsi.
4. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M., Psi, selaku dosen pembimbing
II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan selama
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Paulus Suparno, S. J., MST, Apri Damai Sagita S.S.,M,Pd,
Roro Wilis A,Md, dan Chritiyanti Aprinastuti, S.Si.,M.Pd selaku
xi
validator matematika, yang telah memberikan penilaian, saran, dan
komentar untuk perbaikan kualitas modul yang dikembangkan.
6. Dra. Sudaryatun, M. Pd selaku kepala sekolah SDN Percobaan 3 Pakem
yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
7. Ibu Roro Wilis A,Md. selaku guru kelas III A di SDN Percobaan 3
Pakem yang telah memberikan masukan dan saran selama proses
penelitian.
8. Sepuluh siswa Kelas III A SDN Percobaan 3 Pakem tahun ajaran
2013/2014 yang telah mendukung pelaksanaan penelitian.
9. Seluruh dosen PGSD Universitas Sanata Dharma yang telah memberi
ilmu selama menempuh kuliah di PGSD.
10.Sekretariat PGSD, yang selalu memberikan informasi dan keramahan
dalam segala urusan adminitrasi sehingga penulis selalu diberikan
kelancaran.
11.Orangtua saya Arimudin Hidayat dan Surabini, yang selalu mendoakan,
memberi motivasi, serta materil demi kelancaran dan terselesainnya
skripsi yang penulis susun.
12.Saudara saya Anastasya Ristu Aulia yang selalu memberikan semangat
dan dukungan.
13.Teman Seperjuangan: Candra, Marchel, Cahyo, Resti, Suster Nanda, dan
Dwik yang memberi dukungan, masukan dan menjalin kerjasama yang
xii
14.Teman PGSD 2010 kelas C yang selalu memberikan keceriaan, dan
kekompakan selama perkuliahan yang membuat perjalanan selama kuliah
menjadi sangat berkesan.
15.Teman satu angkatan, Wahyu Dwi Astuti yang bersedia memberikan
saran referensi berupa jurnal dan memberikan motivasi berkaitan dengan
tugas akhir saya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tentu saja
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan.
Yogyakarta, 4 Juni 2014
Penulis
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
xiv
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan ... 9
B. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) ... 11
1. Pengertian kecerdasan ganda ... 11
2. Karakteristik Konsep Kecerdasan Ganda... 12
3. Prinsip Umum Pengembangan Intelligensi Ganda ... 13
4. Macam–macam pengetahuan dalam multiple intellegences ... 14
C. Modul Pembelajaran ... 22
1. Pengertian Modul ... 22
2. Keuntungan penggunaan modul pembelajaran menurut (Nasution, 1984) ... 23
3. Cara Menyusun Modul... 24
4. Evaluasi modul ... 25
D. Bimbingan belajar ... 26
1. Pengertian ... 26
2. Tujuan Bimbingan Belajar ... 26
3. Fungsi Bimbingan Belajar ... 27
4. Peranan buku guru dalam bimbingan belajar ... 28
E. Prestasi rendah ... 29
1. Pengetian Prestasi ... 29
2. Prestasi Belajar Rendah ... 30
F. Matematika ... 30
G. Penelitian yang Relevan ... 31
1. Penelitian yang Berhubungan dengan Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences) ... 31
2. Penelitian yang Berhubungan dengan Bimbingan Belajar ... 32
3. Penelitian yang berhubungan dengan Matematika ... 33
H. Skema Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
B. Jenis Penelitian ... 36
C. Prosedur Pengembangan ... 37
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43
1. Populasi ... 43
xv
E. Treatment ... 44
F. Teknik Pengumpulan Data ... 46
1. Wawancara ... 46
2. Observasi... 47
3. Dokumentasi ... 47
G. Instrumen Penelitian ... 48
1. Soal prettest dan posttest... 48
4. Pakar multiple intelligences ... 56
I. Teknik Analisis Data ... 57
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 60
A. Pelaksanaan Penelitian ... 60
1. Sebelum Penelitian ... 60
B. Keterbatasan Penelitian ... 78
C. Saran ... 79
DAFTAR PUSTAKA: ... 81
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Penelitian yang Relevan ... 34
Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Menurut Sugiyono (2009) ... 37
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pengumpulan data instrumen ... 47
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Prestest dan Posttest ... 48
Tabel 3.3 Kisi-kisi soal evaluasi ... 50
Tabel 3.4 Kisi-kisi refleksi siswa ... 51
Tabel 3.5 Nilai siswa ... 52
Tabel 3.6 Nilai rapor ... 52
Tabel 3.7 Komentar Guru Kelas ... 53
Tabel 3.8 Komentar Pakar Tata Bahasa ... 54
Tabel 3.9 Komentar Pakar Matematika ... 55
Tabel 3.10 Komentar Pakar Multiple Intelligences ... 56
Tabel 3.11 Konversi Skala Empat Berdasarkan PAP ... 57
Tabel 3.12 Resume Nilai Dari Para Pakar/Validator ... 58
Tabel 3.13 Perhitungan SBx atau Standar Devisiasi (SD) ... 58
Tabel 3.14 Rumusan pedoman perencanaan skor ... 59
Tabel 3.15 Hasil Konversi Nilai Skala Empat ... 59
Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Posttest Siswa Kelas III A ... 70
Tabel 4.2 Hasil evluasi ... 72
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 84
Lampiran 2. Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian ... 85
Lampiran 3. Surat Izin Wali ... 86
Lampiran 4. Silabus Pembelajaran. ... 87
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 92
Lampiran 6. Modul Siswa ... 106
Lampiran 7. Validasi Pakar ... 136
Lampiran 8. Prestest ... 145
Lampiran 9.Posttest... 151
Lampiran 10. Resume Refleksi Siswa ... 155
Lampiran 11. Foto-Foto ... 159
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang berhak diperoleh setiap warga
negara Indonesia. Dalam rangka memperluas kesempatan belajar
pendidikan dasar, maka pada tanggal 2 Mei 1994 pemerintah mencanangkan
program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Pendidikan berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembentukan karakter bangsa sebaiknya dilakukan sejak dini, agar karakter
yang diharapkan dapat tertanam kuat hingga anak – anak tumbuh dewasa. Oleh karena itu, pendidikan sekolah dasar sangat tepat untuk dijadikan
sebagai awal penanaman karakter dan kepribadian bangsa.
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu ditanamkanya karakter cinta terhadap
lingkungan untuk siswa sekolah dasar. Untuk menanamkan rasa cinta
lingkungan pada siswa setidaknya diperlukan kegiatan belajar yang
mengacu pada kearifan lingkungan. Proses belajar yang mengacu pada
kearifan lingkungan tersebut tidak hanya menanamkan rasa cinta terhadap
lingkungan, namun siswa juga dapat mencapai tujuan utama belajar.
Kegiatan belajar yang mengacu pada alam sekitar atau lingkungan sekitar
Dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, ada beberapa mata pelajaran
pokok yang kegiatan pembelajarannya dapat dikaitkan dengan lingkungan
sekitar. Salah satu matapelajaran yang dapat dikaitkan dengan lingkungan
sekitar adalah mata pelajaran matematika. Matematika merupakan
matapelajaran yang identik dengan kegiatan menghitung, dari kegiatan
menghitung itu sendiri dapat diuraikan menjadi menghitung berat,
menghitung suhu, menghitung luas dan masih banyak kegiatan menghitung
lainya. Hal tersebut menjadikan matapelajaran matematika tidak lepas dari
kehidupan sehari – hari siswa. Mata pelajaran matematika menjadi sangat penting untuk dijadikan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD)
karena dalam pelajaran matematika siswa diajarkan menjadi pribadi yang
teliti, terampil dan cekatan. Berbicara mengenai mata pelajaran matematika
SD, tentunya guru memerlukan modul pembelajaran dalam prakteknya.
Modul pembelajaran dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap
yang berdiri sendiri yang terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang
disusun untuk membantu siswa dalam mencapai sebuah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas Nasution (1984: 105). Modul
pembelajaran merupakan suatu perangkat pembelajaran yang dapat
memberikan feedback bagi siswa. Pengajaran modul dengan sengaja dapat memberikan pengajaran remidial yakni memperbaiki kelemahan kesalahan
ataupun kekurangan siswa yang dapat segera ditemukan sendiri oleh siswa
yang bersangkutan. Selain itu penggunaan modul juga dapat mengurangi
gaya dan kesan persaingan dalam belajar, modul dapat memupuk rasa kerja
merupakan suatu hal yang positif, dimana siswa dapat menemukan jawaban
dari permasalahan secara bersama dengan teman atau dengan kelompoknya.
Agar kegiatan melakukan pemecahan masalah secara bersama lebih efektif
diperlukan adanya pengelompokan siswa dengan kecerdasan yang sama.
Kecerdasan naturalis dalam teori multiple intelligences dapat diajarkan menggunakan pendekatan alam sekitar.
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang untuk dapat
mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat membuat distingsi
konsekuensial lain dalam alam natural, kemampuan untuk memahami dan
menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara produktif dalam
berburu, bertani, dan mengembangkan pengetahuan akan alam, Gardner
(Suparno, 2004: 42). Di dalam teori multiple intelligences terdapat 9 kecerdasan. Untuk mengembangkan sebuah modul yang berkaitan dengn
mata pelajaran, maka dalam penelitian ini diperlukan sebuah modul yang
berbasis kecerdasan naturalis. Kecerdasan naturalis mempunyai hubungan
yang erat dengan mata pelajaran matematika SD seperti yang sudah
dijelaskan di atas. Oleh karena itu, modul pembelajaran yang digunakan
sebaiknya dapat terintegrasi dengan kecerdasan naturalis sehingga dapat
dengan mudah dalam menerapkan konsep mengenai mata pelajaran
matematika SD.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas 3
SD Percobaan 3 Pakem, terkait bagaimana pelaksanaan pembelajaran
matematika di kelas, guru belum pernah mengajarkan mata pelajaran
juga menyatakan bahwa ada beberapa siswa yang mendapatkan nilai rendah
pada mata pelajaran matematika. Hal itu terjadi beberapa siswa lebih
menyukai kegiatan belajar di luar kelas dibandingkan dengan belajar di
dalam kelas. Guru memerlukan bahan ajar yang mampu membuat siswa
berminat pada saat mengikuti kegiatan belajar baik di luar atau di dalam
kelas. Guru kelas juga menyampaikan bahan ajar yang dibutuhkan mampu
memberikan feedback bagi siswa. Sehingga guru memerlukan modul pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan kecerdasan
naturalis untuk mengatasi rendahnya prestasi belajar dalam mata pelajaran
matematika SD.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas maka peneliti ingin menyusun
modul berbasis kecerdasan naturalis pada pembelajaran matematika. Modul
yang akan disusun oleh peneliti menngunakan pendekatan kecerdasan
naturalis karena di SD Percobaan 3 Pakem merupakan rintisan sekolah
berbasis lingkungan. Selain itu, modul mata pelajaran matematika yang
menggunakan pendekatan kecerdasan naturalis bertujuan untuk memberikan
pelajaran tambahan demi mengatasi prestasi belajar rendah dalam mata
pelajaran matematika SD. Peneliti menetapkan fokus pada penelitian ini
adalah meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan modul
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil validasi produk modul bimbingan belajar berbasis
kecerdasan naturalis yang digunakan pada siswa berprestasi rendah di SD
N Percobaan 3 Pakem?
2. Apakah produk modul bimbingan belajar matematika berbasis
kecerdasan naturalis dapat meningkatkan prestasi belajar kelas III A di
SDN Percobaan 3 Pakem?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendiskripsikan hasil validasi kualitas produk modul bimbingan
belajar berbasis kecerdasan naturalis pada siswa berprestasi rendah pada
mata pelajaran matematika di kelas III A SDN Percobaan 3 Pakem,
Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui produk modul bimbingan belajar matematika berbasis
kecerdasan naturalis dapat meningkatkan prestasi rendah siswa kelas III
A SD N Percobaan 3 Pakem, Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat digunakan
oleh siswa sebagai modul pelajaran yang terintegrasi dengan kecerdasan
naturalis untuk mata pelajaran matematika SD kelas 3.
2. Bagi Guru
Produk dalam penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai
untuk mata pelajaran matematika SD kelas III semester genap. Selain itu,
penelitian ini dapat memberikan inspirasi guru untuk mengembangkan
sendiri modul yang terintergrasi dengan kecerdasan naturalis dalam
multiple intelligences.
3. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi SD Percobaan 3
Pakem terkait dengan penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R &D) dan modul untuk bimbingan belajar yang terintegrasi dengan kecerdasan naturalis untuk kelas III SD.
4. Bagi PGSD Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat menambah referensi prodi PGSD
Universitas Sanata Dharma terkait dengan penelitian dan pengembangan
(Research and Development/ R & D) dan produk/modul khususnya modul yang terintergrasi dengan kecerdasan naturalis dalam multiple intellligences di SD kelas III.
E. Batasan Instilah
1. Feedback
Feedback dapat diartikan sebagai kegiatan pemberian umpan balik yang di lakukan guru kepada siswa.
2. Fenomena
Fenomena adalah sesuatu yang pernah terjadi, atau sedang terjadi dalam
3. Perspektif
Perspektif berasal dari kata Per yang artinya melalui dan spectare yang artinya adalah memandang Jadi perspektif itu suatu media yang
dimiliki sorang pribadi dan melalui media itu dia memandang satu obyek,
karena medianya berbeda maka pandangannya juga berbeda dari yang lain.
4. Pengajaran remidial
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan
kepada siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A.Kecerdasan
1. Pengertian kecerdasan
Anggapaan secara umum kecerdasan kerap didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang mempelajari dan menerapkan pengetahuan untuk
mengendalikan lingkungan sekaligus kemampuan berpikir.Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (Depdiknas, 2001) kecerdasan adalah
perihal cerdas perbuatan dan kesempurnaan pada perkembangan akal budi
(seperti kepandaian, ketajaman pikiran). Menurut Gardner (Suparno, 2004:
17) inteligensi merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan
menghasilkan produk dalam setting yang bermacam-macam dan dalam
situasi yang nyata. Para ahli setuju bahwa kecerdasan adalah kata yang
memayungi berbagai kemampuan mental seperti kemampuan memecahkan
masalah, pengetahuan umum, kreativitas, pikiran abstrak, beradaptasi
dengan lingkungan baru atau mengubah lingkungan saat ini, kemampuan
menganalisis dan memutuskan, kemampuan menyerap informasi dengan
cepat dan belajar dari pengaiaman, serta daya ingat. Gardner dalam bukunya
berpendapat suatu kemampuan disebut inteligensi (kecerdasan) jika
menunjukkan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang dalam
memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam hidupnya. Ada
unsur pengetahuan dan keahlian. Kemampuan bersifat universal harus
berlaku bagi banyak orang. Kemampuan itu dasarnya adalah unsur biologis,
training. Kemampuan itu sudah ada sejak lahir, meski di dalam pendidikan
dapat dikembangkan namun kemampuan yang dimiliki merupakan suatu
bakat atau kelebihan bawaan sejak lahir.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan
Kita ketahui bahwa kecerdasan masing-masing orang berbeda, ada
yang pintar sekali, sedang-sedang saja, dan ada juga yang bisa-biasa saja.
Namun tidak sedikit juga yang tingkat kecerdasannya dibawah rata-rata. Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor menurut (Subini, 2012: 18-21), yakni:
a. Faktor genetik (keturunan atau bawaan)
Pandangan masyarakat secara umum mengatakan bahwa seseorang
yang lahir dari keluarga berpendidikan tinggi atau mempunyai tingkat
intelektual diatas rata-rata akan mempunyai keturunan yang tidak jauh
berbeda. Meskipun bukan faktor utama, namun keturunan terbukti
mempengaruhi kecerdasan seseorang. Oleh karena itu di dalam satu kelas
dapat dijumpai siswa yang berbeda secara akademis.
b. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga dapat memberi pengaruh besar terhadap
kecerdasan siswa. Jadi tidak perlu bingung ketika ada seorang anak
jalanan, yang orangtuanya tidak pernah sekolah, mempunyai kepandaian
yang luar biasa dibanding temannya. Bisa jadi anak tersebut belajar dari
kehidupannya yang susah dan bertekat mengubah keadaan hidupnya
dengan rajin belajar. Ia bisa belajar kapanpun dan kepada siapapun yang
mau mengajarinya. Oleh karena itu walaupun pada dasarnya inteligensi
perubahan-perubahan yang berarti. Walaupun masih diakui bahwa faktor
genetik juga berperan menentukan tingkat kecerdasan, tak dapat
dipungkiri juga kalu stimulasi yang benar juga berpengaruh untuk
menciptakan orang-orang cerdas. Rangsangan-rangsangan yang bersifat
kognitif seperti emosional dari lingkungan juga memegang peranan
penting.
c. Faktor minat dan pembawaan yang khas
Minat berhubungan erat dengan ketertarikan seseorang terhadap
sesuatu, rasa suka dan ingin tahu merupakan faktor pendorong dari minat
itu sendiri. Dalam diri manusia terdapat dorongan yang mempengaruhi
keinginan manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa
yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat
lebih giat dan lebih baik. Dengan belajar giat akan meningkatkan
kecerdasan seseorang.
d. Faktor gizi
Intelgensi tidak bisa lepas dari otak. Asupan gizi, nutrisi dan protein
yang cukup merupakan stimulus yang baik untuk perkembangan otak
anak. Perkembangan otak dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Otak
cenderung dapat bekerja dengan keras, lancar jika didukung dengan
kandungan makanan yang diserap.
e. Faktor kematangan
Organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan setiap saat. Bagaimana seorang bayi yang mulanya hanya
proses tumbuh kembangnya. Setiap organ manusia baik fisik maupun
psikis, dapat dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh dan
berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing.
f. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi. Pembentukan ada dua macam
yakni: yang direncanakan dan yang tidak. Pembentukan yang
direncanakan seperti dilakukan disekolah atau pembentukan yang tidak
direncanakan, misalnya pengaruh alam semesta.
g. Faktor kebebasan
Kebebasan yang dimaksud disini adalah dalam hal melakukan
pembelajaran. Seorang siswa dapat memilih metode tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Misalnya untuk belajar ilmu murni,
siswa cenderung memilih melakukan praktik langsung darmatematikada
duduk diam mendengarkan guru berceramah. Biarkan siswa melakukan
hal yang disukainya asalkan itu baik, berguna dan tidak membahayakan
dirinya.
B. Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences)
1. Pengertian kecerdasan ganda
Menurut Gardner (Suparno, 2004 : 65-66) suatu kemampuan disebut
Inteligensi bila menunjukan suatu kemahiran dan keterampilan seseorang
untuk memecahkan persoalan dan kesulitan yang ditemukan dalam
Kemampuan itu sungguh mempunyai dampak yaitu dapat memecahkan
persoalan yang dialami dalam kehidupan nyata. Gardner (1983) juga
mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan
persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu seting yang bermacam – macam dan dalam situasi yang nyata. Dalam pengertian tersebut sangat
jelas bahwa inteligensi bukan hanya kemampuan seseorang secara
kognitif, namun intilegensi merupakan kemampuan untuk memecahkan
persoalan yang nyata dalam segala situasi.
2. Karakteristik Konsep Kecerdasan Ganda
Menurut Gardner (Uno dan Masri, 2009: 44) menjelaskan bahwa
kecerdasan ganda memiliki karakteristik konsep sebagai berikut:
a. Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Jadi
tidak ada kecerdasan yang lebih baik atau lebih penting dari
kecerdasan yang lain.
b. Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis
sama. Semua kecerdasan dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan
dikembangkan secara optimal.
c. Terdapat banyak indikator kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan.
Seseorang terus berlatih dapat membangun kekuatan kecerdasan
yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahan.
d. Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut dapat bekerja sama
mewujudkan aktivitas yang dilakukan individu. Satu kegiatan
mungkin memerlukan lebih dari satu kecerdasan dan satu kecerdasan
e. Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di semua lintas budaya
di seluruh dunia dan kelompok usia. Saat seseorang menginjak
dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui rentang pencapaian
profesi dan hobi.
3. Prinsip Umum Pengembangan Intelligensi Ganda
Haggerty mengungkapkan (Suparno, 2004: 65-66) ada beberapa
prinsip umum untuk membantu mengembangkan inteligensi ganda pada
siswa, yaitu: Pendidikan harus memperhatikan semua kemampuan
intelektual. Pendidikan seharusnya individual. Pendidikan harusnya lebih
personal, dengan memperhatikan inteligensi setiap siswa. Pendidikan harus
menyemangati siswa untuk dapat menentukan tujuan dan program belajar
mereka. Siswa perlu diberi kebebasan untuk menggunakan cara belajar dan
cara kerja berdasarkan minat mereka. Sekolah sendiri harus menyediakan
fasilitas dan sarana yang dapat dipergunakan oleh siswa untuk melatih
kemampuan intelektual mereka berdasarkan inteligensi ganda. Evaluasi
belajar harus lebih kontekstual dan bukan tes tertulis. Evaluasi lebih harus
berupa pengalaman lapangan langsung dan dapat diamati bagaimana
performa siswa, apakah sungguh maju atau tidak. Pendidikan sebaiknya
tidak dibatasi di dalam gedung sekolah. Inteligensi ganda memungkinkan
agar pendidikan juga dilaksanakan di luar sekolah, lewat masyarakat,
4. Macam–macam pengetahuan dalam multiple intellegences
a. Kecerdasan Linguistik
Menurut Gardner (Suparno, 2004: 26) menjelaskan kecerdasan
linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata – kata secara efektif baik secara lisan maupun secara tertulis seperti dimiliki
parapencipta puisi, editor, jurnalis, sastrawan maupun para pemain
sandiwara. Menurut Saraswati (2008: 15) indikator itu adalah senang
bermain dengan kata – kata, suka mendengarkan cerita, menikmati puisi, Suka membaca buku, majalah dan surat kabar, suka bermain teka – teki silang, suka mata pelajaran bahasa Inggris, sejarah dan ilmu sosial,
menyelesaikan masalah dengan berbicara, menjelaskan solusi mengajukan
pertanyaan, menangkap informasi dengan mendengarkan, mudah mengingat
kata-kata. Selain indikator penentu kecerdasan linguistik di atas, Amstrong
(2002: 25) mengungkapkan beberapa indikator lain: Suka menulis kreatif di
rumah, mengarang kisahkhayal atau menuturkan lelucon, sangat hafal nama,
tempat tinggal dan hal – hal kecil, suka membaca buku diwaktu senggang, mengeja kata dengan tepat dan mudah, menyukai pantun lucu dan
permainan kata, suka mengisi teka - teki silang, suka mendengarkan kata – kata lisan, menyukai kosa kata yang luas, unggul dalam pelajaran yang
melibatkan membaca atau menulis. Dari kedua tokoh di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa indikator kecerdasan linguistik adalah: Percaya diri
dalam mengekspresikan diri secara lisan maupun tulisan, suka bermain teka
mengajukan pertanyaan, suka membaca buku di waktu senggang, mengeja
kata dengan tepat dan mudah.
b. Kecerdasan Matematis – logis
Menurut Gardner (Suparno, 2004: 29) kecerdasan matematis logis
adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan bilangan dan logika secara
efektif seperti yang dipunyai oleh seorang ahli matematika programer dan
orang – orang yang mempunyai kelebihan dalam mengolah angka. Untuk menentukan kecerdasan matematis logis Saraswati (2008: 16)
mengemukakan ada beberapa indikator untuk mengukur kecerdasan
matematis logis: Senang bekerja dengan angka dan dapat melakukan
penghitungan dengan mencongak, tertarik dengan kemajuan teknologi dan
suka melakukan percobaan, mudah dalam melakukan perencanaan
keuangan, suka menyiapkan jadwal secara terperinci, senang bermain
puzzle, catur dan permainan lain yang membutuhkan berpikir logis,
menyukai pelajaran matematika atau fisika, melakukan sesuatu selangkah
demi selangkah dalam memecahkan masalah, suka menemukan pola dan
hubungan antar suatu objek atau angka, menggolongkan, mengelompokan,
menghitung untuk mendapat menemukan hubungan antara suatu hal dengan
hal lainya. Amstrong (2002: 26–27) mengemukakan indikator pengukur kecerdasan matematis logis adalah: menghitung masalah matematika
dengan tepat, ahli dalam bermain catur, dapat menjelaskan masalah secara
logis, suka memainkan teka – teki logika, mudah memahami sebab akibat, menikmati pelajaran matematika, mudah memahami sebab akibat. Dari
matematis logis adalah, senang bekerja dengan angka dan dapat melakukan
penghitungan dengan mencongak, mudah dalam melakukan perencanaan
keuangan, suka menyiapkan jadwal secara terperinci, senang bermain
puzzle, catur dan permainan lain yang membutuhkan berpikir logis, dapat
menjelaskan masalah secara logis.
c. Kecerdasan ruang visual – Spasial
Menurut Gardner (Suparno, 2004: 31) kecerdasan ruang visual spasial
adalah kemampuan untuk menangkap dunia ruang visual secara tepat seperti
yang dipunyai para pemburu, arsitek, dan orang – orang yang ahli dalam hal dekorasi. Untuk menentukan kecerdasan visual spasial Saraswati (2008: 16)
mengungkapkan indikator itu antara lain rapi dan teratur, berbicara dengan
cepat, teliti dan detail, perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik,
pengeja yang baik dan dapat melihat kata. Amstrong (2002: 26–27) mengemukakan indikator pengukur kecerdasan visual spasial sebagai berikut:
menonjol dalam kelas seni di sekolah, memberikan gambar visual yang jelas
ketika sedang memikirkan sesuatu, mudah membaca peta, grafik, dan
diagram, senang melihat film, slide, atau foto, sering melamun,
mencorat-coret dikertas atau tembok, lebih banyak memahami lewat gambar dari pada
lewat kata-kata..
d. Kecerdasan ritmik – musik
Gardner (Suparno, 2004: 36) menjelaskan bahwa inteligensi musikal
adalah kemampuan untuk mengembangkan, mengekspresikan dan menikmati
musik, dapat menyanyi dengan tinggi rendahnya nada, dapat mengingat
semua irama hanya dengan mendengarkan beberapakali, sering
mendengarkan musik dimana saja, dapat membedakan suara berbagai alat
musik, dapat membedakan suara berbagai alat musik, sering mengingat lagu – lagu iklan, sering bersiul atau mengeluarkan suara mengikuti irama lagu.
Amstrong (2002: 26–27) mengemukakan indikator pengukur kecerdasan musikal sebagai berikut: suka memainkan alat musik di rumah atau di
sekolah, ingat lagu melodi, berpartisipasi di kelas musik, lebih bisa belajar
dengan ingatan musik, mengoleksi CD atau kaset, suka bernyanyi untuk diri
sendiri atau orang lain, dapat mengikuti irama musik.
e. Inteligensi Eksistensial
Kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan-persolan terdalam
eksistensi atau keberadaan manusia. Orang tidak puas tidak hanya menerima
keadaannya secara otomatis, tetapi mencoba menyadarinya dan mencari
jawaban yang terdalam (Suparno, 2004: 44).
f. Kecerdasan Kinestetik
Menurut Gardner (Suparno, 2004: 34) kecerdasan knestetik badani
adalah kemampuan untuk menggunakan tubuh atau gerak tubuh untuk
mengekspresikan gagasan dan perasaan seperti yang ada pada aktor, penari,
pemahat, dan seorang ahli bedah. Indikator kecerdasan kinestetik badani
sangat beragam, seperti yang dijelaskan oleh Saraswati (2008: 15): gemar
berolahraga atau melakukan kegiatan fisik, dapat melakukan sesuatu seorang
diri, senang memikirkan sesuatu sambil berjalan, perlu memegang atau
menyukai permainan yang melibatkan fisik, suka mempelajari sesuatu dan
mempraktekan. Pendapat dari tokoh lain adalah dari Armstrong (2002: 25)
yang menyatakan indikator kecerdasan kinestetik sebagai berikut: berprestasi
dalam olahraga, bergerak – gerak ketika sedang duduk, sering terlibat dalam kegiatan fisik seperti bersepeda, berenang dll, perlu menyentuh sesuatu yang
ingin dipelajari, pandai menirukan gerakan orang lain, suka membongkar
benda dan menyusunya kembali. Berdasarkan pendapat kedua tokoh di atas
dapat disimpulkan bahwa indikator daari kecerdasan kinestetik adalah:
berprestasi dalam olahraga, dapat melakukan sesuatu seorang diri, senang
memikirkan sesuatu sambil berjalan, suka membongkar benda dan
menyusunya kembali.
g. Kecerdasan Interpersonal
Menurut Gardner (Suparno, 2004: 39) kecerdasan interpersonal adalah
kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi,
motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah,
suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam intelegensi ini . Kecerdasan
interpersonal juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berlangsung
antar dua pribadi, mencirikan proses-proses yang timbul sebagai suatu hasil
dari interaksi individu dengan individu lainnya. Kecerdasan interpersonal
menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang
lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain
h. Kecerdasan intrapersonal
Menurut Gardner (Suparno, 2004: 41) kecerdasan intrapersonal adalah
kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasarkan pengenalan diri itu.
Untuk menentukan kecerdasan intra personal, berikut adalah indikator
menurut Saraswati (2008: 15): memiliki buku harian untuk mencatat hal
pribadi, sering menyendiri untuk memikirkan hal – hal penting, mempunyai hobi dan kesenangan yang bersifat pribadi, suka memancing atau melakukan
suatu hal sendiri, mengetahui kelemahan dan kekurangan sendiri, bekerja
untuk diri sendiri. Sedengkan indikator menurut Amstrong (2002: 25)
adalah: memiliki kemauan yang kuat, belajar dari kesalahan masa lalu,
dengan tepat mengekspresikan perasaanya, terlibat dalam proyek atau hobi
yang dikerjakannya sendiri
i. Kecerdasan Naturalis
1) Pengertian
Menurut Gardner (Suparno, 2004: 42) kecerdasan naturalis adalah
kemampuan seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik,
dapat membuat destingsi konsekuensial lain dalam alam natural,
kemampuan untuk memahami dan menikmati alam, dan menggunakan
kemampuan itu secara produktif dalam berburu, bertani, dan
mengembangkan pengetahuan akan alam.
Berdasarkan pengertian kecerdasan naturalis, kecerdasan naturalis
dapat digunakan sebagai suatu pendekatan pembelajaran. Peneliti akan
modul bimbingan belajar. Peneliti menggunakan kecerdasan naturalis
sebagai pembuatan modul untuk kelas IIIA SDN Percobaan 3 Pakem
karena sekolah tersebut sebagai sekolah dengan rintisan sekolah
bgerbasis lingkungan hidup.
2) Karakteristik
Berikut ini adalah indikator kecerdasan naturalis yang ditulis
(Saraswati, 2008: 15): memelihara atau menyukai hewan, tertarik
memiliki pengetahuan tentang tubuh dan kesehatan tubuh, mengetahui
jalur setapak dan hewan di setapak, suka berimajinasi sebagai petani,
dapat membaca arah cuaca. Pendapat lain mengatakan, Armstrong
(2002:25): akrab dengan hewan peliharaan, peka terhadap bentuk – bentuk alam, suka berkebun atau berada di dekat kebun, suka mencari
serangga, daun dan hal – hal yang berhubungan dengan alam untuk dibawa pulang, suka belajar tentang topik – topik alam dan lingkungan, peka terhadap bentuk – bentuk alam. Berdasarkan pendapat kedua tokoh dapat disimpulkan bahwa indikator kecerdasan naturalis adalah: suka
mencari serarangga, daun dan hal – hal yang berhubungan dengan alam untuk dibawa pulang, suka belajar tentang topik – topik alam dan lingkungan, peka terhadap bentuk – bentuk alam, memelihara atau menyukai hewan, tertarik memiliki pengetahuan tentang tubuh dan
kesehatan tubuh
3) Cara mengembangkan
Siswa dapat diajak menikmati alam terbuka dan mengamatinya.
Pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas. Guru dapat menyediakan
tumbuhan, serta dilengkapi dengan gambar-gambar yang bagus dan
menarik. Pembelajaran ini dapat membuat peserta didik mengenali flora
dan fauna. Siswa juga memperoleh materi yang tepat terkait cara berpikir
naturalis, seperti menyiram bunga, menanam tanaman, dan mengamati
pertumbuhannya. Kegiatan tersebut berfungsi untuk melatih peserta didik
agar peka terhadap lingkungan. Siswa diajarkan tentang permainan yang
berkaitan dengan unsur-unsur alam, sepeti membandingkan berbagai
bentuk bunga, buah, ataupun daun. Menebak suara binatang tertentu juga
dapat dijadikan alternatif.
4) Strategi pengajaran untuk kecerdasan naturalis
Pada umumnya kegiatan belajar mengajar dilakukan di dalam
ruangan. Bagi siswa yang memiliki kecerdasan naturalis lebih efektif
menggunakan cara belajar yang melalui alam atau pengamatan pada
lingkungan sekitar. Ada dua solusi untuk melakukan kegiatan belajar
berbasis kecerdasan naturalis. Pertama perlu meningkatan kesempatan
bagi siswa untuk belajar di lingkungan alam ataupun di luar kelas.
Kedua, perlu menghadirkan alam dan dunianya kedalm lingkungan kelas
atau sekolah.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk
mengaplikasikan kedua solusi di atas. Strategi itu adalah, jalan – jalan dilingkungan terbuka. Dalam melakukan kegiatan jalan – jalan siswa diminta untuk mengamati apa yang ada di sekitarnya yang berkaitan
dengan pelajaran yang sedang dipelajarinya. Ada beberapa matapelajaran
matematika adalah contoh mata pelajaran yang dapat dilakukan dengan
jalan- jalan.
Melihat keluar jendela juga merupakan suatu gambaran klasik
bagaimana pelajaran yang dilakukan di dalam kelas sedang
diintegrasikan dengan keadaan alam sekitar sekolah. Untuk
menghilangkan kejenuhan siswa di dalam kelas, guru perlu memberikan
contoh kongkret kejadian atau benda yang ada diluar kelas (Hamzah:
156). Hal ini juga mampu meningkatkan minat siswa pada pelajaran
karena siswa belajar berdasarkan hal – hal yang mereka kenali. Strategi yang terahir adalah ekostudi, hal ini menyampaikan pentingnya memiliki
sikap cinta pada lingkungan sekitar. Strategi ini berarti, apapun yang kita
ajarkan kita mesti mempertimbangkan relevansinya terhadap ekologi.
C. Modul Pembelajaran
1. Pengertian Modul
Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri
sendiri, yang terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar, yang disusun
untuk membantu siswa dalam mencapai sebuah tujuan, yang dirumuskan
secara khusus dan jelas. Salah satu tujuan pengajaran modul adalah
membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan
kemampuanya masing – masing, karena siswa tidak akan mencapai hasil yang sama dalam waktu yang sama. Pembelajaran modul juga memberi
kebiasaan masing – masing. Tujuan selanjutnya adalah dari pengajaran modul memberi pilihan dari sejumlah besar topik dalam mempelajari
suatu mata pelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang sama. Tujuan
yang lain adalah memberi kesempatan yang sama bagi siswa untuk
mengenal kelebihan dan kekuranganya dan memperbaiki kekuranganya
melalui modul remidial.
2. Keuntungan penggunaan modul pembelajaran menurut (Nasution,
1984)
a. Keuntungan pengajaran modul bagi siswa
Modul dapat memberikan feedback sehingga siswa segera dapat
merasakan taraf keberhasilanya. Setiap siswa dapat kesempatan untuk
memperoleh angka tertinggi dengan mengusai bahan pembelajaran
secara tuntas. Selain itu penggunaan modul juga dapat mengurangi gaya
dan kesan persaingan dalam belajar, modul dapat memupuk rasa kerja
sama siswa dalam menyelesaikan masalah. Kerjasama dalam hal ini
merupakan suatu yang positif dimana siswa dapat menemukan jawaban
dari permasalahan secara bersama dengan teman atau dengan
kelompoknya. Pengajaran modul dengan sengaja dapat memberikan
pengajaran remidial yakni memperbaiki kelemahan, kesalahan ataupun
kekurangan siswa yang dapat segera ditemukan sendiri oleh siswa yang
bersangkutan, berdasarkan evaluasi yang diberikan secara kontinu
b. Keuntungan pengajaran modul bagi guru
Modul disusun secara cermat sehingga dapat memudahkan siswa
belajar untuk mempelajari bahan pelajaran menurut metode yang sesuai
dengan karakteristik siswa yang berbeda – beda. Pengajaran modul dapat memberikan kesempatan yang lebih besar bagi guru untuk
memberikan bantuan dan perhatian kepada individual siswa yang
membutuhkan tanpa mengganggu atau melibatkan seluruh kelas.
Pelajaran menggunakan modul juga dapat membebaskan guru dari
kegiatan mempersiapkan pelajaran, karena apa yang akan dilakukan
pada kegiatan pembelajaran pada saat itu telah dipersiapkan oleh modul
Nasution (1984 ; 206-208).
3. Cara Menyusun Modul
Menurut Nasution (1982: 217-218) penyusunan modul atau
pengembangan modul dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
a. Merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk
kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur.
b. Urutan tujuan-tujuan itu menentukan langkah-langkah yang diikuti
dalam modul itu.
c. Tes diagnostik untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan
dan kemampuan yang telah dimilikinyasebagai pra-syarat untuk
menempuh modul itu (entry behaviour atau entering behaviour). Ada
hubungan antara butir-butir test ini dengan tujuan-tujuan modul.
d. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. Ia
akan manfaat modul itu agar ia bersedia mempelajarinya sepenuh
tenaga.
e. Kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan membimbing
siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti dirumuskan
dalam tujuan. Adapun beberapa alternatif yang perlu disediakan,
misalnya cara yang dijalani oleh siswa sesuai dengan
kepribadiannya. Bagian ini merupakan inti dan aspek terpenting dari
modul itu, karena menyangkut proses belajar itu sendiri.
f. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar murid, hingga
manakah ia menguasai tujuan-tujuan modul. Dapat pula disusun
beberapa bentuk test yang paralel. Butir-butir tes harus bertalian erat
dengan tujuan-tujuan modul.
g. Menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi
siswa setiap waktu ia memerlukannya.
4. Evaluasi modul
Sebelum modul bimbingan belajar diberikan pada siswa, modul harus
melalui tahap evaluasi. Evaluasi dilakukan oleh beberapa pakar, dalam hal
ini pakar yang dimaksud adalah pakar tata bahasa, guru kelas III, pakar
matematika, dan pakar multiple intelligences. Penilaian hasil evaluasi modul menentukan layak dan tidaknya modul untuk diberikan kepada
siswa kelas III. Cunningsworth mengemukakan beberapa unsur untuk
D. Bimbingan belajar
1. Pengertian
Menurut Hamalik (2009: 193), bimbingan dalam arti yang luas inheren
dengan pendidikan. Banyak ahli yang sependapat bahwa pengertian tentang
bimbingan pada pokoknya hampir bersesuaian satu sama lain. Berikut ini
beberapa definisi bimbingan yang dikemukakan oleh bebrapa ahli yakni:
Harol Alberty (Hamalik, 2009: 193) bimbingan disekolah merupakan aspek
program pendidikan yang berkenaan dengan bantuan terhadap para siswa
agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya dan untuk
merencanakan masa depannya sesuai dengan minat, kemampuan, dan
kebutuhan sosialnya. Menurut Stikes dan Dorcy (Hamalik, 2009)
bimbingan adalah suatu proses untuk menolong individu dan kelompok
supaya individu itu dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah-masalahnya. Definisi ini menekankan pandangan pribadi. Stoops juga
berpendapat (Hamalik, 2009), bimbingan adalah suatu proses yang terus
menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka
mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
2. Tujuan Bimbingan Belajar
Menurut Hamalik (2009: 195), bimbingan merupakan suatu proses yang
bertujuan agar:
a. Agar siswa bertanggungjawab menilai kemampuannya sendiri dan
b. Agar siswa menjalani kehidupannya sekarang secara efektif dan
menyiapkan dasar kehidupan masa depannya sendiri.
c. Agar semua potensi siswa berkembang secara optimal meliputi
aspek pribadinya sebagai individu yang poetensial.
Menurut Skiner (Hamalik, 2009: 195), bimbingan bertujuan untuk
menolong setiap individu dalam membuat pilihan dan mnentukan sikap
yang sesuai dengan kemampuan, minat, dan kesempatan yang ada yang
sejalan dengan nilai-nilai sosialnya.
3. Fungsi Bimbingan Belajar
Menurut Hamalik (2009: 195), fungsi bimbingan adalah sebagai berikut:
a. Membantu individu siswa untuk memeperoleh gambaran yang objektif
dan jelas tentang potensi, watak, minat, sikap, dan kebiasaannya agar ia
dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
b. Membantu individu siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan, minat, bakat, dan kemampuannya serta membantu
siswa itu untuk emnentukan cara yang efektif dan efisien dalam
menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai
hasil yang diharapkan.
c. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang kemungkinan-kemungkinan dan kecenderungan-kecenderungan
dalam lapangan pekerjaan agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat
diantara lapangan pekerjaan. Disamping itu, membantunya untuk
mendapatkan kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaannya sambil
4. Peranan buku guru dalam bimbingan belajar
Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991: 109) guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran) dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan
kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap murid dapat belajar
dengan efektif dan efisien. Sebagai pembimbing dalam belajar mengajar
diharapkan mampu untuk:
a. Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar.
b. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang
dihadapinya.
c. Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
d. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar
sesuai dengan karateristik pribadinya.
e. Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun
secara kelompok.
Menurut Perceivel Huston (Ahmadi dan Supriyono, 1991: 111) dalam
bukunya: “The Guidance Function Education” guru yang dapat berperan
sebagai pembimbing yang efektif adalah guru yang memiliki kemampuan
(kelebihan dalam hal mengajar bidang studi):
a. Dapat menimbulkan minat dan semangat dalam bidang studi yang
diajarkan.
b. Memiliki kecakapan sebagai pemimpin murid.
Jadi berdasarkan ketiga poin di atas, guru yang baik bukan merupakan
guru yang pandai secara kognitif, namun guru harus mempunyai keterampilan
menghubungkan materi pelajaran dan dapat meningkatkan minat siswa dalam
belajar.
E. Prestasi rendah
1. Pengetian Prestasi
Kata prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha. Menurut Arifin (2009: 12) prestasi belajar adalah segala
ketercapaian seseorang yang berkenaan dengan aspek pengetahuan.
Menurut Tirtonegoro (Prasetyaningtyas, 2010: 25) prestasi belajar adalah
penilaian atas suatu hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
angka, huruf ataupun kalimat yang dapat mencerminkan suatu hasil dari
siswa dalam periode tertentu. Menurut Suryabrata (Prasetyaningtyas,
2010: 25) prestasi belajar adalah kemampuan seseorang untuk mencapai
pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli dan sumber tentang prestasi belajar
di atas penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah penilaian atas
suatu ketercapaian terhadap suatu hal tertentu yang telah diperoleh dalam
periode yang telah ditentukan. Prestasi belajar ini biasa dicantumkan
dalam laporan nilai akhir siswa seperti dalam rapor, atau buku laporan
hasil belajar lainya. Prestasi belajar diberikan untuk mengukur
2. Prestasi Belajar Rendah
Berdasarkan pendapat tokoh, dan penyimpulan tentang prestasi
belajar, maka prestasi belajar rendah adalah penilaian atas suatu
ketercapaian terhadap suatu hal tertentu yang telah diperoleh dalam
periode yang telah ditentukan, namun penilaian itu belum mencapai KKM
yang telak ditentukan. Prestasi belajar rendah merupakan permasalahan
yang sering terjadi dalam kelas. Siswa yang mempunyai pretasi belajar
rendah harus diberikan pelajaran remidial atau diberikan mata pelajaran
tambahan.
F. Matematika
Penelitian ini menggunakan mata pelajaran Matematika. Standar
kompetensi yang digunakan adalah keliling serta luas bangun datar persegi
dan persegi panjang. Kompetensi dasar yang di ambil adalah Luas bangun
datar persegi dan persegi panjang.
Berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia (Bahasa, 2008: 888)
matematika adalah ilmu tentang bilangan, dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Ismail dkk
memberikan definisi hakikat matematika (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014:
48): ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya, membahas
masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran, mempelajari
hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan sistem,
struktur dan alat.
Dari pendapat di atas peneliti mengambil kesimpulan dari hakekat
dengan menggunakan lambang – lambang yang tidak banyak digunakan dalam kehidupan sehari – hari dan dibatasi oleh aturan – aturan yang ketat. Artinya diperlukan suatu cara tertentu yang sifatnya analitis, cermat, lengkap
dalam melakukan kegiatan belajar matematika.
G. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang Berhubungan dengan Kecerdasan Ganda (Multiple
Intelligences)
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Putrawan mengenai keefektifan
strategi multiple intelligences adalah meningkatkan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang melalui penggunaan
Strategi Multiple Intelligences pada siswa kelas 3 SD N 3 Ngadipiro. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini
dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas 3 SD N 3 Ngadipiro yang berjumlah 7 siswa. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi Multiple Intelligences dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang. Peningkatan keefektifan tersebut dapat dilihat dari
pembelajaran jenis pekerjaan dan penggunaan uang pada siswa kelas 3 SD
Negeri 3 Ngadipiro.
Penelitian ini dapat memberi masukan kepada peneliti mengenai
kecerdasan ganda. Dalam penelitian teknik pengumpulan data dilakukan
dengan kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hal itu dapat
memberikan gambaran dalam penelitian yang sedang dilakukan.
2. Penelitian yang Berhubungan dengan Bimbingan Belajar
Penelitian yang dilakukan oleh Fadilah (2011) tentang model
bimbingan belajar melalui teknik mind map bertujuan untuk mengatasi kesulitan belajar pada siswa yang mengalami kesulitan bahasa inggris
menggunakan bimbingan belajar teknik mainmap di SD SDN Gentan 03.
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul bimbingan
belajar melalui teknik mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris. Modul bimbingan belajar melalui teknik mind map adalah kemasan baru yang berisi tiga materi (bagian), bagian satu berisi materi
mengenai pentingny pelajaran bahasa Inggris, bagian dua berisi
bimbingan belajar melalui teknik mind map, dan bagian tiga berisi belajar bahasa Inggris melalui teknik mind map. Modul berisi materi bimbingan yang berkenaan dengan suatu unit materi bimbingan yang digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan treatment. Alasan memilih sekolah tersebut karena di SD Negeri Gentan 03 terdapat banyak peserta didik
kelas V yang mengalami kesulitan belajar khususnya pada mata pelajaran
Bahasa Inggris. Hal ini dapat diketahui melalui daftar nilai ulangan harian
memperoleh nilai ratarata dibawah KKM sejumlah 9 peserta didik dari 14
peserta didik. Dari data dan analisis penelitian dapat diyakini bahwa
peningkatan kemampuan bahasa Inggris atau penurunan kesulitan
mempelajari bahasa Inggris diakibatkan oleh adanya perlakuan yang
berupa bimbingan belajar melalui teknik mind map. Berdasarkan data yang tertera pada jurnal dapat disimpulkan bahwa modul bimbingan belajar
melalui teknik mind map efektif mengatasi kesulitan mempelajari bahasa Inggris.
Penelilitian di atas dapat memberikan gambaran mengenai dampak
penggunaan modul bimbingan belajar pada siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Penelitian ini juga mempunyai variabel yang sama
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Peneliti dapat menggunakan
penelitian mengenai modul bimbingan belajar bagi siswa yang mengalami
kesulitan belajar sebagai tolak ukur dalam penelitian yang sedang
dilakukan.
3. Penelitian yang berhubungan dengan Matematika
Penelitian yang dilakukan oleh Gita (2006) yang berjudul
implementasi pendekatan kontekstual untuk meningkatkan prestasi belajar
matematika bertujuan (1) meningkatkan prestasi belajar matematika siswa
kelas V SD 3 Sambangan dengan implementasi pendekatan kontekstual
melalui pembelajaran kooperatip berbantuan LKS, (2) mendeskripsikan
tanggapan siswa kelas V SD 3 Sambangan terhadap implementasi
pendekatan kontekstual melalui pembelajaran kooperatip berbantuan
ajaran 2006/2007 sebanyak 34 orang. Penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Data penelitian
tentang prestasi belajar matematika siswa dikumpulkan dengan
menggunakan tes. Data tentang tanggapan siswa terhadap pembelajaran
yang diterapkan dikumpulkan melalui angket. Selanjutnya data dianalisis
secara deskriptif. Nilai rata-rata prestasi belajar siswa pada skala sebelas
pada akhir siklus I adalah 6,29 dan pada akhir siklus II reratanya 7,45. Jadi
terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan
hasil angket yang diisi oleh semua subjek penelitian sebanyak 34 orang
diperoleh 26 orang (76,47%) memberi tanggapan sangat positif, 8 orang
(23,53%) memberi tanggapan positif. Nilai rata-rata skor tanggapan siswa
adalah 43,29 tergolong positif.
Penelitian diatas meneliti tentang maata pelajaran matematika.
Kaitanya dengan penelitian yang sedang dilakukan adalah penelitian diatas
danpenelitian yang dilakukan sama-sama meneliti matapelajaran
matematika, sehingga peneliti mampu menjadikan acuan bagaimana
penelitian tersebut dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sihingga
beberapa penelitian yang ditulis diatas mempunyai peran seperti yang
H. Skema Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti membuat skema penelitian berdasarkan
penelitian yang relevan seperti berikut :
Gambar 2.1 Skema Penelitian
PENGEMBANGAN MODUL BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA BERBASIS KECERDASAN NATURALIS PADA SISWA BERPRESTASI
RENDAH KELAS III A DI SDN PERCOBAAN 3 PAKEM Bimbingan belajar
Fadilah S,Nurjayanti E. 2011. Model bimbingan belajar melalui teknik
mind map untuk mengatasi kesulitan mempelajari bahasa . FKIP Universitas Sebelas Maret.
Matematika
Gita, N.2006. Implementasi pendekatan kontekstual untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa di sekolah dasar. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Undiksha.
Kecerdasan Ganda (Multiple intelligences)
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Percobaan 3 Pakem, pada bulan April 2014.
SD Percobaan 3 Pakem beralamatkan di kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman, Yogyakarta. Peneliti memilih SD Percobaan 3 Pakem karena SD
tersebut adalah rintisan sekolah berbasis lingkungan. Sekolah berbasis
lingkungan adalah sekolah yang selalu berpartisipasi aktif dalam berbagai
macam kegiatan lingkungan. Selain itu SD Percobaan 3 Pakem mempunyai
lokasi yang strategis. Sekolah berdekatan dengan beberapa sarana umum dan
juga areal persawahan. Di sebelah timur sekolah terdapat beberapa pepohonan
rindang. Udara yang ada di SD Percobaan 3 Pakem masih sejuk karena
kecamatan Pakem termasuk kedalam dataran tinggi. Sehingga berbagai macam
tanaman dapat tumbuh subur. Berdasarkan lokasi dan beberapa hal yang
melatarbelakangi SD N Prcobaan 3 Pakem seperti tersebut di atas, maka
modul berbasis kecerdasan naturalis dapat diberikan pada siswa kelas 3 di SD
tersebut.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian dan
pengembangan (Research and Development atau R and D). Menurut Sugiyono (2007: 297) metode penelitian dan pengembangan merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji
keefektifan produk tersebut. Pada penelitian ini dibutuhkan analisis kebutuhan